Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
GAGAL JANTUNG
ABSTRACT
HEART FAILURE
Heart failure were the end stage of all heart disease and the cause of the increasing morbidity and
mortality among patient. Almost five percent from all inhospital patient were heart failure. Heart failure has
been defined as the failure of the heart to pump blood to systemic. It can be classify into acute, acute
decompensated and chronic heart failure. New York Heart Association, Stevenson, Forrester have made
classification based on the clinical symptoms. All cardiac problems can ended into heart failure, the
pathogenesis was very complex including renin-angiotensin-aldosteron system, neurohormonal, sympatic nerve
system, nattriuretic peptide, and others. Twelve leads ECGs, echocardiography, chest x-rays, blood chemistries,
catheterisation can help us diagnose patient with heart failure. Management of heart failure consist of
management of acute and chronic heart failure, non drugs management, drugs and even an invasive treament.
Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
85
progresifitas penyakit dan meningkatkan Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan
kelangsungan hidup.3 klinis dengan melihat tanda kongesti dan kecukupan
perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea,
DEFINISI SERTA KLASIFIKASI distensi vena juguler, ronki basah, refluks hepato
jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi berdeviasi ke kiri, atau square wave blood pressure
dimana jantung tidak lagi dapat memompakan pada manuver valsava. Status perfusi ditetapkan
cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit,
timbul dengan atau tanpa penyakit jantung. pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas
Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan dingin dan penurunan kesadaran. Pasien yang
fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak
jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan
Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak disebut
pasien.2 panas (warm). Berdasarkan hal tersebut penderta
Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung
juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal - Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)
jantung kronis dekompensasi, serta gagal jantung - Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)
kronis. - Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)
Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat - Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)
untuk mempermudah dalam pengenalan dan
penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi ETIOLOGI
tersebut antara lain pembagian berdasarkan Killip
yang digunakan pada Infark Miokard Akut, Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak
klasifikasi berdasarkan tampilan klinis yaitu hal. Secara epidemiologi cukup penting untung
klasifikasi Forrester, Stevenson dan NYHA.2 mengetahui penyebab dari gagal jantung, di negara
Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada berkembang penyakit arteri koroner dan hipertensi
penderita infark miokard akut, dengan pembagian: merupakan penyebab terbanyak sedangkan di
negara berkembang yang menjadi penyebab
- Derajat I : tanpa gagal jantung terbanyak adalah penyakit jantung katup dan
- Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di penyakit jantung akibat malnutrisi.4 Pada beberapa
basal paru, S3 galop dan peningkatan
keadaan sangat sulit untuk menentukan penyebab
tekanan vena pulmonalis
dari gagal jantung. Terutama pada keadaan yang
- Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru
seluruh lapangan paru. terjadi bersamaan pada penderita.
- Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan Penyakit jantung koroner pada Framingham
darah sistolik 90 mmHg) dan Study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung
vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan pada 46% laki-laki dan 27% pada wanita.4 Faktor
diaforesis)
Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
87
otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf manusia Brain Natriuretic Peptide (BNO) juga
simpatis serta perubahan neurohormonal yang dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel,
kompleks. kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriuretic
Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan peptide terbatas pada endotel pembuluh darah dan
pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan
penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan vasodilatasi minimal. Atrial dan brain natriuretic
aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal, peptide meningkat sebagai respon terhadap ekspansi
sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron (sistem volume dan kelebihan tekanan dan bekerja
RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide antagonis terhadap angiotensin II pada tonus
yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan vaskuler, sekresi ladosteron dan reabsorbsi natrium
jantung sehingga aktivitas jantung dapat terjaga.6,7 di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada peptide pada gagal jantung, maka banyak penelitian
baroreseptor menjaga cardiac output dengan yang menunjukkan perannya sebagai marker
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan diagnostik dan prognosis, bahkan telah digunakan
kontraktilitas serta vasokons-triksi perifer sebagai terapi pada penderita gagal jantung.2,6
(peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul Vasopressin merupakan hormon antidiuretik
berkelanjutan dapat menyeababkan gangguan pada yang meningkat kadarnya pada gagal jantung kronik
fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan yang berat. Kadar yang tinggi juga didpatkan pada
dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit, pemberian diuretik yang akan menyebabkan
hipertofi dan nekrosis miokard fokal.6 hiponatremia.2
Stimulasi sistem RAA menyebabkan Endotelin disekresikan oleh sel endotel
penigkatan konsentrasi renin, angiotensin II plasma pembuluh darah dan merupakan peptide
dan aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek
vasokonstriktor renal yang poten (arteriol eferen) vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal, yang
dan sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi
noradrenalin dari pusat saraf simpatis, menghambat endotelin-1 plasma akan semakin meningkat sesuai
tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron. dengan derajat gagal jantung. Selain itu juga
Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan berhubungan dengan tekanan pulmonary artery
air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin capillary wedge pressure, perlu perawatan dan
II juga memiliki efek pada miosit serta berperan kematian. Telah dikembangkan endotelin-1
pada disfungsi endotel pada gagal jantung.6,7 antagonis sebagai obat kardioprotektor yang bekerja
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang menghambat terjadinya remodelling vaskular dan
berstruktur hampir sama yeng memiliki efek yang miokardial akibat endotelin.2,6
luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf Disfungsi diastolik merupakan akibat
pusat. Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan
di atrium sebagai respon terhadap peregangan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance
menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada
Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
89
gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria. progosis, meskipun penatalaksanaan secara
Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretik individual tergantung dari etiologi serta beratnya
tanpa suplementasi kalium dan obat potassium kondisi. Sehingga semakin cepat kita mengetahui
sparring. Hiperkalemia timbul pada gagal jantung penyebab gagal jantung akan semakin baik
berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan prognosisnya.2,16
ACE-inhibitor serta obat potassium sparring. Pada Penatalaksanaan non farmakologis yang
gagal jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, dapat dikerjakan antara lain adalah dengan
AST dan LDH) gambarannya abnormal karena menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya,
kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin pengobatan serta pertolongan yang dapat dilakukan
serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan. sendiri. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan
Pemeriksaaan penanda BNP sebagai penanda nutrisi dan penurunan berat badan pada penderita
biologis gagal jantung dengan kadar BNP plasma dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam,
100pg/ml dan plasma NT-proBNP adalah 300 konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan
pg/ml.2,8,12-14 perlu dianjurkan pada penderita terutama pada
Pemeriksaan radionuklide atau multigated kasus gagal jantung kongestif berat. Penderita juga
ventrikulografi dapat mengetahui ejection fraction, dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai
laju pengisian sistolik, laju pengosongan diastolik, efek yang positif terhadap otot skeletal, fungsi
dan abnormalitas dari pergerakan dinding. otonom, endotel serta neurohormonal dan juga
Angiografi dikerjakan pada nyeri dada berulang terhadap sensitifitas terhadap insulin meskipun efek
akibat gagal jantung. Angiografi ventrikel kiri dapat terhadap kelengsungan hidup belum dapat
mengetahui gangguan fungsi yang global maupun dibuktikan. Gagal jantung kronis mempermudah
segmental serta mengetahui tekanan diastolik, dan dapat dicetuskan oleh infeksi paru, sehingga
sedangkan kateterisasi jantung kanan untuk vaksinasi terhadap influenza dan pneumococal perlu
mengetahui tekanan sebelah kanan (atrium kanan, dipertimbangkan. Profilaksis antibiotik pada operasi
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta dan prosedur gigi diperlukan terutama pada
pulmonary artery capillary wedge pressure.8,15 penderita dengan penyakit katup primer maupun
pengguna katup prostesis.16
Penatalaksanaan gagal jantung kronis
PENANGANAN meliputi penatalaksaan non farmakologis dan
farmakologis. Gagal jantung kronis bisa
Penatalaksanaan penderita dengan gagal terkompensasi ataupun dekompensasi. Gagal
jantung meliputi penalaksanaan secara non jantung terkompensasi biasanya stabil, dengan tanda
farmakologis dan secara farmakologis, keduanya retensi air dan edema paru tidak dijumpai.
dibutuhkan karena akan saling melengkapi untuk Dekompensasi berarti terdapat gangguan yang
penatlaksaan paripurna penderita gagal jantung. mungkin timbul adalah episode udema paru akut
Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut dan maupun malaise, penurunan toleransi latihan dan
kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan sesak nafas saat aktifitas. Penatalaksaan ditujukan
Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
