Sie sind auf Seite 1von 14

Keutamaan Menggunakan Siwak Dibanding

Sikat Gigi
Posted on November 17, 2009 by azzaam

Siwak atau pembersih gigi, adalah sebatang kayu yang berasal dari pohon “Arok”
(pohon-pohonan yang banyak tumbuh di wilaya Timur tengah), sering kali dijumpai
oleh para jama’ah Haji atau jama’ah Umrah di Kota Makkah Maupun Madinah Al-
Munawwarah. Sayang sekali banyak dari para Jama’ah tersebut tidak membeli dan
menjadikan siwak sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat, padahal dengan
memakai Siwak, bukan saja telah menjalankan sunnah Rasul, dibalik itu justru
manfaatnya sangatlah luar biasa.

Nabi Muhammad SAW, selalu memakai siwak ketika hendak berwudhu, sholat,
membaca Al-Quran dan dalam hal-hal kebaikan lainnya termasuk hendak tidur dan
bangun dari tidur. Bahkan di detik-detik wafatnya Nabi Muhammad SAW, beliau
mencari dan menggunakan Siwak.

Siwak memiliki beberapa faedah yang sangat besar, diantaranya yang paling besar
adalah yang telah dianjurkan oleh hadits:

“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Allah.” (HR. Ahmad)

“Keutamaan shalat dengan memakai siwak itu, sebanding dengan 70 kali shalat
dengan tidak memakai siwak.” (HR. Ahmad)

Siwak bukan hanya bermanfaat secara spiritual, tetapi juga berguna untuk menjaga
kesehatan. Para ilmuwan Amerika baru-baru ini menemukan efek menakjubkan siwak
terhadap mulut: dalam satu kali penggunaan, siwak membunuh 80% bakteri. Siwak
mencegah caries (gigi berlubang), menguatkan gusi, dan efeknya bertahan hingga
hampir 48 jam. Tunisia dan negara-negara lainnya sudah mulai memproduksi pasta
gigi berbahan dasar siwak.
Sebuah majalah Jerman memuat tulisan ilmuwan yang bernama Rudat, direktur
Institut Perkumanan Universitas Rostock. Dalam tulisannya itu ia berkata,

“Setelah saya membaca tentang siwak yang biasa digunakan Bangsa Arab sebagai
sikat gigi, sejak saat itu pula saya mulai melakukan pengkajian. Penelitian ilmiah
modern mengukuhkan, bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat
pembersih yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari
kerapuhan, bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara
sehat, dan melindungi mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah
terbukti bahwa siwak memiliki manfaat mencegah kanker.”

Selain efek-efek higienis, siwak juga menstimulasi BAS (Biologically Active Spots =
Titik Aktif Biologis) yang terletak di antara gigi dan gusi. Titik-titik ini mengatur
enam organ (telinga, mata, hidung, lidah, dan oesophagus (saluran makanan dari
mulut ke perut), tiga pasang cells (wedge shaped, rahang atas, ethmoid), sinus, sendi
temporal rahang bawah, dan 28 saraf tulang belakang yang mengatur fungsi-fungsi
secara praktis semua organ, otot, dans endi pada ekstremitas atas dan bawah.

Titik-titik yang sama mengatur fungsi sejumlah organ seperti empedu dan kantong
empedu, liver, ginjal, perut, pancreas, limpa, paru-paru, jantung, usus besar dan usus
kecil.

Terpijitnya BAS pada mulut oleh siwak akan meredakan rasa sakit dan menurunkan
ketegangan otot-otot neurorefleks yang disebabkan oleh osteochondros (sejenis
penyakit tulang). Penggunaan siwak secara teratur, selain mencegah penyakit, ia juga
mengatur perkembangan 70 BAS dan membantu pikiran kita agar jernih. Dengan
demikian, sebatang siwak yang digunakan dengan penuh keimanan dapat
menggantikan peran dokter spesialis.

Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak

Hasil penelitian oleh Al-Lafi dan Ababneh (1995) terhadap kayu siwak menunjukkan
bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri,
menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi.

Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :

 Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi


untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan
pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan
sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya
yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut.
 Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride,
Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan
beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi,
memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak
sebagai bahan penyusun pasta gigi.
 Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan
mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
 Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi.
Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
 Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di
mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut
merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik
mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah
dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor,
trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990)
ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat
bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu
penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan
noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian
keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida
berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat
lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.

Penelitian lain dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta
gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak
menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kebersihan gigi secara sempurna
adalah pasta gigi dengan butiran-butiran bubuk siwak, karena butiran-butioran
tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-
sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Sehingga banyak perusahaan-
perusahaan di dunia menyertakan bubuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka.
WHO pun turut menjadikan siwak termasuk komoditas kesehatan yang perlu
dipelihara dan dibudidayakan.

