Sie sind auf Seite 1von 16

Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA-CHINA


PERIODE 2000-2009

Nurul Huda 1
Fakultas Ekonomi Universitas YARSI
pakhuda@yahoo.com
Zulihar 2
Fakultas Ekonomi Universitas YARSI
zulihar@yahoo.com

Abstract
ASEAN-China free Trade Agreement has already begun on January 1, 2010, the impact of the
agreement was beginning to look at the state of Indonesia which is marked with a circulation of
more and more China products with prices relatively low. This article tries to do an analysis of
Indonesia's trade balance with China during the period 2000-2009 as well as analyzing what
kind of strategies that can be related to government trade relations with China. The results of
the analysis, during the period 2000-2007 the trade balance between Indonesia and China
experienced surplus, and in the year 2008-2009 Indonesia experienced deficit trade balance.
Export commodities of Indonesia to China are rubber commodities, coal, crude palm oil,
chemicals and paper products. Main commodities while imports from China Indonesia covering
consumer goods, clothing materials and capital goods. The steps that can be undertaken by
government regarding trade between Indonesia-China trade namely infrastructure
development, facilitates licensing, capital, control of China's products and love the movement of
domestic products.
Keyword , Bilateral trade, commodities, consumer, capital

I. PENDAHULUAN ribuan tahun, dampaknya terhadap


kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru
dirasakan beberapa abad belakangan.
1.1. Latar Belakang Masalah
Perdagangan internasional turut mendorong
Di berbagai negara, perdagangan Industrilalisasi, kemajuan transportasi
internasional menjadi salah satu faktor utama globalisasi dan kehadiran perusahaan
untuk meningkatkan GDP. Meskipun multinasional.
perdagangan internasional telah terjadi selama

1
Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas YARSI Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510,
mahasiswa program Doktor Ekonomi Syariah Universitas Airlangga dan dosen Pasca Sarjana Universitas
Indonesia.
2
Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas YARSI, Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 183


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

Mulai tanggal 1 Januari 2010, kesepakatan kenaikan sebesar 600%, yang merupakan
perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade kejadian pertama kali dalam sejarah dunia.
Agreement (AC-FTA) diberlakukan. China Dengan sistem perekonomian yang export-
beserta enam negara anggota Perhimpunan oriented, China mampu menaikan nilai export
Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dari 267 Milyar Dollar (2001) menjadi 762
akhirnya bergabung ke dalam kawasan Milyar Dollar (2005). 3
perdagangan bebas (FTA). Ini berarti, produk Ekonomi China yang sangat beorientasi
dari China akan membanjiri pasar domestik. pada ekspor menjadi tantangan berat bagi
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) negara-negara industri. Tekanan persaingan
mengatakan, setidaknya sekitar 400 kawasan dari China yang naik dengan pesat tidak hanya
perdagangan beroperasi pada tahun 2010. Hal di sektor tekstil, namun juga telah merambah
ini menjadikan langkah awal menuju industri elektronik, telekomunikasi bahkan
perdagangan global liberalisasi yang luas. otomotif dan transport. Sebagian Manager
China dengan penduduk sekitar 1, 3 bahkan menyatakan “China is very
Milyar dan daerah yang sangat luas menjadi dangerous” dan menuntut pemerintah Jerman
daya tarik tersendiri bagi kalangan industri agar segera mengambil kebijakan yang tepat
dan perdagangan. China seolah menjadi untuk menyelamatkan ekonomi dalam
harapan besar untuk mendongkrak omset negerinya. Namun reformasi politik Jerman
perdagangan industri, ibarat gula manis yang dirasakan oleh beberapa kalangan berjalan
mampu menyedot semut-semut untuk sangat lambat. Sehingga gelombang
mendatanginya. Kalangan Manager Eropa penutupan pabrik-pabrik di Jerman selama
melihatnya dengan mata berbinar-binar, beberapa tahun terakhir seperti tidak bisa
seolah-olah menawarkan peluang pasar yang dihindari. Demonstrasi serikat pekerja
tiada batasnya. Tuntutan untuk dekat dengan menentang penutupan pabrik dan PHK seakan
market, menjadi alasan bagi banyak menjadi berita sehari-hari di koran dan televisi
perusahaan Jerman dan Eropa untuk Jerman. Setiap pekerja di Jerman merasa tidak
berbondong-bondong membuka pabrik dan yakin lagi akan masa depan pekerjaannya.
bekerja sama dengan China. Selain itu tekanan Menurut hasil penelitian Forsa Institut di
biaya produksi yang tinggi di Jerman, Berlin, setiap 5 pekerja merasa Stress karena
memperkuat keinginan mereka untuk takut terkena PHK.
memindahkan pusat produksi ke negara lain Sebagian perusahaan Jerman memindah-
dengan upah yang lebih rendah. kan produksinya ke negara eropa timur,
Melihat pertumbuhan ekonomi dan sebagian lagi ke negeri China atau India.
perdagangan negara China, banyak pakar Tetapi tidak semua perusahaan tersebut
mengatakan sebagai hal yang fenomenal. memiliki pertimbangan dan analisa yang
Angka pertumbuhan China memang lebih cukup terhadap risiko di negara lain yang akan
cepat daripada yang diperkirakan oleh banyak dihadapi. Yang sering menjadi pertimbangan
kalangan. Menurut Majalah FOCUS, pada utama adalah upah pekerja di Jerman yang
bulan Desember 2005 pemerintah China relatif sangat tinggi, sehingga produknya yang
mampu mengangkat lagi GDP nya sebesar 285 mahal tidak mampu bersaing dengan produk
Milyar Dollar, sehingga ekomoni China China. Beberapa kalangan bahkan
menempati peringkat ke 6 sedunia. Bila menganggap, ”Made in Germany” tidak
digabung dengan Hongkong, maka akan mampu bersaing lagi, Jerman bukan lagi Pusat
mampu menyamai USA, Jepang dan Jerman. Teknologi dan Inovasi.
Menurut Hong Liang dari Goldman Sachs,
sejak 27 tahun terakhir perekonomian China
3
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar Sri Nugroho, Globalisasi Perdagangan China-ASEAN:
9,4%. Sedangkan GDP per kepala mengalami Peluang atau Mimpi Buruk?, diambil dari situs
www.aipse.org, tanggal 24 Februai, jam 19.45

