Sie sind auf Seite 1von 10

Selamat Idul Fitri

Oleh:Karina Nurherbyanti

“Ayo Guinandra,dimakan dulu ketupatnya”. Suara lembut Ibu tetap tidak berubah.

Paling tidak begitu yang terdengar ditelinga Nandra hingga hari ini.

Dipandanginya wajah tegar Ibu yang tetap terlihat menawan diusia 47 tahunnya.Bapak

masih sibuk dengan iPad barunya, oleh-oleh dari Om Hendro yang baru saja selesai

menamatkan gelar MBA-nya di Cleveland,Amerika.

“ Kita nggak berkunjung ke rumah keluarga Handoko nih?”

“Mereka pasti sedang bersilaturahmi ke rumahnya dokter Muhlis di Cinere”

Nandra menaikkan satu alisnya. Bingung. Kayaknya mobil Range Rover mereka

terparkir rapi di garasi rumah yang bisa Nandra lihat langsung dari jendela ruang

belajarnya di lantai dua.

Bapak bangkit dari kursinya.”Kita akan kerumah keluarga Handoko setelah solat

Dzuhur nanti. Nggak baik ah tinggal didalam kompleks yang sama tapi belum sonjo

kesana. Siapa tau mereka masak ketupat dan opor yang rasanya nendang banget. Nggak

rugi kan kita?” ,katanya tenang.

“Ya ampun,Pak. Kita sudah tiga hari ini mengkonsumsi santan terus. Belum lagi

dirumah Ibu kemarin, udah bikin opor bikin sambal goreng udang juga. Kita juga baru

saja sarapan ketupat opor, masih mau makan lagi?”

“Idul Fitri hanya sekali dalam setahun.Biarkanlah.”

***
Gadis berpostur tinggi itu sedang menata toples kastengel dan nastar dirumahnya saat

sang kakak baru saja pulang dari minimarket untuk membeli beberapa kardus minuman

ringan untuk para tamu yang biasa bertamu di jam makan siang.

“Eh Sil,gimana tuh acting lo sebagai mbak-mbak penjaga Warteg Pojok? Berhasil

nggak?” Tanya Priyanka to the point.

Dalam rangka mengisi libur Lebaran yang menurut Priscille sangatlah membosankan

mengingat kedua kakek-neneknya telah tiada sementara beberapa teman-temannya asik

bercerita tentang macetnya jalur Pantura dan tol Nagrek, nggak ada salahnya ia gunakan

event berikut untuk mencari cowok. Kebetulan si cowok idaman sering banget makan

siang di Warteg Pojok.Profesi palsu sebagai penjaga warteg pun rela Pricille jalani demi

bisa mengenal dia lebih jauh lagi.

“Butuh proses lah,Nka.Lagian gue juga baru ngelayanin dia dua kali disana. Untung

baju gue emang nggak ada yang branded jadi dia nggak curiga sama sekali setiap

ketemu.Para tukang ojek sih gue emang kenal baik mengingat salah satu anaknya si Bibi

pemilik warteg kan juga berprofesi sebagai tukang ojek dan ikut terlibat dalam

‘sandiwara kecil’ ini” kata Priscille menjelaskan.

Toples-toples sudah selesai ditata hingga rapi. Sekarang waktunya mengiris apel dan

pir.Priyanka menggelengkan kepalanya. Entah harus salut atau tidak dengan kenekatan

sang adik yang baru saja tiba dirumah minggu lalu setelah kepergiannya selama dua

tahun.

“Gila juga ya lo.Kuliah boleh di Sydney, kenalan....”, ditatapinya Priscille dari ujung

kepala hingga ujung kaki, “Tukang ojek.”


“Lo kan udah bosen makan di warteg tiap hari,Nka. Nah gue? Setiap hari cuma

sarapan candybar . Sekalinya di Jakarta boleh dong makan oseng jantung pisang sambil

menggaet cowok” Priscille mesem-mesem sendiri.

“Dasar gila.”

Obrolan mereka terhenti ketika sang mama hadir dan ikut membantu mereka

mengiris pir dan apel. Priscille langusung diam seribu bahasa sambil mengkedipkan

sebelah matanya, perintah tersirat agar Priyanka tutup mulut.

“Aduh anak gadis mama udah pada besar. Udah bisa bantuin Mama nyiapin makanan

buat tamu”, kata mama sambil melipat lengan bajunya.Dandanannya cukup extravagant,

seperti mau bertemu rekan kerjanya di Batik Semar.

“Iya dong,Ma. Masa kecil terus” kata Priscille sambil cengengesan.

“Kamu lagi jauh di Sydney. Setiap hari cuma Priyanka yang masih bisa Mama suruh-

suruh nyuci piring,masak sayur bening, nyetrika baju, dan nyiram taneman”

“Oh jadi aku dulu disaranin masuk fk supaya bisa Mama tahan disini dan disuruh-

suruh ya?”