Dalam penemuan ini terdapat dua mukjizat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Mukjizat pertama, yaitu manfaat-manfaat yang tampak pada siwak. Dengan
ini, berarti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang pertama yang
memerintahkan melindungi mulut dari berbagai macam penyakit. Mukjizat kedua,
yaitu bagaimana Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bisa mengetahui dari sekian
juta jenis pohon-pohonan, bahwa pohon siwak (saludora persica) mengandung banyak
manfaat bagi manusia?

Waktu-waktu Disunnahkannya Bersiwak

Bersiwak disunnahkan di setiap saat, bahkan ketika berpuasa disepanjang harinya, dan
menjadi sunnah muakadah pada waktu akan beribadah.

Adapun waktu-waktu yang disunnahkan secara muakkad untuk bersiwak diantaranya:

1. Setiap akan Berwudhu,


“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan
mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu”. (HR. Bukhori dan Muslim)
2. Setiap akan melakukan shalat,
“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan
mereka untuk bersiwak setiap akan sholat”. (HR. Bukhori dan Muslim)
3. Setiap Bangun Tidur,
“Adalah Rosululloh jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok
mulutnya dengan siwak” (H.R. Bukhori). Termasuk tanda kecintaan Nabi
Shallallahu ‘aihi wa sallam kepada kebersihan dan ketidak sukaannya terhadap
bau tidak enak, tatkala bangun dari tidur malam yang panjang, yang mana saat
itu di mungkinkan bau mulut sudah berubah, maka beliau menggosok giginya
dengan siwak untuk menghilangkan bau tidak sedap, dan untuk menambah
semangat setelah bangun tidur, karena termasuk kelebihan siwak adalah
menambah daya ingat dan semangat.
4. Setiap akan Masuk Rumah.
Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata: ”Aku bertanya kepada
‘Aisyah: “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rosululloh jika dia
memasuki rumahnya?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. (HR. Muslim)
5. Ketika hendak membaca Al Qur’an.
Dari Ali ra. berkata : “Rasulullah memerintahkan kami bersiwak.
Sesungguhnya seorang hamba apabila berdiri sholat malaikat mendatanginya
kemudian berdiri di belakangnya mendengar bacaan Al Qur’an dan ia
mendekat. Maka ia terus mendengar dan mendekat sampai ia meletakkan
mulutnya di atas mulut hamba itu, sehingga tidaklah dia membaca satu ayat
pun kecuali berada di rongganya malaikat” (HR. Baihaqy)

Lantas, bagaimanakah cara menggunakannya?

Orang menggunakan siwak dalam bentuk batang atau stick kayu dengan cara:

1. Batang atau cabang siwak dipotong berukuran pensil dengan panjang 15-20
cm. Stick kayu siwak ini dapat dipersiapkan dari akar, tangkai, ranting, atau
batang tanamannya. Stick dengan ukuran diameter 1 cm dapat digigit dengan
mudah dan memberikan tekanan yang tidak merusak gusi apabila digunakan.
2. Kulit dari stick siwak ini dihilangkan atau dibuang hanya pada bagian ujung
stick yang akan dipakai saja.
3. Siwak yang kering dapat merusak gusi, sebaiknya direndam dalam air segar
selama 1 hari sebelum digunakan. Selain itu, air tersebut juga dapat digunakan
untuk kumur-kumur.
4. Bagian ujung stick siwak yang sudah dihilangkan kulit luarnya digigit-gigit
atau dikunyah-kunyah sampai berjumbai seperti berus.
5. Bagian siwak yang sudah seperti berus digosokkan pada gigi, dan bisa juga
digunakan untuk membersihkan lidah.

Dalam sebuah Hadist dikatakan bahwa, Rasulullah SAW bersiwak dengan kayu arok,
dan memulainya dari pertengahan, lalu kearah kanan lalu kekiri, demikian diulangi.
sebanyak 3 X. Sebelum dan sesudah bersiwak, kayu Siwak (kayu arok atau
sejenisnya) hendaklah dicuci. Siwak hendaklah disimpan posisi berdiri, jangan
disimpan diatas tanah. Jika Siwak itu kering, sebaiknya direndam dengan air terlebih
dahulu. Siwak berbeda dengan sikat gigi, siwak adalah kayu yang biasa dipakai untuk
menggosok gigi hingga akhir masa.

Nah loe, begitu banyak faedah dan manfaatnya. Lalu, masihkah Anda meragukan
siwak?
Di Indonesia, berhubung siwak itu sendiri agak sulit dicari, namun bukan berarti kita
tidak bisa menunaikan sunnah rasul tersebut. Alternatif lain, yaitu dengan
menggunakan pasta gigi siwak. Banyak dijual di toko-toko dan swalayan terdekat.

