Sie sind auf Seite 1von 22

Authors :

Lestari, S.Ked
Indra Wiradinata, S.Ked
Marissa Alfian, S.Ked.

Faculty of Medicine – University of Riau

Pekanbaru, Riau

2008

© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk

0
PENDAHULUAN
----
Latar Belakang
----Gangguan psikosomatis adalah faktor psikologis yang merugikan,
mempengaruhi kondisi medis pasien. Faktor psikologis tersebut dapat berupa
gangguan mental, gejala psikologis, sifat kepribadian atau gaya mengatasi
masalah, dan prilaku kesehatan yang maladaptif.1
----Kurang lebih 400 tahun SM ahli filsafat Hipocrates sudah mengutarakan
pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Pada abad pertengahan Paracelcus
seorang ahli kimia menyatakan bahwa kekuatan batin memiliki pengaruh terhadap
kekuatan seseorang.2
----Menurut The National Academy Science tahun 1978 definisi psikosomatis
adalah bidang interdisiplin yang memperhatikan perkembangan dan integrasi ilmu
pengetahuan prilaku, biomedis dan teknik yang relevan dengan kesehatan dan
penyakit serta penerapan pengetahuan, dan teknik-teknik tersebut untuk
mencegah, mendiagnosis dan rehabilitasi.1
----Kedokteran psikosomatis menyadari kesatuan dari pikiran dan tubuh serta
interaksi diantara keduanya, dimana faktor psikologis penting dalam
perkembangan semua penyakit, namun apakah peranannya dalam memulai,
perkembangan, memperberat dan eksaserbasi penyakit, predisposisi atau reaksi
terhadap suatu penyakit masih dalam perdebatan. Dengan demikian kedokteran
prilaku adalah istilah yang khusus untuk kedokteran psikosomatis.1
----
----

1
TINJAUAN PUSTAKA
----
Definisi
----Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis
yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders
edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori
diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.1,2
----Menurut Wittkower psikosomatis secara luas didefinisikan sebagai usaha
untuk mempelajari interelasi aspek-aspek psikologis dan aspek-aspek fisis semua
faal jasmani dalam keadaan normal maupun abnormal. Ilmu ini mencoba
mempelajari, menemukan interelasi dan interaksi antara fenomena kehidupan
psikis (jiwa) dan somatis (raga) dalam keadaan sehat maupun sakit.2

Etiologi
----Ada beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis3 :
1. Stres Umum
----Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana
individu tidak dapat berespon secara adekuat. Menurut Thomas Holmes dan
Richard Rahe, didalam skala urutan penyesuaian kembali sosial (social read
justment rating scale) menuliskan 43 peristiwa kehidupan yang disertai oleh
jumlah gangguan dan stres pada kehidupan orang rata-rata, sebagai contohnya
kematian pasangan 100 unit perubahan kehidupan, perceraian 73 unit, perpisahan
perkawinan 65 unit, dan kematian anggota keluarga dekat 63 unit. Skala dirancang
setelah menanyakan pada ratusan orang dengan berbagai latar belakang untuk
menyusun derajat relatif penyesuaian yang diperlukan olewh perubahan
lingkungan kehidupan. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang yang
menghadapi stres umum secara optimis bukan secara pesimis adalah tidak
cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka
mudah pulih dari gangguan.
2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik
----Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian
spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan

2
homeostatis yang berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe
kepribadian tertentu yang pertama kali diidentifikasi berhubungan dengan
kepribadian koroner (orang yang memiliki kemauan keras dan agresif yang
cenderung mengalami oklusi miokardium).
3. Variabel Fisiologis
----Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit, dan
variabel lainnya adalah kerja monosit sistem kekebalan. Mediator antara stres
yang didasari secara kognitif dan penyakit mungkin hormonal, seperti pada
sindroma adaptasi umum Hans Selye, dimana hidrokortison adalah mediatornya,
mediator mungkin mengubah fungsi sumbu hipofisis anterior hipotalamus adrenal
dan penciutan limfoit. Dalam rantai hormonal, hormon dilepaskan dari
hipotalamus dan menuju hipofisis anterior, dimana hormon tropik berinteraksi
secara langsung atau melepaskan hormon dari kelenjar endokrin lain. Variabel
penyebab lainnya mungkin adalah kerja monosit sistem kekebalan. Monosit
berinteraksi dengan neuropeptida otak, yang berperan sebagai pembawa pesan
(messager) antara sel-sel otak. Jadi, imunitas dapat mempengaruhi keadaan psikis
dan mood.
----
Patofisiologi
----Proses emosi terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom
vegetatif ke alat-alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf-saraf otonom
vegetatif tersebut, seperti kardiovascular, traktus digestifus, respiratorius, sistem
endokrin dan traktus urogenital.2
Adapun kriteria klinis penyakit psikosomatis terdiri atas kriteria yang negatif dan
kriteria yang positif.2
a. Kriteria yang positif ( yang biasanya tidak ada)
1. Tidak didapatkan kelainan-kelainan organik pada pemeriksaan yang teliti
sekalipun, walaupun mempergunakan alat-alat canggih. Bila ada kelainan organik
belum tentu bukan psikosomatik, sebab :
• Bila penyakit psikosomatik tidak diobati, dalam jangka waktu yang cukup
lama dapat menimbulkan kelainan-kelainan organik pada alat-alat yang
dikeluhkan.

