Sie sind auf Seite 1von 10

Tinjauan pustaka

GAGAL JANTUNG

*Harbanu H Mariyono, **Anwar Santoso

*Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, FK Unud/ RSUP Sanglah, Denpasar


**Bagian/SMF Kardiologi FK Unud/ RSUP Sanglah, Denpasar

ABSTRACT
HEART FAILURE

Heart failure were the end stage of all heart disease and the cause of the increasing morbidity and
mortality among patient. Almost five percent from all inhospital patient were heart failure. Heart failure has
been defined as the failure of the heart to pump blood to systemic. It can be classify into acute, acute
decompensated and chronic heart failure. New York Heart Association, Stevenson, Forrester have made
classification based on the clinical symptoms. All cardiac problems can ended into heart failure, the
pathogenesis was very complex including renin-angiotensin-aldosteron system, neurohormonal, sympatic nerve
system, nattriuretic peptide, and others. Twelve leads ECGs, echocardiography, chest x-rays, blood chemistries,
catheterisation can help us diagnose patient with heart failure. Management of heart failure consist of
management of acute and chronic heart failure, non drugs management, drugs and even an invasive treament.

Keywords: heart failure, definition, classification, diagnosis and treatment

PENDAHULUAN berkembangnya terapi penanganan infark miokard


mengakibatkan perbaikan harapan hidup penderita
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari dengan penurunan fungsi jantung.3
seluruh penyakit jantung dan merupakan penyebab Gagal jantung susah dikenali secara klinis,
peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien karena beragamnya keadaan klinis serta tidak
jantung.1 Diperkirakan hampir lima persen dari spesifik serta hanya sedikit tanda – tanda klinis pada
pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7% wanita tahap awal penyakit. Perkembangan terkini
dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam memungkinkan untuk mengenali gagal jantung
setahun diperkirakan 2,3 – 3,7 perseribu penderita secara dini serta perkembangan pengobatan yang
pertahun.2 Kejadian gagal jantung akan semakin memeperbaiki gejala klinis, kualitas hidup,
meningkat di masa depan karena semakin penurunan angka perawatan, memperlambat
bertambahnya usia harapan hidup dan

Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
85
progresifitas penyakit dan meningkatkan Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan
kelangsungan hidup.3 klinis dengan melihat tanda kongesti dan kecukupan
perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea,
DEFINISI SERTA KLASIFIKASI distensi vena juguler, ronki basah, refluks hepato
jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi berdeviasi ke kiri, atau square wave blood pressure
dimana jantung tidak lagi dapat memompakan pada manuver valsava. Status perfusi ditetapkan
cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit,
timbul dengan atau tanpa penyakit jantung. pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas
Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan dingin dan penurunan kesadaran. Pasien yang
fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak
jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan
Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak disebut
pasien.2 panas (warm). Berdasarkan hal tersebut penderta
Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung
juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal - Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)
jantung kronis dekompensasi, serta gagal jantung - Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)
kronis. - Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)
Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat - Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)
untuk mempermudah dalam pengenalan dan
penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi ETIOLOGI
tersebut antara lain pembagian berdasarkan Killip
yang digunakan pada Infark Miokard Akut, Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak
klasifikasi berdasarkan tampilan klinis yaitu hal. Secara epidemiologi cukup penting untung
klasifikasi Forrester, Stevenson dan NYHA.2 mengetahui penyebab dari gagal jantung, di negara
Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada berkembang penyakit arteri koroner dan hipertensi
penderita infark miokard akut, dengan pembagian: merupakan penyebab terbanyak sedangkan di
negara berkembang yang menjadi penyebab
- Derajat I : tanpa gagal jantung terbanyak adalah penyakit jantung katup dan
- Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di penyakit jantung akibat malnutrisi.4 Pada beberapa
basal paru, S3 galop dan peningkatan
keadaan sangat sulit untuk menentukan penyebab
tekanan vena pulmonalis
dari gagal jantung. Terutama pada keadaan yang
- Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru
seluruh lapangan paru. terjadi bersamaan pada penderita.
- Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan Penyakit jantung koroner pada Framingham
darah sistolik 90 mmHg) dan Study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung
vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan pada 46% laki-laki dan 27% pada wanita.4 Faktor
diaforesis)

