Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
APBN 2009
¾Intensifikasi perpajakan.
¾Ekstensifikasi perpajakan guna memperluas basis
pajak
¾Peningkatan kepatuhan wajib pajak (law
enforcement) terutama untuk menindaklanjuti
kebijakan sunset policy di tahun 2008
¾Melanjutkan kebijakan tarif hasil tembakau dengan
menurunkank tarif
t if advalorum
d l d
dan menaikkan
ikk ttarif
if
spesifik;
¾Implementasi INSW tahap III dan ASEAN Single
Window (ASW)
¾Pemberian fasilitas kepabeanan dalam rangka
mendorong
d iinvestasi
t iddan perdagangan
d d
dalam
l
bentuk DTP bea masuk dan/atau PDRI
KEBIJAKAN PNBP
Peningkatan
g koordinasi dalam rangka
g optimalisasi
p p
produksi
minyak dan gas yang didukung dengan fasilitas fiskal dan
nonfiskal.
Pengendalian
g cost recoveryy melalui:
¾ pengendalian alokasi biaya,
¾ evaluasi komponen biaya produksi yang dapat dibiayakan
(negative list), serta
¾ evaluasi standar biaya pengadaan barang dan jasa oleh
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
¾ penyempurnaan ketentuan tentang cost recovery
Percepatan penyelesaian kewajiban Pertamina/KKKS
kepada pemerintah terkait kegiatan migas
Optimalisasi sumber PNBP, khususnya y dari sektor
pertambangan.
Peningkatan kinerja dan pengembangan BUMN.
Peninjauan
j dan ppenyempurnaan
y p p
peraturan PNBP K/L serta
Peningkatan pengawasan pengelolaan PNBP K/L
Cost Recovery
• Cost recovery sebesar US$11,05 miliar, naik dari besaran tahun 2008
sebesar US$10
US$10,473
473 miliar yang disebabkan oleh kenaikan lifting gas on
stream Exxon dan Tangguh, serta swap Conoco dan Chevron.
• BPK ditugaskan untuk melakukan audit atas kewajaran unsur biaya dalam
cost recovery sejak tahun 1997, dan apabila terdapat temuan
ketidakwajaran BPK wajib melaporkan estimasi besaran kerugian negara
ketidakwajaran,
yang timbul, termasuk kerugian daerah dalam kerangka bagi hasil, dan
disampaikan dalam Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN
SMT I TA 2009 untuk dapat ditindaklanjuti.
• Pemerintah
P i t h dit
ditugaskan
k untukt k menerbitkan
bitk PP tentang
t t costt recovery, yang
antara lain memuat:
1. Unsur biaya yang dapat dikategorikan dan diperhitungkan sebagai unsur cost
recovery.
2. Standar atau norma universal yang diberlakukan terhadap kewajaran unsur
biaya dalam perhitungan beban pajak dan cost recovery.
3. Standar tersebut tidak hanya berpedoman pada Exhibit Contract, namun juga
disesuaikan dengan standar pembebanan yang berlaku umum sebagaimana
dimaksud pada butir (2).
4. Cost recovery senantiasa harus mengikuti peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia, sehingga acuan cost recovery dalam Exhibit
Contract perlu ditinjau kembali.
5. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah tersebut dilakukan efektif mulai 1
Januari 2009.
• BP MIGAS ditugaskan untuk memperkuat pengawasan dalam rangka
mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor migas.
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
BELANJA NEGARA
BELANJA NEGARA, APBN 2009
(miliar rupiah)
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan
PRIORITAS 1 :
142.871,3 134.863,8 117.348,8
PENINGKATAN PELAYANAN DASAR DAN PEMBANGUNAN PERDESAAN
a. Pengurangan Kemiskinan 42.923,2 42.923,2 42.923,2
b. Pembangunan Pendidikan 82.984,0 74.976,5 57.461,5
c. Pembangunan Kesehatan 5.029,7 5.029,7 5.029,7
d. Pembangunan Perdesaan 11.934,4 11.934,4 11.934,4
PRIORITAS 2 :
PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI YG BERKUALITAS DENGAN MEMPERKUAT DAYA TAHAN 77.713,4 77.713,4 77.713,4
EKONOMI YANG DIDUKUNG OLEH PEMBANGUNAN PERTANIAN, INFRASTRUKTUR, DAN ENERGI
a Pertumbuhan Ekonomi
a. 37.197,6
37 197 6 37.197,6
37 197 6 37.197,6
37 197 6
b. Stabilisasi Ekonomi 978,2 978,2 978,2
c. Pembangunan Insfrastruktur dan Energi 39.537,6 39.537,6 39.537,6
PRIORITAS 3 :
PENINGKATAN UPAYA ANTIKORUPSI, REFORMASI BIROKRASI, ,
25.449,4 25.449,4
, 25.449,4
,
SERTA PEMANTAPAN DEMOKRASI, PERTAHANAN DAN KEAMANAN DALAM NEGERI
a. Upaya Anti Korupsi 407,1 407,1 407,1
b. Reformasi Birokrasi 163,9 163,9 163,9
c. Pemantapan Demokrasi, Pertahanan dan Keamanan Dalam Negeri 24.878,4 24.878,4 24.878,4
Arah kebijakan
j ppemanfaatan tambahan anggaran:
gg
1. Mendukung penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun yang bermutu.
2. Meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan guru dan dosen.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan penelitian untuk memperkuat
daya saing bangsa.
