Sie sind auf Seite 1von 48

POKOK-POKOK KEBIJAKAN

APBN 2009

Jakarta, Oktober 2008


Kebijakan Pokok 2009
1 Pokok-Pokok
1. Pokok Pokok Kebijakan Pendapatan
Negara dan Hibah
2 Pokok-Pokok
2. Pokok Pokok Kebijakan Belanja Negara
3. Pokok-Pokok Kebijakan Pembiayaan
Anggaran
4. Pokok-Pokok Kebijakan Antisipasi Krisis
Ekonomi Global
RINGKASAN APBN 2009
(miliar rupiah)
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan

A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.022,6 1.003,2 985,7


I. Penerimaan Dalam Negeri 1.021,6 1.002,3 984,8
1. Penerimaan Perpajakan 726,3 729,9 725,8
Tax Ratio (% PDB) 13,7 13,6 13,6
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 295,4 272,4 258,9
II. Hibah 0,9 0,9 0,9
B Belanja
B. B l j NNegara 1 122 2
1.122,2 1 074 5
1.074,5 1 037 1
1.037,1
I. Belanja Pemerintah Pusat 818,2 760,6 716,4
A. Belanja K/L 312,6 310,9 322,3
B. Belanja Non K/L 505,6 449,6 394,1
a.l - Pembayaran Bunga Utang 110,3 104,0 101,7
- Subsidi 227,2 187,5 166,7
a.l i. BBM (Pertamina) 101,4 73,2 57,6
ii. Listrik (PLN) 60,4 49,7 46,0
- Belanja Lain-Lain 100,4 97,2 65,1
II. Transfer Ke Daerah 303,9 302,9 320,7
C. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (99,6) (71,3) (51,3)
% defisit thd PDB (1,9) (1,3) (1,0)
D. Pembiayaan (I + II) 99,6 71,3 51,3
I. Pembiayaan Dalam Negeri 110,7 62,2 60,8
1. Perbankan dalam negeri 9,8 17,7 16,6
2. Non-perbankan dalam negeri 100,9 44,5 44,2
II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (11,1) 9,2 (9,4)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48,5 71,4 52,2
2. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (59,6) (62,3) (61,6)
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
PENDAPATAN NEGARA
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, APBN 2009
(miliar rupiah)
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan

A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.022,6 1.003,2 985,7


I Penerimaan Dalam Negeri
I. 1 021 6
1.021,6 1 002 3
1.002,3 984 8
984,8
1. Penerimaan Perpajakan 726,3 729,9 725,8
a. Pajak Dalam Negeri 697,8 701,4 697,3
i. Pajak penghasilan 364,4 361,4 357,4
1. PPh Migas 65,7 60,7 56,7
2. PPhh Non-Migas
i 298,7
8 300,7 300,7
ii. Pajak pertambahan nilai 245,4 249,5 249,5
iii. Pajak bumi dan bangunan 28,9 28,9 28,9
iv. BPHTB 7,3 7,8 7,8
v. Cukai 47,5 49,5 49,5
vi. Pajak lainnya 4,3 4,3 4,3
b. Pajak Perdagangan Internasional 28,5 28,5 28,5
i. Bea masuk 19,2 19,2 19,2
ii. Bea Keluar 9,3 9,3 9,3
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 295,4 272,4 258,9
a. Penerimaan SDA 212,6 188,6 173,5
i. SDA Migas 203,1 177,2 162,1
- Minyak bumi 159,3 135,3 123,0
- Gas Bumi 43,7 41,9 39,1
ii. Non Migas 9,5 11,4 11,4
b. Bagian Laba BUMN 33,0 31,5 30,8
c. PNBP Lainnya 44,0 46,8 49,2
d. Pendapatan BLU 5,8 5,4 5,4
II. Hibah 0,9 0,9 0,9
Kebijakan Pendapatan Negara dan
Hib h APBN 2009
Hibah
1. Penerimaan Perpajakan Non-Migas tahun 2009 mengalami
pertumbuhan nominal 20 20,4
4 persen
persen, dan telah memperhitungkan
potential loos dari amandemen UU PPh dan PPN yang
memberikan instentif kepada dunia usaha dan masyarakat
berpendapatan menengah ke bawah;
2
2. P
Penerimaan
i kkepabeanan
b ttelah
l h memperhitungkan
hit k penurunan
harga internasional untuk CPO dan berbagai perjanjian bilateral
melalui free trade agreement, serta kecenderungan penurunan
tarif bea masuk pada umumnya.
3. Kebijakan Penerimaan Perpajakan juga mengakomodasikan
Pajak Ditanggung Pemerintah atas sektor sektor-sektor tertentu
dalam rangka penanggulangan dampak perlambatan ekonomi
global dan p
g pemulihan sektor riil ((counter cyclical)
y ) sebesar Rp10
p
triliun;
4. Jenis penerimaan baru dalam PNBP yaitu Pendapatan atas
pengelolaan rekening tunggal Perbendaharaan (treasury single
account) dan/atau atas penempatan uang negara sebesar Rp 3
triliun;
KEBIJAKAN PENERIMAAN PERPAJAKAN