86 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 Bulan September 2007


risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga hipertrofik obstruktif). Kardiomiopati restriktif
merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada ditandai dengan kekakuan serta compliance
perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat ventrikel yang buruk, tidak membesar dan
badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan dihubungkan dengan kelainan fungsi diastolik
kolesterol HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko (relaksasi) yang menghambat pengisian ventrikel.4,5
independen perkembangan gagal jantung. Penyakit katup sering disebabkan oleh
Hipertensi telah dibuktikan meningkat-kan penyakit jantung rematik, walaupun saat ini sudah
risiko terjadinya gagal jantung pada beberapa mulai berkurang kejadiannya di negara maju.
penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal Penyebab utama terjadinya gagal jantung adalah
jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regusitasi
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri mitral (dan regurgitasi aorta) menyebabkan
dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik kelebihan beban volume (peningkatan preload)
dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya sedangkan stenosis aorta menimbulkan beban
infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya tekanan (peningkatan afterload).
aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia Aritmia sering ditemukan pada pasien
ventrikel. Ekokardiografi yang menunjukkan dengan gagal jantung dan dihubungkan dengan
hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri
perkembangan gagal jantung.4 pada penderita hipertensi. Atrial fibrilasi dan gagal
Kardiomiopati didefinisikan sebagai jantung seringkali timbul bersamaan.
penyakit pada otot jantung yang bukan disebabkan Alkohol dapat berefek secara langsung pada
oleh penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung, menimbulkan gagal jantung akut maupun
jantung kongenital, katup ataupun penyakit pada gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial
perikardial. Kardiomiopati dibedakan menjadi fibrilasi). Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat
empat kategori fungsional : dilatasi (kongestif), menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot
hipertrofik, restriktif dan obliterasi. Kardiomiopati jantung alkoholik). Alkohol menyebabkan gagal
dilatasi merupakan penyakit otot jantung dimana jantung 2 – 3% dari kasus. Alkohol juga dapat
terjadi dilatasi abnormal pada ventrikel kiri dengan menyebabkan gangguan nutrisi dan defisiensi
atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Penyebabnya tiamin. Obat – obatan juga dapat menyebabkan
antara lain miokarditis virus, penyakit pada jaringan gagal jantung. Obat kemoterapi seperti doxorubicin
ikat seperti SLE, sindrom Churg-Strauss dan dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat
poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertrofik dapat menyebabkan gagal jantung akibat efek toksik
merupakan penyakit keturunan (autosomal langsung terhadap otot jantung.
dominan) meski secara sporadik masih
memungkinkan. Ditandai dengan adanya kelainan PATOFISIOLOGI
pada serabut miokard dengan gambaran khas
hipertrofi septum yang asimetris yang berhubungan Gagal jantung merupakan kelainan
dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati multisitem dimana terjadi gangguan pada jantung,

Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
87
otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf manusia Brain Natriuretic Peptide (BNO) juga
simpatis serta perubahan neurohormonal yang dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel,
kompleks. kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriuretic
Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan peptide terbatas pada endotel pembuluh darah dan
pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan
penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan vasodilatasi minimal. Atrial dan brain natriuretic
aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal, peptide meningkat sebagai respon terhadap ekspansi
sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron (sistem volume dan kelebihan tekanan dan bekerja
RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide antagonis terhadap angiotensin II pada tonus
yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan vaskuler, sekresi ladosteron dan reabsorbsi natrium
jantung sehingga aktivitas jantung dapat terjaga.6,7 di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada peptide pada gagal jantung, maka banyak penelitian
baroreseptor menjaga cardiac output dengan yang menunjukkan perannya sebagai marker
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan diagnostik dan prognosis, bahkan telah digunakan
kontraktilitas serta vasokons-triksi perifer sebagai terapi pada penderita gagal jantung.2,6
(peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul Vasopressin merupakan hormon antidiuretik
berkelanjutan dapat menyeababkan gangguan pada yang meningkat kadarnya pada gagal jantung kronik
fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan yang berat. Kadar yang tinggi juga didpatkan pada
dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit, pemberian diuretik yang akan menyebabkan
hipertofi dan nekrosis miokard fokal.6 hiponatremia.2
Stimulasi sistem RAA menyebabkan Endotelin disekresikan oleh sel endotel
penigkatan konsentrasi renin, angiotensin II plasma pembuluh darah dan merupakan peptide
dan aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek
vasokonstriktor renal yang poten (arteriol eferen) vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal, yang
dan sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi
noradrenalin dari pusat saraf simpatis, menghambat endotelin-1 plasma akan semakin meningkat sesuai
tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron. dengan derajat gagal jantung. Selain itu juga
Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan berhubungan dengan tekanan pulmonary artery
air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin capillary wedge pressure, perlu perawatan dan
II juga memiliki efek pada miosit serta berperan kematian. Telah dikembangkan endotelin-1
pada disfungsi endotel pada gagal jantung.6,7 antagonis sebagai obat kardioprotektor yang bekerja
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang menghambat terjadinya remodelling vaskular dan
berstruktur hampir sama yeng memiliki efek yang miokardial akibat endotelin.2,6
luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf Disfungsi diastolik merupakan akibat
pusat. Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan
di atrium sebagai respon terhadap peregangan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance
menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada

88 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 Bulan September 2007


pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab dengan gagal jantung, meskipun gambaran normal
tersering adalah penyakit jantung koroner, dapat dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang
hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri dan sering didapatkan antara lain gelombang Q,
kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lain abnormalitas ST – T, hipertrofi ventrikel kiri,
seperti infiltrasi pada penyakit jantung amiloid. bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila
Walaupun masih kontroversial, dikatakan 30 – 40 % gambaran EKG dan foto dada keduanya
penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikel menunjukkan gambaran yang normal, kemungkinan
yang masih normal. Pada penderita gagal jantung gagal jantung sebagai penyebab dispneu pada
sering ditemukan disfungsi sistolik dan diastolik pasien sangat kecil kemungkinannya.8
yang timbul bersamaan meski dapat timbul sendiri. Ekokardiografi merupakan pemeriksaan
non-invasif yang sangat berguna pada gagal jantung.
DIAGNOSIS Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran
obyektif mengenai struktur dan fungsi jantung.
Secara klinis pada penderita gagal jantung Penderita yang perlu dilakukan ekokardiografi
dapat ditemukan gejala dan tanda seperti sesak adalah : semua pasien dengan tanda gagal jantung,
nafas saat aktivitas, edema paru, peningkatan JVP, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur,
hepatomegali, edema tungkai.8-10 Pemeriksaan sesak yang berhubungan dengan fibrilasi atrium,
penunjang yang dapat dikerjakan untuk serta penderita dengan risiko disfungsi ventrikel kiri
mendiagnosis adanya gagal jantung antara lain foto (infark miokard anterior, hipertensi tak terkontrol,
thorax, EKG 12 lead, ekokardiografi, pemeriksaan atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi
darah, pemeriksaan radionuklide, angiografi dan tes gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik,
fungsi paru.2,11,12 mengetahui adanya gangguan katup, serta
Pada pemeriksaan foto dada dapat mengetahui risiko emboli.8
ditemukan adanya pembesaran siluet jantung Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk
(cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti menyingkirkan anemia sebagai penyebab susah
vena pulmonalis terutama di zona atas pada tahap bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit
awal, bila tekanan vena pulmonal lebih dari 20 dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang
mmHg dapat timbul gambaran cairan pada fisura berat akibat berkurangnya kemampuan
horizontal dan garis Kerley B pada sudut mengeluarkan air sehingga dapat timbul
kostofrenikus. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg hiponatremia dilusional, karena itu adanya
didapatkan gambaran batwing pada lapangan paru hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung
yang menunjukkan adanya udema paru bermakna. yang berat. Pemeriksaan serum kreatinin perlu
Dapat pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, dikerjakan selain untuk mengetahui adanya
tetapi bila unilateral, yang lebih banyak terkena gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis
adalah bagian kanan.8,10 arteri renalis apabila terjadi peningkatan serum
Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan kreatinin setelah pemberian angiotensin converting
gambaran abnormal pada hampir seluruh penderita enzyme inhibitor dan diuretik dosis tinggi. Pada

Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
89
gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria. progosis, meskipun penatalaksanaan secara
Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretik individual tergantung dari etiologi serta beratnya
tanpa suplementasi kalium dan obat potassium kondisi. Sehingga semakin cepat kita mengetahui
sparring. Hiperkalemia timbul pada gagal jantung penyebab gagal jantung akan semakin baik
berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan prognosisnya.2,16
ACE-inhibitor serta obat potassium sparring. Pada Penatalaksanaan non farmakologis yang
gagal jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, dapat dikerjakan antara lain adalah dengan
AST dan LDH) gambarannya abnormal karena menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya,
kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin pengobatan serta pertolongan yang dapat dilakukan
serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan. sendiri. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan
Pemeriksaaan penanda BNP sebagai penanda nutrisi dan penurunan berat badan pada penderita
biologis gagal jantung dengan kadar BNP plasma dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam,
100pg/ml dan plasma NT-proBNP adalah 300 konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan
pg/ml.2,8,12-14 perlu dianjurkan pada penderita terutama pada
Pemeriksaan radionuklide atau multigated kasus gagal jantung kongestif berat. Penderita juga
ventrikulografi dapat mengetahui ejection fraction, dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai
laju pengisian sistolik, laju pengosongan diastolik, efek yang positif terhadap otot skeletal, fungsi
dan abnormalitas dari pergerakan dinding. otonom, endotel serta neurohormonal dan juga
Angiografi dikerjakan pada nyeri dada berulang terhadap sensitifitas terhadap insulin meskipun efek
akibat gagal jantung. Angiografi ventrikel kiri dapat terhadap kelengsungan hidup belum dapat
mengetahui gangguan fungsi yang global maupun dibuktikan. Gagal jantung kronis mempermudah
segmental serta mengetahui tekanan diastolik, dan dapat dicetuskan oleh infeksi paru, sehingga
sedangkan kateterisasi jantung kanan untuk vaksinasi terhadap influenza dan pneumococal perlu
mengetahui tekanan sebelah kanan (atrium kanan, dipertimbangkan. Profilaksis antibiotik pada operasi
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta dan prosedur gigi diperlukan terutama pada
pulmonary artery capillary wedge pressure.8,15 penderita dengan penyakit katup primer maupun
pengguna katup prostesis.16
Penatalaksanaan gagal jantung kronis
PENANGANAN meliputi penatalaksaan non farmakologis dan
farmakologis. Gagal jantung kronis bisa
Penatalaksanaan penderita dengan gagal terkompensasi ataupun dekompensasi. Gagal
jantung meliputi penalaksanaan secara non jantung terkompensasi biasanya stabil, dengan tanda
farmakologis dan secara farmakologis, keduanya retensi air dan edema paru tidak dijumpai.
dibutuhkan karena akan saling melengkapi untuk Dekompensasi berarti terdapat gangguan yang
penatlaksaan paripurna penderita gagal jantung. mungkin timbul adalah episode udema paru akut
Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut dan maupun malaise, penurunan toleransi latihan dan
kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan sesak nafas saat aktifitas. Penatalaksaan ditujukan