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 184


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

1.2. Perumusan Masalah mengekspor barang jika negera ini memiliki


Bagaimana peluang perdagangan bilateral keunggulan mutlak tersebut dan akan
antara Indonesia dan China ? Makalah ini mengimpor barang bila tidak memiliki
mencoba menganalisis perdagangan bilateral ketidakunggulan mutlak.
antara Indonesia dan china tersebut dengan Teori Absolute Advantage lebih
beberapa pertanyaan yang akan dijawab yaitu : mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan
1. Bagaimana perkembangan neraca moneter sehingga sering dikenal dengan nama
perdagangan Indonesia dengan China teori murni (pure theory) perdagangan
selama periode 2000-2009 ? internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini
2. Komoditi apa saja yang menjadi andalan memusatkan perhatiannya pada variabel riil
ekspor Indonesia ke China dan sebaliknya seperti misalnya nilai suatu barang diukur
komditi apa saja yang menjadi andalan dengan banyaknya tenaga kerja yang
china untuk diekspor ke Indonesia? dipergunakan untuk menghasilkan barang.
3. Langkah apa yang dapat dilakukan Makin banyak tenaga kerja yang digunakan
Pemerintah Indonesia terkait perdagangan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor
dengan China? Theory of value) 4 . Teori absolute advantage
Adam Smith yang sederhana menggunakan
teori nilai tenaga kerja, Teori nilai kerja ini
II. TEORI PERDAGANGAN bersifat sangat sederhana sebab menggunakan
INTERNASIONAL anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya
homogeny serta merupakan satu-satunya
faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga
2.1. Teori Klasik Keunggulan Mutlak kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak
(Absolute Advantage/ Absolute Cost: hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak
Adam Smith) bebas.
Pandangan Teori Klasik berkembang
pada abad ke-18. Pelopor teori ini di antaranya 2.2. Biaya Relatif (Comparative Cost:
adalah Adam Smith. Pandangan ini David Ricardo)
berpendapat bahwa logam mulia tidak Teori David Ricardo didasarkan pada
mungkin ditumpuk dengan surplus ekspor nilai tenaga kerja atau theory of labor value
karena logam mulia akan mengalir dengan yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu
sendirinya melalui perdagangan internasional cost comparative produk ditentukan oleh
(price specie flow mechanism). Adam Smith jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan
menginginkan tidak adanya campur tangan untuk memproduksinya. Menurut teori cost
pemerintah dalam perdagangan bebas, karena comparative advantage (labor efficiency), 5
perdagangan bebas akan membuat orang suatu negara akan memperoleh manfaat dari
bekerja keras untuk kepentingan negaranya perdagangan intemasional jika melakukan
sendiri dan sekaligus mendorong terciptanya spesialisasi produksi dan mengekspor barang
spesialisasi. Dengan terciptanya spesialisasi di mana negara tersebut dapat berproduksi
maka negara akan menghasilkan suatu produk relatif lebih efisien serta mengimpor barang di
yang memiliki keunggulan mutlak (absolute mana negara tersebut berproduksi relatif
advantage). kurang/tidak efisien. Berdasarkan contoh
Dalam padangan kritisnya, Adam hipotetis di bawah ini maka dapat dikatakan
Smith mengemukan teori absolute advantage bahwa teori comparative advantage dari
(keunggulan mutlak) tersebut, di mana negara
4
akan memperoleh manfaat perdagangan Nopirin,Ekonomi Internasional, penerbit : Liberty,
inetrnasional (gain from trade) karena Yogyakarta, 1995,hlm 8.
5
Richard Lipsey et all, Economic, diterjemahkan,Agus
melakukan spesialisasi produksi dan
Maulana, Binarupa Aksara,1992, hlm 440

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 185


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

David Ricardo adalah cost comparative tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
advantage. Teori ini mencoba melihat langka/mahal dalam memproduksinya.
keuntungan atau kerugian dalam perbandingan Teori Heckscher-Ohlin (H-O) 6 menje-
relatif. Teori ini berlandaskan pada asumsi: laskan beberapa pola perdagangan dengan
1. Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai baik, negara-negara cenderung untuk
suatu barang ditentukan oleh jumlah mengekspor barang-barang yang
tenaga kerja yang dipergunakan untuk menggunakan faktor produksi yang relatif
menghasilkan barang tersebut, dimana melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-
nilai barang yang ditukar seimbang dengan Ohlin, suatu negara akan melakukan
jumlah tenaga kerja yang dipergunakan perdagangan dengan negara lain disebabkan
untuk memproduksinya. negara tersebut memiliki keunggulan
2. Perdagangna internasional dilihat sebagai komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi
pertukaran barang dengan barang. dan keunggulan faktor produksi. Basis dari
keunggulan komparatif adalah:
3. Tidak diperhitungkannya biaya dari
pengangkutan dan lain-lain dalam hal 1. faktor endowment, yaitu kepemilikan
pemasaran faktor-faktor produksi didalam suatu
negara.
4. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, 2. Faktor intensity, yaitu teksnologi yang
hal ini berarti skala produksi tidak digunakan didalam proses produksi,
berpengaruh. Faktor produksi sama sekali apakah labor intensity atau capital
tidak antar negara. Oleh karena itu ,suatu intensity.
negara akan melakukan spesialisasi dalam
produksi barang-barang dan 2.4. Keunggulan Kompetitif (Competitive
mengekspornya bilamana negara tersebut Advantage: Porter);
mempunyai keuntungan dan akan
Menurut Porter 7 , dalam era
mengimpor barang-barang yang
persaingan global saat ini, suatu bangsa atau
dibutuhkan jika mempunyai kerugian
negara yang memiliki com.petitive advantage
dalam memproduksi.
of nation dapat bersaing di pasar intemasional
bila memiliki empat faktor penentu yang
2.3. Teori Modern Keunggulan Komparatif digambarkan sebagai suatu diamond
(Comparative Advantage: dari Model
Hechsher & Ohlin);
Menurut teori Heckscher - Ohin atau
teori H - O, perbedaan opportunity cost suatu
produk antara satu negara dengan negara lain
dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah
atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
(endowment factors) masing-masing negara.
Perbedaan opportunity cost tersebut dapat 6
Nopirin,Ekonomi Internasional, penerbit : Liberty,
menimbulkan terjadinya perdagangan Yogyakarta, 1995,hlm20, lihat Paul Krugman and
internasional. Negara-negara yang memiliki Maurice Obstfeld International Economics: Theory and
faktor produksi relatif banyak/murah dalam Policy, Sixth Edition, Chapter 4
mem-produksinya akan melakukan spesialisasi 7
Apridar, Ekonomi Internaional : Sejarah,Teori
produksi dan mengekspor barangnya. Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya, :
Sebaliknya, masing-masing negara akan All Rights Reserved © Unimal Press, 2007, hlm
mengimpor barang tertentu jika negara 129-130

