Sie sind auf Seite 1von 19

TUGAS

Pajak Penghasilan 2
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22

Disusun oleh:
Kelas : Pajak 1 B
Nama :
A Faisal Setiawan Mus
Moh Magfirah Dillah Syaid
Mora Syahroni

(015-04-022)
(015-04-031)
(015-04-032)

Politeknik Bosowa
TAHUN AKADEMIK 2015 2016

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
"Pajak

Panghasilan

(PPh)

Pasal

22",

yang

menurut

kami

dapat

memberikan manfaat yang besar bagi kita guna lebih mengetahui ruang
lingkup yang terdapat pada Pajak penghasilan Pasal 22
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan
ada tulisan yang kami buat kurang tepat
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh
rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat.
Makassar, 2 April 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan sumber
daya alamnya. Pada saat ini, Indonesia mengalami perkembangan
yang mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan di segala
sector demi meningkatkan pendapatan atau kas

Negara guna

membiayai pembangunan dan biaya biaya Negara.dalam rangka


menyelenggarakan perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana
yang tidak sedikit, dana tersebut berasal dari APBN dan APBD, dimana
sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak. Dalam hal ini
menjelaskan bahwa pajak memiliki peranan yang sangat penting
dalam

kehidupan

bernegara,

khususnya

di

dalam

pelaksanaan

pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan


Negara yang ada untuk membiayai pengeluaran termasuk pengeluan
untuk meningkatkan pembangunan.
Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan yag sangat kuat
oleh sebab itu sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sangat
besar dalam membangun pertumbuhan ekonomi untuk menunjang
segala kebutuhan dalam negeri. Namun pada kenyataannya Indonesia
pada saat ini hanya mampu menjadi penonton ditengah persaingan
global yang begitu selektif. Kebijakan kontrofersial yang dambil oleh
pemerintah Indonesia yang tergabung dalam pembebasan PPh pasal
22 dengan Negara Cina, pada konteks tersebut kebijakan yang diambil
sangat menggiurkan karena penduduk cina yang begitu banyak
dibandingkan jumlah penduduk Indonesia dan dapat menjadi sasaran
empuk bagi para produsen dalam negeri. Akan tetapi para produsen
dalam negeri belum mampu bersaing dengan produk produk yang

dihasilkan

oleh

negeri

tirai

bamboo

tersebut.

Dalam

hal

ini

kedewasaan sangatlah diperlukan dalam melakukan suatu kebijakan


karena besar atau kecilnya pendapatan dari PPh pasal 22 bergantung
pada kebijakan yang diambil oleh peraturan pemerintah.
Pajak

penghasilan

merupakan

pajak

yang

dipungut

oleh

bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah


daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga lembaga
Negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang, badan badan tertentu yang berkenaan dengan kegiatan
dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain. Dasar hokum PPh
pasal 22 adalah UU pajak penghasilan nomor 36 tahun 2008, pasal 22.
Untuk lebih memahami secara mendalam dan kompherensif mengenai
pajak penghasilan (PPh) pasal 22, maka yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah paparan mengenai PPh pasal 22.
B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan maksud sebagai berikut :
-

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Perpajakan


Untuk lebih memahami secara mendalam mengenai PPh pasal 22

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian PPh Pasal 22


Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:
1.

Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-

lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang;


2.

Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan

di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.


Pemungut & Objek PPh Pasal 22
1.

Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), atas impor barang;

2.

Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), Bendaharawan Pemerintah Pusat/ Daerah yang

melakukan pembayaran, atas pembelian barang;


3.

BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari

belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD);


4.

Bank Indonesia (Bl), Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Badan Urusan

Logistik (BULOG), PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT. Perusahaan Listrik Negara
(PLN), PT. Garuda Indonesia, PT.Indosat, PT. Krakatau Steel, Pertamina dan bank-bank
BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun
dari non APBN;

5.