“Bercanda,nak”, Mama cubit pipi Priyanka lembut,”Eh,kalian nanti mau pake baju

apa? Kita kan punya baju batik kayak begini kembaran bertiga. Dipake aja siang ini”

“Rencanaku sih begitu. Kebaya pink-ku belum kering dan kalo pake dress Mango

yang baru beli dua hari lalu kayaknya berlebihan secara masih tengah hari begini”

“Baguslah, kan Mama pingin pake baju kembaran sama anak-anak Mama”

Priscille sedikti bingung. Mama adalah orang yang kurang peduli penampilan, nggak

beda jauh dengan dirinya yang lebih senang menggenakan sepatu sneakers dibandingkan
flat shoes apalagi wedges.Kepingin menggenakan blouse batik kembaran dengan kedua

putrinya? Seperti ada yang nggak beres dibalik semua ini.

“Emang siapa yang mau kerumah si Ma?” tanya Priyanka penasaran.

Mama hanya tersenyum sumringah sambil membetulkan bros capungnya yang

sedikit miring.

“Palingan yan tetangga kita kayak biasa. Nasib tinggal di town house , pas lebaran

dan ulang tahu pasti ganti-gantian menjamu makan siang” kata Priscille kasual. Pir dan

apel sudah selesai diiris, saatnya menata kaleng minuma ringan dan es batu di meja yang

sudah terlebih dahulu diatur Mama dengan taplak Thailand yang umurnya lebih tua dari

Priyanka dan Priscille.

Mama kembali tersenyum. “Yang mau datang siang ini adalah tetangga rumah depan

kita.” Ditinggalkannya Priyanka dan Priscille yang masih sibuk dengan kaleng-kaleng

minuman.

“Oh my goodness, cukup bikin kaget banget deh Nka!” kata Priscille heboh.

“Rumah depan kan rumahnya Om Rayhan. Kakaknya Om Hendro yang temen SMA

Papa dulu,kan? Yang baru aja pulang dari Claveland?”

“Dan anaknya adalah pelanggan setia Warteg Pojok”

Sekarang gentian Priyanka yang kaget. “Jadi lo naksir Nandra? Yang pake kacamata

dan tingginya ngalahin Kim Bum itu?”

Priscille menganggukan kepalanya lemas. “Dia selalu beli sambel goreng ati

ampela,ikan mujair dan serundeng,Nka!!!. Dan setiap ke Warteg Pojok selalu naik

Lambretta-nya yang warna putih-coklat!!! Jangan bilang si ganteng itu juga mau ikutan

bertamu kerumah kita? ”


***

“Terus terang Ibu sangat penasaran dengan anaknya Pak Handoko yang nomor dua.

Dia kuliah Scuplture di Sydney dan juga diterima di Sastra Jepang UI tahun lalu. Pasti

orangnya imut-imut dan telaten”

“Nandra punya teman pemahat, dan orangnya sama jauh dari kata imut.Dia cantik

banget memang,fiturnya juga unik kayak bukan orang Indonesia asli” balas Nandra pelan

sambil mengancingi baju koko abu-abu yang kembaran dengan Bapak.

“Siapa? Ibu jarang dengar cerita tentang temen-temenmu yang perempuan,Ndra”

“Cuma penjaga Warteg Pojok. Orangnya cerewet dan aku pernah lihat dia

menggunakan Blackberry dibalik warung reot itu”

“Ibu nggak pernah dengar Bi Iis punya anak perempuan. Bukannya anaknya cuma si

Madroni ya yang bekerja sebagai tukang ojek?”

Warteg Pojok memang cukup terkenal di kalangan penguhini Town House tempat

Nandra tinggal. Belum lagi sejak kehadiran si penjaga warteg cantik yang parasnya

benar-benar tidak mirip dengan penjaga warteg dan bisa Nandra ajak bertukar pikiran

mengenai buku John Grisham yang sering dibacanya, makin banyak aja cowok-cowok

yang sering nyatronin warung reot tersebut entah untuk membeli makan siang seusai

main basket atau hanya untuk duduk-duduk.

“Nandra juga heran Bu waktu tau ada anak perempuan yang bantu Bi Iis jaga Warteg

Pojok”

“Keponakannya dari Nganjuk kali,Ndra”

“Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip dan rambutnya agak kemerahan.

Hidungnya juga Arab banget”


“Wah siapa ya? Di kompleks kita kan nggak ada keturunan Arab. Satu-satunya yang

campuran yang pasti anaknya Om Handoko ,mengingat istrinya kan keturunan Lebanon”

“Nggak mungkinlah tapi anaknya Om Handoko jadi penjaga warteg.”

***

Rumah mereka juga kehadiran tamu lain yang merupakan penghuni baru disini. Salah

satu keluarga adik kelas Priyanka yang sebelumnya tinggal di Rumania.

“Minal Aidin Wal Faizin ya Mas,Mbak Kami masih belum cukup familiar dengan

daerah sini, jangan bosen kalo kami sering menelepon untuk bertanya” kata Tante Widya

sopan.