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 186


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

Gambar 1. efektifitas, serta peningkatan kualitas produk


Skema Porter – Diamond dan pelayanan.
FACTOR
STRATEGY
III. NERACA PERDAGANGAN
INDONESIA – CINA.
FACTOR DEMAND
CONDITIONS CONDITIONS 3.1. Sekilas Tentang Hubungan Indonesia
-China
RELATED &
SUPPORTING Menurut Kustia (2001) 8 Hubungan
diplomatik Indonesia-China dimulai pada
Sumber : Apridar, 2007 tahun 1950. Hubungan awal ini belum
memberikan hubungan yang produktif,
Factor conditions adalah sumber daya karena situasi dalam negeri Indonesia dan
(resources) yang dimiliki oleh suatu negara China yang sedang disibukkan oleh proses
yang terdiri atas lima kategori berikut ini: rekontruksi dalam suasana revolusi.
1. Human resources (SDM) Hubungan diplomatik Indonesia-China
2. Physical resources (SDA) dibekukan pada Oktober tahun 1967
3. Knowledge resources (IPTEK) atau (SDT) setelah peristiwa G30S/PKI, disebabkan
4. Capital resources (Permodalan) atau (SDC) peran China dalam membantu PKI saat itu.
5. Infrastructure resources (Prasarana) atau Upaya-upaya China untuk membuka
(SDI) kembali hubungan diplomatik dengan In-
donesia nampak pada tahun 1985-1988.
Permintaan merupakan salah satu faktor Indonesia saat itu tidak segera memberikan
penting dalam menentukan keunggulan daya tanggapan, karena peristiwa G30S/ PKI
saing atau competitive advantage suatu bangsa meninggalkan keraguan politik bagi
/ perusahaan produk atau jasa yang dihasilkan- Indonesia untuk normalisasi hubungan
nya. Adapun yang dimaksud dengan "demand Indonesia-China.
conditions" tersebut terdiri atas: Dipulihkanya kembali hubungan
1. Composition of home demand diplomatik Indonesia-China ditandai oleh
2. Size and pattern of growth of home demand kunjungan resmi Perdana Menteri China ke
3. Rapid home market growth Indonesia pada Tanggal 6-10 Agustus 1990
4. Trend of international demand dengan ditandatanganinya naskah
Untuk menjaga dan memelihara kelang- memorandum of understanding mengenai
sungan keunggulan daya saing, maka perlu pemulihan hubungan diplomatik, juga
selalu dijaga kontak dan koordinasi dengan dengan dilakukannya penandatanganan
pemasok (supplier), terutama dalam menjaga naskah persetujuan hubungan kerja sama
dan memelihara value chain. Strategi dibidang ekonomi dan perdagangan antara
perusahaan, struktur organisasi dan modal kedua negara. Hubungan bilateral
perusahaan, serta kondisi persaingan di dalam Indonesia-China dalam bidang ekonomi,
negeri merupakan faktor-faktor yang akan perdagangan dan kerjasama tehnik selama
menentukan dan mempengaruhi competitive periode 1999/ 2000 secara umum semakin
advantage perusahaan. Rivalry yang berat di meningkat. Dalam rangka Kerjasama
dalam negeri biasanya justru akan lebih Teknik antar- Negara Berkem-bang (KTNB)
mendorong perusahaan untuk melakukan
pengembangan produk dan teknologi, 8
Lihat Koesmawan, Penentuan Jenis Komoditas Ekspor
peningka-tan produktivitas, efisiensi dan Indonesia ke China: Pemanfaatan Hubungan
Perdagangan Indonesia China, Jurnal Ekonomi dan
BisnisNo.Jilid 7, 2002, hlm 7

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 187


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

selama periode tahun 1999/2000, surplus untuk Indonesia, yang pada tahun
Indonesia telah menawarkan kepada China 2000 mencapai nilai sebesar 1,34 milyar
sebanyak 8 buah, yang meliputi bidang dollar AS. Dalam tahun 2000, Indonesia
telekomunikasi, peran media dan televisi, merupakan negara urutan ke 14 sebagai
perumahan, dan irigasi. China telah negara tujuan ekspor China, dan urutan ke
memanfaatkan program pelatihan ini dan 13 sebagai negara sumber impor
mengirim 8 orang peserta, sebaliknya China (Atase Perindag, 2000). Dalam
China juga menawarkan program pelatihan bidang pariwisata diharapkan meningkat
teknologi kepada pihak Indonesia. Jika terutama dari China ke Indonesia. Setelah
dikaitkan dengan perkembangan alih dilakukan kemudahan- kemudahan dalam
teknologi, sulit ditemukan suatu bukti prosedur keimigrasian dan setelah Indonesia
empirik apakah ada pengaruh China dalam oleh China ditetapkan sebagai approved
kemajuan teknologi Indonesia. Nilai destination status pada bulan Oktober 2000.
perdagangan Indonesia-China pada tahun Menteri pariwisata dan seni, menyatakan
1999 mengalami pertumbuh- an yang pesat, sebanyak 1,3 juta turis China masuk ke
yaitu naik sebesar 33,1% dibandingkan Indonesia. Penandatanganan kerjasama
dengan nilai perdagangan tahun 1998. pariwisata telah dilakukan di Jakarta
Menurut data BPS ekspor China ke pada Tanggal 8 Nopember 2001. Investasi
Indonesia tahun 2000 sebesar 3,06 milyar China di Indonesia sampai bulan Juli 2000,
dollar AS, naik sebesar 60% dibandingkan menurut catatan BKPM mencapai 362,8
tahun sebelumnya sebesar 906 juta dollar juta dollar AS untuk 81 proyek,
AS. Untuk tahun 2001 sampai bulan merupakan peringkat ke-28 de- ngan nilai
September sebesar 2, 12 milyar dollar AS 0,16% dari total investasi. (Kustia,2001,
turun 6, 19%, dibandingkan periode yang Lihat juga laporan Atase Indag KBRI
sama tahun sebelum- nya sebesar 2, 18 Beijing, 2001). Lebih jauh dapat dilihat trade
milyar dollar AS. Neraca perdagangan balance perdagangan Indonesia-China sebagai
Indonesia-China selama ini menunjukan berikut :

Tabel 1
Tabel Ekspor-Impor Indonesia ke China 2000-2006 (USD 000)
Year Petroleum & Natural Gas Non Petroleum & Natural Gas Total Volume
Exports % Imports % Exports % Imports % Exports Imports
2000 14,367 23.13 6,019 17.96 47,757 76.87 27,495 82.04 62,124 33,515
2001 12,636 22.44 5,472 17.67 43,685 77.56 25,490 82.33 56,321 50,962
2002 12,113 21.19 6,526 20.86 45,064 78.81 24,763 79.14 57,159 31,289
2003 13,651 21.83 7,630 23.06 48,876 78.17 25,490 76.94 62,527 33,086
2004 15,645 21.86 11,732 25.22 55,939 78.14 34,792 74.78 71,585 46,525
2005 19,231 22.13 17,457 28.2 66,428 77.87 40,243 71.8 85,660 57,701
2006 21,188 21.04 18,975 31,07 79,502 78.96 42,103 68.93 79,502 61,078
Sumber: Badan Pusat Statistik