Tersedia Siwak atau Miswak Al Khair Pakistan


Rp 15.000 per batang

http://maktabahalislam.wordpress.com/2010/02/11/siwak-al-khair-pakistan/

Pemesanan Hubungi,
email : alislam.maktabah@gmail.com
ym: maktabah_alislam

Syukron, Jazakallahu khair

Cranberri
Mineral yang terkandung dalam buah ini merupakan pelindung bagi gigi untuk
memblok tinggalan noda yang dibuat oleh saus, kopi, anggur merah atau kola. Para
imuwan di Universitas Rochester di New York menyatakan bahwa Cranberri juga
dapat menghambat ezim-enzim yang dibutuhkan bakteri jahat untuk bisa hidup di
gigi, juga mencegah timbulnya plak penyebab karang gigi. “Perlindungan ini berjalan
efektif selama tiga hingga empat jam,” ujar Marc Liechtung, DMD, P dari New York,
bila Anda tidak menyikat gigi setelahnya. Minumlah air sekitar 240 ml atau satu gelas
besar air jus cranberri sebelum makan saus tomat atau makanan yang mudah
meninggalkan noda di gigi agar noda itu lenyap.

Wortel
Makanan kegemaran kelinci ini ternyata dapat meningkatkan produksi saliva yang
pada akhirnya akan mencuci mulut, mengurangi germ dan bakteri. Menurut
Georgiana Donadio, DC, PhD, ahli gizi dan pendiri National Institute of Whole
Health, wortel juga bermanfaat mencegah bakteri yang menyerang gigi. Konsumsi
wortel mini (baby carrot) setiap hari akan membantu gigi untuk membilas sisa-sisa
makanan dan bekteri yang terjebak dalam gigi.

Limau, Jeruk Limun, dan Jeruk


Vitamin dosis tinggi yang terdapat dalam buah sitrus efektif membunuh bakteri yang
terbentuk oleh gula, pecahan makanan dan plak yang tertinggal di gigi. Vitamin di
dalam sitrus juga mendukung fungsi kolagen yang sehat di dalam gusi dan mencegah
munculnya sakit gigi. Tapi siapa yang meninginginkan jeruk sebagai snak? Tentu saja
Anda bisa memerasnya dan minum segelas besar jus jeruk setiap hari agar gigi sehat.

Yogurt
“Saat ph dalam mulut di atas 5,5, meningkatnya asam bakal menyebabkan gigi
mengalami demineralisasi. Proses ini bakal membuat gigi menjadi busuk,” ucap
seorang dokter gigi. Jimmy Wu, DDS dari San Diego, dokter gigi ini menyatakan,
sesendok makan yogurt bakal segera mengembalikan kadar pH dalam mulut menjadi
normal, yakni 7. Terlebih kandungan fosfat, kalsium dan kasein dalam yogurt akan
membantu remineralisasi ini terjadi. Konsumsi yogurt yang tidak manis, rendah lemak
merupakan cara terbaik memelihara gigi.
Buah Anggur
Para ilmuwan menemukan bahwa buah anggur meningkatkan kadar darah dan
kemampuan tubuh menyembuhkan dirinya sendiri. Sebuah penelitian yang
dipublikasikan dalam British Dental Journal, mengungkap, konsumsi dua buah anggur
sehari akan menyelamatkan gigi Anda dari perdarahan gusi. Apalagi kalau lebih dari
dua buah. Segenggam misalnya.

Teh Hijau
Antioksidan katekin di dalam teh hijau mencegah terjadinya lubang gigi yang
disebabkan oleh bakteri, serta mengurangi bau mulut. Akhiri makan dengan secangkir
teh hijau untuk menyegarkan mulut Anda dan membantu ludah menghilangkan gula
dan bakteri dalam mulut.

Apel wortel seledri

Tip-tip Agar Gigi Putih Dan Sehat


Friday, July 4, 2008

Pernahkah Anda menghitung berapa kali anda tersenyum dalam sehari? Tentu
jumlahnya lebih banyak dari anda menyikat gigi. Senyum indah pastinya dilengkapi
dengan gigi yang sehat. Untuk gigi putih
dan sehat, simak dulu tips berikut.

Pada dasarnya, warna gigi kita yang sesungguhnya adalah putih. Namun dengan
banyaknya zat-zat makanan yang melewati gigi juga oleh faktor usia, sehingga warna
gigi tak bisa bertahan putih selamanya. Itulah yang semestinya kita jaga. Jika Anda
bermasalah dengan tampilan gigi, jangan khawatir karena sekarang ada banyak cara
untuk mengobati dan mengatasinya.

1. Rawatlah sebelum terlanjur menjadi rusak. Gunakan sedotan jika anda minum kopi,
teh, minuman bersoda dan juga anggur merah. Dengan demikian, minuman tak
mengenai gigi secara langsung. Minuman-minuman tersebut biasanya menjadi
penyebab kerusakan gigi yang sangat kuat.

2. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang berperan sebagai pemutih gigi alami.


Contohnya buah dan sayuran. Bahan-bahan alami yang cukup efektif untuk
membersihkan gigi di antaranya: apel, wortel dan seledri.

3. Strawberry adalah buah pemutih gigi yang sangat spesial. Caranya mudah.
Hancurkan saja strawberry kemudian tempelkan pada seluruh gigi anda dengan
menggunakan jari. Diamkan selama satu sampai dua menit. Setelah itu gosoklah gigi
dengan menyeluruh sampai bersih.

