Sie sind auf Seite 1von 14

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN............................................................................
.....................................
2
PEMBAHASAN
DEFINISI......................................................................................
........................................
3
EPIDEMIOLOGI.............................................................................
....................................
3
KLASIFIKASI
Trauma
Asam..........................................................................................
...................
3
Trauma
Basa...........................................................................................
...................
4
ETIOLOGI.....................................................................................
......................................
5
PATOFISIOLOGI............................................................................
...................................
6
TATALAKSANA.............................................................................
....................................
6
PROGNOSIS.................................................................................
......................................
8
KOMPLIKASI................................................................................
.....................................
10
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................
......................
11

PENDAHULUAN
Asam, alkali, asap, angin, dan hampir setiap substansi iritan yang
masuk ke saccus conjungctivalis dapat menyebabkan konjungtivitis.
Beberapa iritan yang umum, yaitu pupuk, sabun, deodoran, spray rambut,
tembakau, bahan bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di
daerah tertentu, asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab
utama konjungtivitis kimia ringan. Efek pada mata tidak ada yang
permanen, teteapi mata yang terkena sering kali merah dan terasa
mengganggu terus menerus.1
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi
dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia,
pekerjaan, pertanian, dan peperangan yang memakai bahan kimia di abad
modern.2
Trauma kimia pada mata terjadi setelah adanya paparan asam atau
basa dalam bentuk cairan, bubuk, atau gas kepada permukaan mata.
Tingkat keparahan trauma tergantung dari ph dari zat tersebut dan
seberapa lama kontak telah berlangsung dengan zat tersebut. Trauma
kimia merusak epitel konjungtiva dan kornea dan dapat menyebabkan
kerusakan iskemik terhadap konjungtiva dan sclera, dengan potensi
merusak seluruh segmen anterior pada mata.6
Jenis zat basa atau alkali lebih umum dan lebih berbahaya dalam
menyebabkan trauma dibandingkan dengan zat asam. Kebanyakan dari
trauma ini terjadi pada lingkungan kerja, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa trauma kimia pada mata dapat juga terjadi di
lingkungan rumah tangga bila ada penyerangan atau penyalahgunaan zat
tersebut oleh seseorang yang berniat jahat.6
2

Trauma kimia pada mata menyumbang 8%-18% dari seluruh


kejadian trauma pada mata. Korban pada umumnya merupakan pria
muda berumur 16-45 tahun. Biasanya trauma selalu terkait dengan
pekerjaan, dan hampir 90% trauma terjadi karena kecelakaan di lapangan
pekerjaan. Trauma alkali lebih umum ditemukan dari trauma asam dan
juga lebih berbahaya.7

PEMBAHASAN
DEFINISI
Asam atau basa, zat kimia yang apabila kontak dengan permukaan
mata seperti konjungtiva dan kornea, merupakan suatu kegawatdaruratan
pada mata yang sebenarnya dan membutuhkan intervensi segera. Trauma
kimi pada mata dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan mata
dan segmen anterior pada mata yang ekstensif, yang dapat mengarah
kepada gangguan penglihatan dan kerusakan kosmetik. Diagnosis awal
dan penatalaksanaan yang tepat dapat menjamin kemungkinan prognosis
yang terbaik pada trauma yang dapat menyebabkan kebutaan ini.3
EPIDEMIOLOGI
Insidensi dari terjadinya trauma kimia pada mata telah dilaporkan
antara 10.7 per 100.000 populasi dan kejadian ini diperkirakan mencapai
105 dari trauma okuler yang ditangani di bagian emergency (IGD).
Meskipun perkiraan bervariasi, bahan kimia sepertinya menjadi etiologi
yang lebih sering daripada luka terbakar pada mata akibat panas. Studi
deskriptif di United Kingdom dan Jerman mengindikasikan bahwa trauma
kimia pada mata kebanyakan terjadi pada laki laki berumur antara 16-25

