Sie sind auf Seite 1von 8

(http://www.arroche-darussalam.com/?

p=28) Definisi Aqidah


February 2, 2010 at 13:30

admin

No comments

Diambil dari : alislamu.com

Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :

Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-
ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan
kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-
yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).

“Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata
kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu” (mengikatnya), ” ‘Aqdan” (ikatan sumpah), dan ” ‘Uqdatun Nikah”
(ikatan menikah). Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja …” (Al-Maa-idah : 89).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang
pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.
Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
(Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu’jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).

Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu
benar ataupun salah.

Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)


Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi
suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang
menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka.
Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah.
Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Aqidah Islamiyyah:

Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah Allah Ta’ala, Uluhiyyah-Nya, para
Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib,
pokok-pokok agama dan apa yang sudah disepakati oleh Salafush Shalih dengan ketundukkan yang bulat
kepada Allah Ta’ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta
meneladani Rasulullah SAW.

Aqidah Islamiyyah:

Jika disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksud adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena
itulah pemahaman Islam yang telah diridhai oleh Allah sebagai agama bagi hamba-Nya. Aqidah Islamiyyh
adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu generasi sahabat, Tabi’in dan orang yang
mengikuti mereka dengan baik.

Nama lain Aqidah Islamiyyah:

Menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah mempunyai nama lain, di antaranya,
at-Tauhid, as-Sunnah, Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari’iah dan al-Iman.

Nama-nama itulah yang terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu ‘aqidah.
Sumber: Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih (Ahlis
Sunnah wal Jama’ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama’ah), terj. Farid bin Muhammad
Bathathy(Pustaka Imam Syafi’i, cet.I), hlm. 33-35

Rukun Iman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaArtikel ini adalah bagian dari seri

Islam

Rasul

Nabi Muhammad SAW

Kitab Suci

Al-Qur'an

Rukun Islam

1. Syahadat · 2. Salat · 3. Puasa

4. Zakat · 5. Haji

Rukun Iman

Iman kepada : 1. Allah

2. Al-Qur'an · 3. Nabi ·4. Malaikat

5. Hari Akhir · 6. Qada & Qadar


Tokoh Islam

Muhammad SAW

Nabi & Rasul · Sahabat

Ahlul Bait

Kota Suci

Mekkah · & · Madinah

Kota suci lainnya

Yerusalem · Najaf · Karbala

Kufah · Kazimain

Mashhad ·Istanbul · Ghadir Khum

Hari Raya

Idul Fitri · & · Idul Adha

Hari besar lainnya

Isra dan Mi'raj · Maulid Nabi

Asyura

Arsitektur

Masjid ·Menara ·Mihrab

Ka'bah · Arsitektur Islam

Jabatan Fungsional

Khalifah ·Ulama ·Muadzin

Imam·Mullah·Ayatullah · Mufti

Hukum Islam

Al-Qur'an ·Hadist

Sunnah · Fiqih · Fatwa

Syariat · Ijtihad
Manhaj

Salafush Shalih

Mazhab

1. Sunni :

Hanafi ·Hambali

Maliki ·Syafi'i

2. Syi'ah :

Dua Belas Imam

Ismailiyah·Zaidiyah

3. Lain-lain :

Ibadi · Khawarij

Murji'ah·Mu'taziliyah

Lihat Pula

Portal Islam

Indeks mengenai Islam

lihat • bicara • sunting

Rukun Iman (pilar keyakinan) ini adalah menurut aliran Islam Sunni terdiri dari:

Iman kepada Allah

Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya

Iman kepada Malaikat-malaikat Allah

Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta

Iman kepada Kitab-kitab Allah

Melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an
Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab Zabur, Taurat, dan Injil

Iman kepada Rasul-rasul Allah

Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang
disertai kesabaran

Iman kepada hari Kiamat

Faham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan

Iman kepada Qada dan Qadar

Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta

Nama-nama Ilmu Tauhid (http://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/tauhid/)


Ilmu tauhid mempunyai beberapa nama penamaan itu muncul sesuai dengan aspek pembahasan yang
ditonjolkan oleh tokoh yang memberikan nama tersebut. Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid karena pokok
bahasannya dititik beratkan kepada keesaan Allah SWT. Ilmu ini dinamakan pula ilmu kalam karena
dalam pembahasannya mengenai eksistentsi Tuhan dan hal-hal yang berhubungan denganNya
digunakan argumentasi-argumentasi filosofi dengan menggunak logika atau mantik. Ketika ilmu ini
dinamakan ilmu kalam, para ahli di bidang ini disebut mutakallimin. Ilmu tauhid dinamakan juga ilmu
ushuluddin karena obyek bahasan utamanya adalah dasar-dasar agama yang merupakan masalah
esensial dalam ajaran Islam. Meskipun nama yang diberikan berbeda-beda, namun inti pokok
pembahsan ilmu tauhid adalah sama yaitu wujud Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan denganNya.
Karena itu, aspek penting dalam ilmu taauhid adalah keyakinan akan adanya Allah Yang Mahasempurna,
Mahakuasa, dan memiliki sifat-sifat keMahasempurnaan lainnya. Keyakinan yang demikian pada
gilirannya akan membawa kepada keyakinan terhadap adanya malaikat, kitab-kitab, nabi, dan rasul, hari
akhir dan melahirkan kesadaran akan tugas dan kewajiban terhadap Khaliq (pencipta)

(http://albuny.multiply.com/journal/item/25)PEMBAGIAN TAUHID Jun 19, '08 2:16 AM

PEMBAGIAN TAUHId

Oleh

Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi Al-Atsari

Pertanyaan

Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi Al-Atsari ditanya : Selama ini dalam berbagai kesempatan, saya banyak
mendengar dari orang-orang yang mengatakan bermanhaj dan beraqidah Salaf, membagi tauhid
menjadi Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma wa Sifat. Dari manakah pembagian ini,
mengingat di dalam Al-Qur’an dan hadits tidak disebutkan. Dan menurut kami, hal itu tidak didapati pula
pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun shahabat. Bukankah pernyataan tersebut
termasuk suatu perkara baru (muhdats) dan tidak ada dalilnya?