90 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 Bulan September 2007


untuk menghilangkan gejala dan memperbaiki kongesti paru, dan perbaikan oksigenasi jaringan.2
kualitas hidup. Tujuan lainnya adalah untuk Menempatkan penderita dengan posisi duduk
memperbaiki prognosis serta penurunan angka dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi
rawat.15 dengan masker sebagai tindakan pertama yang
Obat – obat yang biasa digunakan untuk gagal dapat dilakukan. Monitoring gejala serta produksi
jantung kronis antara lain: diuretik (loop dan kencing yang akurat dengan kateterisasi urin serta
thiazide), angiotensin converting enzyme inhibitors, oksigenasi jaringan dilakukan di ruangan khusus.
blocker (carvedilol, bisoprolol, metoprolol), Base excess menunjukkan perfusi jaringan, semakin
digoxin, spironolakton, vasodilator (hydralazine rendah menunjukkan adanya asidosis laktat akibat
/nitrat), antikoagulan, antiaritmia, serta obat positif metabolisme anerob dan merupakan prognosa yang
inotropik.15-17 buruk. Koreksi hipoperfusi memperbaiki asidosis,
Pada penderita yang memerlukan perawatan, pemberian bikarbonat hanya diberikan pada kasus
restriksi cairan (1,5 – 2 l/hari) dan pembatasan yang refrakter.16
asupan garam dianjurkan pada pasien. Tirah baring Pemberian loop diuretik intravena seperti
jangka pendek dapat membantu perbaikan gejala furosemid akan menyebabkan venodilatasi yang
karena mengurangi metabolisme serta akan memperbaiki gejala walaupun belum ada
meningkatkan perfusi ginjal. Pemberian heparin diuresis. Loop diuretik juga meningkatkan produksi
subkutan perlu diberikan pada penderita dengan prostaglandin vasdilator renal. Efek ini dihambat
imobilitas. Pemberian antikoagulan diberikan pada oleh prostaglandin inhibitor seperti obat antiflamasi
pemderita dengan fibrilasi atrium, gangguan fungsi nonsteroid, sehingga harus dihindari bila
sistolik berat dengan dilatasi ventrikel.16 memungkinkan.2,18
Penderita gagal jantung akut datang dengan Opioid parenteral seperti morfin atau
gambaran klinis dispneu, takikardia serta cemas, diamorfin penting dalam penatalaksanaan gagal
pada kasus yang lebih berat penderita tampak pucat jantung akut berat karena dapat menurunkan
dan hipotensi. Adanya trias hipotensi (tekanan darah kecemasan, nyeri dan stress, serta menurunkan
sistolik < 90 mmHg), oliguria serta cardiac output kebutuhan oksigen. Opiat juga menurunkan preload
yang rendah menunjukkan bahwa penderita dalam dan tekanan pengisian ventrikel serta udem paru.
kondisi syok kardiogenik. Gagal jantung akut yang Dosis pemberian 2 – 3 mg intravena dan dapat
berat serta syok kardiogenik biasanya timbul pada diulang sesuai kebutuhan.2
infark miokard luas, aritmia yang menetap (fibrilasi Pemberian nitrat (sublingual, buccal dan
atrium maupun ventrikel) atau adanya problem intravenus) mengurangi preload serta tekanan
mekanis seperti ruptur otot papilari akut maupun pengisian ventrikel dan berguna untuk pasien
defek septum ventrikel pasca infark.2,17 dengan angina serta gagal jantung. Pada dosis
Gagal jantung akut yang berat merupakan rendah bertindak sebagai vasodilator vena dan pada
kondisi emergensi dimana memerlukan dosis yang lebih tinggi menyebabkan vasodilatasi
penatalaksanaan yang tepat termasuk mengetahui arteri termasuk arteri koroner. Sehingga dosis
penyebab, perbaikan hemodinamik, menghilangan pemberian harus adekuat sehingga terjaid

Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
91
keseimbangan antara dilatasi vena dan arteri tanpa ginjal. Pada dosis 2 – 5 µg/kg/mnt akan merangsang
mengganggu perfusi jaringan. Kekurangannya reseptor adrenergik beta sehingga terjadi
adalah teleransi terutama pada pemberian intravena peningkatan laju dan curah jantung. Pada pemberian
dosis tinggi, sehingga pemberiannya hanya 16 – 24 5 – 15 µg/kg/mnt akan merangsang reseptor
jam.2,19 adrenergik alfa dan beta yang akan meningkatkan
Sodium nitropusside dapat digunakan sebagai laju jantung serta vasokonstriksi. Pemberian
vasodilator yang diberikan pada gagal jantung dopamin akan merangsang reseptor adrenergik 1
refrakter, diberikan pada pasien gagal jantung yang dan 2, menyebabkan berkurangnya tahanan
disertai krisis hipertensi. Pemberian nitropusside vaskular sistemik (vasodilatasi) dan meningkatnya
dihindari pada gagal ginjal berat dan gangguan kontrkatilitas. Dosis umumnya 2 – 3 µg/kg/mnt,
fungsi hati. Dosis 0,3 – 0,5 µg/kg/menit.2,19 untuk meningkatkan curah jantung diperlukan dosis
Nesiritide adalah peptide natriuretik yang 2,5 – 15 µg/kg/mnt. Pada pasien yang telah
merupakan vasodilator. Nesiritide adalah BNP mendapat terapi penyekat beta, dosis yang
rekombinan yang identik dengan yang dihasilkan dibutuhkan lebih tinggi yaitu 15 – 20 µg/kg/mnt.2
ventrikel. Pemberiannya akan memperbaiki Phospodiesterase inhibitor menghambat
hemodinamik dan neurohormonal, dapat penguraian cyclic-AMP menjadi AMP sehingga
menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan terjadi efek vasodilatasi perifer dan inotropik
menurunkan kadar epinefrin, aldosteron dan jantung. Yang sering digunakan dalam klinik adalah
endotelin di plasma. Pemberian intravena milrinone dan enoximone. Biasanya digunakan
menurunkan tekanan pengisian ventrikel tanpa untuk terapi penderia gagal jantung akut dengan
meningkatkan laju jantung, meningkatkan stroke hipotensi yang telah mendapat terapi penyekat beta
volume karena berkurangnya afterload. Dosis yang memerlukan inotropik positif. Dosis milrinone
pemberiannya adalah bolus 2 µg/kg dalam 1 menit intravena 25 µg/kg bolus 10 – 20 menit kemudian
dilanjutkan dengan infus 0,01 µg/kg/menit.2 infus 0,375 – 075 µg/kg/mnt. Dosis enoximone 0,25
Pemberian inotropik dan inodilator ditujukan – 0,75 µg/kg bolus kemudian 1,25 – 7,5 µg/kg/mnt.2
pada gagal jantung akut yang disertai hipotensi dan Pemberian vasopressor ditujukan pada
hipoperfusi perifer. Obat inotropik dan / atau penderita gagal jantung akut yang disertai syok
vasodilator digunakan pada penderita gagal jantung kardiogenik dengan tekanan darah < 70 mmHg.
akut dengan tekanan darah 85 – 100 mmHg. Jika Penderita dengan syok kardiogenik biasanya dengan
tekanan sistolik < 85 mmHg maka inotropik tekanan darah < 90 mmHg atau terjadi penurunan
dan/atau vasopressor merupakan pilihan. tekanan darah sistolik 30 mmHg selama 30 menit.
Peningkatan tekanan darah yang berlebihan akan Obat yang biasa digunakan adalah epinefrin dan
dapat meningkatkan afterload. Tekanan darah norepinefrin. Epinefrin diberikan infus kontinyu
dianggap cukup memenuhi perfusi jaringan bila dengan dosis 0,05 – 0,5 µg/kg/mnt. Norepinefrin
tekanan arteri rata - rata > 65 mmHg.1,2,16 diberikan dengan dosis 0,2 – 1 µg/kg/mnt.2
Pemberian dopamin 2 µg/kg/mnt menyebab- Penanganan yang lain adalah terapi penyakit
kan vasodilatasi pembuluh darah splanknik dan penyerta yang menyebabkan terjadinya gagal