¾Intensifikasi perpajakan.
¾Ekstensifikasi perpajakan guna memperluas basis
pajak
¾Peningkatan kepatuhan wajib pajak (law
enforcement) terutama untuk menindaklanjuti
kebijakan sunset policy di tahun 2008
¾Melanjutkan kebijakan tarif hasil tembakau dengan
menurunkank tarif
t if advalorum
d l d
dan menaikkan
ikk ttarif
if
spesifik;
¾Implementasi INSW tahap III dan ASEAN Single
Window (ASW)
¾Pemberian fasilitas kepabeanan dalam rangka
mendorong
d iinvestasi
t iddan perdagangan
d d
dalam
l
bentuk DTP bea masuk dan/atau PDRI
KEBIJAKAN PNBP
‰ Peningkatan
g koordinasi dalam rangka
g optimalisasi
p p
produksi
minyak dan gas yang didukung dengan fasilitas fiskal dan
nonfiskal.
‰ Pengendalian
g cost recoveryy melalui:
¾ pengendalian alokasi biaya,
¾ evaluasi komponen biaya produksi yang dapat dibiayakan
(negative list), serta
¾ evaluasi standar biaya pengadaan barang dan jasa oleh
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
¾ penyempurnaan ketentuan tentang cost recovery
‰ Percepatan penyelesaian kewajiban Pertamina/KKKS
kepada pemerintah terkait kegiatan migas
‰ Optimalisasi sumber PNBP, khususnya y dari sektor
pertambangan.
‰ Peningkatan kinerja dan pengembangan BUMN.
‰ Peninjauan
j dan ppenyempurnaan
y p p
peraturan PNBP K/L serta
‰ Peningkatan pengawasan pengelolaan PNBP K/L
Cost Recovery
• Cost recovery sebesar US$11,05 miliar, naik dari besaran tahun 2008
sebesar US$10
US$10,473
473 miliar yang disebabkan oleh kenaikan lifting gas on
stream Exxon dan Tangguh, serta swap Conoco dan Chevron.
• BPK ditugaskan untuk melakukan audit atas kewajaran unsur biaya dalam
cost recovery sejak tahun 1997, dan apabila terdapat temuan
ketidakwajaran BPK wajib melaporkan estimasi besaran kerugian negara
ketidakwajaran,
yang timbul, termasuk kerugian daerah dalam kerangka bagi hasil, dan
disampaikan dalam Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN
SMT I TA 2009 untuk dapat ditindaklanjuti.
• Pemerintah
P i t h dit
ditugaskan
k untukt k menerbitkan
bitk PP tentang
t t costt recovery, yang
antara lain memuat:
1. Unsur biaya yang dapat dikategorikan dan diperhitungkan sebagai unsur cost
recovery.
2. Standar atau norma universal yang diberlakukan terhadap kewajaran unsur
biaya dalam perhitungan beban pajak dan cost recovery.
3. Standar tersebut tidak hanya berpedoman pada Exhibit Contract, namun juga
disesuaikan dengan standar pembebanan yang berlaku umum sebagaimana
dimaksud pada butir (2).
4. Cost recovery senantiasa harus mengikuti peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia, sehingga acuan cost recovery dalam Exhibit
Contract perlu ditinjau kembali.
5. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah tersebut dilakukan efektif mulai 1
Januari 2009.
• BP MIGAS ditugaskan untuk memperkuat pengawasan dalam rangka
mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor migas.
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
BELANJA NEGARA
BELANJA NEGARA, APBN 2009
(miliar rupiah)
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan

B. Belanja Negara 1.122,2 1.074,5 1.037,1


I Belanja Pemerintah Pusat
I. 818 2
818,2 760 6
760,6 716 4
716,4
A. Belanja K/L 312,6 310,9 322,3
B. Belanja Non K/L 505,6 449,6 394,1
a.l - Pembayaran Bunga Utang 110,3 104,0 101,7
a. Utang Dalam Negeri 77,1 70,8 69,3
b Utang
b. Ut L
Luar NNegerii 33 2
33,2 33 2
33,2 32 3
32,3
- Subsidi 227,2 187,5 166,7
a. Subsidi Energi 161,8 122,9 103,6
i. BBM (Pertamina) 101,4 73,2 57,6
ii. Listrik (PLN) 60,4 49,7 46,0
b Subsidi
b. S b idi Non Energii 6
65,4 6 6
64,6 6
63,1
- Belanja Lain-Lain 100,4 97,2 65,1
a.l - Cadangan Risiko Fiskal 10,0 15,0 15,8
- Tambahan Anggaran Pendidikan 46,2 38,1 1,3
II. Transfer Ke Daerah 303,9 302,9 320,7
1. Dana Perimbangan 295,6 294,6 297,0
a. Dana Bagi Hasil 89,9 88,4 85,7
b. Dana Alokasi Umum 183,4 183,9 186,4
c. Dana Alokasi Khusus 22,3 22,3 24,8
2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 8,3 8,4 23,7
III Tambahan Belanja 0,0 11,0 0,0
- Pagu Penggunaan PNBP 0,0 1,6 0,0
- PHLN 0,0 0,7 0,0
- Rupiah Murni 0,0 8,7 0,0
KEBIJAKAN UMUM
Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat difokuskan untuk:
Mendukung pelaksanaan tema pembangunan 2009:
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENGURANGAN
KEMISKINAN.
KEMISKINAN
Mendukung Prioritas RKP 2009:
– Peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan
perdesaan.
perdesaan
– Percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan
memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh
pembangunan pertanian
pertanian, infrastruktur
infrastruktur, dan energi
energi.
– Peningkatan upaya anti korupsi, reformasi birokrasi,
serta pemantapan demokrasi, pertahanan dan
keamanan dalam negeri
negeri.
Mendukung sasaran Pembangunan tahun 2009, yaitu :
– Kenaikan pertumbuhan ekonomi (6%)
– Pengurangan Kemiskinan (12% -14%)
14%)
– Pengurangan Pengangguran (7,0% - 8,0%)
ALOKASI ANGGARAN MENURUT PRIORITAS, 2009
((miliar rupiah)
p )
Usulan Kesepakatan
URAIAN RAPBN
Perubahan Panja A

PRIORITAS 1 :
142.871,3 134.863,8 117.348,8
PENINGKATAN PELAYANAN DASAR DAN PEMBANGUNAN PERDESAAN
a. Pengurangan Kemiskinan 42.923,2 42.923,2 42.923,2
b. Pembangunan Pendidikan 82.984,0 74.976,5 57.461,5
c. Pembangunan Kesehatan 5.029,7 5.029,7 5.029,7
d. Pembangunan Perdesaan 11.934,4 11.934,4 11.934,4

PRIORITAS 2 :
PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI YG BERKUALITAS DENGAN MEMPERKUAT DAYA TAHAN 77.713,4 77.713,4 77.713,4
EKONOMI YANG DIDUKUNG OLEH PEMBANGUNAN PERTANIAN, INFRASTRUKTUR, DAN ENERGI
a Pertumbuhan Ekonomi
a. 37.197,6
37 197 6 37.197,6
37 197 6 37.197,6
37 197 6
b. Stabilisasi Ekonomi 978,2 978,2 978,2
c. Pembangunan Insfrastruktur dan Energi 39.537,6 39.537,6 39.537,6

PRIORITAS 3 :
PENINGKATAN UPAYA ANTIKORUPSI, REFORMASI BIROKRASI, ,
25.449,4 25.449,4
, 25.449,4
,
SERTA PEMANTAPAN DEMOKRASI, PERTAHANAN DAN KEAMANAN DALAM NEGERI
a. Upaya Anti Korupsi 407,1 407,1 407,1
b. Reformasi Birokrasi 163,9 163,9 163,9
c. Pemantapan Demokrasi, Pertahanan dan Keamanan Dalam Negeri 24.878,4 24.878,4 24.878,4

TOTAL 246.034,2 238.026,7 220.511,7


ARAH KEBIJAKAN BELANJA PEMERINTAH
PUSAT 2009

• Perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan


pensiunan
• Peningkatan stimulus melalui pembangunan
infrastruktur
• Pengalokasian anggaran subsidi yang lebih tepat
sasaran untuk menjaga stabilitas harga dan
perlindungan
li d kkesejahteraan
j ht masyarakat
k t
• Perlindungan sosial a.l melalui :
– Pendidikan
– Kesehatan
– PNPM
• Penyediaan dana penyelenggaraan Pemilu 2009
BELANJA PEGAWAI