bangsa
4. Percepatan penataan sistem pendidikan nasional sesuai amanat
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
5. Penguatan
P B
Balai
l i Latihan
L ih K Kerja.
j
6. Peningkatan kegiatan kepemudaan dan olah raga
BELANJA BARANG
Alokasi belanja barang difokuskan untuk:
• Biaya operasional K/L
• Biaya langganan daya dan dan jasa
• Biaya pemeliharaan
• Biaya perjalanan
• Pengamanan
P Pemilu
P il 2009
BELANJA MODAL
o Pembangunan infrastruktur dasar
o P
Prioritas
i it pendanaan
d kkegiatan
i t multiyears
lti guna
mendukung kesinambungan pembiayaan.
PEMBAYARAN BUNGA UTANG
BELANJA LAIN-LAIN
Menampung penyediaan cadangan risiko fiskal (risiko perubahan
asumsi)
Mengamankan penyelenggaraan Pemilu 2009
Menampung dana Cadangan Beras Pemerintah
Menampung dana sarana dan prasarana konversi minyak tanah
ke LPG
Melanjutkan program BLT (2 bulan)
ANGGARAN PENDIDIKAN
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan
C S
C. Surplus/Defisit
l /D fi i Anggaran
A (A - B) (
(99,6)
) (
(71,3)
) (
(51,3)
)
% defisit thd PDB (1,9) (1,3) (1,0)
D. Pembiayaan (I + II) 99,6 71,3 51,3
I. Pembiayaan Dalam Negeri 110,7 62,2 60,8
1. Perbankan dalam negeri 9,8 17,7 16,6
a.l i RDI 0,7 3,7 3,7
ii Rekening Pemerintah 0,0 3,2 2,1
2. Non-perbankan dalam negeri 100,9 44,5 44,2
a. Penerimaan Privatisasi 1,0 0,5 0,5
b. Hasil Pengelolaan Aset 0,6 2,6 2,6
c. Surat Berharga Negara (neto) 112,5 54,7 54,7
d. Dana Investasi Pemerintah dan Rest. BUMN (13,1) (13,3) (13,6)
II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (11,1) 9,2 (9,4)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48,5 71,4 52,2
a. Pinjaman Program 23,7 45,7 26,4
b. Pinjaman Proyek 24,9 25,7 25,7
2. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (59,6) (62,3) (61,6)
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBIAYAAN 2009
Sumber Pembiayaan Defisit APBN
100
(Triliun Rupiah)
92
40 36
23 20
20
9 6,1
0
-1
1
-10 -9
-20 -13 -15
-27 -24
-40
2005 2006 2007 2008 2009
Perk. Real APBN
Usulan
RAPBN APBN
Perubahan
C S
C. Surplus/Defisit
l /D fi i Anggaran
A (A - B) (
(99,6)
) (
(71,3)
) (
(51,3)
)
% defisit thd PDB (1,9) (1,3) (1,0)
D. Pembiayaan (I + II) 99,6 71,3 51,3
I. Pembiayaan Dalam Negeri 110,7 62,2 60,8
1. Perbankan dalam negeri 9,8 17,7 16,6
a.l i RDI 0,7 3,7 3,7
ii Rekening Pemerintah 0,0 3,2 2,1
2. Non-perbankan dalam negeri 100,9 44,5 44,2
a. Penerimaan Privatisasi 1,0 0,5 0,5
b. Hasil Pengelolaan Aset 0,6 2,6 2,6
c. Surat Berharga Negara (neto) 112,5 54,7 54,7
d. Dana Investasi Pemerintah dan Rest. BUMN (13,1) (13,3) (13,6)
II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (11,1) 9,2 (9,4)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48,5 71,4 52,2
a. Pinjaman Program 23,7 45,7 26,4
b. Pinjaman Proyek 24,9 25,7 25,7
2. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (59,6) (62,3) (61,6)
Terima Kasih
Terima Kasih
APBN 2009: Pokok2
Asumsi APBN
1. DIlakukan penyesuaian sesuai
kondisi mutakhir
2. Risiko Fiskal: harga minyak,
lifting
g dan indikator macro
3. Indikasi keadaan darurat
Pendapatan Negara
1. Perpajakan: pertumbuhan moderat 20%
2
2. Pelaksanaan UU PPh dan UU PPN
3. Perbaikan cost-recovery dengan PP
Standar Bia
Biaya
a Cost Reco
Recovery
er
Belanja Negara APBN 2009