Industri semen, industri rokok putih, industri kertas, industri baja dan industri otomotif,

yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di
dalam negeri;
6.

Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak

jenis premix, super TT dan gas, atas penjualan hasil produksinya.


7.

Industri dan eksportir perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk

oleh Kepala Kantor Pelayanan Paja, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri
atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.

B. Objek dan Pemungut PPh Pasal 22


Berikut merupakan objek dan pemungut PPH Pasal 22, antara lain :
No

Objek

Pemungut

.
Pembelian
1

Barang

oleh Pihak

yang

membayar

Bendaharawan Pemerintah dan membeli:


- Bendaharawan Pemerintah
DJA
(
Direktorat
Jenderal
- DJA
Anggaran )
Pembelian
barang
oleh BUMN/D
BUMN/BUMD

yang

bersumber

dari dana APBN dan atau APBD


Pembelian barang oleh badan Badan tertentu
3

tertentu

yang

bersumber

dari

dana APBN maupun non APBN


Impor Barang :
- Dilakukan oleh importer yang
4

memiliki API
Dilakukan oleh importer yang

Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai ( DJBC )
Bank Devisa

tidak memiliki API


- Yang tidak dikuasai ( lelang)
Pembelian bahan untuk industri Industri tertentu yang bergerak
5

tertentu

atau

pedagang pengumpul
perkebunan dan perikanan
Penjualan bahan bakar minyak, Produsen atau importer bahan
gas, dan pelumas

eksportir

dari di

bakar

bidang

minyak,

pertanian,

gas,

dan

pelumas
Penjualan barang yang tergolong Wajib
Pajak

Badan

yang

mewah
melakukan penjualan tersebut
Penjualan hasil industry tertentu : Industry tertentu yang menjual
- Kertas
- Baja
- Otomotif
- Semen
- Rokok

C. Tarif PPh Pasal 22


Atas impor :
1.

yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), 2,5% (dua setengah persen) dari

nilai impor;
2.

yang tidak menggunakan API, 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor;

3.

yang tidak dikuasai, 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.

1.

Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJA, Bendaharawan Pemerintah,

BUMN/BUMD (angka II butir 2,3, dan 4) sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga
pembelian dan tidak final.
2.

Atas penjualan hasil produksi (angka II butir 5) ditetapkan berdasarkan Keputusan

Direktur Jenderal Pajak, yaitu:


o Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
o Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
o Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
o Rokok = 0.15% x Harga Bandrol (Final)
o Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
3.

Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh Pertamina dan badan usaha

lainnya yang bergerak dalam bidang bahan baker minyak jenis premix, super TT dan gas
adalah sebagai berikut:
Jenis
Bakar

Bahan SPBU

Swastanisani SPBU Pertamina (%

(% dari penjualan)

dari penjualan)

Premium

0,3

0,25

Solar

0,3

0,25

Premix/ Super TT

0,3

0,25

Minyak Tanah

0,3

Gas LPG

0,3

Pelumas
0,3
Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur /dealer/agen, bersifat final. Atas pembelian
bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul (angka II butir
7) ditetapkan sebesar 0,5 % dari harga pembelian.
D. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22
1.

Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan tidak terutang PPh, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (8KB).
2.

Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai;

dilaksanakan oleh DJBC.


3.

Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali,

dan dilaksanakan oleh Dirjen BC.


4.

Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah yang jumlahnya paling banyak Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
5.

Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM,

benda-benda pos.
6.

Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas

untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.


7.

Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor Perbendaharaan dan

Kas Negara.
8.

Impor kembali (re-impor) yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai.


9.

Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

E. Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22

1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk.
Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan
dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB);
2.

Atas pembelian barang (angka II butir 2,3, dan 4) terutang dan dipungut pada saat

pembayaran;
3.

Atas penjualan hasil produksi (angka II butir 5) terutang dan dipungut pada saat

penjualan;
4.

Atas penjualan hasil produksi (angka II butir 6) dipungut pada saat penerbitan Surat

Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order);


5.