tahun. Bahan bahan kimia penyebab umumnya termasuk pelarut/cat,


detergen, lem, pemutih, cairan aki, dan ammonia.4
Alkali biasanya menyebabkan cedera yang lebih parah dibandingkan
zat asam atau agen lainnya. Sebuah studi di cina tentang trauma kimia
pada mata yang parah menemukan bahwa hampir 70% pasien yang
dirawat karena trauma kimia itu disebabkan oleh bahan alkali, termasuk
lemon dan sodium hydroxida (NaOH). Namun, budaya dan geograf
mempengaruhi tipe bahan kimia apa yang digunakan di rumah tangga,
seperti penggunaan untuk pembersih atau kosmetik. Peraturan National
juga dapat memberikan pengaruh mengenai bahan kimia mana yang
tersedia untuk konsumen dan dapat digunakan secara komersil atau
industri.4
KLASIFIKASI
Trauma Asam
Pada luka karena asam, asam mengubah sifat protein jaringan dan
efeknya langsung timbul.1 Bahan asam yang dapat merusak mata
terutama bahan anorganik, organik (asetat, forniat), dan organik anhidrat
(asetat).bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
pengendapan atau penggumpalan protein permukaan sehingga bila
konsentrasi tidaktinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma
alkali. Biasanya hanya akan terjadi kerusakan superfcial saja. Bahan
asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma
basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.2

Trauma Basa
Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup
kedalam jaringan, serta menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini
alkali terus merusaik selama berjam-jam atau berhari hari lamanya,
tergantung konsentrasi molar dan jumlah yang masuk.1
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat sangat
gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata
depan, dan sampai pada jaringan retina. pada trauma basa akan terjadi
penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat
koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi.
Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam
waktu 7 detik saja.2

Gambar 1. Klasifkasi trauma kimia pada mata3


Banyak klasifkasi yang ada untuk mendeskripsikan trauma kimia
pada mata, guide management, dan penilaian prognosis. Faktor yang
paling umum dari berbagai macam klasifkasi ini adalah penentuan secara
klinis mengenai sejauh mana organ yang terkena seperti konjungtiva,
limbus dan kornea (epitelial sampai stroma). Faktor kunci seperti adanya
iskemik limbus dan kornea yang berkabut, digunakan sebagai penentu
klasifkasi dari trauma. Dalamnya keterlibatan kornea, dan termasuk
adanya trauma endotelial, dapat digunakan sebagai faktor penentu
prognosis.3
Klasifkasi Hughes, yang kemudian dimodifkasi oleh Thoft, membagi
trauma kimia pada mata menjadi empat kategori menurut tingkat
keparahan dan prognosis.3
Grade I. Trauma pada kategori ini hanya terlokalisisr pada epitelium
kornea, tidak ada iskemik limbus, dan kornea masih jernih. Trauma
jenis ini masih memiliki prognosis yang sangat baik.
Grade II. Trauma ini mulai ada perubahan signifkan yang mana
terdapat adanya kornea berkabut, yang kemudian menghalangi
terlihatnya struktur camera occuli anterior,
dan terdapat pula
5

iskemik limbus fokal. Prognosis masih bagusm meskipun kornea


dapat saja menjadi fokal berkabut dan neovaskularisasi di daerah
limbus yang mengalami kehilangan stem cell.
Grade III.
Trauma jenis ini dikarakteristikan dengan adanya
iskemik yang signifkan dari hampir seluruh limbus, juga terdapat
adanya kornea yang berkabut cukup tebal yang menghalangi
terlihatnya struktur camera occuli anterior. Karena adanya
kehilangan stem cell limbus yang masif, pasien dengan trauma
grade 3 memiliki prognosis yang harus dikawal ketat. Karena epitel
kornea tidak bisa beregenerasi, permukaan mata harus
dikonjungtivalisasi untuk menjaga stabilitas tektonik. Namun ini
harus dibayar dengan menurunnya visus penderita. Peningkatan
visus biasa tidak bisa dicapai tanpa prosedur pembedahan.
Grade IV.
Trauma ini membawa prognosis yang paling buruk.
Selain mengakibatkan kehilangan masif dari stem sel limbus,
terdapat pula destruksi epitel konjungtiva bagian proksimal. Kornea
benar benar menjadi opak dan putih, dan sangat rentan hancur
dalam jangka waktu segera atau agak lama setelah trauma.
Kembalinya penglihatan mungkin tidak dapat terjadi lagi.4

