Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PKMD
DI DESA PADA’AN RT 04 RW 04
SEMARANG
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
Oleh:
KHOIRUNNISAK WARROHMAH
08.6.032
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pratek Pembangunan masyarakat desa ini telah di setujui oleh pembimbing akademik dan
pembimbing lahan PKMD Prodi DIII Kebidanan STIKES WIDYA HUSADA Semarang.
Pembimbing Akademik
Puji syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Allah SWT, karena atasa rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Asuhan Kebidanan Komunitas
Pada Keluarga Tn. S Pada An. N Dengan masalah utama ISPA di Dusun Pada’an RT 04 Rw.
04 Kelurahan Podorejo Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”
Laporan ini penulis susun guna memenuhi tugas kelompok PKMD Asuhan Kebidanan
Komunitas Akademi Kebidanan Widya Husada Semarang.
Dalam penyusunan laporan ini penulis tidak lupa memberikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
1. Rinayati S. SiT, selaku Kepala Prodi D III Kebidanan Widya Husada Semarang.
2. Dosen Pembimbing PKMD DIII Kebidanan Asuhan Komunitas Akademi Kebidanan Widya
Husada Semarang.
3. Keluarga Tn. Slamet, selaku Keluarga Binaan.
4. Teman – teman yang telah membantu terselesainya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian laporan ini penulis buat, semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaa pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
BAB I Pendahuluan
Tujuan ..................................................................... 2
Manfaat ..................................................................... 3
PHBS .................................................................... 16
BAB V Penutup
Kesimpulan .................................................................... 42
Saran .................................................................... 43
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit
yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju
dan sudah banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.
Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi
kecacatan sampai pada masa dewasa, dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Depkes RI tahun 1992 mengemukakan bahwa ISPA adalah Penyakit Saluran Pernafasan
yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah
organ mulai dari lubang sampai gelembung paru beserta organ di sekitarnya, seperti : sinus,
ruang tengah telinga dan pleura.
Sedangkan menurut Ngastiyah tahun 1997, ISPA adalah penyakit saluran pernafasan yang
sering mengenai bayi dan balita yang meliputi batuk dan pilek, disebabkan oleh virus dapat
menular serta dapat menyebabkan infeksi pada daerah sinus paranasal,telinga tengah dan
naso faring.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Etiologi dari sebagian besar penyakit
jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh
kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan
antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Depkes RI, 2007).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada
sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan
ibrokistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin (Pusdiknakes, 1990).
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan
pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering
disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi . Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia
per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratories. Menurut perhitungan atau dari data yang diperoleh dinkes kota semarang,
terdapat I 2000 penderita ISPA diseluruh wilayah Semarang.
pada hasil pengamatan dari dinas kesehatan yang ada di Semarang penderita ISPA yang
ada dingaliyan (kota semarang) tercatat ada 293 orang penderita ISPA pada tahun 2009 pada
tahun 2010 belum diketahui hasil seluruh jumlah rekapan penderita ISPA. Menurut
perhitungan dari data yang diperoleh Dinkes kota Semarang terdapat ± 2500 penderita ISPA
diseluruh wilayah Semarang maka berdasarkan latar belakang dan survey yang dilakukan
didusun Pada’an Kelurahan Podorejo kecamatan Ngaliyan kota Semarang ditemukan ispa
pada anak tercatat 6 orang. Setelah ditelusuri bahwa Penyakit Ispa dapat disebabkan oleh
berbagai factor. Contoh : Virus, Polusi udara, Gizi kurang, Imunisasi tidak lengkap BBLR,
tidak mendapat ASI yang memadai ( Depkes RI, 1992 ).
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas maka penulis ingin mencoba untuk
mengemukakan upaya pemberantasan ISPA dengan prioritas kepada penatalaksanaan kasus
ISPA pada bayi dan anak-anak. Mengingat tujuan pembangunan kesehatan dalam upaya
menurunkan angka mortalitas dan morbilitas, sehingga tujuan pembangunan nasional untuk
memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas baik, fisik maupun mental akan tercapai.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan dan menetapkannya dalam menejemen kebidanan
komunitas yang diperoleh selama kuliah agar dapat mewujudkan kesehatan dan
kebersihan.
Tujuan Khusus
1. Wawancara ( Interview )
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana
pengamat ( Responden ) bercakap cakap atau berhadapan muka dengan orang
tersebut ( face to face ) ( Notoatmojdo : 2005 ). Penulis melakukan wawancara pada
keluarga pasien untuk mendapatkan data subyektif meliputi identitas pasien dan
keluarga, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, riwayat persalinan, riwayat KB,
riwayat menyusui, serta pola kebutuhan sehari – hari.