– Kenaikan gaji pokok 15%


– Pemberian gaji ke-13
– Sharing pensiun 100% (pay as you go murni)
– Pemenuhan iuran pemerintah untuk pelayanan
kesehatan kepada aparatur negara dan pensiunan,
serta veteran non tuvet
tuvet, serta pemberian subsidi
katastrofi
– Percepatan penyelesaian unfunded program THT
– Penambahan pegawai baru pusat (dengan
memprioritaskan tenaga honorer seperti guru
bantu tenaga medis
bantu, medis, dan tenaga strategis lainnya)
lainnya).
Penghematan Belanja K/L
1. Fungsi Pendidikan, terkait dengan Putusan Mahakamah Konstitusi tentang pemenuhan
anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN.
APBN
2. Kegiatan prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam Buku I RKP 2009, yaitu :
– Peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan perdesaan;
– Percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi
yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi.
– Peningkatan upaya antikorupsi, reformasi birokrasi, serta pemantapan demokrasi, pertahanan
dan keamanan dalam negeri.
3 Kegiatan yang secara langsung dapat mengentaskan kemiskinan dan memberdayakan
3.
UKM, yaitu:
– Kluster I : Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran
– Kluster II: Pemberdayaan Masyarakat;
– Kluster III : Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil,
dan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk membuka lapangan kerja dan kesempatan
kerja, mendorong investasi dan ekspor.
4. Pembayaran gaji (kode kegiatan 001).
5. Pembiayaan operasional dan pemeliharaan perkantoran minimum (kode kegiatan 002).
6 Belanja yang bersumber dari PNBP.
6. PNBP
7. Belanja yang bersumber dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) dan Rupiah Murni
Pendampingnya, serta sudah ada loan agreement dan bersifat mengikat
ANGGARAN PENDIDIKAN (l j t
(lanjutan….)
)

Arah kebijakan
j ppemanfaatan tambahan anggaran:
gg
1. Mendukung penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun yang bermutu.
2. Meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan guru dan dosen.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan penelitian untuk memperkuat
daya saing bangsa.
bangsa
4. Percepatan penataan sistem pendidikan nasional sesuai amanat
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
5. Penguatan
P B
Balai
l i Latihan
L ih K Kerja.
j
6. Peningkatan kegiatan kepemudaan dan olah raga
BELANJA BARANG
Alokasi belanja barang difokuskan untuk:
• Biaya operasional K/L
• Biaya langganan daya dan dan jasa
• Biaya pemeliharaan
• Biaya perjalanan
• Pengamanan
P Pemilu
P il 2009

BELANJA MODAL
o Pembangunan infrastruktur dasar
o P
Prioritas
i it pendanaan
d kkegiatan
i t multiyears
lti guna
mendukung kesinambungan pembiayaan.
PEMBAYARAN BUNGA UTANG

ƒ Membayar seluruh kewajiban bunga utang yang telah jatuh


tempo secara tepat waktu dan jumlah;
ƒ Menyediakan anggaran untuk pembayaran bunga utang dan
biaya utang dalam rangka pengelolaan portofolio utang melalui
y
buyback dan debt switching
g yyang
g bertujuan
j untuk
mengendalikan risiko utang dan mengurangi biaya utang dalam
jangka panjang.

ƒ Pemerintah dan DPR sepakat bahwa dalam tahun 2009 akan


dilakukan penghapusan SU 007 dan restrukturisasi SU 002 dan
SU 004 dengan tingkat bunga sebesar 0,1 persen atau dengan
benchmark dan term and condition seperti SRBI 001.
ƒ Penghapusan SUS 007 akan dilaksanakan apabila proyeksi
surplus atau defisit, dan kondisi modal minimal BI dimungkinkan
untuk dilaksanakan tanpa mengganggu neraca BI.
SUBSIDI
– Akan lebih difokuskan pada masyarakat miskin, utamanya dalam
rangka program penanggulangan kemiskinan.
– Parameter perhitungan subsidi BBM dan subsidi listrik 2009 sesuai
rekomendasi Panja Asumsi.
– Subsidi pangan dialokasikan untuk membantu masyarakat miskin
membeli beras dengan harga murah.
– Subsidi benih dan pupuk dialokasikan untuk mendukung program
ketahanan pangan.
– Subsidi bunga kredit program dialokasikan terutama untuk
mendukung program kepemilikan rumah sederhana sehat dan rumah
susun, serta menampung pembayaran imbal jasa penjaminan dalam
rangka kredit usaha rakyat.
– Subsidi pajak dialokasikan dalam rangka mendorong sektor-sektor
prioritas.
BANTUAN SOSIAL
ƒ Cadangan penanggulangan bencana
ƒ Program pengentasan kemiskinan:
ƒ Program Bantuan Operasional Sekolah,
ƒ Program Keluarga Harapan,
ƒ Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat,
ƒ Program Askeskin/Jamkesmas

BELANJA LAIN-LAIN
ƒ Menampung penyediaan cadangan risiko fiskal (risiko perubahan
asumsi)
ƒ Mengamankan penyelenggaraan Pemilu 2009
ƒ Menampung dana Cadangan Beras Pemerintah
ƒ Menampung dana sarana dan prasarana konversi minyak tanah
ke LPG
ƒ Melanjutkan program BLT (2 bulan)
ANGGARAN PENDIDIKAN

ƒ Dalam rangka memenuhi UUD 1945 dan putusan


Mahmakah Konstitusi, dalam RAPBN 2009,
dialokasikan tambahan anggaran pendidikan agar
mencapai 20% dari APBN.
ƒ Tambahan
T b h anggaran pendidikan
didik ttersebut
b t akan
k
dialokasikan ke dalam belanja pemerintah pusat,
b ik melalui
baik l l i K/L maupun N
Non K/L
K/L, ddan ttransfer
f kke
daerah.
ANGGARAN PENDIDIKAN (lanjutan….)