3
• Secara kebetulan ada kelainan organik, tapi kelainan ini tidak dapat
menerangkan keluhan yang ada pada pasien tersebut, yang dinamakan
koinsidensi.
• Sebelum timbulnya psikosomatis, telah ada lebih dahulu kelainan
organiknya tetapi tidak disadari oleh pasien. Baru disadari setelah
diberitahu oleh orang lain atau kadang-kadang oleh dokter yang
mengobatinya. Hal ini membuatnya menjadi takut, khawatir dan gelisah,
yang dinamakan iatrogen.
2. Tidak didapatkan kelainan psikiatri. Tidak ada gejala-gejala psikotik yakni
tidak ada disintegrasi kepribadian, tidak ada distorsi realitas. Masih mengakui
bahwa dia sakit, masih mau aktif berobat.
b. Kriteria positif (yang biasanya ada)
1. Keluhan-keluhan pasien ada hubungannya dengan emosi tertentu
2. Keluhan-keluhan tersebut berganti-ganti dari satu sistem ke sistem lain,
yang dinamakan shifting phenomen atau alternasi.
3. Adanya vegetatif imbalance (ketidakseimbangan susunan saraf otonom)
4. Penuh dengan stress sepanjang kehidupan (stress full life situation) yang
menjadi sebab konflik mentalnya.
5. Adanya perasaan yang negatif yang menjadi titik tolak keluhan-
keluhannya.
6. Adanya faktor pencetus (faktor presipitasi) proksimal dari keluhan-
keluhannya.
7. Adanya faktor predisposisi yang dicari dari anamnesis longitudinal. Yang
membuat pasien rentan terhadap faktor presipitasi itu.
----Faktor predisposisi dapat berupa faktor fisik / somatik, biologi, stigmata
neurotik, dapat pula faktor psikis dan sosiokultural. Kriteria-kriteria ini tidak perlu
semuanya ada tetapi bila ada satu atau lebih, presumtif, indikatif untuk penyakit
psikosomatis.2
----
Manifestasi klinis
----Beberapa manifestasi klinis dari gangguan psikosomatis antara lain:3
1. Terdapat suatu kondisi medis umum

4
2. Faktor psikologis secara merugikan mempengaruhi kondisi medis umum
dengan cara:
• Faktor psikologis telah mempengaruhi perjalanan kondisi medis umum
seperti yang ditunjukkan oleh hubungan temporal yang erat antara faktor
psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi dari atau keterlambatan
penyembuhan dari kondisi medis umum.
• Faktor psikologis mempengaruhi terapi kondisi medis umum
• Faktor psikologis berperan dalam resiko kesehatan individu
• Respon psikologis yang berhubungan dengan stres mencetuskan atau
mengeksasebasi gejala kondisi medis umum
----Yang dimaksud dengan faktor psikologis tersebut adalah3:
• Gangguan mental mempengaruhi kondisi medis (misalnya gangguan
depresi berat memperlambat penyembuhan infark miokard)
• Gangguan psikologis mempengaruhi kondisi medis (misalnya gejala
depresi memperlambat pemulihan setelah pembedahan, kecemasan
mengeksasebasi asma)
• Sifat kepribadian atau gaya menghadapi masalah mempengaruhi kondisi
medis (misalnya penyangkalan patologis terhadap kebutuhan pembedahan
pada seorang pasien dengan kanker, perilaku bermusuhan dan tertekan
berperan pada penyakit kardiovaskuler)
• Gangguan kesehatan maladatif mempengaruhi kondisi medis (misalnya
tidak melakukan olahraga, seks yang tidak aman, makan yang berlebihan)
• Respon fisiologis yang berhubungan dengan stres mempengaruhi kondisi
medis (misalnya eksasebasi ulkus, hipertensi, aritmia, atau nyeri kepala
yang berhubungan dengan stres).
• Faktor psikologi lain yang tidak ditentukan mempengaruhi kondisi medis
(misalnya faktor personal, kultural atau religius).
----