ETIOLOGI

Gambar 2. Etiology trauma kimia pada mata tipe asam3

Gambar 3. Etiology trauma kimia pada mata tipe basa3


PATOFISIOLOGI
Agen alkali merupakan lipoflik yang artinya mempenetrasi jaringan
lebih cepat daripada asam. Mereka mensaponifkasi asam lemak dari
membran cell, menembus stroma kornea dan menghancurkan
proteoglikan pembentuk membran sell dan bundel kolagen. Jaringan yang
rusak kemudian mensekresi enzim proteolitik, yang artinya menyebabkan
kerusakan lebih jauh.3
Asam umumnya kurang berbahaya dibandingkan substansi alkali.
Asam merusak dengan mendenaturasi dan presipitasi protein yang
terkena. Protein kemudian berkoagulasi dan koagulasi ini kemudian
membentuk sawar pelindung yang mencegah kerusakan lebih jauh. Satu
pengecualian adalah asam hidrofluorik, yang mana ion fluoride secara
cepat mempenetrasi kornea dan menyebabkan hancurnya segmen
anterior yang signifkan.3
TATALAKSANA
Segera
1. Irigasi
Tujuan dari melakukan irigasi adalah untuk menyingkirkan zat kimia
yang menempel di mata dan untuk mengembalikan pH fsiologis
pada mata. Volume air yang digunakan dapat mencapai 20 liter
hanya untuk mencapai ini. Untuk mengoptimalkan irigasi dan
menenangkan pasien, anestesi topikal umumnya diberikan sebelum
irigasi. Irigasi yang baik dapat dicapai dengan menggunakan Ringer
Laktat, namun apabila tidak ada, irigasi dapat tetap dilakukan
menggunakan air bersih. Ketika alkali menempel ke stroma kornea,
alkali mungkin masih akan mempenetrasi meskipun alkali di
superfcial sudah dibersihkan dengan irigasi. Karena alasan ini,
irigasi yang lama diperlukan untuk mata yang terkena trauma alkali.
PH konjungtiva dan PH alkali penyebab harus diambil untuk data
lebih lanjut.3, 5
2. Penilaian derajat keparahan
Penilaian ini didasarkan pada apaka palpebra dan adneksa juga
terkena, derajat dari opasitas stroma kornea akut, dan sejauh mana
limbus mengalami nekrosis iskemik. Pada trauma yang parah,
konjungtiva dan episclera memutih dan pemeriksaan dengan
slitlamp dapat menunjukkan gangguan terhadap aliran darah (cattle
trucking). Pemutihan yang berlebihan dapat memberikan impresi
mata putih yang menipu.5
7

Terapi Lanjutan3, 5
Tujuan dari terapi lanjutan ini adalah mencegah komplikasi yang
dapat terjadi 2-3 minggu setelah kejadian (kegagalan reepitelisasi kornea
dan formasi membran desemet). Terapi lanjutan yang direkomendasikan
oleh American Academy of Opthalmology adalah dengan menggunakan
sistem grading, yang berarti tatalaksana tergantung dengan derajat
keparahan.
Grade I.
Antibiotic salep topikal (Erythromycin atau sejenisnya) 4 kali
sehari
Prednisolon acetate 1% 4 kali sehari
Air mata buatan tanpa bahan pengawet
Apabila ada nyeri, dapat dipikirkan penggunaan cyclopegic
kerja singkat seperti cyclopentolate 3 kali sehari.
Grade II.
Antibiotic topical seperto floroquinolone 4 kali sehari
Prednisolon setat 1% tiap jam selama sadar selama 7-10 hari
pertama. Pikirkan tapering off apabila epitel tidak juga
mengalami pergaikan pada hari ke 10-14. Bila epitel masih
belum membaik setelah 10 harim pikirkan steroid
progestasional (Medroxyprogesterone 1% 4 kali sehari)
Cyclopegic kerja lama seperti atropine
Vitamin C oral 2 gram 4 kali sehari
Doxycycline 100 mg 2 kali sehari (hindari pemakaian pada
anak)
Sodium ascorbat 10% tetes mata setiap jam selama sadar.
Air mata buatan tanpa bahan pengawet
Debridemen epitel yang nekrotik dan perekatan jaringan
seperlunya
Grade III.
Sama seperti grade II dengan tambahan:
Pikirkan transplantasi membran amnion/Prokera. Idealnya ini
dilakukan pada minggu pertama terjadinya trauma. Ahli bedah
yang
berpengalaman
telah
menekankan
pentingnya
pemasangan membran amnion untuk menutupi konjungtiva
palpebra dengan menjahitnya ke palpebra di ruangan operasi,
tidak hanya dengan menempelkannya saja.
Grade IV.
Sama seperti grade II/III
Pembedahan dini sangat diperlukan. Untuk nekrosis yang
signifkan,
Tenonplasty
dapat
menolong
kembalinya
vaskularitas dari limbus. Transplantasi membran amnion
8