Atas pembelian bahan-bahan (angka II butir 7) terutang dan dipungut pada saat

pembelian.

F. Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporan PPh Pasal 22


1.

PPh Pasal 22 atas impor barang (angka II butir 1) disetor oleh importer dengan

menggunakan formulir Surat Setoran Pajak, Cukai dan Pabean (SSPCP). PPh Pasal 22 atas
impor barang yang dipungut oleh DJBC harus disetor ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan
Giro dalam jangka waktu 1(satu) hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP
secara mingguan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.
2.

PPh Pasal 22 atas pembelian barang (angka II butir 2 dan 3) disetor oleh pemungut atas

nama dan NPWP Wajib Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro secara kolektif
pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang. Pemungut
menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga, yaitu:
o lembar pertama untuk pembeli;
o lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak;
o lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan dilaporkan ke KPP
paling lambat 14 (empat belas ) hari setelah masa pajak berakhir.
3.

PPh Pasal 22 atas pembelian barang (angka II butir 4) disetor oleh pemungut atas nama

Wajib Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP dan menyampaikan SPT Masa
ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.

4.

PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (angka II butir 5 dan 7) disetor oleh pemungut

atas nama wajib pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10
(sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP. Pemungut
menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak
berakhir.
5.

PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (angka II butir 6) disetor sendiri oleh Wajib

Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah Pengeluaran
Barang (delivery order) ditebus dengan menggunakan SSP. Pemungut wajib menerbitkan
bukti pemungutan PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu:
o lembar pertama untuk pembeli;
o lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak;
o lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat paling lambat
20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
G. Cara Menghitung PPh Pasal 22
1. Cara menghitung PPh pasal 22 atas kegiatan Impor Barang
Besarnya PPh pasal 22 atas impor:
Yang

menggunakan

Angka

Pengenal

Importir

(API),

tarif

pemungutannya sebesar 2,5% dari nilai impor.

PPh Pasal 22 = 2,5% x Nilai Importir

Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Imortir (API), tarif


pemungutannya sebesar 7,5% dari nilai impor

PPh Pasal 22 = 7,5% x Nilai Importir

Yang tidak dikuasai,tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga


jual lelang.

PPh Pasal 22 = 7,5% x Harga Jual Lelang

Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang
digunakan sebagai dasar perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung
sebesar Cost Insurance Freight (CIF) +Bea Masuk+ Pungutan pabean
lainnya.
Contoh 1:
PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor komputer dari
Amerika Serikat dengan perincian sbb:
Harga Komputer (Cost)US$ 20,000.00
Asuransi (Insurance) US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) .US$ 4,000.00
Harga Pabean ..US$ 25,000.00
Pungutan :

- Bea Masuk 20% US$ 5,000.00


- Bea Masuk Tambahan 10% US$ 2,500.00
NILAI IMPOR US$ 32,500.00
Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor:pemberitahuan
impor barang) nilai kurs US $ 1.00= Rp 10.000,00 maka:
Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00=
Rp 325.000.000, PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 2,5% =
Rp 8.125.000,00
Contoh 2:
Seperti soal nomor diatas, tetapi PT ANGGARA tidak memiliki API,
maka perhitungan PPh Pasal 22 adalah :
Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp
325.000.000,PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 7,5% = Rp
24.375.000,2. Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Pembelian Barang Yang
Dibiayai dengan APBN/ APBD

PPh Pasal 22 = 1,5% x Harga Perolehan


Atas pembelian barang yang dananya dari belanja Negara atau
belanja daerah dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5%
dari harga pembelian.