5
Gangguan Spesifik pada Psikosomatis
----Ada beberapa gangguan spesifik yang dapat disebabkan oleh gangguan psikis:
1. Sistem Kardiovaskuler
----Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau
kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa
jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG.
Kehilangan semangat dan putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantung
dan tekanan darah.4
----Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia,
nyeri perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur.
Gejala- gejala seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan
kecemasan.4
a. Penyakit arteri koroner
----Penyakit arteri koroner menyebabkan penurunan aliran darah ke jantung yang
ditandai oleh rasa tidak nyaman, tekanan pada dada dan jantung episodik.
Keadaan ini biasanya ditimbulkan oleh penggunaan tenaga dan stres dan
dihilangkan oleh istirahat atau nitrogliserin sublingual.1
----Flanders Dunbar menggambarkan pasien dengan penyakit jantung koroner
sebagai kepribadian agresif-kompulsif dengan kecenderungan bekerja dengan
waktu yang panjang dan untuk meningkatkan kekuasaan. Meyer Fiedman dan Ray
Rosenman mendefinisikan kepribadian tipe A tipe B. Kepribadian tipe A adalah
berhubungan erat dengan perkembangan penyakit jantung koroner. Mereka adalah
orang yang berorientasi tindakan berjuang keras untuk mencapai tujuan yang
kurang jelas dengan cara permusuhan kompetitif. Mereka sering agresif, tidak
sabar, banyak bergerak dan berjuang dan marah jika dihalangi. Kepribadian tipe B
adalah kebalikannya. Mereka cenderung santai, kurang agresif, kurang aktif
berjuang mencapai tujuannya.1
----Untuk menghilangkan ketegangan psikis yang berhubungan dengan penyakit,
klinisi menggunakan obat psikotropika, contohnya diazepam. Terapi medis harus
suportif dan menentramkan, dengan suatu penekanan psikologis untuk
menghilangkan stres psikis, kompulsivitas dan ketegangan.1

6
b. Hipertensi esensial
----Orang dengan hipertensi tampak dari luar menyenangkan, patuh dan kompulsif
walaupun kemarahan mereka tidak di ekspresikan secara terbuka, mereka
memiliki kekerasan yang terhalangi, yang ditangani secara buruk. Mereka tampak
memiliki presdiposisi untuk hipertensi, yaitu bila terjadi stres kronis pada
kepribadian kompulsif yang terpresdiposisi secara genetik yang telah merepresi
dan menekan kekerasan, dapat terjadi hipertensi. Keadaan ini cenderung terjadi
pada kepribadian tipe A.1
----Psikoterapi supotif dan dan teknik perilaku ( biofeedback, meditasi, terapi
relaksasi) telah dilaporkan berguna dalam pengobatan hipertensi.
c. Gagal jantung kongestif
----Faktor psikologis seperti stres, dan konflik emosional non spesifik, sering kali
bermakna dalam memulai atau eksaserbasi gangguan. Intinya bahwa psikoterapi
suportif adalah penting pada pengobatannya.1
d. Sinkop vasomotor (vasodepressor)
----Sinkop vasomotor ditandai oleh kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh serangan vasovagal. Rasa khawatir atau takut akut menghambat
impuls untuk berkelahi atau melarikan diri, dengan demikian menampung darah di
anggota gerak bawah, dari vasodilatasi pembuluh darah didalam tungkai. Reaksi
tersebut menyebabkan penurunan pasokan darah ke otak, sehingga terjadi
hipoksia otak dan kehilangan kesadaran.1
e. Aritmia jantung
Aritmia yang potensial membahayakan hidup kadang-kadang terjadi dengan
luapan emosional dan trauma emosional. Terapi yang digunakan untuk membantu
melindungi terhadap aritmia akibat emosi adalah psikotropika dan obat
penghambat Beta seperti propanolol.1
f. Fenomena Raynaud
----Fenomena Raynaud seringkali disebabkan oleh stres eksternal. Terapi dapat
diobati dengan psikotropika suportif, relaksasi progesif atau biofeedback dan
dengan melindungi tubuh dari dingin dan menggunakan sedatif ringan.1

7
g. Jantung psikogenik bukan penyakit
----Beberapa pasien adalah bebas dari penyakit jantung tetapi masih mengeluh
gejala yang mengarah ke jantung. Mereka seringkali menunjukkan keprihatinan
morbid tentang jantung mereka dan rasa takut akan penyakit jantung yang
meningkat. Rasa takut mereka dapat terentang dari masalah kecemasan yang
dimanifestasikan oleh fobia atau hipokondriasis parah, sampai pada keyakinan
waham bahwa mereka menderita penyakit jantung.1
----Pengobatan psikofarmaka ditujukan pada gejala yang menonjol. Obat
antiansietas dapat digunakan pada kecemasan yang berat.1