4. Sejumlah zat bisa melekat di gigi anda dengan mudah. Oleh karena itu anda harus
mecegah terbentuknya noda gigi atau plak. Gunakan brokoli, daun selada atau bayam
untuk mencegahnya. Sayur-sayuran itu terbukti sangat manjur untuk urusan mencegah
noda gigi.

5. Gunakan pasta gigi yang berperan sebagai pemutih. Biasanya model pasta gigi
seperti ini banyak dijual di pasaran. Namun tentunya butuh waktu yang cukup lama
dan perlakuan yang sangat intensif untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Sekarang sebagian besar pasta gigi telah menggunakan enzim dan formula kimia
sehingga anda tak perlu
ragu untuk mengkonsumsi pasta gigi berpemutih.

6. Cara mudah dan sederhana untuk merawat gigi tetap putih adalah menggosok gigi
tiga kali sehari dan setiap selesai makan. Namun hati- hati dalam menyikat gigi.
Jangan terlalu keras karena itu malah bisa membuat gigi abrasi dan rusak. Lebih
bagusnya gunakan sikat gigi elektrik dan atur waktu menyikat gigi selama dua menit.

7. Yang termudah dan tercepat namun membutuhkan biaya lebih adalah dengan cara
bleaching atau pemutihan. Model perawatan gigi semacam ini banyak tersedia di
klinik gigi dan klinik kecantikan. Perawatan semacam ini bisa bertahan selama dua
hingga tiga tahun. Tapi tetap saja setelah di bleaching, anda harus menjaga makanan
dan minuman
yang dikonsumsi.

Inilah Alasan Sikat Gigi Wajib Dilakukan


Selasa, 07 September 2010, 09:19 WIB
   

Menggosok Gigi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Jangan sepelekan aktivitas membersihkan gigi


secara rutin. Ia dapat menyelamatkan hidup anda.
Sebuah studi yang digagas University of Bristol mengungkap meningkatnya masalah
jantung yang disebabkan penyakit gusi mengharuskan setiap individu secara cermat
memperhatikan kesehatan gigi dan mulut. Pasalnya, mikroba yang terdapat dalam gigi
dan mulut dapat memasuki aliran darah melalui pendarahan gusi.

"Perkembangan bakteri dalam fase tertentu tidak bisa ditanggulangi oleh sistem
pertahan tubuh melainkan perlu sokongan antibiotik guna mengobati infeksi," ungkap
pemimpin riset Profesor HOward Jenkinson. Dia juga mengatakan penggumpalan
platelet membantu bakteri menyerang katup jantung atau menyebabkan radang yang
menghambat pasokan darah menuju jantung dan otak.

Ketika berbicara dihadapan Komunitas Pakar Mikorbiologi musim gugur tahun lalu,
Jenkinon mengatakan bakteri gigi dan mulut dapat menjadi malapetaka bila tidak
ditanggulangi dengan siklat gigi dan flossing, membersihkan sela gigi dengan serat
sutra atau benang.

"Minimnya pembersihan gigi secara teratur dapat mengakibatkan pendarahan gusi,


mempermudah bakteri melarikan diri ke dalam aliran darah,dan memberikan
kesempatan pada bakteri untuk membekukan pasokan darah menuju jantung,"
katanya.

Perlu diketahui jenis bakteri yang berdiam di mulut dan gigi adalah bakteri
streptokokus. Karena itu, tim riset mencari cara untuk menekan aktivitas Streptokokus
dengan merujuk pada model aliran darah yang dikembangkan oleh Royal COllege of
Surgeon, Irlandia.  "Temuan riset pada akhirnya mengarah pada pengobatan baru
untuk penyakit jantung," ujarnya.

Hindari malas dan selalu sempatkan menyikat gigi. Bukankah sejak dulu Rasul juga
mewajibkan umatnya bersiwak?

Gigi tak sehat alias berlubang memang menjadi sumber segala hal. Bukan sekadar
masalah penyakit saja, dalam pergaulan sosial pun, gigi berlubang bisa berdampak
hubungan dengan kawan bahkan pacar menjadi berantakan.

Sayangnya mayoritas orang Indonesia cenderung abai dalam memelihara kesehatan


giginya. Drg Zaura Rini Matram MDS praktisi kedokteran gigi dari Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) menyebut 80 persen orang
Indonesia mengidap penyakit gigi berlubang. Ini bukan sesuatu yang mengejutkan
karena menurut Rini 77 persen orang Indonesia ternyata malas gosok gigi alias tak
pernah gosok gigi.

Data ini pun sesuai dengan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2004 yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Survei itu menyebut prevalensi karies gigi di
Indonesia adalah 90,05 persen. "Karies hanya merupakan salah satu bukti tidak
terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat," kata Rini dalam kesempatan seminar
tentang kesehatan gigi di Jakarta yang berlangsung belum lama ini.