91
keseimbangan antara dilatasi vena dan arteri tanpa ginjal. Pada dosis 2 – 5 µg/kg/mnt akan merangsang
mengganggu perfusi jaringan. Kekurangannya reseptor adrenergik beta sehingga terjadi
adalah teleransi terutama pada pemberian intravena peningkatan laju dan curah jantung. Pada pemberian
dosis tinggi, sehingga pemberiannya hanya 16 – 24 5 – 15 µg/kg/mnt akan merangsang reseptor
jam.2,19 adrenergik alfa dan beta yang akan meningkatkan
Sodium nitropusside dapat digunakan sebagai laju jantung serta vasokonstriksi. Pemberian
vasodilator yang diberikan pada gagal jantung dopamin akan merangsang reseptor adrenergik 1
refrakter, diberikan pada pasien gagal jantung yang dan 2, menyebabkan berkurangnya tahanan
disertai krisis hipertensi. Pemberian nitropusside vaskular sistemik (vasodilatasi) dan meningkatnya
dihindari pada gagal ginjal berat dan gangguan kontrkatilitas. Dosis umumnya 2 – 3 µg/kg/mnt,
fungsi hati. Dosis 0,3 – 0,5 µg/kg/menit.2,19 untuk meningkatkan curah jantung diperlukan dosis
Nesiritide adalah peptide natriuretik yang 2,5 – 15 µg/kg/mnt. Pada pasien yang telah
merupakan vasodilator. Nesiritide adalah BNP mendapat terapi penyekat beta, dosis yang
rekombinan yang identik dengan yang dihasilkan dibutuhkan lebih tinggi yaitu 15 – 20 µg/kg/mnt.2
ventrikel. Pemberiannya akan memperbaiki Phospodiesterase inhibitor menghambat
hemodinamik dan neurohormonal, dapat penguraian cyclic-AMP menjadi AMP sehingga
menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan terjadi efek vasodilatasi perifer dan inotropik
menurunkan kadar epinefrin, aldosteron dan jantung. Yang sering digunakan dalam klinik adalah
endotelin di plasma. Pemberian intravena milrinone dan enoximone. Biasanya digunakan
menurunkan tekanan pengisian ventrikel tanpa untuk terapi penderia gagal jantung akut dengan
meningkatkan laju jantung, meningkatkan stroke hipotensi yang telah mendapat terapi penyekat beta
volume karena berkurangnya afterload. Dosis yang memerlukan inotropik positif. Dosis milrinone
pemberiannya adalah bolus 2 µg/kg dalam 1 menit intravena 25 µg/kg bolus 10 – 20 menit kemudian
dilanjutkan dengan infus 0,01 µg/kg/menit.2 infus 0,375 – 075 µg/kg/mnt. Dosis enoximone 0,25
Pemberian inotropik dan inodilator ditujukan – 0,75 µg/kg bolus kemudian 1,25 – 7,5 µg/kg/mnt.2
pada gagal jantung akut yang disertai hipotensi dan Pemberian vasopressor ditujukan pada
hipoperfusi perifer. Obat inotropik dan / atau penderita gagal jantung akut yang disertai syok
vasodilator digunakan pada penderita gagal jantung kardiogenik dengan tekanan darah < 70 mmHg.
akut dengan tekanan darah 85 – 100 mmHg. Jika Penderita dengan syok kardiogenik biasanya dengan
tekanan sistolik < 85 mmHg maka inotropik tekanan darah < 90 mmHg atau terjadi penurunan
dan/atau vasopressor merupakan pilihan. tekanan darah sistolik 30 mmHg selama 30 menit.
Peningkatan tekanan darah yang berlebihan akan Obat yang biasa digunakan adalah epinefrin dan
dapat meningkatkan afterload. Tekanan darah norepinefrin. Epinefrin diberikan infus kontinyu
dianggap cukup memenuhi perfusi jaringan bila dengan dosis 0,05 – 0,5 µg/kg/mnt. Norepinefrin
tekanan arteri rata - rata > 65 mmHg.1,2,16 diberikan dengan dosis 0,2 – 1 µg/kg/mnt.2
Pemberian dopamin 2 µg/kg/mnt menyebab- Penanganan yang lain adalah terapi penyakit
kan vasodilatasi pembuluh darah splanknik dan penyerta yang menyebabkan terjadinya gagal
Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
93
7. McNamara DM. Neurohormonal and cytokine 15. Lee TH. Practice guidelines for heart failure
activation in heart failure. In: Dec GW, editors. management. In: Dec GW, editors. Heart
Heart failure a comprehensive guide to failure a comprehensive guide to diagnosis
diagnosis and treatment. New York: Marcel and treatment. New York: Marcel Dekker;
Dekker; 2005.p.117-36. 2005.p.449-65.
8. Davies MK, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of 16. Gibbs CR, Jackson G, Lip GYH. ABC of
heart failure: investigation. BMJ heart failure: non-drug management. BMJ
2000;320:297-300 2000;320:366-9.
9. Hobbs FDR, Davis RC, Lip GYH. ABC of 17. Millane T, Jackson G, Gibbs CR, Lip GYH.
heart failure: heart failure in general practice. ABC of heart failure: acute and chronic
BMJ 2000;320:626-9. management strategies. BMJ 2000;320:559-62.
10. Nieminen MS. Guideline on the diagnosis and 18. Davies MK, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of
treatment of acute heart failure – full text the heart failure: management: diuretics, ACE
task force on acute heart failure of the inhibitors, and nitrates. BMJ 2000;320:428-31.
european society of cardiology. Eur Heart J 19. Gibbs CR, Davies MK, Lip GYH. ABC of
2005. heart failure Management: digoxin and other
11. Senni M, Tribouilloy CM, Rodeheffer RJ, inotropes, blockers, and antiarrhythmic and
Jacobsen SJ, Evans JM, Bailey KR, Redfield antithrombotic treatment. BMJ
NM. Congestive heart failure in the 2000;320:495-8.
community trends in incidence and survival in
10-year period. Arch Intern Med 1999;159:29-
34.
12. Watson RDS, Gibbs CR, Lip GY H. ABC of
heart failure: clinical features and
complications. BMJ 2000;320:236-9.
13. Gillespie ND. The diagnosis and management
of chronic heart failure in the older patient.
British Medical Bulletin 2005;75 and 76: 49-
62.
14. Abraham WT, Scarpinato L. Higher
expectations for management of heart failure:
current recommendations. J Am Board Fam
Pract 2002;15:39-49.