2. Sistem pernafasan
a. Asma bronkialis
----Faktor genetik, alergik, infeksi, stres akut dan kronis semuanya berperan dalam
menimbulkan penyakit. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita
menimbulkan konstriksi bronkioli bila sistem saraf vegetatif juga tidak stabil dan
mudah terangsang. Walaupun pasien asma karateristiknya memiliki kebutuhan
akan ketergantungan yang berlebihan, tidak ada tipe kepribadian yang spesifik
yang telah diindentifikasi. Pasien asmatik harus diterapi dengan melibatkan
berbagai disiplin ilmu antara lain menghilangkan stres, penyesuaian diri,
menghilangkan alergi serta mengatur kerja sistem saraf vegetatif dengan obat-
obatan.1,4
b. Hay fever
----Faktor psikologis yang kuat berkombinasi dengan elemen energi untuk
menimbulkan Hay Fever. Faktor psikiatrik, medis, dan alergik harus
dipertimbangkan sebagai terapi hay fever.1
c. Sindroma hiperventilasi
----Sindroma hiperventilasi disebut juga dispneu nerveous (freud), pseudo asma,
distonia pulmonal (hochrein). Gambaran klinis berupa:1,6
• Parastesia, terutama pada ujung tangan dan kaki
• Gejala-gejala sentral seperti gangguan penglihatan berupa mata kabur
yang dikenal sebagai Blury eyes. Penderita juga mengeluh bingung,
sakit kepala dan pusing

8
• Keluhan pernafasan seperti dispneu, takipneu, batuk kering, sesak dan
perasaan tidak dapat bernafas bebas
• Keluhan jantung. Sering dijumpai kelainan yang menyerupai angina
pektoris dan juga ditemukan pada kelainan fungsional jantungdan sirkulasi
• Keluhan umum, seperti kaki dan tangan dingin yang sangat menganggu,
cepat lelah, lemas, mengantuk, dan sensitif terhadap cuaca
d. Tuberkulosis
----Onset dan perburukan tuberkulosis sering kali berhubungan dengan stres akut
dan kronis. Faktor psikologis mempengaruhi sistem kekebalan dan mungkin
mempengaruhi daya tahan pasien terhadap penyakit. Psikoterapi suportif adalah
berguna karena peranan stres dan situasi psikososial yang rumit.1

3. Sistem gastrointestinal
a. Gastritis
----Kriteria psikologis diperlukan karena diagnosis dengan penemuan negatif
organis dan keluhan vegetatif tidak mencukupi. Dari evaluasi psikis ditemukan:7
1. gejala bersifat neurosis
2. depresi dan anxietas
3. berkeinginan untuk dirawat dan dimanja dan untuk memiliki objek yang
diinginkan
b. Ulkus peptikum
----Sifat kepribadian ulkus menjadi faktor presdiposisi. Sifat kepribadian itu
antara lain:1,8
1. Tingkah laku
----Orang tersebut biasanya tegang, selalu was-was, sangat aktif dalam berbagai
bidang. Tidak mudah menerima kenyataan bila dia gagal
2. Kepandaian
----Mempunyai kepandaian dalam berbagai bidang yang dikerjakan sekaligus
pada waktu yang bersamaan
3. Pertanggungjawaban
----Mempunyai tanggung jawab yang sangat besar bahkan sampai memikirkan
pekerjaan orang lain

9
4. Pengenalan terhadap penyakitnya
----Tidak menghiraukan penyakitnya, sering terlambat makan, merasa sakit ulu
hati tapi masih mau bekerja terus, sering datang terlambat ke dokter
5. Umur
----Terbanyak pada usia 30-an, karena banyak faktor stres, kesulitan dalam bidang
ekonomi dan keluarga
6. Jenis kelamin/ bangsa
----laki-laki lebih sering dibandingkan wanita. Kulit hitam lebih jarang
dibandingkan kulit putih
7. Faktor sosial
----Sering ditemukan dikota besar dan daerah industri.
----Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh berbagai konflik yang tidak
spesifik dapat menyebabkan hiperasiditas lambung dan hipersekresi pepsin, yang
menyebabkan suatu ulkus. Psikoterapi merupakan terapi yang dapat dipakai untuk
konflik ketergantungan pasien. Biofeedback dan terapi relaksasi mungkin berguna.
Terapi medis lain yang digunakan adalah cimetidine, famotidine.1
c. Kolitis ulserativa
----Tipe kepribadian dari pasien dengan Kolitis ulserativa menunjukkan sifat
kompulsif yang menonjol. Pasien cenderung pembersih, tertib, rapi, tepat waktu,
hiperintelektual, malu-malu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan.
Stres non spesifik dapat memperberat penyakit ini. Terapi yang dianjurkan pada
kolitis ulserativa yang akut adalah psikoterapi yang non konfrontatif dan suportif
dengan psikoterapi interpretatif selama periode tenang. Terapi medis terdiri dari
tindakan medis nonspesifik, seperti antikolinergik dan anti diare.1
d. Obesitas
----Terdapat presdiposisi familial genetika pada obesitas, dan faktor
perkembangan awal ditemukan pada obesitas masa anak-anak. Faktor psikologis
adalah penting pada obesitas hipergrafik (makan berlebihan). Terapi yang
dianjurkan adalah pembatasan diet dan penurunan asupan kalori. Dukungan
emosional dan modifikasi perilaku adalah membantu untuk kecemasan dan
depresi yang berhubungan dengan makan berlebihan dan diet.1

