Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Ny. S
Umur
: 59 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Status
: Menikah
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
ANAMNESIS
Autoanamnesis pada hari selasa, 08 Juni 2016 di bangsal M1 RSUD Kudus pada jam
10.00 WIB
Keluhan Utama
Page 1
Pasien bekerja ibu rumah tangga. Berobat ditanggung oleh BPJS. Kesan sosial
ekonomi cukup.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. VITAL SIGN
Tensi (T)
150/80 mmHg
Nadi (N)
88 x/ menit
Suhu (T)
36,7 C
20 x/menit
Keadaan Umum
Baik
Page 2
Kesadaran
Compos mentis
Status Gizi
Cukup
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD
OS
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
Bulbus okuli
blefarospasme (-),
Palpebra
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
entropion (-)
Edema (-),
Konjungtiva
infiltrat (-),
infiltrat (-),
hiperemis (+)
hiperemis (-)
Page 3
Putih
Bulat, jernih
Sklera
edema (-),
keratik presipitat (-),
Putih
Bulat, jernih
edema (-),
Kornea
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Iris
synekia (-)
Bulat,
Diameter 3mm
refleks pupil L/TL: +/+
Jernih
Jernih
Papil N.II bulat, batas tegas,
Pupil
Diameter 3mm
Lensa
Vitreus
Retina
glaumatosa (-)
N
glaumatosa (-)
N
TIO
Sistem Lakrimasi
Page 4
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
V.
Hasil
14,3
5,01
42,4
222.000
8.200
51,6
27,3
7,3
12,9
0,7
28,5
33,7
84,6
13,9
11,4
13,2
RESUME
Subjektif:
Page 5
Satuan
12,0-15,0 g/dL
4,0-5,1 jt/ul
36-47 %
150.000-400.000/L
4500-12.000/L
50 70%
25 40%
2 8%
2 4%
0 1%
27-31 pg
33-37 g/dL
79,0-99,0 fL
10,0-18,0 %
6,5 - 11,0 fL
10,0 - 180,0 fL
Telah diperiksa seorang perempuan usai 59 tahun, dengan keluhan kelopak mata
kanan bengkak dan nyeri sejak 4 hari yang lalu, keluhan disertai dengan timbulnya
bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan,
mata kanan merah dan berair.
Pasien mengaku meriang,merasa lemas, sebelum mata bengkak, kemudian mata
kanan mulai bengkak memerah sampai pasien kesulitan untuk membuka matanya,
kemudian pasien mengatkan mulai timbul daerah bintil-bintil dan mata kanan terasa
nyeri dan panas seperti terbakar. Kemudian berlanjut dengan mata mulai merah, terus
menerus berair, terasa mengganjal, keluar sedikit kotoran mata, dan tidak gatal.
Dirawat dengan keluhan nyeri kepala sebelah kanan disertai dengan pusing dan lemah
pada bagian tubuh sebelah kiri dan badan terasa pegal . dan Keluhan mata silau,
riwayat sakit tenggorokan, riwayat mual dan muntah disangkal. Riwayat hipertensi
(+)
Objektif:
PEMERIKSAAN
Visus
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
entropion (-)
Edema (-),
VI.
Konjungtiva
infiltrat (-),
infiltrat (-),
hiperemis (+)
hiperemis (-)
DIAGNOSA BANDING
Page 6
VII.
DIAGNOSA KERJA
PEMERIKSAAN
Visus
Palpebra
hiperemis (+)
Konjungtiva
hiperemis (-)
VII. TERAPI
Medikamentosa:
o Acyclovir 400 mg 5 dd 2 tab
o Inmatrol (Dexamethasone, polymyxin B sulfate, neomycin) 4 dd gtt 2
o Gentamycin 0,1 % eo tube 3dd OD
o Metilprednisolon 8 mg 2 dd 1 tab
VIII. PROGNOSIS
Page 7
Quo Ad Vitam
Quo Ad Fungsionam
Quo Ad Sanationam
Quo Ad Kosmetikam
OKULI DEKSTRA
Ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
OKULI SINISTRA
Ad bonam
Ad bonam
Ad bonam
Ad bonam
Uji Sensibilitas
Saran:
-
Menjaga agar vesikel tidak pecah dengan tidak menggaruk atau menggosok
lesi
TINJAUAN PUSTAKA
Page 8
Page 9
mukosa pipi, dasar mulut, dan 2/3 lidah anterior. Serabut motoris n. mandibularis
mensarafi otot-otot pengunyah.