Perdagangan yang dilakukan surplus perdagangan Indonesia terhadap china


Indonesia- China baik pada industry migas sebesar USD 18,424 ribu. Impor migas
maupun non migas selama periode 2000-2006, Indonesia dari cina mengalami kenaikan yang
Indonesia mengalami surplus perdagangan . sangat signifikan yaitu dari USD 6,019 Ribu
Surplus terbesar pada tahun 2003 sebesar USD tahun 2000 menjadi USD 18,975 Ribu pada
29,441 Ribu tetapi nilai surplus tersebut terus tahun 2006 mengalami kenaikan kurang lebih
mengalami penurunan hingga tahun 2006 300%. Sedangkan untuk impor non migas

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 188


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

kondisi sebaliknya terjadi yaitu terjadi 43,685 Ribu sedangkan sebelumnya tahun
penurunan dari periode 2000 sampai dengan 2000 bernilai USD 47,757 Ribu periode
2002 setelahn itu sejak tahun 2003 hingga selanjutnya ekspor non migas Indonesia ke
2006 mengalami kenaikan. China terus mengalami peningkatan hingga
Perkembangan Ekspor non migas tahun 2006.
selama periode 2000-2006 hanya satu periode
ekspor Indonesia ke China yang menagalami
penurunan yaitu tahun 2001 dengan nilai USD

Tabel 2
Neraca Perdagangan Indonesia- China
Periode 2007-2009 (November) USD (000)
Jan-Nov Perub(%)
URAIAN 2007 2008
2008 2009 2009/2008
TOTAL ERDAGANGAN 18.233.389,8 26.883.672,6 25.379.042,6 22.567.793,7 -11,08
MIGAS 3.612.035,6 4.148.600,9 3.993.747,2 2.845.777,09 -28,74
NON MIGAS 14.621.354,3 22.735.071,7 21.385.295,5 19.722.016,6 -7,78
EKSPOR 9.675.512,7 11.636.503,7 11.004.110,8 10.106.393,9 -8,16
MIGAS 3.011.412,8 3.849.335,3 3.694.951,0 2.393.127,4 -35,23
NON MIGAS 6.664.099,9 7.787.168,4 7.309.159,8 7.713.266,5 5,53
IMPOR 8.557.877,1 15.247.168,9 14.374.931,9 12.461.399,9 -13,31
MIGAS 600.622,7 299.265,6 298.796,2 452.649,7 51,49
NON MIGAS 7.957.254,4 14.947.903,3 14.076.135,7 12.008.750,1 -14,69
NERACA PERDAGANGAN 1.117.635,6 -3.610.665,2 -3.370.821,1 -2.355.006,0 -30,14
MIGAS 2.410.790,1 3.550.069,7 3.396.154,8 1.940.477,6 -42,86
NON MIGAS -1.293.154,5 -7.160.734,9 -6.766.975,9 -4.295.483,6 -36,52
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Pusdata Dep. Perdagangan (2009)

Pada tahun 2007 neraca perdagangan sebesar USD 2.410.790,1


Indonesia terhadap China mengalami kondisi Pada tahun 2009 (hingga bulan
surplus, hal ini disebabkan surplus pada sektor Nopember), dampak adanya krisis keuangan
Migas sebesar USD 2.410.790,1 sedangkan yang terjadi di Amerika mulai berdampak
pada perdagangan non migas Indonesia pada nilai perdagangan antara Indonesia dan
mengalami deficit sebesar USD -1.293.154,5, China yang mengalami penurunan bila
sehingga secara total neraca perdagangan dibanding dengan tahun 2008 (Nopember),
Indonesia terhadap China mengalami surplus secara total nilai perdagangan mengalami
sebesar USD 1.117.635,6 penurunan. Penurunan itu akibat turunnya
Pada tahun 2008, neraca perdagangan permintaan produk atau komoditas seperti,
Indonesia sudah mengalami kondisi deficit karet, tekstil dan produk tekstil (TPT), alas
sebesar USD -3.610.665,2, hal ini disebabkan kaki dan lainnya. Penurunan ini cukup
meningkatnya deficit perdagangan non migas disayangkan mengingat sejak tahun 2001, nilai
yang mencapai USD -7.160.734,9 (mengalami volume perdagangan Indonesia-China rata-rata
kenaikan nilai deficit dibandingkan tahun 2007 tumbuh 20%. Bahkan, pada 2008, nilai
) sedangkan untuk perdagangan migas perdagangan kedua negara mencapai US$ 26,8
Indonesia masih mengalami kondisi surplus miliar. Angka ini tertinggi dalam beberapa
sebesar USD 3.550.069,7 mengalami kenaikan tahun terakhir sejak 2001. Penurunan nilai
dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya terbesar pada sektor migas mencapai 28,74 %

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 189


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

dibandingkan dengan tahun 2008. Sedangkan pertambangan dan manufatur yang masing-
sektor non migas mengalami penurunan masing tumbuh sebesar 16,1%, 7,5% dan
sebesar 7,78 %. Sedangkan untuk ekspor non 16,6% (quartile.to.quartile). Pertumbuhan
migas Indnesia ke China mengalami kenaikan ekspor pada periode Tw.IV 2009 tersebut
5,53%, untuk ekspor migas mengalami terutama ditopang oleh ekspor ke Cina yang
penurunan sebesar 35,23% dibandingkan tumbuh 30,3% (pangsa 10%), disusul oleh
dengan tahun 2008. Untuk Impor terjadi Singapura (tumbuh 26,7%, pangsa 9,2%) dan
kondisi sebaliknya dimana nilai impor migas Amerika Serikat (tumbuh 5,5%, pangsa 9,8%).
mengalami kenaikan sebesar 51,49% sedang- Secara tahunan, pertumbuhan ekspor ke ketiga
kan nilai impor non migas mengalami negara tersebut juga menunjukkan
penurunan 14,69 %. pertumbuhan positif seiring dengan makin
membaiknya perekonomian di kawasan Asia
3.2. Peranan China Terhadap Total dan Amerika.
Perdagangan Indonesia Pada table 3 di bawah juga terlihat
Nilai ekspor nonmigas Indonesia pada bahwa pertumbuhan years on years ekspor
Triwulan ke-IV-2009 tercatat sebesar USD Indonesia ke China mengalami pertumbuhan
29,2 miliar atau naik 14,0% dibanding yang terbesar yaitu 84,3% lebih besar
triwulan sebelumnya sebesar USD 25,6 miliar. disbanding total pertumbuhan ekspor
Perbaikan kinerja ekspor tersebut didukung Indonesia.
oleh ekspor di semua sektor, yaitu pertanian,

Tabel 3
Perkembangan Ekspor Ke Negara-Negara Tujuan Utama
Triwulan IV 2009

Sumber : Bank Indonesia, Laporan Neraca Pembayaran Indonesia, Februari (2010)