10
----Teknik behaviour modification bertujuan untuk mengubah kebiasaan makan,
salah satu programnya sebagai berikut:1,9
1. Dekripsi tingkah laku untuk mengidentifikasi unsur mana dalam tingkah
laku itu yang dapat diubah.
2. Pengendalian stimuli yang mendahului makan
3. Memperlambat proses makan
4. Menyediakan nilai untuk pengendalian yang berhasil
e. Anoreksia nervosa
----Anoreksia nervosa ditandai oleh perilaku yang diarahkan untuk
menghilangkan berat badan, pola aneh dalam menangani makanan, penurunan
berat badan, rasa takut yang kuat terhadap kenaikan berat badan, gangguan citra
tubuh, dan pada wanita amenore:1,10

4. Sistem muskuloskletal
a. Artritis rematoid
----Stres psikologis mungkin mempresdiposisikan pasien pada artritis rematoid
dan penyakit autoimun melalui supresi kekebalan. Orang artritik merasa
terkekang, terikat dan terbatas. Karena banyak orang artritik memiliki riwayat
aktivitas fisik. mereka seringkali memiliki rasa marah yang terepresi tentang
pembatasan fungsi otot-otot mereka, yang memperberat kekakuan dan imobilitas
mereka.1
----Kriteria diagnostik untuk rasa sakit psikosomatis adalah 11:
• Saat rasa sakit bersamaan dengan krisis emosional
• Kepribadian yang khusus
• Perbedaan frekuensi pada pria dan wanita
• Hubungan dengan gangguan psikosomatis yang lain
• Riwayat keluarga
• Hilang timbul
• Hilang pada perubahan lingkungan, pergaulan, kebudayaan
b. Nyeri punggung bawah
----Seringkali seorang pasien dengan nyeri punggung bawah melaporkan bahwa
nyerinya dimulai saat trauma psikologis atau stres. Disamping itu reaksi pasien

11
terhadap nyeri adalah tidak sebanding secara emosional, dengan kecemasan dan
depresi yang berlebihan.1

5. Sistem endokrin
a. Hipertiroidisme
----Hipertiroidisme (tirotoksikosis) adalah suatu sindroma yang ditandai oleh
perubahan biokimiawi dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari kelebihan
hormon tiroid endogen atau eksogen yang kronis.1
----Gejala medis yang sering muncul berupa intoleransi panas, keringat berleb
ihan, diare, penurunan berat badan, takikardi, palpitasi dan muntah.
----Gejala dan keluhan psikiatrik yang muncul antara lain ketegangan,
eksitabilitas, iritabilitas, bicara tertekan, insomnia, mengekspresikan rasa takut
yang berlebihan terhadap ancaman kematian. 1
b. Diabetes melitus
----Diabetes melitus adalah suatau gangguan metabolisme dan sistem vaskuler
yang dimanifestasikan oleh gangguan penanganan glukosa, lemak, dan protein
tubuh. Riwayat herediter dan keluarga sangat penting dalam onset diabetes. Onset
yang mendadak sering kali berhubungan dengan stres emosional yang
mengganggu keseimbangan homeostatik pasien yang terpredisposisi.1 Meninger
berpendapat bahwa ada hubungan antara psikoneurotik dengan diabetes, dengan
alasan:12
• Jelas adanya gangguan mental sebelum timbulnya penyakit diabetes
• Gangguan mental yang lain dari gejala mental yang timbul pada penyakit
hati atau hipoglikemi
• Penyembuhan gangguan mental pararel dengan keadaan kadar gula darah
• Gangguan metabolisme karbohidrat dan glukosuria membaik dengan diet
• Dengan sembuhnya gangguan mental, diabetes juga membaik
----Menurut Meninger ada 3 gangguan mental yang dijumpai pada diabetes:12
a. Depresi
b. Anxietas
c. Fatik (letih)