Anggaran pendidikan tahun 2009 akan digunakan untuk


antara lain:
1 B
1. Bantuan
t operasional
i l sekolah
k l h (BOS) pada
d program wajibjib belajar
b l j 9
tahun sehingga biaya pendidikan rendah dan terjangkau
masyarakat.
2. Peningkatan kualitas guru/dosen melalui peningkatan kualifikasi
akademik S1 dan D4 bagi guru, serta S2 dan S3 bagi dosen.
3. Rehabilitasi gedung sekolah dan pembangunan sekolah/kelas
baru.
4. Peningkatan pendapatan guru sehingga THP guru terendah
menjadi diatas Rp2 juta per bulan.
5. Penyediaan beasiswa jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi bagi keluarga tidak mampu.
6. Penyediaan
y beasiswa hingga
gg mencapai
p ggelar Doktor bagi
g pperaih
medali emas olimpiade sains internasional.
POKOK-POKOK KEBIJAKAN TRANSFER KE
DAERAH
• KEBIJAKAN
– DANA BAGI HASIL:
• DBH MIGAS TERDAPAT KENAIKAN PORSI SEBESAR
0,5% UNTUK ANGGARAN PENDIDIKAN DASAR;
– PENAMBAHAN KOMPONEN DBH CUKAI.CUKAI
– DAU: 26% DARI PDN NETO YANG TELAH
MEMPERHITUNGKAN ANTARA LAIN SUBSIDI BBM,
SUBSIDI LISTRIK DAN SUBSIDI PUPUK SEBAGAI FAKTOR
PENGURANG
– PENERAPAN FORMULA MURNI DAU/NON-
HOLDHARMLESS
– JIKA REALISASI ICP DI ATAS 130% DARI ASUMSINYA,
ASUMSINYA
MAKA KELEBIHAN ANGGARAN DBH DIPERHITUNGKAN
SEBAGAI TAMBAHAN DAU.
– TERDAPAT PENAMBAHAN DUA BIDANG DAK SEBAGAI
PENGALIHAN ANGGARAN DARI DEP. PERDAGANGAN
DAN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL.
32
KESEPAKATAN PANJA BELANJA DAERAH

• Besaran alokasi Transfer ke Daerah tahun 2009


disepakati
p sebesar Rp320,7
p , T,, dengan
g rincian:
1. Dana Perimbangan sebesar Rp297,0 T, yang meliputi:
• DBH sebesar Rp85,7 T;
• DAU sebesar Rp186,4 T;
• DAK sebesar Rp24,8 T.
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian sebesar
Rp23,7
p , T,, terdiri dari:
• Dana Otonomi Khusus sebesar Rp8,9 T;
– Dana Otsus Papua dan Papua Barat Rp3,7 T;
– Dana Otsus Aceh Rp3,7 T;
– D
Dana T
Tambahan
b h IInfrastruktur
f t kt Papua
P dan
d Papua
P Barat
B t Rp1,4
R 14T
• Dana Penyesuaian sebesar Rp14,9 T.
KESEPAKATAN PANJA BELANJA DAERAH
(lanjutan)
3. Disepakati Pembagian Dana Otsus Papua dan Papua
Barat Rp3,7 T masing-masing dengan proporsi 70% untuk
Papua dan 30% untuk Papua Barat
4. Disepakati Dana Tambahan Infrastruktur Papua dan
Papua Barat Rp1,4 T, masing-masing sebesar Rp0,8 T
untuk Papua
p dan Rp0,6p , T untuk Papua
p Barat.
5. Disepakati terhadap kekurangan dana tambahan
infrastruktur Prov. Papua TA 2008 sebesar Rp670,0 M
dapat
p diusulkan untuk dialokasikan dalam APBN-P 2009.
6. Disepakati dalam APBN 2009 menampung Dana
Penyesuaian sebesar Rp14,9 T, yang terdiri dari:
• Dana tambahan DAU untuk Guru PNSD Rp7,5p T;
• Dana Tambahan DAU Rp7,0 T;
• Kurang Bayar Dana Penyesuaian Infrastruktur Lainnya Rp96,7 M;
• Kurang Bayar Dana Alokasi Khusus Rp295,3 M.
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN ANGGARAN
PEMBIAYAAN ANGGARAN, APBN 2009
(miliar rupiah)