Gigi yang berlubang tentu memang tidak sehat. Masyarakat di Indonesia masih belum
mempertimbangkan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini menurut Rini terlihat dari
separo orang Indonesia berusia di atas 10 tahun mengidap masalah karies (lubang)
gigi yang belum teratasi. Fakta yang lainnya adalah orang Indonesia yang menderita
penyakit gigi dan mulut tersebut bersifat agresif kumulatif. Artinya daerah yang rusak
tersebut menjadi tidak dapat disembuhkan.

Itu sebabnya masyarakat pada awal-awal sebelum terkena penyakit gigi dan mulut
mengabaikan sakit yang ditimbulkannya. Padahal ketika sudah menjadi sakit,
penyakit gigi merupakan jenis penyakit di urutan pertama yang dikeluhkan
masyarakat. Data ini berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga servei
kesehatan nasional (SKRT-Surkesnas) tahun 2001 yang menyebut penyakit gigi
dikeluhkan 60 persen penduduk Indonesia.

Data yang dikeluarkan PT Unilever Indonesia Tbk sebagai salah satu produsen pasta
gigi dengan merek Pepsodent menyebut keluhan sakit gigi mencapai 13 persen per
bulan. Atau sebanyak 2.620.000 penduduk per bulan.

Tanpa disadari keluhan penyakit gigi tersebut juga berdampak terhadap produktivitas
si penderita. Keluhan sakit gigi berakibat seseorang tidak masuk kerja atau pergi ke
sekolah. Gangguan tersebut rata-rata 3,86 hari dengan kisaran berhenti berakitivitas
antara 2,5 hari hingga 5,28 hari. Masyarakat yang menderita sakit gigi 87 persen di
antaranya tidak berobat ke dokter gigi. Sementara 69,3 persen berupaya mengobati
sendiri sakit giginya tersebut.

Rugi Ekonomi

Produktivitas terganggu akibat penyakit gigi memang sudah menjadi fakta yang jelas.
Tidak hanya dari sisi medis, ketidakpedulian masyarakat pada penyakit gigi dan mulut
secara ekonomis juga merugikan. Tahun 2002 International Dental Journal melansir
data bahwa di banyak negara penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit keempat
yang paling mahal biaya penyembuhannya.

Pengobatan penyakit gigi berlubang berdasarkan data tersebut membutuhkan biaya


hingga 3.513 dolar AS per 1.000 orang anak. Anggaran tersebut melebihi anggaran
kesehatan yang diperuntukan bagi anak-anak di negara-negara yang paling rendah
pendapatan per kapitanya.

Drg Rini mengatakan jika 80 persen orang Indonesia mengidap penyakit karies berarti
terdapat 350 juta gigi berlubang di Indonesia yang harus ditambal oleh dokter gigi.
Menurut dia rata-rata 2 gigi orang Indonesia giginya berlubang per tahun.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk menambal gigi berlubang berkisar antara Rp 20
ribu hingga Rp 100 ribu. "Jika diasumsikan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp 25 ribu maka total biaya yang harus dianggarkan Rp 8,75 triliun," ujar Rini.

Selanjutnya menurut Rini, dengan cara menggosok gigi secara teratur setidaknya bisa
mengurangi 20-25 persen plak pada gigi dengan pasta gigi yang mengandung
flouride. Rini mengatakan dengan asumsi ini pula gigi berlubang setidak bisa
berkurang menjadi 70 juta saja. Dengan demikian anggaran yang dikeluarkan menjadi
Rp 1,7 triliun saja.

Penting pula disadari oleh masyarakat penyakit gigi yang dibiarkan tentu menjadi
sumber bagi komplikasi lainnya. Gigi berlubang adalah sarang bakteri yang pada
gilirannya menjadi sumber penyakit atau infeksi untuk penyakit lainnya.

Dari penyakit gigi berlubang akan meninggalkan racun, sisa-sisa kotoran serta bakteri
yang bisa menjadi sumber infeksi bagi penyakit lain seperti ginjal, jantung, mata dan
juga penyakit kulit.
Gerakan Penyadaran

Kunci dari perbaikan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat sangat mungkin
tergantung pula dari partisipasi banyak pihak. Edukasi menjadi penting karena
menurut Drg Rini hanya 10 persen orang Indonesia dengan cara yang benar gosok
gigi. Bahkan sebanyak 22 persen di antaranya menggosok gigi hanya kadang-kadang
saja.

Tingkat pendidikan tampaknya memiliki hubungan dengan penyakit gigi. Sebanyak


63 persen penduduk Indonesia menderita karies yang tidak diobati dengan tingkat
rata-rata 1,89 penyakit karies per orang. Persentase tersebut semakin turun pada
kelompok masyarakat yang pendidikannnya kian tinggi. Orang Indonesia yang
terkena karies menjadi 50 persen pada masyarakat berpendidikan SLTA dan pada
jenjang perguruan tinggi. Semakin tinggi pendidikan seseorang, kian tinggi pula
tingkat kesehatan gigi dan mulutnya.