Catatan : q.t.q = quartile to quartile
y.o.y =years on years

Sedangkan untuk Import yang senyawa organik, barang-barang plastik,


dilakukan Indonesia terhadap komoditi yang produk tekstil, dan sebagainya.
berasal dari china ternyata sangat dominan Selain itu jika dilihat dari perspektif
dengan nilai USD 3.983 Juta atau dengan pertumbuhan baik tahun ke tahun impor
pangsa 17,5 % lebih besar dibandingkan impor Indonesia ke China mengalami pertumbuhan
dari Jepang (12,5%), Singapura (11,0%) dan tertinggi dibandingkan dengan tujuan ekspor
Uni Eropa (10,5 %). Produk-produk Cina lainnya yaitu sebesar 8,7% . Sedangkan
yang masuk ke Indonesia antara lain berupa dengan Negara Jepang mengalami
barang jadi kulit, produk pertanian, alas kaki, pertumbuhan negative sebesar 28,5%, begitu
juga Negara Uni Eropa mengalami

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 190


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

pertumbuhan negative sebesar 29,6 %. Untuk pada tahun 2009 mengalami penurunan
Negara Singapura hanya naik sebesar 1,8 % sebesar -8,4% dibandingkan dengan tahun
dan Amerika mengalami kenaikan sebesar 2008.
6,3%. Sedangkan secara total import Indonesia

Tabel 4
Perkembangan Impor Ke Negara-Negara Tujuan Utama
Triwulan IV

Sumber : Bank Indonesia, Laporan Neraca Pembayaran Indonesia, Februari 2010

Berdasarkan pada table 3 dan 4 terlihat menggambarkan pertumbuhan pasar suatu


bahwa impor ke negara tujuan utama China komoditas di China. Kriteria kedua, pangsa
menduduki peringkat pertama, sedangakan pasar impor suatu komoditas terhadap total
dalam hal ekspor China menempati peringkat impor China. Kriteria ini ditujukan untuk
ke 3 Tujuan Ekspor Indonesia, hal ini berarti melihat derajat kepentingan komoditas
kontribusi china dalam perkembangan ekspor tersebut bagi China dan melihat daya saing
dan impor Indonesia memegang peranan komoditas domestik China. Semakin tinggi
strategis, walaupun secara total perdagangan pangsa pasar suatu komoditas terhadap total
Indonesia masih mengalami kondisi deficit impornya, ketergantungan China terhadap
pada periode 2009 komoditas produksi luar negeri juga semakin
tinggi. Kriteria ketiga, pangsa ekspor suatu
3.3. Komoditi Utama Ekspor - Impor produk terhadap total ekspor Indonesia.
Indonesia-China Kriteria ini digunakan untuk melihat faktor
a. Komoditi Ekspor Utama Indonesia ke daya saing Indonesia di pasar global. Suatu
China produk yang memiliki daya saing tinggi
Di tengah ancaman melambatnya cenderung akan memiliki nilai ekspor yang
perekonomian AS, pasar China menjadi salah relatif tinggi terhadap total nilai ekspor
satu alternatif tujuan ekspor Indonesia yang Indonesia. Kriteria keempat adalah pangsa
harus diperhitungkan. Oleh karena itu, pasar komoditas yang diimpor dari Indonesia
identifikasi sektor ekspor prospektif di pasar terhadap total impor China dari seluruh dunia
China sangat diperlukan. Optimalkan China akan komoditas tersebut. Kriteria ini
sebagai tujuan ekspor dengan memanfaatkan digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan
sektor yang berpotensi tinggi. Indonesia menembus pasar China. Dengan
Ada beberapa kriteria yang digunakan kata lain, kriteria ini dapat digunakan untuk
untuk menentukan potensi pasar China bagi melihat komoditas Indonesia mana yang dapat
Indonesia. Kriteria pertama, rata-rata bersaing dengan baik di pasar China. Semakin
pertumbuhan impor China untuk suatu besar pangsa pasar suatu komoditas Indonesia
komoditas. Kriteria ini dipakai karena dapat di pasar China, semakin besar pula

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 191


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

kesempatan Indonesia untuk dapat lebih tinggi.


meningkatkan pangsa pasar ke tingkat yang

Tabel 5
Komoditi Ekspor Non Migas Indonesia ke China Kuartal IV
2007-2009
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Nilai Pangsa Nilai Pangsa Nilai Pangsa
Komoditi Juta USD (%) Juta USD (%) Juta USD (%)
Karet 195 15.6 97 9.4 136 13,4
Batubara 1.056 26.5%
CPO 348 11.7 332 11.6 458 12,2
Produk Kimia 205 11.9 134 9 277 13,9
Kertas 196 15,9
Sumber : Bank Indonesia, data diolah (2010)

Ekspor Indonesia pada Triwulan IV sebelumnya (USD221,1 cent/kg). Naiknya


masih didominasi oleh 10 komoditas utama, harga karet ini ditengarai akibat kurangnya
diantaranya karet (pangsa 4,2%), batubara pasokan karet di pasar internasional.
(pangsa 12,5%) dan CPO (pangsa 11,6%). Peremajaan tanaman karet yang dilakukan
Penurunan permintaan dunia dan oleh para pengusaha karet di negara-
melambatnya laju kenaikan harga ekspor di negara produsen membuat produksi karet
pasar internasional mempengaruhi kinerja dari menurun sehingga pasokan ke pasar
komoditas-komoditas tersebut. Komoditas internasional berkurang. Di sisi lain,
yang nilai ekspornya turun akibat penurunan volume ekspor karet pada triwulan laporan
volume antara lain: TPT dan produk kimia mengalami penurunan 7,6% dari periode
(sektor manufaktur); sedangkan komoditas sebelumnya. Penurunan permintaan
yang nilai ekspornya turun akibat volume dan tersebut terutama berasal dari China yang
harga yang melemah antara lain: karet (sektor tumbuh negatif 15,4% (pangsa 13,2%)
pertanian), tembaga dan nikel (sektor dibanding triwulan sebelumnya. Tetapi
pertambangan); dan komoditas yang nilai pertumbuhan years on years mengalami
ekspornya turun akibat turunnya harga adalah peningkatan sebesar 39,8 %
CPO (sektor manufaktur). Sedangkan ekspor 2. Komoditi batubara, pada periode 2007 dan
utama Indonesia ke china seperti terlihat 2008 China belum menjadi tujuan ekspor
dalam table 5 di atas, berikut penjelasan utama bagi Indonesia, tapi pada tahun
masing-masing komoditas ekspor yang 2009, kontirbusi china terhadap ekspor
dimaksud. batu bara mulai terlihat dengan nilai
1. Komoditas karet, komoditi ini selama ekspor USD 1.056 (26,5% dari total
periode 2007-2009 (kw IV) mengalamai ekspor batubara). Peningkatan ini
fluktuasi tahun 2007 nilainya USD 195 disebabkan meningkatnya penggunaan
juta kemudian turun menjadi USD 97 juta batubara sebagai sumber energi baru
pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 menggantikan minyak, mendorong
kembali mengalami kenaikan menjadi kenaikan permintaan komoditas tersebut di
USD 136 juta, tetapi kenaikan ini lebih pasar dunia. Naiknya permintaan tersebut
disebabkan kenaikan harga karet, pada tercermin dari peningkatan volume ekspor
Tw.IV 2009 harga mencapai USD 284,7 pada triwulan laporan sebesar 11,0%
cent/kg lebih tinggi dari periode (q.t.q) yang menopang kenaikan nilai