Usulan
RAPBN APBN
Perubahan

C S
C. Surplus/Defisit
l /D fi i Anggaran
A (A - B) (
(99,6)
) (
(71,3)
) (
(51,3)
)
% defisit thd PDB (1,9) (1,3) (1,0)
D. Pembiayaan (I + II) 99,6 71,3 51,3
I. Pembiayaan Dalam Negeri 110,7 62,2 60,8
1. Perbankan dalam negeri 9,8 17,7 16,6
a.l i RDI 0,7 3,7 3,7
ii Rekening Pemerintah 0,0 3,2 2,1
2. Non-perbankan dalam negeri 100,9 44,5 44,2
a. Penerimaan Privatisasi 1,0 0,5 0,5
b. Hasil Pengelolaan Aset 0,6 2,6 2,6
c. Surat Berharga Negara (neto) 112,5 54,7 54,7
d. Dana Investasi Pemerintah dan Rest. BUMN (13,1) (13,3) (13,6)
II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (11,1) 9,2 (9,4)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48,5 71,4 52,2
a. Pinjaman Program 23,7 45,7 26,4
b. Pinjaman Proyek 24,9 25,7 25,7
2. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (59,6) (62,3) (61,6)
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBIAYAAN 2009
Sumber Pembiayaan Defisit APBN
100
(Triliun Rupiah)
92

80 Non Utang SBN (neto)


60
Utang LN 57 55

40 36
23 20
20
9 6,1
0
-1
1
-10 -9
-20 -13 -15
-27 -24
-40
2005 2006 2007 2008 2009
Perk. Real APBN

¾ Sumber pembiayaan anggaran diprioritaskan pada penerbitan SBN


dan pinjaman luar negeri;
¾ Strategi pembiayaan anggaran :
• Dilakukan secara hati-hati dan menjaga pada risiko yang sekecil
mungkin;
p
• Diimplementasikan secara terkoordinasi agar
g dapat
p tercapai
p
pengelolaan fiskal secara prudent, kebijakan moneter yang
kredibel, dan pengelolaan utang yang sehat, serta pengelolaan kas
yang efisien.
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
ANTISIPASI DAMPAK KRISIS
GLOBAL
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
ANTISIPASI DAMPAK KRISIS GLOBAL
• Dalam Pasal 23 UU APBN 2009 dan Penjelasannya
diberikan Payung hukum untuk mengatisipasi keadaan
darurat sebagai dampak dari krisis ekonomi global
sebagai berikut:
Dalam keadaan darurat, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
– Penurunan pertumbuhan ekonomi di bawah asumsi dan
deviasi asumsi ekonomi makro lainnya yang menyebabkan
turunnya pendapatan negara, dan/atau meningkatnya
belanja negara secara signifikan;
– Kenaikan biaya utang, khususnya imbal hasil surat
b h
berharga negara, secara signifikan;
i ifik d
dan/atau
/ t
– Krisis sistemik dalam sistem keuangan dan perbankan
nasional yang membutuhkan tambahan dana penjaminan
perbankan
b k d dan LLembaga
b K
Keuangan B Bukan
k B Bank
k (LKBB)
(LKBB),
LANGKAH-LANGKAH YANG DITEMPUH
• Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dapat melakukan langkah-langkah:
– pengeluaran yang belum tersedia anggarannya dan/atau
pengeluaran melebihi pagu yang ditetapkan dalam APBN Tahun
Anggaran 2009;
– pergeseran anggaran belanja antarprogram, antarkegiatan,
dan/atau antarjenis belanja dalam satu kementerian
negara/lembaga dan/atau antar kementerian negara/lembaga;
– penghematan belanja negara dalam rangka peningkatan
efisiensi, dengan tetap menjaga sasaran program/ kegiatan
prioritas
i it yang ttetap
t harus
h ttercapai;
i
– penarikan pinjaman siaga dari kreditor bilateral maupun
multilateral;
– penerbitan Surat Berharga Negara melebihi pagu yang
ditetapkan dalam APBN tahun yang bersangkutan.

• Pemerintah menyampaikan langkah-langkah kebijakan


sebagaimana
b i dimaksud
di k d padad ayatt (1) dalam
d l L
Laporan S
Semester
t I
Pelaksanaan APBN dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat.
Keadaan darurat tersebut terjadi apabila:
• Prognosa pertumbuhan ekonomi paling rendah 1% (satu persen) di bawah
asumsi; sedangkan prognosa indikator ekonomi makro lainnya mengalami
deviasi paling rendah sebesar 10% (sepuluh persen) dari asumsinya.
Prognosa
g tersebut dihitungg berdasarkan realisasi indikator ekonomi makro
tahun 2008.
• Posisi nominal dana pihak ketiga di perbankan nasional menurun secara
drastis.
• Kenaikan imbal hasil (y
(yield)) Surat Berharga
g Negara
g yyang
g menyebabkan
y
tambahan biaya penerbitan SBN secara signifikan tercermin dalam:
– tidak adanya yield penawaran yang dimenangkan dalam benchmark pemerintah
dalam 2 (dua) kali lelang berturut-turut; dan/atau
– terjadi kecenderungan peningkatan yield sekurang-kurangnya sebesar 300 basis
points (bps) dalam 1 (satu) bulan;
• Keadaan darurat tersebut menyebabkan prognosa penurunan pendapatan
negara yang berasal dari penerimaan perpajakan dan PNBP, dan adanya
perkiraan tambahan beban kewajiban negara yang berasal dari
pembayaran pokok dan bunga utang
utang, subsidi BBM dan listrik
listrik, serta belanja
lainnya.