Beragam fakta seperti itu mendorong banyak pihak tergerak melakukan program
penyadaran. Gerakan Nasional Senyum Indonesia barangkali satu di antara program
agar masyarakat lebih sadar pentingnya kesehatan gigi dan mulut.

Karena sudah disebutkan pendidikan mempunyai korelasi dengan tingkat kesehatan


gigi, agaknya ini pula yang menjadi perhatian. Pendidikan kesehatan gigi menjadi
penting.

Fakta-fakta di atas juga membuktikan rendahnya kesadaran dan kemampuan


masyarakat untuk memprioritaskan kesehatan gigi dan mulut secara optimal. Orang
Indonesia memang cenderung mengabaikan perawatan kesehatan gigi. Padahal gigi
terawat bisa mereduksi gigi berlubang dan juga penyakit gusi berdarah.

Bila proses edukasi sudah terlaksana, mestinya dukungan pelayanan kesehatan gigi
pun menjadi perhatian pula. Seperti diketahui keterjangkauan dukungan tenaga medis
untuk mengatasi penyakit gigi saat ini masih terjadi. Hal ini disebabkan tingginya
angka penderita penyakit gigi di Indonesia.

Data yang dilansir Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia menyatakan rasio tenaga
dokter gigi terhadap jumlah penduduk masih rendah yaitu 1 berbanding 21.500
penduduk. Sedangkan tenaga perawat gigi 1 berbanding 23.000 penduduk. Sementara
menurut ketentuan WHO, idealnya rasio tersebut adalah 1 berbanding 2.000
penduduk. Jumlah penduduk Indonesia adalah 224 juta orang, maka rasio di Indonesia
masih jauh dari ideal.

Senyum

Entah secara kebetulan atau tidak tema penyadaran masyarakat agar bebas dari
penyakit gigi adalah Gerakan Nasional Senyum Indonesia. Selama 14 abad lalu,
bahasa agama mengajarkan senyum adalah ibadah. Tidak hanya sekadar ibadah,
senyum pun bermakna dan berdampak bagi kesehatan.

Apalagi menurut definisi WHO, kesehatan meliputi pula keadaan sejahtera secara
menyeluruh baik fisik, mental, dan sosial serta tidak hanyak terbebas dari penyakit
dan hilangnya kebugaran tubuh.

Seseorang yang sedang sakit gigi tentu sulit mengeluarkan senyum. Kalau pun sakit
gigi itu hanya berupa lubang, secara psikologis pun mengganggu interaksi sosial si
penderita. Sebab dari gigi berlubang bisa muncul bau tak sedap saat bernapas. Tentu
ini mengganggu dalam pergaulan dalam masyarakat.

Saat tersenyum akan ada perasaan rileks dalam tubuh manusia. Senyum dan tawa
seseorang dalam 100 kali sehari dapat mendatangkan manfaat kardiovaskular setara
dengan melakukan gerakan senam selama 10 menit. Dengan senyum pula akan
dihasilkan endorfin dalam otak. Endorfin tersebut akan mengurangi rasa sakit yang
pada akhirnya membuat orang merasa lebih nyaman.

Tapi apalah artinya bila menderita sakit gigi. Penderita sakit gigi sulit mengeluarkan
senyum. Karena itu penting mencegah penyakit gigi berlubang misalnya dengan cara
menggosok gigi teratur dengan pasta gigi mengandung flouride. Drg Rini
menyarankan agar mengurangi pula makanan yang lengket serta rajin kontrol ke
dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali.

Menurut Rini 10-15 jam setelah makan sisa makan di mulut terasa menjadi asam (PH
asam) lebih asam dari cuka. Asam tersebut merusak lapisan email paling luar menjadi
lunak dan mudah larut. Sehingga akan lebih baik kalau lapisan tersebut terus menerus
dilapisi dengan flouride yang terdapat pada pasta gigi.

"Kalau lapisan email paling luar itu lunak dan larut berulang-ulang selama 6 bulan
berakibat gigi menjadi berlubang," katanya. Selama sebelum waktu tersebut memang
tidak terasa apa-apa dan tidak terlihat adanya gejala sakit.

Dia menjelaskan masyarakat bisa menggunakan pasta gigi yang memenuhi


persyaratan seperti menunjukkan kegunaan untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulut. Menurutnya pasta gigi tersebut juga harus mengandung whitening (pemutih)
serta bisa pula mencegah karies. Bila ini sudah dilakukan tentu bisa berharap untuk
terus tersenyum.

Sakit Gigi Bisa Picu Penyakit Kronis


Label: sakit gigi, kronis
Terbaru: DechaCare.com API
Akse ke DechaCare.com API bagi developer website informasi kesehatan.
Dokumentasi DechaCare.com API selengkapnya.

Anggota DechaCare.com
Daftar sekarang (GRATIS)
Daftarkan email Anda, selanjutnya DechaCare.com hanya akan mengirimkan
informasi pilihan Anda ke email Anda.