Jawaban

Kami katakan, bahwa pembagian yang disyaratkan tersebut kedudukannya seperti pembagian para
pakar ilmu Nahwu terhadap kata dalam bahasa Arab menjadi isim (nama), fi’il (kata kerja) dan harf
(imbuhan). Apakah yang demikian itu suatu hal tercela, padahal sesuai dengan kenyataan dan hakekat
perkaranya.

Betapa tepatnya perkataan Syaikh Bakr Abu Zaid dalam risalahnya “At-Tahdzir” halaman 30 berkisar
pembagian tauhid. Kata beliau : “Pembagian ini adalah hasil istiqra (telaah) para ulama Salaf terdahulu
seperti yang diisyaratakan oleh Ibnu Mandah dan Ibnu Jarir Ath-Thabari serta yang lainnya. Hal ini pun
diakui oleh Ibnul Qayim. Begitu pula Syaikh Zabidi dalam “Taaj Al-Aruus” dan Syaikh Syanqithi dalam
“Adhwa Al-Bayaan” dan yang lainnya. Semoga Allah merahmati semuanya

Ini adalah hasil telaah yang paripurna dari nash-nash syar’i , seperti yang dikenal dalam setiap bidang
ilmu. Seperti hasil tela’ah pakar ilmu Nahwu terhadap bahasa Arab menjadi : isim, fi’il dan harf. Dan
orang-orang Arab tidak mencela dan melecehkan para pakar Nahwu tersebut terhadap hasil tela’ahnya”.

Berkata Syaikh Al-Baijuri dalam “Syarh Jauharah At-Tauhid” halaman 97. Firman Allah ; ‘Alhamdulillahir
rabbil ‘alamiin’, mengisyaratkan pada pengakuan ‘Tauhid Rububiyah, yang konsekwensinya adalah
pengakuan terhadap Tauhid Uluhiyah. Adapun konsekwensi Tauhid Uluhiyah adalah terlaksananya
Ubudiyah. Hal ini menjadi kewajiban pertama bagi seorang hamba untuk mengenal Allah Yang Maha
Suci. Kata beliau selanjutnya : “Kebanyakan surat-surat Al-Qur’an dan ayat-ayatnya mengandung
macam-macam tauhid ini, bahkan Al-Qur’an dari awal hingga akhir menerangkan dan
mengejawantahkan (menjelaskan)”.

Kami katakan : “Sesungguhnya pembagian tauhid menjadi tiga ini, dikandung dalam banyak surat di
dalam Al-Qur’an Al-Karim. Yang paling tampak serta paling jelas adalah dalam dua surat, yaitu Al-Fatihah
dan An-Naas, dimana keduanya adalah pembuka dan penutup Al-qur’an.

Oleh karena itu firman-Nya Yang Maha Suci ; ‘Alhamdulillahir rabbil ‘alamiin’, mengandung pengukuhan
akan ke-rububiyah-an Allah Jalla wa Alaa terhadap seluruh makhluk-Nya, dan firman-Nya Yang Maha
Suci : ‘Ar-Rahmanir Rahiim Maliki Yaumid Diin’ di disini mengandung pengukuhan terhadap sifat-sifat-
Nya Yang Maha Tinggi dan nama-nama-Nya Yang Maha Mulia, sedangkan firman-Nya Yang Maha Suci :
‘Iyaaka Na’budu Wa Iyaaka Nasta’iin’ di sana mengandung pengukuhan ke-ubudiyah-an seluruh makhluk
kepada-Nya dan ke-uluhiyah-an Allah atas mereka.

Kemudian berkata Imam Ibnu Athiyah (wafat ; 546H) dalam kitabnya Al-Muharrar Al-Wajiiz, juz I, hal.75.
Firman-Nya : ‘Iyaaka Na’budu’ adalah ucapan seorang yang beriman kepada-Nya yang menunjukkan
pengakuan terhadap ke-rububiyah-an Allah, mengingat kebanyakan manusia beribadah kepada selain-
Nya yang berupa berhala-berhala dan lain sebagainya”.

Jadi pembagian tauhid menjadi tiga tersebut adalah pembagian secara ilmu dan merupakan hasil tela’ah
seperti yang dikenal dalam kaidah keilmuan. Barangsiapa yang mengingkarinya berarti tidak ber-tafaquh
terhadap Kitab Allah, tidak mengetahui kedudukan Allah, mengetahui sebagian dan tidak mengetahui
sebagian yang lainnya. Allah pemberi petunjuk ke jalan nan lurus kepada siapa yang Dia kehendaki.

Wallahu ‘alam

[Diangkat dari rubrik soal-jawab majalah Al-Ashalah edisi 4 Syawal 1413H. Disalin ulang oleh Majalah As-
Sunnah Edisi 14/II/1416 – 1995. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Gedung Umat
Islam Lt. II Jl. Kartopuran 241A Surakarta 57152]

Das könnte Ihnen auch gefallen