“ Jangan gitu dong,Mbak. Lagipula kan Priyanka dan Raras kuliah ditempat yang

sama. Tinggalnya juga kita satu pager. Kalo Kamu sibuk dan rumah kosong,suruh aja

Raras main kerumah. Apalagi Priscille juga ada di Jakarta sampai minggu depan, sering-

sering aja mampir dan makan sate ayam dirumah. Kami kan nggak nganut yang bikin

opor karena tau orang lain udah pada bikin, biar yang kesini nggak bosen” Mama berkata

sumringah sambil terus merapikan bros capungnya yang bolak-balik miring.Sementara

Papa hanya manggut-manggut setuju.

Priscille,Priyanka,dan Raras mengambil posisi disudut ruangan. Sama-sama bosan

mendengar basa-basi khas ibu-ibu arisan, mereka memutuskan untuk bermain kartu

bertiga sambil menggosip.

“Di Sydney ada yang ganteng nggak,Sil? Kenalin dong ke eke. Hahaha”

“Apaan, orang gue ambil Sculpture. Cowok-cowoknya ya gondrong-gondrong dan

seniman banget dengan kaos oblong lusuh dan celana jeans yang udah dekil banget”
“Who knows ada yang mirip sama Patrick Dempsey atau Eric Bana? Dibawa pulang

dong,Sil”

“Najong lo seleranya om-om ganteng begitu,Ras. Elo dong yang kenalin gue ke calon

dokter-dokter nan rupawan dan intelek”

“Wah siapa ya? Ada satu incerannya kak Priyanka,Sil. Masa nanti kakak-adek naksir

orang yang sama? Bisa pot makan tanaman tuh namanya hahaha”

“Adek kelas kurang ajar ye bocor-bocorin rahasia kampus. What happens in campus

stays in campus , nggak usah dibawa-bawa keluar kampus” Priyanka langsung manyun.

“Oh iya, kan kak Priyanka lebih naksir yang punya toko emas,ya? Yang kuliah

Kriminologi?”

“Heh? Gosip lu! Sejak kapan gue naksir Fabian? Eh.. duh keceplosan”

“See… Kakak naksir Fabian kan? Yang rambut kribonya asoy banget”

Priscille tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang langsung terkocok-

kocok.

“Diem lu,Sil! Beberapa menit lagi dia datang langsung deh lu nggak bisa berkutik”

balas Priyanka jutek.

“Emangnya Priscille naksir siapa,Kak?”

“Tungguin aja.Bentar lagi juga orangnya nongol,kok”

Mama langsung datang tergopoh-gopoh dengan sekardus jeruk lonkam.

“Priyanka,Priscille,tolongin Mama dong. Dibawain jeruk lonkam sama Om Rayhan dan

Tante Dyan. Salim dulu gih.”

Priscille langsung bangkit dari duduknya. Merapikan bajunya yang sedikit lecek dan

berdiri jinjit untuk mengintip keruang utama.


Priyanka teput bahu Raras. “Tuh orangnya,Ras. In case lo penasaran sama orang yang

diincer Priscille sampe dia nyamar jadi penjaga warteg.”

Priscille berusaha berjalan dengan wajar. Disembunyikannya rasa tegang yang teramat

sangat dengan senyuman lebar yang menunjukkan kawat giginya yang berwarna

transparan.

“Om Rayhan,Tante Dyan, Selamat Idul Fitri” katanya sopan.

Seorang cowok dengan tinggi 181an yang baru melepas sandalnya langsung

mengernyitkan alisnya.Merasa kenal dengan wajah Priscille.

“Ini ya yang namanya Priscille? Sama-sama ya Sayang, Selamat Idul Fitri”

“Terima kasih jeruknya ya Tante. Kok repot-repot”

“Sama-sama,Sayang. Nandra kenalan dulu dong sama Priscille”

Nandra hanya menatapi Priscille dari ujung kaki keujung kepala. “Kamu yang jaga

Warteg Pojok bukan,sih? Atau hanya mirip? Nevermind,baju kamu bagus banget.

Selamat Idul Fitri,ya”

Priscille langsung tersenyum salah tingkah. Tidak percaya kalo Nandra yang biasa ia

layani di Warteg Pojok baru saja memuji bajunya yang ia setrika delapan demi terlihat

rapi dan tidak kusut.

***Tamat***

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Chocolate
    Chocolate
    Dokument7 Seiten
    Chocolate
    Karina Nurherbyanti
    Noch keine Bewertungen
  • My Inspiration
    My Inspiration
    Dokument6 Seiten
    My Inspiration
    Karina Nurherbyanti
    Noch keine Bewertungen
  • Escape
    Escape
    Dokument9 Seiten
    Escape
    Karina Nurherbyanti
    Noch keine Bewertungen
  • Ririn
    Ririn
    Dokument10 Seiten
    Ririn
    Karina Nurherbyanti
    Noch keine Bewertungen
  • Selamat Idul Fitri
    Selamat Idul Fitri
    Dokument10 Seiten
    Selamat Idul Fitri
    Karina Nurherbyanti
    Noch keine Bewertungen