Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Regionalisme
hubungan antar negara atau masyarakat di suatu kawasan (region) baik yang bersifat
mandiri maupun didorong oleh kebijakan di tingkat negara dikarenakan faktor kedekatan
posisi dan adanya unsur ketergantungan dalam bidang tertentu. Menurut Andrew Hurrell
integrasi
Dalam hal ini Uni Eropa dalam dilihat sebagai perwujudan fenomena nomor 2 sampai
dengan 4. Pembentukkan identitas dan kesadaran regional dapat dilihat dari kriteria
adanya identitas bersama dari keanggotaan Uni Eropa yaitu masyarakat Demokrasi yang
menghormati hak asasi manusia dan menerapkan aturan hukum. Sedangkan fenomena
ketiga sampai kelima dapat dilihat dari proses pembentukkan ECSC pada 1951 yang
kemudian terus dikembangkan sampai mencapai kesepakatan Single European Act pada
1986 yang merupakan cikal bakal berdirinya Uni Eropa melalui Treaty of European
1
Andrew Hurrell, “Regionalism in Theoritecal Perspective,” dalam Louise Fawcett and Andrew Hurrell
(eds.), Regionalism in World Politics : Regional Organization and International Order (New York :
Oxford University Press., In., 1995)
III.2. Federalisme
Federalisme berasal dari kata Feodus yang berarti kesepakatan yang juga
mengandung arti Fides atau berarti faith and trust Dapat juga diartikan sebagai bentuk
compromise, conciliation. Dalam konteks pembentukkan Uni Eropa, dapat dilihat adanya
unsur untuk membentuk dan melaksanakan komitmen secara (secara sukarela) di antara
negara dan masyarakat anggota Uni Eropa terhadap kebijakan tertentu yang dapat
Sehingga ada muncul pertanyaan utama apakah di masa mendatang Uni Eropa
akan semakin memantapkan posisinya sebagai Negara Federasi Eropa (finalite politique)
mengeliminir kedaulatan negara anggota dan menonjolkan peran Uni Eropa sebagai aktor
regional. Namun tampaknya konsep Federalisme dalam Uni Eropa tidak dapat diterapkan
secara menyeluruh karena tetap pembentukkan Uni Eropa tetap mengandung arti Unity in
Committed that Union to respect the National identities of its member states.
Namun semangat untuk membentuk Federasi Eropa juga tergambar dalam dalam
Traktat yang sama pasal 3 b juga disebutkan bahwa Uni Eropa dapat mengambil tindakan
dalam kekuasaan yang terbatas dimana tujuan dari tindakan tersebut adalah adanya suatu
pertimbangan bahwa tindakan tersebut lebih baik dilakukan secara Komunitas karena bila
Konsep ini juga penting dalam menganalisis peran Uni Eropa karena kepentingan
negara tetap penting dalam proses perumusan kebijakan Uni Eropa. Dalam hal ini Uni
Eropa hanya dilihat sebagai Organisasi Regional yang memfasilitas hubungan kerjasama
dan proses tawar menawar antar pemerintah. Dimana masa depan dari Organisasi
kepentingannya. Sifat kerjasama yang dibangun juga berlandaskan prinsip zero sum
strategy dimana kebijakan secara regional tidak dapat menyentuh kedaulatan negara dan
proses integrasi dikendalikan oleh kepentingan dan aksi negara. Mereka mau melakukan
III.4. Fungsionalisme
politis kepada institusi . Tindakan tersebut dilakukan karena adanya pandangan bahwa
kepentingan mereka lebih baik dilayani melalui pembentukkan supranasional dari solusi
nasional. Kemudian berlakunya doktrin spill-over yang merujuk pada suatu kondisi
dimana keputusan bersama dalam satu bidang akan berpengaruh pada tindakan
3
Michelle Cini, “Intergovernmentalism,” dalam Michelle Cini, Ibid., hal.94
4
L.N. Lindberg and A. Scheingold (ed.s), Regional Integration-Theories and Research (Harvard :
Harvard University Press).