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 192


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

ekspor batubara. Ekspor batubara pada mendorong kenaikan permintaan, sehingga


Tw.IV-2009 tercatat sebesar USD4,0 mendorong kenaikan volume ekspor
miliar atau tumbuh 7,1% dari triwulan produk kimia. Kenaikan volume
sebelumnya. Permintaan batubara terutama permintaan tersebut menjadi penopang
berasal dari Cina dan India. Konversi kinerja ekspor produk kimia pada Tw.IV-
penggunaan sumber energi di kedua 2009 yang mencapai USD2,0 miliar, naik
negara tersebut yang tidak diimbangi oleh 21,5% dibandingkan dengan triwulan
kecukupan pasokan dalam negeri sebelumnya. Perbaikan kinerja ekspor
menyebabkan kebutuhan batubara impor produk kimia tersebut juga tercermin pada
semakin meningkat. Secara tahunan, perubahan tahunan yaitu sebesar 33,1%
ekspor batubara pada Tw.IV 2009 pun (y.o.y), membaik dibandingkan triwulan
sedikit meningkat menjadi 27,8%(y.o.y) sebelumnya yang tumbuh negatif 16,3%
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (y.o.y).
(27,1%, y.o.y). 5. Komoditi Kertas, tahun 2007 -2008 peran
3. Komoditi Crude Palm Oil (CPO), sama china terhadap ekspor komoditi kertas
dengan perkembangan ekspor komoditi Indonesia masih relative kecil sehingga
karet yang mengalami fluktuasi selama belum termasuk ke dalam Negara tujuan
periode 2007-2009. Pada tahun 2007 nilai ekspor yang utama, pada tahun 2009
ekspor CPO sebesar USD 348 juta (11,7%) ekspor komoditi kertas Indonesia ke China
kemudai turun pada tahun 2008 sebesar bernilai USD 196 juta (15,9% dari total
USD 332 Juta (11,6%) kemudian naik ekpor komoditi kertas). Ekspor kertas
kembali pada tahun 2009 menjadi USD pada Tw.IV-2009 sebesar USD1,2 miliar
458 juta (12,2%). Cina yang juga atau naik 18,9% dari periode sebelumnya.
konsumen CPO terbesar menggunakan Naiknya ekspor kertas di periode ini
CPO sebagai bahan baku pembuatan ditopang oleh meningkatnya permintaan
minyak goreng dan pengembangan kertas yang tumbuh sebesar 14,6% dari
biodiesel. Ekspor CPO diperkirakan akan periode sebelumnya. Permintaan kertas
terus meningkat sejalan dengan pada periode ini terutama berasal dari Cina
penandatanganan kesepakatan (pangsa 15,9%), disusul oleh Jepang
perdagangan bebas ASEAN-India (11%) dan Korea Selatan (6,6%).
(AIFTA) dan ASEAN-Cina (ACFTA). Di Membaiknya kinerja ekspor kertas tersebut
sisi lain, kinerja ekspor CPO juga ditopang juga tercermin dari pertumbuhan tahunan
oleh membaiknya harga pada triwulan IV yang mencapai 15,0% (y.o.y),
2009 sebesar USD732/Mton atau naik berkebalikan dengan periode sebelumnya
7,9% dari periode sebelumnya yang tumbuh -31,2% (y.o.y). Adapun jenis
(USD679/Mton). Menguatnya harga CPO kertas yang banyak diekspor pada periode
tersebut sejalan dengan meningkatnya laporan antara lain bubur kertas (pulp and
harga minyak dunia dan permintaan dari paper waste), serta kertas lembaran (paper
sejumlah negara di tengah terbatasnya and paperboard) yang masing-masing
pasokan akibat cuaca yang kurang baik. meningkat sebesar 59,0% dan 6,3% (q.t.q).
4. Komoditi Produk Kimia, pada tahun 2007
bernilai USD 205 juta kemudian 3. 4. Komoditi Impor Indonesia dri China
mengalami penurunan menjadi USD 134 Sebagian besar barang-barang yang
juta pada tahun 2008 dan naik kembali diimpor Indonesia berasal dari Cina. Impor
pada tahun 2009 menjadi USD 277 juta dari negara tersebut dari waktu ke waktu terus
(13,9% dari total eskpor). Pesatnya meningkat dan pangsanya hingga triwulan ini
pertumbuhan industri yang menggunakan mencapai 17,5% mengungguli negara asal
bahan baku kimia, khususnya di Cina impor utama lainnya seperti Jepang (pangsa

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 193


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

12,5%), Singapura (11,0%), Uni Eropa utama lainnya juga mengalami peningkatan,
(10,5%) dan Amerika Serikat (9,7%). Selain kecuali dari Singapura yang turun 6,5% dari
Cina, pertumbuhan impor dari negara asal triwulan sebelumnya.

Tabel 6
Komoditi Impor Non Migas Indonesia ke China Kuartal IV 2007-2009
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Nilai Pangsa Nilai Pangsa Nilai Pangsa
Komoditi Juta USD (%) Juta USD (%) Juta USD (%)
Barang Konsumsi 426 23.9 591 31.3 394 23,6
Bahan baku 11 0.1 1,885 11.8 2.225 14,9
Barang Modal 513 12.4 951 16.1 1.319 22,9
Sumber : Bank Indonesia, data diolah (2010)