biasanya selalu diperlukan karena keparahan dari trauma


grade IV ini.
Berikut detail dari beberapa agen pengobatan:
1. Steroid Topical
Steroid dapat digunakan dengan aman saat minggu pertama untuk
mencegah uveitis tanpa meningkatkan resiko kornea menjadi
tambah rusak. Steroid juga berguna untuk mengurangi formasi
simblefaron. Namun, dalam minggu kedua dan ketiga, fbroblas,
yang kemungkinan terbentuk dari keratosit disekitar, memenuhi
daerah yang terkena trauma kimia. Steroid topikal harus dihindari
dalam periode ini karena steroid dapat menghambat sintesis
kolagen dan menyebabkan ulserasi kornea dan kerusakan lebih
lanjut. Setelah minggu ketiga, repopulasi fbrositik pada kornea
sudah terjadi dan kortikosteroid dapat digunakan lagi.
2. Vitamin C
Vitamin C dan sitrat menguntungkan pada mata dengan trauma
kimia yang signifkan namun cara kerja pastinya masih belum dapat
dipahami secara utuh:
a. Vitamin C diberikan dalam jangka waktu satu jam dengan tetes
mata Potassium ascorbat 10% dan dosis oral harian asam
askorbat adalah 1000 mg.
b. Sitrat juga dapat diberikan sebagai tetes mata setiap jam dengan
sodium sitrat 10%. Ketika epitelium sudah sembuh, tetes mata
mulai diturunkan frekuensi pemberiannya dalam 4-6 minggu.
3. Collagenase inhibitor
Dalam bentuk topikal L-cysteine dan asetilsistein cukup menolong
namun tidak secara utuh mencegah defek epitel yang persisten,
melting stroma, dan perforasi kornea.
4. Air Mata Buatan
Bila perlu, oklusi punctal juga dapat digunakan untuk mencegah
kekurangan air mata.
5. Lensa Kontak
Lensa kontak memiliki efek terapeutik dalam penyembuhan dari
trauma kimia namun tidak akan mencegah formasi simblefaron.
6. Pembedahan
Bila komplikasi dari trauma kimia berikut muncul:
a. Konjungtiva mengalami perlengketan
b. Grafting konjungtiva atau membran mukus
c. Apabila terdapat deformitas pada palpebra
d. Keratoplasty harus ditunda hingga setidaknya 6 bulan dan
sebaiknya dalam 12 bulan untuk memberikan waktu yang cukup
untuk resolusi inflamasi yang terjadi. Hasil dari grafting lumayan
buruk karena komplikasi yang cukup tinggi.

PROGNOSIS
Fase
Awal

Hari
0

Akut

0-7

Perbaikan awal

7-21

Perbaikan
panjang

jangka Setelah
ke-21

Recovery
Gambaran klinis berkaitan dengan
derajat
keparahan
trauma
tergantung keterlibatan limbus,
kornea, dan konjungtiva
Tumbuh kembalinya epitel bila
terdapat jumlah stem sel yang
tidak
rusak
yang
cukup.
Penatalaksanaan
harus
didasarkan
untuk
membantu
pertumbuhan
epitel
sebaik
mungkin
dan
meminimalisir
imflamasi
Epitel
konjungtiva/kornea
dan
keratosit berploriferasi saat fase
ini.
Trauma
ringan
memperlihatkan reepitelisasi yang
utuh dimana trauma yang lebih
berat mungkin dapat memiliki
defek yang persisten. Aktivitas
kolagenase memuncak di hari 1421 saat sintesi kolagen berlanjut.
Penatalaksanaan
harus
didasarkan untuk memaksimalkan
sintesis kolagen ketika di saat
yang
sama
meminimalisir
aktivitas kolagenase.
hari Di trauma ringan, dimana stem
sel limbus masih intak, perbaikan
telah selesai. Pada trauma grade
II, dimana ada kehilangan stem
sel
fokal,
dapat
terjadi
konjungtivalisasi
fokal
pada
kornea, akhirnya mengarah ke
repopulasi epitel konjungtiva atau
ulkus
stroma
dan
sikatrik
permanen.
Dalam
kasus
kerusakan parah pada limbus,
meskipun
managemen
sudah
optimal, mata seringkali tidak
dapat diselamatkan.