Penerapan dari konsep fungsionalisme dapat dilihat melalui teori integrasi
negara sepakat untuk mengabaikan batas-batas negara mereaka dalam rangka pencapaian
tujuan-tujuan ekonomi khususnya menciptakan sistem pasar yang lebih luar dalam bentuk
Terdapat tiga tingkatan dalam proses integrasi ekonomi. Pertama adalah langkah
untuk menciptakan wilayah perdagangan bebas sebagai upaya awal untuk menciptakan
suatu sistem yang terintegrasi. Semangat dasar dari pembentukkan pasar bebas adalah
Setiap negara yang sepakat untuk mengikuti pasar bebas, tetap diberi hak untuk
ditentukan dalam aturan main pasar bebas tersebut. Langkah kedua adalah menciptakan
kesepakatan bersama (costum union) dalam masalah tarif. Dibentuk aturan main yang
harus ditaati oleh negara-negara yang terlibat dalam sistem kesepakatan tarif bersama
dengan menentukan tarif bersama yang harus diberlakukan. Langkah kedua ini semakin
Karena terdapat kesepakatan tidak saja dalam pengaturan masalah ekonomi yang dalam
hal ini berupa tarif perdagangan antar negara tetapi juga adanya kebijakan bersama yang
menyentuh kepentingan politik negara-negara yang bersepakat. Tahap akhir dari proses
integrasi ekonomi adalah terbentuknya Kesepakatan Ekonomi secara bersama yang lebih
luas dari sekedar penentuan tarif. Langkah ini meliputi kesepakatan untuk menciptakan
5
David Balaam N. Balaam dan Michael Veseth, Introduction to International Political Economy (New
Jersey : Presntice-Hall, Inc., 1996), hal. 23
aturan main bersama dalam masalah ekonomi secara lebih luas secara upaya untuk
kebebasan bergerak dalam suatu wilayah untuk masalah produk, jasa, uang dan modal.
kedaulatan suatu negara yang bersepakat untuk menentukan kebijakan ekonomi secara
mandiri. Namun negara tersebut dapat mencapai keuntungan ekonomi yang lebih besar
dalam proses ekonomi. Diharapkan bahwa kompetisi ekonomi dapat dibangun secara
lebih sehat tanpa dihalangi adanya kendala dalam masalah proteksi dan pemberlakukan
tarif yang menyebabkan harga menjadi mahal. Setiap negara juga didorong untuk
melakukan proses spesilisasi produk dan jasa sehingga dapat merebut peluang pasar
secara lebih besar. Dengan demikian keuntungan ekonomi yang lebih besar dapat lebih
melakukan proses pengintegrasian secara politik dan sosial. Hal ini berkenaan adanya
yang berkaitan dengan kebijakan imigrasi, standar keamanan sebagai konsekuensi lintas
batas yang semakin terbuka, regulasi peraturan yang berhubungan dengan perbankan dan
keuangan serta perubahan-perubahan dalam kebijakan ekonomi domestik. Hal lain yang
Dampak terbesar dari proses integrasi yang harus siap dihadapi baik oleh
pemerintah maupun rakyat suatu negara adalah semakin terbatasnya kedaulatan negara.
Fenomena lain menurunnya pengaruh kekuatan ekonomi dan politik domestik negara
terhadap negara lain. Negara tidak dapat lagi memainkan pengaruhnya tidak saja di
bidang ekonomi tetapi juga politik dalam rangka memenuhi kepentingan nasionalnya.
Negara harus patuh pada kesepakatan bersama yang bersifat supra nasional sejalan
negara harus dapat menyiasati kondisi tersebut dengan semakin melihat peluang-peluang
manfaat bagi rakyatnya dalam meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan mereka.
III.5. Institusionalisme/Neo-Institusionalisme
regional. Sehingga institusi menjadi aktor politik yang mandiri dalam menentukan
6
Ben Rosamond, “New Theories of European Intgration,” dalam Michelle Cini, op.cit., hal. 114