92 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 Bulan September 2007


jantung akut de novo atau dekompensasi. Yang RINGKASAN
tersering adalah penyakit jantung koroner dan
sindrom koroner akut. Bila penderita datang dengan Gagal jantung merupakan tahap akhir
hipertensi emergensi pengobatan bertujuan untuk penyakit jantung yang dapat menyebabkan
menurunkan preload dan afterload. Tekanan darah meningkatnya mortalitas dan morbiditas penderita
diturunkan dengan menggunakan obat seperti lood penyakit jantung. Sangat penting untuk mengetahui
diuretik intravena, nitrat atau nitroprusside gagal jantung secara klinis. Penatalaksanaan
intravena maupun natagonis kalsium intravena meliputi penanganan gagal jantung kronik dan gagal
(nicardipine). Loop diuretik diberkan pada penderita jantung akut, dengan penanganan non
dengan tanda kelebihan cairan. Terapi nitrat untuk medikamentosa, dengan obat – obatan serta dengan
menurunkan preload dan afterload, meningkatkan menggunakan terapi invasif.
aliran darah koroner. Nicardipine diberikan pada
penderita dengan disfungsi diastolik dengan DAFTAR RUJUKAN
afterload tinggi. Penderita dengan gagal ginjal,
diterapi sesuai penyakit dasar. Aritmia jantung 1. Maggioni AP. Review of the new ESC
harus diterapi.2 guidelines for the pharmacological
Penanganan invasif yang dapat dikerjakan management of chronic heart failure.
adalah Pompa balon intra aorta, pemasangan pacu European Heart Journal Supplements 2005;7
jantung, implantable cardioverter defibrilator, (Supplement J):J15-J20.
ventricular assist device. Pompa balon intra aorta 2. Santoso A, Erwinanto, Munawar M, Suryawan
ditujukan pada penderita gagal jantung berat atau R, Rifqi S, Soerianata S. Diagnosis dan
syok kardiogenik yang tidak memberikan respon tatalaksana praktis gagal jantung akut. 2007
terhadap pengobatan, disertai regurgitasi mitral atau
ruptur septum interventrikel. Pemasangan pacu 3. Davis RC, Hobbs FDR, Lip GYH. ABC of
jantung bertujuan untuk mempertahankan laju heart failure: History and epidemiology. BMJ
jantung dan mempertahankan sinkronisasi atrium 2000;320:39-42.
dan ventrikel, diindikasikan pada penderita dengan 4. Lip GYH, Gibbs CR, Beevers DG. ABC of
bradikardia yang simtomatik dan blok atrio- heart failure: aetiology. BMJ 2000;320:104-7.
ventrikular derajat tinggi. Implantable cardioverter
5. Rodeheffer R. Cardiomyopathies in the adult
device bertujuan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel
(dilated, hypertrophic, and restrictive). In: Dec
dan takikardia ventrikel. Vascular Assist Device
GW, editor. Heart failure a comprehensive
merupakan pompa mekanis yang mengantikan
guide to diagnosis and treatment. New York:
sebgaian fungsi ventrikel, indikasi pada penderita
Marcel Dekker; 2005.p.137-56.
dengan syok kardiogenik yang tidak respon
terhadap terapi terutama inotropik.1,2 6. Jackson G, Gibbs CR, Davies MK, Lip GYH.
ABC of heart failure: pathophysiology. BMJ
2000;320:167-70.

Gagal Jantung
Harbanu H Mariyono, Anwar Santoso
93
7. McNamara DM. Neurohormonal and cytokine 15. Lee TH. Practice guidelines for heart failure
activation in heart failure. In: Dec GW, editors. management. In: Dec GW, editors. Heart
Heart failure a comprehensive guide to failure a comprehensive guide to diagnosis
diagnosis and treatment. New York: Marcel and treatment. New York: Marcel Dekker;
Dekker; 2005.p.117-36. 2005.p.449-65.
8. Davies MK, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of 16. Gibbs CR, Jackson G, Lip GYH. ABC of
heart failure: investigation. BMJ heart failure: non-drug management. BMJ
2000;320:297-300 2000;320:366-9.
9. Hobbs FDR, Davis RC, Lip GYH. ABC of 17. Millane T, Jackson G, Gibbs CR, Lip GYH.
heart failure: heart failure in general practice. ABC of heart failure: acute and chronic
BMJ 2000;320:626-9. management strategies. BMJ 2000;320:559-62.
10. Nieminen MS. Guideline on the diagnosis and 18. Davies MK, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of
treatment of acute heart failure – full text the heart failure: management: diuretics, ACE
task force on acute heart failure of the inhibitors, and nitrates. BMJ 2000;320:428-31.
european society of cardiology. Eur Heart J 19. Gibbs CR, Davies MK, Lip GYH. ABC of
2005. heart failure Management: digoxin and other
11. Senni M, Tribouilloy CM, Rodeheffer RJ, inotropes, blockers, and antiarrhythmic and
Jacobsen SJ, Evans JM, Bailey KR, Redfield antithrombotic treatment. BMJ
NM. Congestive heart failure in the 2000;320:495-8.
community trends in incidence and survival in
10-year period. Arch Intern Med 1999;159:29-
34.
12. Watson RDS, Gibbs CR, Lip GY H. ABC of
heart failure: clinical features and
complications. BMJ 2000;320:236-9.
13. Gillespie ND. The diagnosis and management
of chronic heart failure in the older patient.
British Medical Bulletin 2005;75 and 76: 49-
62.
14. Abraham WT, Scarpinato L. Higher
expectations for management of heart failure:
current recommendations. J Am Board Fam
Pract 2002;15:39-49.

94 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 Bulan September 2007

Das könnte Ihnen auch gefallen