Informasi selengkapnya...

Jangan pernah meremehkan sakit gigi. Bahkan seorang Jusuf Kalla mengaku sangat
peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut. Katanya, sakit gigi itu termasuk penyakit
yang sulit ditunda dan bikin pusing kepala.
"Penyakit gigi itu susah ditunda. Sebagai wapres, biasanya dokter menghadap ke
saya, cuma dokter gigi yang saya mesti datangi," kata Jusuf Kalla setengah berkelakar
saat membuka Kongres Perhimpunan Dokter Gigi (PDGI) ke-23 di Istana Wapres,
Jakarta, belum lama ini.

Ah, bila demikian adanya, penyanyi dangdut Meggi Z tampaknya belum pernah
terkena sakit gigi. Jika pernah, ia tidak akan pernah berujar dalam lagunya yang hits
itu, bahwa lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Karena faktanya, sakit gigi itu
lebih memilukan ketimbang sakit hati.

Yang lebih parah, sakit gigi juga memicu penyakit lain seperti sakit kepala, nyeri
mata, jantung, stroke, diabetes dan kelahiran prematur. Jadi, jangan anggap sepele lagi
gigi berlubang!

Seperti dikemukakan Ketua Umum PDGI, drg Emir M Muis, ada banyak penyakit
yang berawal dari mulut dan gigi. "Menjaga kesehatan mulut berarti juga menjaga
kesehatan seluruh badan, karena mulut adalah pintu masuk segala macam benda asing
ke dalam tubuh," kata Emir menegaskan. Ia menjelaskan, masalah utama yang
menyebabkan sakit gigi umumnya adalah lubang pada gigi. Bila tidak sering
dibersihkan, gigi yang berlubang itu sangat mudah dimasuki kuman dan bakteri. Yang
menakutkan, kuman yang bersarang pada gigi berlubang itu bisa menembus ke
pembuluh darah, dan akhirnya mengumpul di jantung.

Selain itu, sejumlah penelitian menunjukkan, bakteri yang terikut aliran darah bisa
memproduksi sejenis enzim yang mempercepat proses pengerasan dinding pembuluh
darah, sehingga pembuluh darah menjadi tidak elastis (aterosklerosis).

"Bakteri juga bisa menempel pada lapisan lemak di pembuluh darah. Akibatnya, plak
yang terbentuk menjadi makin tebal. Semua kondisi ini menghambat aliran darah ke
jantung. Hal ini berarti penyaluran sumber makanan dan oksigen ke jantung juga
tersendat. Jika berlangsung terus, jantung tak akan mampu berfungsi secara baik.
Maka terjadilah penyakit jantung yang ditakutkan banyak orang," ujarnya.

Hubungan bakteri dalam mulut dengan penyakit kardiovaskular akhir-akhir ini


banyak diteliti, terutama berkaitan dengan bakteri endokarditis dan penyakit jantung
koroner. Berdasarkan sebuah penelitian, ternyata dari sejumlah kasus penyakit
jantung, sebanyak 54 persen pasien memiliki riwayat penyakit periodontal.

"Penemuan ini sangat mencengangkan karena jarang sekali penyakit gigi diperkirakan
sebagai penyebab penyakit jantung. Namun, hasil dari berbagai penelitian masih
dianggap belum memuaskan karena belum bisa menjelaskan secara jelas bagaimana
ini bisa terjadi," tuturnya.

Ditambahkan, komplikasi yang relatif banyak terjadi akibat infeksi gigi adalah
gangguan mata. Mata jadi cepat lelah dan terasa nyeri, khususnya pada bagian atas
kelopak mata. Hal itu terjadi karena gigi dan mata memiliki induk syaraf yang sama.

Dalam kasus tertentu, seseorang juga bisa mengalami sakit kepala. Hal itu terjadi bila
ada kelainan pada struktur rongga gigi. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena
sistem pengunyahan terdiri atas empat komponen, yaitu gigi dan jaringan penyangga,
tulang rahang, otot-otot dan sendi rahang.

"Semua komponen tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Jika salah satu
gigi dicabut dan tidak segera diganti, maka gigi lawannya tidak berpasangan. Kondisi
seperti ini mengganggu proses pengunyahan. Makan jadi tidak enak, dan
pengunyahan menjadi tidak sempurna. Akibatnya orang yang sudah lama hanya
mengunyah dengan satu sisi rahang saja akan mengalami keluhan sakit di bagian
belakang kepala," ujarnya.

Tentang penyakit diabetes, Emir menjelaskan, pada kerusakan gigi yang parah,
bakteri dapat masuk ke aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel
sistem kekebalan tubuh yang rusak melepaskan sejenis protein yang disebut
cytokines. Unsur itu menyebabkan kerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon
yang memicu diabetes. "Mungkin di masa depan, faktor penyebab semacam ini harus
mendapat perhatian lebih dari dokter jantung. Di kartu status pasien perlu
ditambahkan riwayat keadaan gigi dan mulut pasien, untuk memudahkan
pengobatan," katanya.