12
c. Gangguan endokrin wanita
----Premenstrual syndrome (PMS), ditandai oleh perubahan subjektif mood, rasa
kesehatan fisik, dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus
menstruasi. Secara khusus, perubahan kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin
dihipotesiskan berperan penting sebagai penyebab.Gejala biasanya dimulai segera
setelah ovulasi, meningkat secara bertahap, dan mencapai intensitas maksimum
kira-kira lima hari sebelum periode menstruasi dimulai. Faktor psikososial, dan
biologis telah terlibat didalam patogenesis gangguan.1
----Penderitaan menopause (menopause distress), adalah suatu keadaan yang
terjadi setelah tidak adanya periode menstruasi selama satu tahun yang disebut
menopause. Banyak gejala psikologis yang dihubungkan dengan menopause,
termasuk kecemasan, kelelahan, ketegangan, labilitas emosional, mudah marah
(iritabilitas), depresi, pening, dan insomnia. Tanda dan gejala fisik adalah keringat
malam, muka kemerahan, dan kilatan panas (hot flash). keadaan ini kemungkinan
berhubungan dengan sekresi luteinizing hormone (LH). Fungsi yang tergantung
pada estrogen hilang secara berurutan, dan wanita mungkin mengalami perubahan
atrofik pada permukaan mukosa, disertai oleh vaginitis, pruritus, dispareunia, dan
stenosis.1
----Wanita mungkin juga mengalami perubahan dalam metabolisme kalsium dan
lemak, kemungkinan sebagai efek sekunder dari penurunan kadar estrogen, dan
perubahan tersebut mungkin disertai oleh sejumlah masalah medis yang terjadi
pada tahun-tahun pasca menopause, seperti osteoporosis dan aterosklerosis
koroner.1
----Keparahan gejala menopause tampaknya berhubungan dengan kecepatan
pemutusan hormon, jumlah deplesi hormon, kemampuan konstitusional wanita
untuk menahan proses ketuaan, kesehatan, dan tingkat aktivitas mereka, serta arti
psikologis ketuaan bagi mereka.1
----Kesulitan psikiatrik yang bermakna secara klinis dapat berkembang selama
siklus kehidupan fase involusional. Wanita yang sebelumnya mengalami kesulitan
psikologis, seperti harga diri yang rendah dan kepuasan hidup yang rendah,
kemungkinan rentan terhadap kesulitan selama menopause.1

13
6. Gangguan kekebalan
a. Penyakit infeksi
----Penelitian klinis menyatakan bahwa variabel psikologis mempengaruhi
kecepatan pemulihan dari mononukleosis infeksius dan influensa. Stres dan
keadaan psikologis yang buruk menurunkan daya tahan terhadap tuberkulosis dan
mempengaruhi perjalanan penyakit. Dengan demikian perkembangan penyakit
sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis orang.1
b. Gangguan alergi
----Bukti klinis menyatakan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan
pencetus alergi. Asma bronkial adalah contoh utama proses patologis yang
melibatkan hipersensitifitas segera yang berhubungan dengan proses psikososial.1
c. Transplantasi organ
----Pengaruh psikososial seperti kehidupan yang penuh dengan stres, kecemasan
dan depresi mempengaruhi sistem kekebalan yang berperan dalam mekanisme
penolakan transpalantasi organ.1

7. Kanker
a. Masalah pasien
----Reaksi psikologis mereka adalah rasa takut akan kematian, cacat,
ketidakmampuan, rasa takut diterlantarkan dan kehilangan kemandirian, rasa takut
diputuskan dari hubungan, fungsi peran dan finansial, kecemasan, kemarahan, dan
rasa bersalah. Setengah dari pasien kanker menderita gangguan mental berupa
gangguan penyesuaian 68%, gangguan depresi berat 13% dan delirium 8%. Pada
pasien kanker sering ditemukan pikiran dan keinginan bunuh diri.1
b. Masalah yang berkaitan dengan pengobatan1
- Terapi radiasi
----Efek samping terapi radiasi adalah ensefalopati yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
- Kemoterapi
----Efek samping kemoterapi berupa mual dan muntah
- Rasa sakit

14
----Pasien kanker dengan rasa sakit memiliki insidensi depresi dan kecemasan
yang lebih tinggi dibanding mereka yang tanpa rasa sakit.
c. Masalah keluarga
----Kecemasan dan depresi dalam anggota keluarga memerlukan intervensi yang
aktif. Keluarga harus memberikan pelayanan untuk pasien.

8. Gangguan kulit
a. Pruritus menyeluruh
----Pruritus psikogenik menyeluruh adalah tidak ada penyebab organik .
kemarahan yang terekspresi dan kecemasan yang terekspresi merupakan penyebab
paling sering, karena secara disadari atau tidak mereka menggaruk dirinya sendiri
secara kasar.1
b. Pruritus setempat
• Pruritus ani
• Pruritus vulva
c. Hiperhidrosis
----Hiperhidrosis dipandang sebagai fenomena kecemasan yang diperantarai oleh
sistem saraf otonom. Ketakutan, kemarahan dan ketegangan dapat menyebabkan
meningkatnya sekresi keringat, karena manusia memiliki 2 mekanisme
berkeringat yaitu termal dan emosional. Berkeringat emosional terutama tampak
pada telapak tangan, telapak kaki dan aksila. Berkeringat termal paling jelas pada
dahi, leher, punggung tangan dan lengan bawah.1

9. Nyeri kepala
a. Migren
----Migren adalah ganguan paroksismal yang ditandai oleh nyeri kepala rekuren,
dengan atau tanpa gangguan visual dan gastrointestinal. 2/3 pasien memiliki
riwayat gangguan yang sama. Kepribadian obsesional yang jelas terkendali dan
perfeksionistik, yang menekan marah, dan yang secara genetik berpresdisposisi
pada migren mungkin menderita nyeri kepala tersebut1 Mekanisme terjadinya
migren psikosomatis berupa:13
• vasospasme arteri serebri