Produk-produk Cina yang masuk ke diimpor dari Cina (pangsa 23,6%),


Indonesia antara lain berupa barang jadi kulit, Thailand (20,7%) dan Uni Eropa (10,5%).
produk pertanian, alas kaki, senyawa organik,
barang-barang plastik, produk tekstil, dan
sebagainya.Komoditi utama yang diimpor 2. Bahan baku, impor bahan baku Indonesia
Indonesia dari China meliputi barang dar china mengalami kenaikan yang sangat
konsumsi, bahan baku dan barang modal. signifikan sekali, pada tahun 2007 bernilai
Berikut perkembangan masing-masing USD 11 Juta dan pada tahun 2008
komoditi tersebut mengalami kenaikan menjadi USD 1,885
juta dan pada tahun 2009 naik kembali
1. Barang konsumsi, Impor barang menjadi USD 2.225 (14,9% dari total
konsumsi pada Tw.IV-2009 sebesar impor bahan baku. Secara umum Impor
USD1,7 miliar (C&F) atau turun 5,8% bahan baku pada Tw.IV-2009 tercatat
dibanding periode sebelumnya begitu juga sebesar USD14,9 miliar (C&F), naik 9,7%
untuk Impor yang bersal dari China yang dibandingkan dengan periode sebelumnya.
pada tahun 2007 bernilai USD 426 juta Peningkatan impor bahan baku ini
(23,9%) yang kemudain pada tahun 2008 ditengarai sejalan dengan pemenuhan
mengalami kenaikan menjadi USD 591 kebutuhan bahan baku industri domestik
Juta (31,3%) dan pada tahun 2009 yang mulai meningkat belakangan ini.
mengalami penurunan menjadi USD 394 Secara tahunan impor bahan baku masih
juta. Turunnya impor barang konsumsi tumbuh negatif (-9,7%, y.o.y), namun
tersebut terutama untuk konsumsi barang- tidak setajam pada kuartal sebelumnya (-
barang tahan lama, seperti peralatan 27,3%, y.o.y). Adapun bahan baku yang
elektronik, serta peralatan dan diimpor umumnya berupa produk kimia
pelengkapan rumah tangga. Namun impor (hydrocarbon, N.E.S and their
barang konsumsi untuk kendaraan halogenated, nitrated derivatives), dan
bermotor masih mengalami kenaikan. peralatan listrik (electrical apparatus for
Secara tahunan, pertumbuhan impor making & breaking electrical circuit dan
barang konsumsi meskipun tumbuh negatif thermionic, cold cathode, and photo
namun mengalami perbaikan menjadi cathode valves and tubes). Bahan baku
sebesar -12,9% (y.o.y) dari -34,8% di impor dimaksud digunakan untuk
periode sebelumnya. Adapun barang- memenuhi kebutuhan industri farmasi
barang konsumsi tersebut terutama ataupun industri elektronik domestik yang

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 194


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

hingga saat ini masih menggunakan bahan memberatkan dunia usaha di daerah agar
baku impor dalam proses produksi. Impor industri lokal menjadi kompetitif. Pelabuhan
bahan baku tersebut terutama berasal dari Tanjungpriok, Jakarta adalah salah satu pintu
Cina dengan pangsa 14,9%, disusul Jepang masuk barang ke Indonesia, termasuk dari
(13,6%), dan Singapura (10,3%). Cina dan negara Asean lainnya. Meski serbuan
impor barang dari Cina pemerintah hanya bisa
3. Barang Modal, Impor barang modal membendung barang impor melalui
Indonesia yang berasal dari China juga mekanisme non-tarif. Pengetatan pemeriksaan
mengalami kenaikan signifikan selama barang masuk di pelabuhan harus dilakukan
periode 2007-2009, pada tahun 2007 nilai karena negara lain juga melakukan hal sama.
impor barang modal sebesar USD 513 juta Memang, pengetatan pemeriksaan barang
(12,4%) dan pada tahun 2009 mengalami impor dalam jangka pendek bisa menahan
kenaikan menjadi USD 951 juta (16,1%) serbuan produk Cina. Namun, pemerintah
serta pada tahun 2009 nilainya menjadi agaknya masih harus bekerja keras agar
1.319 Juta (22,9%). Secara umum Impor industri di Tanah Air bisa bersaing dengan
barang modal pada Tw.IV-2009 tercatat produk impor yang lebih murah.
sebesar USD5,8 miliar (C&F), meningkat Di sisi lain, pemerintah harus
13,9% dari periode sebelumnya. Jenis menyiapkan industri domestik agar bisa lebih
barang modal yang banyak diimpor pada kompetitif dengan produk Cina serta
periode ini berupa alat telekomunikas memberikan kemudahan dalam bentuk
(telecommunication equipment N.E.S and pendanaan atau lainnya. Pemerintah harus
parts), serta pesawat udara dan kapal memperbaiki berbagai kebijakan ekonomi
(aircraft & associated equipment and untuk menghadapi perdagangan bebas.
parts there of N.E.S dan ships, boat and Pemerintah sebaiknya mengaktifkan rambu-
floating structures). Barang-barang modal rambu nontarif, seperti safeguard (jaring
tersebut terutama diimpor dari Cina pengaman) dan dumping, yang selama ini
(pangsa 22,9%), Singapura (16,3%) dan dinilai tak punya gigi oleh para pengusaha.
Amerika Serikat (15,3%). Perbaikan Selain itu, masalah penyelundupan
kinerja impor barang modal juga tercermin harus diselesaikan agar daya saing produk
dari pertumbuhan tahunannya. Meskipun Indonesia bisa tercapai. Pasalnya, di luar
masih negatif, namun tidak setajam penurunan tarif nol, sekarang disinyalir
periode sebelumnya, dari -10,0% (y.o.y) banyak produk ilegal yang masuk. Kalau
pada Tw.III-2009 menjadi -4,7% (y.o.y) tarifnya zero, berarti sudah sulit dibedakan
pada Tw.IV-2009. lagi, mana yang ilegal dan legal. Tetapi dalam
jangka panjang langkah-langkah tersebut tidak
IV. STRATEGI INDONESIA DALAM bisa dipertahankan. Sebagai bagian dari
PERDAGANGAN DENGAN CHINA masyarakat dunia, bangsa ini tidak bisa
mengelak dari kebjaksanaan global tersebut.
Melihat dampak yang sangat luar biasa Masyarakat Industri harus berjuang dengan
pada hubungan dagang Indonesia-China dalam keras untuk memenangkan persaingan global
dua tahun belakangan (2008-2009) sebaiknya yang semakin mengancam. Dibutuhkan
harus dilakukan antisipasi yang cepat dan kejelian dan kreatifitas untuk dapat menembus
menyeluruh. Indonesia perlu melakukan persaingan ketat tersebut. Beberapa hal yang
seleksi produk untuk melindungi industri menjadi keemahan barang industri China
nasional. Misalnya, garmen Indonesia adalah kualitasnya. Kelemahan ini harus
dibebaskan masuk ke negara lain, sementara dimanfaatkan oleh pelaku industri di
industri makanan dibolehkan masuk. Indonesia.
Pemerintah mencabut pungutan retribusi yang