Gigi Berlubang

Emir menjelaskan, semua permasalahan yang terjadi saat terkena sakit gigi dan
dampak lanjutannya, bersumber pada gigi berlubang. Padahal, bagi masyarakat
Indonesia yang terkenal malas menggosok gigi minimal dua kali sehari, masalah gigi
berlubang dianggap biasa. Sebagaimana hasil penelitian Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia yang menyebutkan 80 persen orang Indonesia mengidap
penyakit gigi berlubang.

Data itu pun sesuai dengan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2004 yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Survei itu menyebut prevalensi karies
(berlubang) gigi di Indonesia adalah 90,05 persen. Fakta yang lainnya adalah orang
Indonesia yang menderita penyakit gigi dan mulut tersebut bersifat agresif kumulatif.
Artinya daerah yang rusak tersebut menjadi tidak dapat disembuhkan.

Itu sebabnya masyarakat pada awal-awal sebelum terkena penyakit gigi dan mulut
mengabaikan sakit yang ditimbulkannya. Padahal ketika sudah menjadi sakit,
penyakit gigi merupakan jenis penyakit di urutan pertama yang dikeluhkan
masyarakat. Data itu berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga servei
kesehatan nasional (SKRT-Surkesnas) tahun 2001 yang menyebut penyakit gigi
dikeluhkan 60 persen penduduk Indonesia.

Tanpa disadari keluhan penyakit gigi juga berdampak terhadap produktivitas si


penderita. Keluhan sakit gigi berakibat seseorang tidak masuk kerja atau pergi ke
sekolah. Gangguan tersebut rata-rata 3,86 hari dengan kisaran berhenti berakitivitas
antara 2,5 hari hingga 5,28 hari.

"Masyarakat yang menderita sakit gigi 87 persen di antaranya tidak berobat ke dokter
gigi. Sementara 69,3 persen berupaya mengobati sendiri sakit giginya tersebut,"
ujarnya.
Produktivitas terganggu akibat penyakit gigi memang sudah menjadi fakta yang jelas.
Tidak hanya dari sisi medis, ketidakpedulian masyarakat pada penyakit gigi dan mulut
secara ekonomis juga merugikan. Tahun 2002 International Dental Journal melansir
data bahwa di banyak negara penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit keempat
yang paling mahal biaya penyembuhannya.

Pengobatan penyakit gigi berlubang berdasarkan data tersebut membutuhkan biaya


hingga 3.513 dolar AS per 1.000 orang anak. Anggaran tersebut melebihi anggaran
kesehatan yang diperuntukan bagi anak-anak di negara-negara yang paling rendah
pendapatan per kapitanya.

"Jika 80 persen orang Indonesia mengidap penyakit karies, dimana rata-rata setiap
orang mempunyai dua gigi berlubang, berarti terdapat 350 juta gigi berlubang di
Indonesia yang harus ditambal oleh dokter gigi. Biaya menambal gigi berlubang
berkisar Rp 20 -100 ribu. Maka dana yang dikeluarkan untuk mengurusi gigi
berlubang sebesar Rp 8,75 triliun," katanya.

Kunci dari perbaikan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat sangat mungkin
tergantung pula dari partisipasi banyak pihak. Edukasi menjadi penting, karena hanya
10 persen orang Indonesia menggosok gigik dengan cara yang benar. Bahkan
sebanyak 22 persen di antaranya menggosok gigi hanya kadang-kadang saja.

Tingkat pendidikan tampaknya memiliki hubungan dengan penyakit gigi. Sebanyak


63 persen penduduk Indonesia menderita karies yang tidak diobati dengan tingkat
rata-rata 1,89 penyakit karies per orang. Persentase tersebut semakin turun pada
kelompok masyarakat yang pendidikannnya kian tinggi.

Orang Indonesia yang terkena karies menjadi 50 persen pada masyarakat


berpendidikan SLTA dan pada jenjang perguruan tinggi. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, kian tinggi pula tingkat kesehatan gigi dan mulutnya.

Bila proses edukasi sudah terlaksana, mestinya dukungan pelayanan kesehatan gigi
pun menjadi perhatian pula. Seperti diketahui keterjangkauan dukungan tenaga medis
untuk mengatasi penyakit gigi saat ini masih terjadi. Hal ini disebabkan tingginya
angka penderita penyakit gigi di Indonesia.

Data yang dilansir PDGI menyatakan rasio tenaga dokter gigi terhadap jumlah
penduduk masih rendah yaitu 1 berbanding 21.500 penduduk. Sedangkan tenaga
perawat gigi 1 berbanding 23.000 penduduk. Sementara menurut ketentuan WHO,
idealnya rasio tersebut adalah 1 berbanding 2.000 penduduk. Jumlah penduduk
Indonesia adalah 224 juta orang, maka rasio di Indonesia masih jauh dari ideal.

Das könnte Ihnen auch gefallen