15
• distensi arteri karotis eksterna
• edema dinding arteri
----Pada periode prodromal migren paling baik diobati dengan Ergotamine,
Tartrate (Cafergot), dan analgetik. Psikoterapi bermanfaat untuk menghilangkan
efek konflik dan stres.1
b. Tension ( kontraksi otot)
----Terjadi pada 80% populasi selama perode stres emosional. Kepribadian tipe A
yang tegang, berjuang keras dan kompetitif peka terhadap gangguan ini. Stres
emosional sering kali disertai kontraksi otot kepala dan leher yang lama melebihi
beberapa jam dapat menyempitkan pembuluh darah yang menyebabkan iskemia.1
----Gejalanya berupa nyeri tumpul dan berdenyut dimulai pada sub ocipitalis yang
menyebar keseluruh kepala. Kulit kepala nyeri terhadap sentuhan, biasanya
bilateral dan tidak disertai gejala prodromal seperti mual dan muntah. Onset
cenderung pada sore dan malam hari. Pada stadium awal dapat diberikan anti
ansietas, pelemas otot dan pemijatan atau aplikasi panas pada kepala dan leher.
Jika terdapat depresi yang mendasari anti depresan perlu diberikan. Jika kronis
psikoterapi merupakan terapi pilihan.1

Pemeriksaan
----Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak
didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan
dan masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah
menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan
gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh karena itu pada
pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu:4
1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran
ekonomi, pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga
dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.
2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam
hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah
sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.

16
4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu
penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.
----Quirido membagi cara pemeriksaan dalam 3 lapangan2 :
a. Lapangan psikis
b. Lapangan sosial
c. Lapangan somatis
----Yang ditujukan pada lapangan kejiwaan dinamakan psikoterapi indentik. Yang
ditujukan pada lapangan sosial dan somatik disebut psikoterapi non identik, yang
terdiri dari pemeriksaan fisik, mengobati kelainan fisik dengan obat, memperbaiki
kondisi sosial ekonomi, lingkungan, kebiasaan hidup sehat.
----
Diagnosis
----Pada umumnya penderita dengan gangguan psikosomatis dapat dibagi menjadi
3 golongan, yaitu:4
1. terdapat keluhan tentang fisik, akan tetapi tidak terdapat penyakit fisik dan
kelainan organik yang dapat menyebabkan keluhan tersebut
2. terdapat kelainan organik tetapi yang primer yang menyebabkannya adalah
faktor psikologis
3. terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala lain yang timbul
bukan sebab penyakit organik itu, akan tetapi karena faktor psikologis.
Faktor psikologis ini mungkin timbul akibat penyakit organik seperti
kecemasan.
----Lewis memberikan beberapa kriteria khusus untuk diagnosis gangguan
psikosomatis yaitu:4
1. Gejala-gejala yang didapat mempunyai permulaan, akibat, manifestasi dan
jalannya yang sangat mencurigakan akan adanya gangguan psikosomatik.
2. Dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan penyakit
organik yang dapat menyebabkan gejala-gejala.
3. Adanya suatu stres atau konflik yang menyulitkan penderita.
4. Reaksi penderita terhadap stres ini banyak hubungannya dengan gejala-
gejala yang dikeluhkannya, yaitu bahwa gejala-gejala itu secara

17
psikosomatik merupakan manifestasi fisik dari konflik atau penyelesaian
masalah yang tidak memuaskan.
5. Terjadinya stres harus memiliki korelasi antara waktu dan timbulnya
keluhan, bertambah beratnya penyakit yang ada.
----Untuk diagnosis perlu dievaluasi faktor-faktor sebagai berikut:4
• Komponen organik versus komponen nonorganik.
• Komponen fungsional nonpsikogenik versus psikogenik.
• Dasar kestabilan emosi (kepribadian premorbid dan predisposisi).
• Stres yang menimbulkan gejala-gejala.
• Beratnya gangguan fisik atau psikologik.
----
Pengobatan
----Di Amerika Serikat 1/3 penderita yang datang berobat pada dokter umum tidak
mempunyai gangguan organik, 1/3 yang lain mempunyai gangguan organik tetapi
keluhannya berlebihan.4
----Dengan kesabaran dan simpati banyak penderita dengan gangguan
psikosomatik dapat ditolong. Kita dapat menerangkan kepada penderita tidak
dapat sesuatu dalam tubuhnya yang rusak atau yang kurang, tidak terdapat infeksi
dan kanker, hanya anggota tubuhnya bekerja tidak teratur. Untuk menerangkan
bagaimana emosi dapat mengganggu tubuh dapat diambil contoh sehari-hari
seperti orang yang malu mukanya akan menjadi merah, orang yang takut menjadi
bergemetar dan pucat. Dapat dipakai perumpamaan menurut pendidikan dan
pengetahuan penderita.4
----Setelah dibuat diagnosis gangguan psikosomatis, terdapat 3 fase terapi yaitu:4
Fase 1 : ialah fase pemeriksaan dan pemberian ketenangan, penderita dan dokter
bersama-sama berusaha dan saling membantu melalui anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik yang teliti dan tes laboratorium bila perlu. Diusahakan
membuktikan bahwa tidak terdapat penyakit organik dan dijelaskan kepada
penderita tentang mekanisme fisiologik serta keterangan tentang gejala-gejala.
Berikan kesempatan kepada penderita untuk bertanya.