2. Pengamatan ( observasi )
Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi :
melihat, mencatat jumlah, dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti ( Notoatmodjo : 2005 ). Dalam melakukan observasi untuk
mendapatkan data obyektif dari pasien, penulis melakukan : pemeriksaan fisik, status
present, mengamati keadaan lingkungan, tempat tinggal dan keluarga.
3. Studi Dokumentasi
TINJAUAN TEORI
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Hartan dan Hunt adalah sebagai berikut :
a. Nuclear Family (keluarga inti) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak.
b. Extendet Family (Keluarga Besar) Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara misalnya: nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
c. Serial Family (Keluarga Berantai) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih bdari 2x dan merupakan satu keluarga inti.
d. Single Family (Keluarga Duda atau Janda) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Composite Family (Keluarga Berkomposisi) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami atau hidup bersama.
f. Cahibitation Family (Keluarga habitas) adalah dua orang yang menjadi satu
keluarga.
3. Peran Keluarga
Menurut Hartan dan Huntperan keluarga terdiri dari sebagai berikut :
a. Peran Ayah.
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anaknya berperan mencari
nafkah, pendidikan, perlindungan dan member rasa aman sebagai kepala keluarga,
sebagai kelompok masyarakat.
b. Peran Ibu
Sebagai istri dan suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga pengasuh anak-anaknya dan sebagai satu kelompok dari
peran sentral darianggota masyarakat dan pencari nafkah tambahan.
c. Peran Anak
Anak melaksanakan perahan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik,fisik,
mental, social , dan spiritual.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga dalam hidup sehari-hari menurut Horton dan Hunt yaitu :
a. Fungsi pengaturan sexual.
Yaitu keluarga merupakan wadah sah baik ditinjau dari agama maupun
maryarakat dalam pengetahuan dan pemuasan keinginan seksual.
b. Fungsi Reproduksi
Yaitu keluarga berfungsi menghasilkan anggota baru sebagai penerus keturunan.
c. Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan
Yaitu memberikan perlindunga dan pemeliharaan terhadap sesame.
d. Fungsi Pendidikan
Yaitu keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena
anak-anak mengenal pendidikan sejak lahir
e. Fungsi Sosialisasi
Yaitu individu atau anggota keluargamempelajari kebiasaan ide-ide nilai dan
tingkah laku dalam masyarakat. Melalui lingkungan keluarga
f. Fungsi Toleran dan Efektif
Yaitu apabila rasa cinta kasih saying dalam keluarga dapat dirasakan oleh semua
anggota maka anggota keluarga akan merasakan kesenangan kegembiraan dan
ketentraman sehingga mereka akan kerasan tinggal dirumah maka keluarga
merupakan tempat rekreasi bagi anggota keluarga.
g. Fungsi Ekonomi.
Yaitu anggota keluarga sebagai penghasil ekonomi terutama orang tua sedangkan
anggota keluarga yang lain atau anak berfungsi sebagai konsumen.
h. Fungsi Status Sosial
Yaitu suatu dasar yang menunjukan kedudukan atau status bagi anggota nya
2. Analisa Data
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis data adalah bagaimana
perkembangan keluarga, keadaan lingkungan rumah, dan sosial budaya setempat.
Dari hasil pengkajian pada keluarga dengan didapatkan data subyektif yaitu
kejadian ISPA yang dialami oleh An.N akibat kurangnya pengetahuan keluarga
tentang kesehatan lingkungan.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam asuhan keluarga adalah rumusan masalah keluarga
bukan merupakan rumusan permasalahan individu, sehingga rumusan permasalahan
kesehatan keluarga merupakan cermin dari kesehatan keluarga. Untuk merumuskan
permasalahan keluarga, hal yang harus diperhatikan adalah bagaimanakah ancaman
kesehatan (keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit dalam keluarga),
kegagalan dalam memantapkan kesehatan, keadaan kegawatdaruratan, serta 3K
(ketidaktahuan, ketidakmauan, ketidakmampuan) keluarga dalam melaksanakan
tugas-tugas kesehatan.
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah dalam
keluarga, bahwa ada permasalahan mengenai penyakit ISPA pada An.N akibat
kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan lingkungan.
4. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa, langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga.
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan keluarga harus didasarkan
kepada beberapa kriteria, sebagai berikut :
Skor x Bobot
Angka Tertinggi
(Effendy, 2003)
5. Perencanaan
Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan
perawatan kesehatan keluarga. Rencana Keperawatan Keluarga adalah sekumpulan
tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan harus mengacu kepada perencanaan yang telah disusun.