10

Gambar 4. Trauma kimia grade II, sekitar 1 bulan setelah trauma. Terdapat
penipisan focal dan kornea diterapi dengan merekatkan jaringan dan
kontak lens untuk membebat.3

Gambar 5. Hasil akhir dari trauma kimia grade II. Terdapat


konjungtivalisasi fokal.3
KOMPLIKASI
Glaucoma3
Glaukoma cukup umum sebagai komplikasi setelah terjadinya
trauma mata, berkisar antara 15-55% pasien dengan trauma kimia.
Mekanisme glaukoma adalah multifaktorial dan termasuk adanya
kontraksi pada segmen anteror mata dikarenakan adanya kontraksi akibat
kerusakan kimia dan kerusakan akibat inflamasi. Debris inflamasi di
trabekula, dan kerusakan pada trabekula itu sendiri. Pada trauma kimia
yang lebih parah (Roper-Hall grade III atau IV) telah diketahui memiliki
presentasi tekanan intraokular yang lebih tinggi dan sangat mungkin
membutuhkan terapi glaukoma jangka panjang dan perlu operasi
glaukoma dibandingkan grade I atau II. Pengobatan glaukoma harus
diberikan secukupnya untuk menjaga tekanan intraokular.
11

Dry eye3
Trauma kimi dapat menghancurkan sel goblet pada konjungtiva,
yang mengarah pada berkurangnya atau bahkan hilangnya mukosa air
mata dan merusak dispersi yang benar dari air mata. Mukus defsiensi ini
mengakibatkan keratokonjungtivitis sicca (dry eye). Meski pada trauma
kimia pada mata yang sembuh total, dry eye kronik dapat menyebabkan
morbiditas yang signifkan karena ketidaknyamanan, gangguan visual,
dan potensi kerusakan permukaan okuler.
Kerusakan pada Palpebra atau Konjungtiva Tarsal3
Kerusakan kimia yang langsung mengenai konjungtiva dapat
mengarah kepada sikatrik, pemendekan fornices, symblepharon, dan
entropion atau ektropion akibat sikatrik. Kejadian ini biasanya mulai
ditemukan dalam jangka mingguan atau bulanan setelah trauma terjadi
dan dapat ditangani dengan mengobati inflamasi dengan transplantasi
membran amnion atau mucosal graft oral secara dini.

Daftar Pustaka
1. Riordan-Eva, Paul & Whitcher, John P. 2008. VAUGHAN & ASBURYS
GENERAL OPHTALMOLOGY, McGraw-Hill Companies Inc, Edisi ke 17,
EGC, Jakarta, Hal: 115
2. Ilyas, Sidarta & Yulianti, Sri Rahayu. 2013. Ilmu Penyakit Mata,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi ke 4, Jakarta, Hal :
276
3. Trief, Danniel, et al. 2015. Chemical (Alkali and Acid) Injury of the
Conjunctiva and Cornea. American Academy of Ophtalmology.
Accessed from:
http://eyewiki.aao.org/Chemical_(Alkali_and_Acid)_Injury_of_the_Conj
unctiva_and_Cornea 5.45 AM WIB June, 9th, 2016.
4. Blackburn, Justin et, al. 2012. The Epidemiology of Chemical Eye
Injuries. Informa Healthcare USA, Inc. Current Eye Research, 37(9),
787793
5. Kanski, Jack J. 1997. Clinical Ophtalmology: a Systematic Approach.
Butterworth-Heinemann, 3rd Edition, Reed Educational and
Professional Publishing Ltd, Hal : 89-90
6. D. Gelston, Cristopher, MD. 2013. Common Eye Emergencies.
University of Colorado School of Medicine, Aurora, Colorado. Am Fam
Physician. 2013;88(8):515-519.

12

7. P. Lin, Michelle et. al. 2012. Glaucoma in Patients with Ocular


Chemical Burns. Department of Ophthalmology, University of
Washington School of Medicine, Seattle, Washington. Am J
Ophthalmol 2012;154:481 485.

Referat

TRAUMA KIMIA PADA MATA

Disusun oleh :
13

Nuraga Wishnu Putra


1102011199

Pembimbing :
dr. Hj. Elfi Hendriati B, SpM
dr. Laila Wahyuni, SpM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN ILMU MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD dr.Slamet Garut.
2016

14

Das könnte Ihnen auch gefallen