ganglia spinal atau ganglia trigeminal kemudian menjadi laten. Virus Varisela-Zoster
termasuk famili herpes virus dan merupakan salah satu dari delapan virus herpes yang
diketahui menginfeksi manusia. Diameter virus ini kurang lebih adalah 150-200 nm dan
memiliki berat molekul sekitar 80 juta. Ciri khas pada strukturnya adalah memiliki
nukleokapsid isosahedral dengan dikelilingi lipid envelope. DNA double stranded terletak
ditengah-tengah struktur virus tersebut. Genome virus varicella zoster mengkode kurang
lebih 70 gen yang unik, kebanyakan memiliki susunan DNA dan fungsi yang homolog
dengan virus herpes lainnya. Early gene products meregulasi replikasi DNA, misalnya
polymerase DNA virus dan virus-specific tymidine kinase. Late genes mengkode protein
structural yang menjadi target oleh antibodi dan respon imun selular. 4
Patofisiologi
Page 11
Kondisi immunocompromised : usia > 50 tahun, HIV, Leukemia, orang dengan terapi radiasi
dan kemoterapi, orang dengan transplantasi organ mayor seperti sumsum tulang
Faktor reaktivasi : Trauma, malnutrisi, stres fisik dan emosi, demam, alkohol, gangguan
pencernaan, sinar ultraviolet, menstruasi, pengobatan imunosupresan jangka panjang
Page 12
Page 13
Ciri-Ciri
Herpes
Zoster Ophthalmicus 7
Tanda
Waktu timbulnya
Hari ke-0
Edema konjungtiva
2-3 hari
Krusta
Hari ke 6
Krusta kekuningan/discharge
1-2 minggu
1 minggu
Kelopak mata/conjunctiva
Blepharoconjunctivitis
Infeksi sekunder
Staphylococcus aureus
Episclera/sclera
Episcleritis/scleritis
Cornea
Punctate epithelial keratitis
Dendritic keratitis
4 - 6 hari
1 2 minggu
1 bulan - tahunan
Neurotrophic keratopathy
bulan - tahunan
Retina
Page 14
2 minggu - tahunan
Acute retinal
necrosis/progressive outer
retinal necrosis
Independent/varied
*
Optic neuritis
Independent/varied
*
Oculomotor palsies
Independent/varied
*
Cranial nerves
Diagnosis
Penegakan diagnosis sebagian besar dilihat dari anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,
dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Adanya gejala prodromal, riwayat menderita cacar air, manifestasi nyeri dan gambaran
ruam kulit seperti vesikel dengan karakteristik distribusi sesuai dermatom dan unilateral.
Pemeriksaan Oftalmologi
Bisa ditemukan blefaritis, konjungtivitis, skleritis, keratitis, uveitis, nekrosis retina
akut, optic neuritis, dan occulomotor palsies sesuai dengan tanda khas dari herpes zoster
oftalmikus.
Pemeriksaan Penunjang
Jika gambaran lesi tidak begitu jelas maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang
Page 15
Diagnosis Banding
a. Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar yang sama7
- Herpes simplek
- Blefaritis ulseratif
b. Kondisi yang menyebabkan penyebaran nyeri
- Tic Douloureux
- Migrain
- Pseudotumor orbita
- Selulitis orbita
- Nyeri akibat sakit gigi
c. Kondisi yang menyebabkan inflamasi stromal kornea
- Epstein Barr Virus
- Mumps
- Sifilis
Penatalaksanaan
Strategi pengobatan pada infeksi akut herpes zoster oftalmikus yaitu antivirus,
kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesik yang adekuat. Jika tidak diobati dengan
adekuat dapat terjadi kerusakan permanen pada mata termasuk inflamasi yang kronik, nyeri
yang mengganggu (neuralgia pasca herpes) dan hilangnya tajam pengelihatan.