Dalam melaksanakan tindakan harus melibatkan keluarga dengan memperhatikan
tingkat pendidikan keluarga, sumber daya yang ada, nilai norma yang berlaku dalam
keluarga, sarana dan prasarana, serta penerimaan keluarga.
7. Evaluasi
Langkah akhir dari manajemen asuhan keluarga adalah melakukan penilaian
atau evaluasi. Penilaian dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan penilaian sangat ditentukan oleh tujuan dan tindakan yang telah
ditetapkan, apakah tujuan tersebut realistis dan tepat atau tidak, serta faktor
lingkungan.
(Yulifah, 2009)
C. TEORI MEDIS
1. ISPA
a. Pengertian ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru (Setiowulan, 2001).
ISPA adalah Penyakit Saluran Pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14
hari. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ mulai dari lubang
sampai gelembung paru beserta organ di sekitarnya, seperti : sinus, ruang tengah
telinga dan pleura (Depkes RI, 1992)
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan yang sering mengenai bayi dan balita
yang meliputi batuk dan pilek, disebabkan oleh virus dapat menular serta dapat
menyebabkan infeksi pada daerah sinus paranasal,telinga tengah dan naso faring
(Ngastiyah, 1997)
b. Etiologi ISPA
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus
dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus
jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik
penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Depkes RI,
2007).
Sehingga penyakit ISPA juga disebabkan oleh : Virus, Polusi udara, Gizi
kurang, Imunisasi yang tidak lengkap, BBLR, dan Tidak mendapat ASI yang
memadai.
c. Macam-macam ISPA
a) Pneumonia berat : Ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada dalam.
b) Pneumonia : Ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat.
c) Bukan Pneumonia : Ditandai secara klinis oleh batuk pilek bias
disertai demam tanpa tarikan dinding dada ke dalam
tanpa nafas cepat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas dibuat suatu klasifikasi penyakti ISPA.
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan – 5 tahun.
a) Untuk golongan umur 2 bulan – 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit :
Pneumonia berat : bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik
nafas
Pneumonia : bila disertai nafas cepat untuk usai < 2 bulan = 60x /
menit
Bukan pneumonia (batuk – pilek biasa) : bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
b) Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi
Pneumonia berat : disertai salah satu tanda tarikan kuat dinding pada
bagian bawah / nafas cepat. Normal = 60x / menit /
lebih
Bukan pneumonia (batuk – pilek biasa) : bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat pada dinding dada bagian bawah atau nafas cepat
(Depkes RI 1992)
d. Tanda dan gejala
Batuk bersin, kesulitan nafas, sakit tenggorokan, pilek sakit telinga, sakit
kepala, pegal-pegal, demam.
e. Penularan
ISPA dapat ditularkan melalui ari ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasan
f. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh 5 – 6
hari jika tidak terjadi infeksi kuman.
Penjelasan infeksi sekunder dari nasotaring kea rah bawah dapat menyebabkan
radang saluran pernafasan bagian bawah seperti lavingitis bronchitis dan
bronuskop neamonia. Selain itu dapat terjadi meningitis puvalenta.
g. Pencegahan
a) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
b) Imunisasi lengkap
c) Personal Hygine dan menjaga lingkungan
d) Mencegah anak berhubungan langsung dengan ISPA
e) Bila penderita bersin / batuk, harus ditutup mulut dan h idung dengan sapu
tangan atua dengan lainnya
f) Usahakan anak minum sekurang-kurangnya 8 gelas per hari.
h. Perawatan di rumah
a) Mengatasi Demam
Balita atau anak-anak jika panas bias diatasi dengan memberikan
paracetamol atau dengan dikompres. Bayi dibawah 2 bulan dengan demam
harus dirujuk.
b) Mengatasi Batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman atau ramuan tradisional
yaitu dengan jeruk nipis ½ sendok dicampur dengan kecap / madu ½ sendok
the diminum 3x sehari.
c) Pemberian Makan
Usahakan pemberian minum lebih banyak dari biasanya yang akan
membantu mengencerkan dahak, serta ASI eksklusif.
d) Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakain / selimut yang terlalu tebal, rapat
pada anak demam. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
2. Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi / keadaan
lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimal pula.
b. Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan
a) Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
Adapun syarat sehat adalah :
1) Bahan bangunan
Lantai tidak berdebu ketika musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan, dinding terdapat ventilasi, tidak lembab, serta atap tidak
terbuat dari asbes atau seng.
2) Terdapat ventilasi yang cukup di setiap ruangan
3) Ada cahaya yang masuk ruangan
4) Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni
didalamnya artinya luas lantai rumahnya tersebut harus sesuai dengan
jumlah penghuni didalamnya.
Genogram
Keterangan :