Yang dimaksud dengan persetujuan DPR adalah keputusan yang tertuang


di dalam kesimpulan Rapat Kerja Panitia Anggaran DPR-RI dengan
Pemerintah yang dilakukan dalam waktu satu kali dua puluh empat jam
sejak diterimanya usulan Pemerintah.
TERIMA KASIH
Asumsi Makro 2009
Asumsi Makro 2009

Pertumbuhan Ekonomi ((YoY)) 6,0


,

Nilai Tukar (Rp/US$) (Rata2) 9400

Inflasi (% ) (YoY) 6,2

Suku Bunga (SBI 3 bl % ) Rata2 7,5

Harga ICP (US$/br) Rata2 80.0

Lifting Minyak (ribu br/hr) Rata2 960


APBN 2009
APBN 2009
RINGKASAN APBN 2009
(miliar rupiah)                                                
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan

A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.022,6 1.003,2 985,7


I. Penerimaan Dalam Negeri 1.021,6 1.002,3 984,8
1. Penerimaan Perpajakan 726,3 729,9 725,8
Tax Ratio (% PDB) 13,7 13,6 13,6
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 295,4 272,4 258,9
II. Hibah 0,9 0,9 0,9
B Belanja
B. B l j NNegara 1 122 2
1.122,2 1 074 5
1.074,5 1 037 1
1.037,1
I. Belanja Pemerintah Pusat 818,2 760,6 716,4
A. Belanja K/L 312,6 310,9 322,3
B. Belanja Non K/L 505,6 449,6 394,1
a.l - Pembayaran Bunga Utang 110,3 104,0 101,7
- Subsidi 227,2 187,5 166,7
a.l i. BBM (Pertamina) 101,4 73,2 57,6
ii. Listrik (PLN) 60,4 49,7 46,0
- Belanja Lain-Lain 100,4 97,2 65,1
II. Transfer Ke Daerah 303,9 302,9 320,7
C. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (99,6) (71,3) (51,3)
% defisit thd PDB (1,9) (1,3) (1,0)
D. Pembiayaan (I + II) 99,6 71,3 51,3
I. Pembiayaan Dalam Negeri 110,7 62,2 60,8
1. Perbankan dalam negeri 9,8 17,7 16,6
2. Non-perbankan dalam negeri 100,9 44,5 44,2
II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (11,1) 9,2 (9,4)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48,5 71,4 52,2
2. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (59,6) (62,3) (61,6)
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, APBN 2009
(miliar rupiah)
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan

A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.022,6 1.003,2 985,7


I Penerimaan Dalam Negeri
I. 1 021 6
1.021,6 1 002 3
1.002,3 984 8
984,8
1. Penerimaan Perpajakan 726,3 729,9 725,8
a. Pajak Dalam Negeri 697,8 701,4 697,3
i. Pajak penghasilan 364,4 361,4 357,4
1. PPh Migas 65,7 60,7 56,7
2. PPhh Non-Migas
i 298,7
8 300,7 300,7
ii. Pajak pertambahan nilai 245,4 249,5 249,5
iii. Pajak bumi dan bangunan 28,9 28,9 28,9
iv. BPHTB 7,3 7,8 7,8
v. Cukai 47,5 49,5 49,5
vi. Pajak lainnya 4,3 4,3 4,3
b. Pajak Perdagangan Internasional 28,5 28,5 28,5
i. Bea masuk 19,2 19,2 19,2
ii. Bea Keluar 9,3 9,3 9,3
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 295,4 272,4 258,9
a. Penerimaan SDA 212,6 188,6 173,5
i. SDA Migas 203,1 177,2 162,1
- Minyak bumi 159,3 135,3 123,0
- Gas Bumi 43,7 41,9 39,1
ii. Non Migas 9,5 11,4 11,4
b. Bagian Laba BUMN 33,0 31,5 30,8
c. PNBP Lainnya 44,0 46,8 49,2
d. Pendapatan BLU 5,8 5,4 5,4
II. Hibah 0,9 0,9 0,9
BELANJA NEGARA, APBN 2009
(miliar rupiah)
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan

B. Belanja Negara 1.122,2 1.074,5 1.037,1


I Belanja Pemerintah Pusat
I. 818 2
818,2 760 6
760,6 716 4
716,4
A. Belanja K/L 312,6 310,9 322,3
B. Belanja Non K/L 505,6 449,6 394,1
a.l - Pembayaran Bunga Utang 110,3 104,0 101,7
a. Utang Dalam Negeri 77,1 70,8 69,3
b Utang
b. Ut L
Luar NNegerii 33 2
33,2 33 2
33,2 32 3
32,3
- Subsidi 227,2 187,5 166,7
a. Subsidi Energi 161,8 122,9 103,6
i. BBM (Pertamina) 101,4 73,2 57,6
ii. Listrik (PLN) 60,4 49,7 46,0
b Subsidi
b. S b idi Non Energii 6
65,4 6 6
64,6 6
63,1
- Belanja Lain-Lain 100,4 97,2 65,1
a.l - Cadangan Risiko Fiskal 10,0 15,0 15,8
- Tambahan Anggaran Pendidikan 46,2 38,1 1,3
II. Transfer Ke Daerah 303,9 302,9 320,7
1. Dana Perimbangan 295,6 294,6 297,0
a. Dana Bagi Hasil 89,9 88,4 85,7
b. Dana Alokasi Umum 183,4 183,9 186,4
c. Dana Alokasi Khusus 22,3 22,3 24,8
2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 8,3 8,4 23,7
III Tambahan Belanja 0,0 11,0 0,0
- Pagu Penggunaan PNBP 0,0 1,6 0,0
- PHLN 0,0 0,7 0,0
- Rupiah Murni 0,0 8,7 0,0
PEMBIAYAAN ANGGARAN, APBN 2009
(miliar rupiah)

Usulan
RAPBN APBN
Perubahan

C S
C. Surplus/Defisit
l /D fi i Anggaran
A (A - B) (
(99,6)
) (
(71,3)
) (
(51,3)
)
% defisit thd PDB (1,9) (1,3) (1,0)
D. Pembiayaan (I + II) 99,6 71,3 51,3
I. Pembiayaan Dalam Negeri 110,7 62,2 60,8
1. Perbankan dalam negeri 9,8 17,7 16,6
a.l i RDI 0,7 3,7 3,7
ii Rekening Pemerintah 0,0 3,2 2,1
2. Non-perbankan dalam negeri 100,9 44,5 44,2
a. Penerimaan Privatisasi 1,0 0,5 0,5
b. Hasil Pengelolaan Aset 0,6 2,6 2,6
c. Surat Berharga Negara (neto) 112,5 54,7 54,7
d. Dana Investasi Pemerintah dan Rest. BUMN (13,1) (13,3) (13,6)
II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (11,1) 9,2 (9,4)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48,5 71,4 52,2
a. Pinjaman Program 23,7 45,7 26,4
b. Pinjaman Proyek 24,9 25,7 25,7
2. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (59,6) (62,3) (61,6)
Terima Kasih
Terima Kasih
APBN 2009: Pokok2
Asumsi APBN
1. DIlakukan penyesuaian sesuai
kondisi mutakhir
2. Risiko Fiskal: harga minyak,
lifting
g dan indikator macro
3. Indikasi keadaan darurat
Pendapatan Negara
1. Perpajakan: pertumbuhan moderat 20%
2
2. Pelaksanaan UU PPh dan UU PPN
3. Perbaikan cost-recovery dengan PP
Standar Bia
Biaya
a Cost Reco
Recovery
er
Belanja Negara APBN 2009

1. Anggaran Pendidikan 20%


2. B l j program K
Belanja Kemiskinan
i ki d
dan
Infrastruktur Tetap
3
3. Subsidi non energi dialokasikan
10T untuk insentif melalui DTP
sektor riil jika terjadi perlambatan
Desifit dan
Pembiayaan APBN
2009
1. Defisit
D fi it 1% d
darii PDB
2. Pembiayaan SBN dikurangi signifikan
3
3. Perkiraan SILPA 2008 dipergunakan
4. Menyiapkan Pembiayaan Siaga
Keadan
K d D Daruratt ((pasall
23 UU APBN 2009 dan
Penjelasan):
j )
JIKA
• Kondisi Darurat (PDB, Asumsi Lainnya)
• Penebitan SBN menjadi mahal
• Risiko Sistemik Perbankan
LANGKAH2:
• Realokasi Belanja Pusat
• P
Penerbitan
bit SBN (L (Lelang
l maupun N
Non-Lelang)
L l )
• Penarikan Dana Pembiayaan Siaga
PERSETUJAUN DPR
• Persetujuan Panitia Anggaran
• Dalam waktu 1X 24 Jam
Terima Kasih

Das könnte Ihnen auch gefallen