Sie sind auf Seite 1von 18

Layanan Terapi dan Rehabilitasi

Komprehensif pada Gangguan


Penggunaan Napza

Dr. Supriyantoro, Sp P, MARS


Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
Kerangka paparan
 Landasan Hukum
 Peraturan/Pedoman yang telah tersedia
 Latar belakang
 Tujuan
 Ketersediaan layanan rehabilitasi dalam
jajaran/dukungan Kemenkes
 Tantangan pelaksanaan TR Napza di RSJ
 Rencana pengembangan layanan rehabilitasi
Landasan Hukum
UUD 1945
• mengenai hak asasi manusia dan penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan

UU Kesehatan No.36/2009
• ps (4): setiap orang berhak atas kesehatan.
• ps (5): setiap orang mempunyai hak yang sama atas sumber daya di
bidang kesehatan
• ps (9): setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setingi-tingginya.

UU No. 35/2009 tentang Narkotika


• ps 54-59  Rehabilitasi
Latar belakang

Ketergantungan Pendekatan
Napza rehabilitasi:
merupakan penyakit yang medik,
menahun dan sering kambuh;

psikologik,
ICD X: Gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat sosial,
psikoaktif
religi
permasalahan sangat kompleks

Belum adanya kesinambungan antara upaya yanmedik


dengan rehabilitasi mll pendekatan lain
Peraturan/Pedoman yang telah
tersedia

Kep Menkes No. 996/MENKES/SK/VIII/2002


• tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan
Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA
Kep Menkes No. 494/MENKES/SK/VII/2006
• tentang Penetapan RS dan Satelit Uji Coba serta Pedoman
Program Terapi Rumatan Metadon
Kep Menkes No. 486/MENKES/SK/IV/2007
• tentang Kebijakan & Rencana Strategi Penanggulangan
Penyalahgunaan NAPZA
Peraturan/Pedoman yang telah
tersedia (lanjt)

Kep Menkes No. 420/MENKES/SK/III/2010


• tentang Pedoman Layanan Terapi & Rehabilitasi Komprehensif
Pada Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasis Rumah Sakit

Kep Menkes No. 421/MENKES/SK/III/2010


• tentang Standar Pelayanan Terapi & Rehabilitasi Gangguan
Penggunaan NAPZA

Kep Menkes No. 422/MENKES/SK/III/2010


• tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan
Penggunaan NAPZA
Layanan terapi dan rehabilitasi komprehensif
pada Gangguan penggunaan Napza (1)

12 layanan yang seharusnya tersedia atau tergabung


sebagai komponen dalam pusat layanan adalah :
1. Medik/Klinis
2. Nutrisi/Gizi
3. HIV, Hepatitis B dan C, IMS (Infeksi Menular
Seksual).
4. Spiritual
5. Layanan/terapi keluarga
Layanan terapi dan rehabilitasi komprehensif
pada Gangguan penggunaan Napza (2)

6. Pencegahan kekambuhan
7. After care
8. Konseling
9. Bantuan Hukum
10. Terapi vokasional
11. Latihan Keterampilan Hidup
12. Pendidikan dan Informasi
Ketersediaan layanan rehabilitasi
dalam jajaran/dukungan Kemenkes
 Rehabilitasi rawat inap, rawat jalan & detoksifikasi:
 RSKO & 32 RSJ di 26 Provinsi (kecuali NTT, Papua Barat,
Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Banten, Kepulauan
Riau)
 Program Terapi Rumatan Metadon (68 klinik di 12
Provinsi):
 Tersedia di DKI Jakarta, Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim,
Bali, Sulsel, Kalbar, Sumut, Sulsel, Kepulauan Riau
 RSKO, 4 RSJ, 22 RSU, 36 Puskesmas, 9 Lapas/ Rutan
 Dalam proses penambahan klinik secara reguler
Jumlah Klinik PTRM Berbasis Setting

42

35
32
26 Rumah Sakit
21
Puskesmas
15
13
11 10 Lapas/Rutan
7 7 8
4
3 4 4

2006 2007 2008 2009 2010 2011


Total Pasien PTRM di Indonesia
Ketersediaan Layanan Program
pengurangan dampak buruk
 357 Layanan VCT di 33 propinsi :
RS/RSJ, PKM, BP4, LAPAS, LSM

 234 Rumah Sakit Rujukan ODHA di 33


propinsi
Peran Kemenkes dalam kendala
otonomi daerah
 Legislasi:
 UU Narkotika No. 35/2009
 PP Wajib Lapor pada fasilitas kesehatan
 Permenkes Rehabilitasi Medis
 Dukungan teknis:
 Pedoman & Standar Pelayanan Minimal Gangguan
Penggunaan Napza
 Penyusunan Modul Pelatihan
 Pengembangan fasilitas di RSJ melalui APBN
 Pelatihan & Fasilitasi in-house training
 Supervisi, Monitoring, Evaluasi
Tantangan pelaksanaan TR Napza
Komprehensif di RSJ (1)
1. Sumber Daya Manusia
 Tenaga medis dan paramedis terbatas dan kurang

berminat untuk bekerja di bangsal gangguan penggunaan


NAPZA,
 Ketrampilan petugas dalam penatalaksanaan pasien

dengan gangguan penggunaan NAPZA masih terbatas


 Komitmen untuk merencanakan dan menjalankan program

dari pengambil keputusan sampai pelaksana kurang kuat


dijumpai di beberapa Rumah Sakit Jiwa.
 Kesulitan untuk mendapat peer educator/konselor pada
awal menjalankan program.
Tantangan pelaksanaan TR Napza
Komprehensif di RSJ (2)
2. Penerapan Program
 Penerapan program sulit dilaksanakan karena

pengetahuan dan ketrampilan terbatas sehingga kurang


percaya diri untuk menjalankan program
 Keterbatasan dana sehingga beberapa program tidak

dapat dilaksanakan misalnya outing, terapi vokasional,


terapi rekreasional.
 Keterbatasan pengalaman dalam penanganan kasus
dengan dual diagnosis
 Kesinambungan (sustainability) program yang
mendapatkan bantuan tidak direncanakan kelanjutannya
sehingga program terhenti ketika bantuan itu berhenti.
Tantangan pelaksanaan TR Napza
Komprehensif di RSJ (3)
3. Sarana dan Prasarana
4. Evaluasi Terapi
Evaluasi terapi dilakukan secara sederhana, belum
dilakukan dengan menggunakan panduan yang
terstandarisasi
5. Rujukan/Jejaring
 Kerjasama RSJ dengan LSM, RSU, Puskesmas, Lapas di

banyak tempat masih terbatas.


 Advokasi ke beberapa pemangku kepentingan masih ada
kendala
 Kerjasama lintas sektor dan lintas program belum berjalan
dengan optimal
Rencana pengembangan layanan
rehabilitasi
 Optimalisasi RSJ dalam penyediaan layanan rawat
inap (jangka pendek & panjang) & rawat jalan:
 Ditetapkan sebagai layanan unggulan Napza
 Optimalisasi RSU Prov / Kab / Kota yg memiliki unit
psikiatri dalam penyediaan layanan rawat jalan &
rawat inap jangka pendek
 Peningkatan kapasitas RSU Prov / Kab / Kota tanpa
unit psikiatri dalam penyediaan layanan rawat jalan
& detoksifikasi
 Peningkatan kapasitas Puskesmas Kecamatan
dalam penyediaan layanan rawat jalan &
detoksifikasi
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH

Das könnte Ihnen auch gefallen