18
Fase 2 : merupakan fase pendidikan, fase ini dokter lebih banyak bicara. Untuk
memberi keterangan tentang keluhan, meyakinkan serta menenangkan pasien,
dapat dikatakan antara lain :
• bahwa gejala-gejalanya benar ada, dapat dimengerti kalau ia mengeluh dan
menderita
• bahwa gejala-gejalanya sering terdapat juga pada orang lain yang sudah
kita obati
• bahwa tidak ada kanker atau penyakit berbahaya lain
• bahwa gejala-gejala itu timbul karena ketegangan sehari-hari dan
gangguan emosional
• bahwa gejala itu tidak akan segera hilang, diperlukan beberapa waktu,
tetapi akan hilang atau berkurang bila diobati dengan baik
• bahwa kita semua mengalami ketegangan, kekecewaan, godaan dan
kecemasan
• bahwa kelelahan fisik atau jiwa dapat mengurangi daya tahan tubuh
sehingga timbul gejala
• bahwa kita apabila terlalu terburu-buru akan timbul ketegangan jiwa
• bahwa tubuh kita bereaksi terhadap ketegangan yang terlalu berat. Sering
gejala merupakan pekerjaan alat tubuh yang bekerja berlebihan
• bahwa ini akan lebih baik bila pasien mengerti akan penyebab gejala.
Fase 3 : ialah fase keinsafan intelektual dan emosional. Pada fase ini pasien yang
lebih banyak bicara. Terjadi pengakuan, katarsis dan wawancara psikiatrik. Hal ini
harus berjalan sangat pribadi, rahasia, tanpa sering terganggu dan dalam suasana
penuh kepercayaaan dan pengertian. Dokter menjelaskan saja agar pembicaraan
berjalan dengan baik, tidak terlalu menyimpang dari pokok pembicaraan.
Terdapat 3 golongan senyawa psikofarmaka:14
1. Obat tidur (hipnotik)
----Diberikan dalam jangka waktu pendek 2-4 minggu. Obat yang dianjurkan
adalah senyawa benzodiazepine berkhasiat pendek seperti nitrazepam,
flurazepam, dan triazolam. Pada insomnia dengan kegelisahan dapat diberikan
senyawa fenotiazin seperti tioridazin, prometazin.

19
2. Obat penenang minor dan mayor
- obat penenang minor
----diazepam merupakan obat yang efektif yang dapat digunakan pada anxietas,
agitasi, spasme otot, delirium, epilepsi. Benzodiazepine hanya diberikan pada
anxietas hebat maksimal 2 bulan.
- obat penenang mayor
----Yang paling sering digunakan adalah senyawa fenotiazin dan butirofenon
seperti clorpromazin, tioridazin dan haloperidol.
3. Antidepresan
----yang dianjurkan adalah senyawa trisiklik dan tetrasiklik seperti amitriptilin,
imipramin, mianserin dan maprotilin yang dimulai dengan dosis kecil yang
kemudian ditingkatkan.
----
----

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina
Rupa Aksara. Jakarta.1997: 276-303
2. Budihalim S, Sukatman D. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam
jilid II, FK UI Jakarta 1999: 591-592
3. Mansyur A, dkk. Gangguan Psikosomatis. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius FK UI 1999:228-231
4. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.
Surabaya 1980:339-371
5. Budihalim S, Mudjadid. Kedokteran Psikosamatis. Dalam : buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II edisi IV. FK UI Jakarta 2006: 903-08
6. Sukatman D, Budihalim S, Biran S.I. Aspek Psikosomatis Gangguan
Pernafasan. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta
1999:614-20
7. Budihalim S, Sukatman D. Sindrom Fungsional pada traktus digestivus.
Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 623
8. Budihalim S, Aspek psikosomatis ulkus peptik. Dalam : Ilmu Penyakit
Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 628-29
9. Arsyad Z, Syahbuddin S. Aspek psikosomatis obesitas. Dalam : Ilmu
Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 657-58
10. Nasution H.N. Anoreksia nervosa. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II,
FK UI Jakarta 1999: 659-60
11. Sukatman D, Budihalim S, Aspek Psikosomatis penyakit reumatik. Dalam
: Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 648- 49
12. Kadri. Aspek psikosomatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI
Jakarta 1999: 665-66
13. Asdie A.H. Dahlan P. Migren dan sakit kepala. Dalam : Ilmu Penyakit
Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 652
14. Budihalim S, Sukatman D. Psikofarmaka dan Psikosamatik. Dalam : Ilmu
Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 602-03

© Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk

21

Das könnte Ihnen auch gefallen