Pembayaran yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22


adalah:
Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah
yang

dipecah-pecah)

yang

meliputi

jumlah

kurang

dari

Rp

1.000.000,00.
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air
minum/PDAM, dan benda-benda pos.
Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh
kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
Contoh 3 :
PT

Jayadi

Maju

melakukan

penjualan

lemari

arsip

kepada

Departemen Dalam Negri senilai Rp 220 juta. Pembayaran


dilakukan oleh Bendaharawan Depdagri. Dalam kontrak penjualan
dengan pemerintah yang didanai dari APBN/APBD, biasanya harga
jual sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
Diminta : Hitunglah PPh Pasal 22 PT Jayadi Maju
Jawab :
-

Dasar Pengenaan PPh Pasal 22: (100/110 x Rp 220 juta)=


Rp200.000.000,00.

PPh Pasal 22 yang dipungut Bendaharawan Pemerintah dari


transaksi

pembayaran:

Rp

200.000.000,00

1,5%=

Rp

3.000.000,00
3. Cara

Menghitung

PPh

Pasal

22

Atas

Penjualan

Produksi Industri Otomotif di Dalam Negeri.

Hasil

Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis kendaraan


bermotor beroda dua atau lebih di dalam negeri adalah 0,45% dari
dasar pengenaan pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai.

PPh Pasal 22 = 0,45% x DPP PPN


Penjualan kendaraan bermotor yg dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal
22 atas industry otomotif ini adalah penjualan kendaraan bermotor
kepada:
-

Instansi pemerintah
-

Korps diplomatic

Bukan subjek pajak

4. Cara

Menghitung

PPh

Pasal

22

Atas

Penjualan

Hasil

Produksi industri Rokok di dalam negeri


Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri rokok
pada saat penjualan rokok di dalam negeri adalah 0,15% dari
harga bandrol (pita cukai), dan bersifat final.

PPh Pasal 22 (Final)= 0,15% x Harga Bandrol

5. Cara

Menghitung

PPh

Pasal

22

Atas

Penjualan

Hasil

Produksi Industri Kertas di Dalam Negeri


Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri kertas
pada saat penjualan kertas di dalam negeri adalah 0,1% dari Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai.

PPh Pasal 22 = 0,1% x DPP PPN

6. Cara
Menhitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi
Industri Semen di Dalam Negeri
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri semen
pada saat penjualan semen di dalam negeri adalah 0,25% dari
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai.

PPh Pasal 22= 0,25% x DPP PPN


Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah penjualan
semen dalam negeri oleh PT Indocemen, PT Semen Cibinong dan
PT Semen Nusantara kepada Distributor utama / tunggalnya.
7. Cara

Menghitung

PPh

Pasal

22

Atas

Penjualan

Hasil

Produksi Industri Baja di Dalam Negeri.


Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industry baja
pada saat penjualan hasil produksinya di dalam negeri adalah 0.3%
dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai

PPh Pasal 22 = 0,3% x DPP PPN

8. Cara Menghitung PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina dan


Badan Usaha Selain Pertamina

Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Pertamina dan


badan usaha lainnya yang bergerak dibidang bahan bakar minyak
jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya
adalah sbb:
1. Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBU
swastanisasi adalah 0,3% dari penjualan

PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan


2. Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBU Pertamina
adalah 0,25% dari penjualan

PPh Pasal 22 = 0,25% x Penjualan


3. Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, dan pelumas adalah 0,3% dari
penjualan.

PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang dipungut oleh:
a. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau lembaga pemerintah
dan lembaga-lembaga Negara lainnya sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang.
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemrintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.
c. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah
B. Saran
Setelah penulis memaparkan hal hal yang berkaitan dengan PPh
pasal 22, penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat
melakukan pembayaran pajak guna membantu meningkatkan APBN
dan APBD khususnya pada PPh pasal 22.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id=13585
http://armuhammad.wordpress.com/2012/06/19/pph-pasal-22-

barang-mewah/
http://septikomariyah.blogspot.com/2012/11/makalah-

perpajakan-tarif-pajak.html
http://populerkan.blogspot.com/2010/11/makalah-pajak-

penghasilan.html
http://indahjewel.blogspot.com/2012/05/makalah-pph-pasal22.html

Das könnte Ihnen auch gefallen