1. Obat
Page 16
Komplikasi
1.
Postherpetic neuralgia merupakan komplikasi herpes zoster yang paling sering terjadi
pada sekitar 10-15% pasien herpes zoster dan merusak saraf trigeminal. Postherpetic
neuralgia didefinisikan sebagai gejala sensoris, biasanya sakit dan mati rasa. Rasa nyeri
akan menetap setelah penyakit sembuh, dan dapat terjadi karena penyembuhan yang
tidak baik pada penderita usia lanjut. Nyeri bisa menetap lebih dari 3 bulan setelah
penyembuhan.7
2.
Konjungtiva. Pada mata komplikasi yang dapat timbul adalah kemosis yang ada
hubungannya dengan pembengkakan palpebra. Dapat juga timbul vesikel-vesikel di
konjungtiva tetapi jarang terjadi ulserasi.2
Page 17
3.
Kornea. Bila comea terkena maka akan timbul infiltrat yang berbentuk tidak khas dengan
batas yang tidak tegas, tetapi kadang-kadang infiltratnya dapat menyerupai herpes
simplex yaitu dendritik. Proses yang terjadi pada dasarnya berupa keratitis profunda yang
bersifat kronis dan dapat bertahan beberapa minggu setelah kelainan kulit sembuh.
Akibat kekeruhan komea maka visus akan menurun.8
4. Iris. Adanya lesi di ujung hidung merupakan tanda penyebaran virus ke n. nasociliaris
yang merupakan cabang dari n. ophthalmicus yang juga menginervasi daerah iris, korpus
siliaris dan kornea. Iritis/iridosiklitis dapat merupakan penjalaran dari keratitis ataupun
berdiri sendiri. Iritis biasanya ringan, jarang menimbulkan eksudat, pada yang berat
kadang-kadang disertai dengan hipopion atau glaucoma sekunder. Akibat dari iritis ini
sering timbul sequele berupa iris atrofi. Pada beberapa kasus dapat disertai kerusakan
sphincter pupil.2
5. Sklera. Skleritis merupakan komplikasi yang jarang ditemukan, biasanya merupakan
lanjutan dari iridosiklitis. Pada sklera akan terlihat nodulus dengan injeksi lokal yang
dapat timbul beberapa bulan sesudah sembuhnya lesi di kulit. Nodulusnya bersifat
kronis, dapat bertahan beberapa bulan, bila sembuh akan meninggalkan sikatrik dengan
hiperpigmentasi. Skleritis ini dapat kambuh lagi.4
6. Ocular palsy. Dapat timbul bila mengenai N III, N IV, N VI, N III dan N IV. Paralisis dari
otot-otot extraocular ini karena perluasan peradangan dari N Trigeminus di daerah sinus
cavemosus. Timbulnya paralisis biasanya dua sampai tiga minggu setelah gejala
permulaan dari zoster dirasakan, walaupun ada juga yang timbul sebelumnya. Prognosis
pada umumnya baik dan akan kembali normal kira-kira dua bulan kemudian.7
7. Retina. Kelainan retina yang ada hubungannya dengan zoster jarang ditemukan. Kelainan
tersebut berupa koroiditis dan perdarahan retina, yang umumnya disebabkan adanya
retinal vaskulitis.2
8. Neuritis optik. Neuritis optik juga jarang ditemukan, tetapi bila terjadi dapat
menyebabkan kebutaan karena timbulnya atrofi n. opticus. Gejalanya berupa skotoma
sentral yang dalam beberapa minggu akan terjadi penurunan visus sampai menjadi buta.2
DAFTAR PUSTAKA
Page 18
1.
Baehr, Frotscher. 2012. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
2.
Vaughan DG, et al. 2007. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
3.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk
Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi II. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.
4.
Singh, Daljit. 2011. Herpes Zoster. Accessed on May 24th, 2013. Available at
http://emedicine.medscape.com.
5.
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2006. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi V.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6.
7.
8.
Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
9.
Sunita A., Athiya G., David J. 2008. Textbook of Ophthalmology. USA: Appleton &
Lange.
Page 19