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 195


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

Selain hal di atas kebijakan nyata menjamurnya produk asing. Pemerintah


lainnya yang dapat dilakukan pemerintah perlu mengontrol segala produk asing yang
untuk bisa meningkatkan produknya dengan akan masuk ke Indonesia. Kebijakan yang
daya saing tinggi, diantaranya : bisa diberlakukan adalah melalui
penerapan label SNI (Standar Nasional
1. Infrastruktur, Pemerintah harus mem- Indonesia). Produk lokal pun bisa bersaing
bangun infrastuktur dan memperbaiki dengan sehat karena kualitas tetap terjaga.
infrastruktur yang telah ada agar biaya Hal ini sangatlah penting mengingat
produksi bisa lebih efisien. Pembangunan banyak ditemukan produk asing dengan
jalan, pasokan listrik, gas dan BBM kualitas sangat rendah. Oleh karena itu
merupakan infrastruktur utama yang pemerintah perlu mengontrol secara ketat
selama ini menjadi hambatan bagi produk asing supaya konsumen domestik
kalangan pengusaha dalam menjalankan tidak dirugikan dengan pemberlakuan C-
usahanya. Pemerintah bisa menjalin AFTA.
kerjasama dengan pihak swasta untuk
membangun infrastruktur . 5. Cinta Produk Dalam Negeri, Adanya
perdagangan bebas seharusnya bisa
2. Perizinan, Selama ini, kalangan investor disiasati dengan penanaman cinta produk
banyak yang mengeluh terkait perizinan dalam negeri sejak dini. Selama ini,
pendirian usaha yang memakan waktu prinsip ekonomi secara efisien lebih
lama. Bukan hanya itu, tumpang tindih banyak digemborkan daripada mencintai
kebijakan juga menghambat iklim produk dalam negeri. Oleh karena itu,
investasi bagi investor. Disamping itu, selain ekonomi berbasis ramah
pemerintah juga harus berani menindak lingkungan, perlu adanya ekonomi
dengan tegas praktek pungutan liar yang berwawasan nasionalisme. Hal ini penting
telah merajalela. Adanya pungutan liar untuk bisa meningkatkan daya saing
tentu akan meningkatkan biaya produksi produk lokal di tengah serbuan produk
yang dapat meningkatkan harga jual suatu asing. Jika sejak dini ditanamkan cinta
produk. Pada akhirnya, produk Indonesia produk dalam negeri, dalam jangka
menurunkan daya saing produk lokal. Oleh panjang diharapkan konsumen Indonesia
karen itu, perlu adanya sinergisitas bisa lebih memilih produk lokal karena
kebijakan dan penerapan perizinan satu akan memberikan kemanfaatan bagi
pintu secara maksimal serta meminimalisir perekonomiannya.
praktek pungutan liar.
Jika dikaitkan dengan konsep persaingan
3. Permodalan, Bagi kalangan usaha kecil kompetitif dari porter maka Factor conditions
menengah, persoalan permodalan adalah sumber daya (resources) yang dimiliki
merupakan hambatan utama dalam oleh suatu negara yang terdiri atas lima
meningkatkan produktivitas. Hal ini kategori berikut mi.
merupakan tugas pemerintah selaku
regulator untuk bisa memberikan kredit 1. Human resources (SDM)
secara maksimal bagi UKM dengan cara 2. Physical resources (SDA)
pemberian kredit malalui bank-bank 3. Knowledge resources (IPTEK) atau (SDT)
pemerintah dengan bunga yang relatif 4. Capital resources (Permodalan) atau (SDC)
rendah. 5. Infrastructure resources (Prasarana) atau
(SDI
4. Kontrol Produk Asing, Salah satu Kelima hal ini lah yang juga bisa
dampak dari perdagangan bebas adalah menjadi konsen pemerintah untuk meningkat-

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 196


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

kan daya saing barang ekspornya terhadap


persaingan dari negara China

IV. SIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bagian 3. Langkah yang dapat dilakukan pemerintah


sebelumnya maka sesuai dengan pertanyaan terhadap data terakhir perdagangan
yang diajukan pada bagian pendahuluan maka Indonesia-China antara lain :
kesimpulan yang dapat diberikan : pembangunan infrastruktur, permudah
1. Neraca perdagangan Indonesia terhadap perizinan, permodalan, kontrol produk-
China selama periode 2000-2007 produk China dan gerakan cinta produk
mengalami surplus tetapi sejak tahun 2008 dalam negeri
dan 2009 perdagangan Indonesia terhadap
China mengalami kondisi deficit.
2. Komoditi Utama yang diekspor Indonesia
Ke China meliputi komoditi
karet,batubara,CPO, produk kimia dan
Kertas. Sedangkan komoditi Utama Impor
Indonesia dari China meliput produk
barang konsumsi,bahan baju dan barang
modal

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 197


Dikta Ekonomi Nurul Huda & Zulihar

DAFTAR PUSTAKA Nopirin, 1995, Ekonomi Internasional,


penerbit : Liberty, Yogyakarta
Apridar, 2007, Ekonomi Internasional : Prasentyantoko, A. 2001. Ekonomi Global.
Sejarah,Teori,Konsep dan Elex Media Computindo,
Permasalahan dan Aplikasinya, Gramedia, Jakarta.
Penerbit: All Rights Reserved © Ruggie, John G. 1991. ―Embedded
2007 Unimal Press Universitas Liberalism Revisited: Institutions and
Malikussaleh Lhokseumawe - Progress in International Economic
NAD Relations, dalam E.Adler dan
Boediono,1993, Ekonomi Internasional: Seri B.Crewford (ed), progress in Postwar
Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi International Relations, New York :
No.3, BPFE , Yogyakarta Colombia University Press.
Hady, Hamdy, 2001, Ekonomi Internasional : Salvatore, Dominick, 1994, Ekonomi
Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional, Edisi Ketiga: Seri Buku
Internasional (Buku I), Ghalia Sekaum, Erlangga, Jakarta.
Indonesia , Jakarta. Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan
Peter H. Lindert, dan Charles P. Kindleberger, Internasional dan Neraca
1987, Ekonomi Internasional, dalam Pembayaran-Teori dan Temuan
Rudy Sitompul (ed.), Penerbit Empiris. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Erlangga, Jakarta Indonesia
Kennedy, Scott ,2007 China’s Porous Tan, Syamsurijal, 1990, Esensi Ekonomi
Protectionism: The Changing Political Internasional, Ghalia Indonesia,
Economy of trade policy, dalam Ka Jakarta .
Zeng (ed), China’s Foreight Trade Wang Mengkui. 2000. China's Economic
Policy : The New Constituences, New Transformation Over 20 Years,
York : Routledge. Beijing.
Koesmawan 2002. Penentuan Jenis www.aipse.org
Komoditas Ekspor Indonesia ke China: www.bi.go.id
Pemanfaatan Hubungan Perdagangan www.bps.go.id
Indonesia China, Jurnal Ekonomi dan www.depdag.go.id
BisnisNo.Jilid 7, Jakarta
Kustia, A. 2001. Hubungan Indonesia dan
Republik Rakyat China. Laporan
KBRI-Beijing, Departemen Luar
Negeri Republik Indonesia.
Lau, Chong Chor and Geng Hia. 2000.
China Review 1999, Beijing.
Lipsey, Richard et all, 1992, Economic,
diterjemahkan,Agus Maulana,
Binarupa Aksara,Jakarta

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 198

Das könnte Ihnen auch gefallen