Sie sind auf Seite 1von 2

Manhaj Ahlus Sunnah dalam Mengkritik Seseorang

Oleh Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al-Fauzan

Soal : Bagaimana manhaj Ahlus Sunnah dalam mengkritik seseorang


kemudian menyebutkan nama mereka, apakah menjelaskan kepada
umat tentang kesalahan-kesalahan/kebid’ahan beberapa da’i , adalah
termasuk fitnah yang harus dihindari ?

Jawab : Kesalahan adalah sesuatu yang harus dijelaskan dan


dipisahkan dari kebenaran, adapun tentang individu tertentu, maka
tidak ada manfaatnya mencela mereka, bahkan bisa jadi akan
menimbulkan mudharat, kita tidak mengkritik orang-orangnya,
namun kita hanya ingin menjelaskan kesalahan dan
menerangkan kebenaran kepada umat agar mereka mengambil
yang benar dan meninggalkan yang salah. Jadi bukan untuk
mencela kepribadian seseorang atau balas dendam
terhadapnya, bukan ini tujuannya. Seseorang yang melakukannya
dengan tujuan untuk balas dendam adalah pengekor hawa nafsu.
Adapun orang yang meniatkannya untuk menjelaskan kebenaran
kepada masyarakat maka dialah penasihat bagi kaum muslimin.

Apabila keadaan menuntut untuk disebutkan nama orang yang


dibantah tersebut supaya masyarakat mengetahuinya maka yang
seperti ini adalah karena kemaslahatan yang nyata,untuk
menyelamatkan umat dari kesesatannya.

Para ahli hadits menyebutkan nama-nama rawi yang dicela, mereka


mengatakan : Si Fulan, Si Fulan dan Si Fulan adalah para pendusta,
Fulan lainnya buruk hafalannya, Si Anu seorang Mudallis, mereka
menjelaskan dengan mengatakan Fulan (menyebutkan namanya).
Mereka tidak bertujuan untuk mencela seseorang namun hanya
bermaksud untuk menjelaskan kebenaran supaya diketahui bahwa
orang ini dalam periwayatan haditsnya dicela sehingga manusia
menjauhinya dan berhati-hati terhadapnya. Intinya adalah
tergantung pada maksud dan tujuan, jika tujuannya adalah
untuk mencela seseorang maka ini adalah hawa nafsu sehingga
tidak boleh dilakukan.

Andaikan tujuannya adalah untuk menjelaskan kebenaran dan nasihat


kepada masyarakat maka hal itu tidak mengapa, Alhamdulillaah. (1)

Foot note :

1
1. Ibnu Mubarak mengatakan : “Al Mu’alla bin Hilal adalah tokoh,
hanya saja jika datang sebuah hadits dia akan berdusta lalu orang
Sufi mengatakan kepadanya : ” Wahai ‘Abdurrahman (Ibnu Mubarak)
kenapa engkau melakukan ghibah ? maka beliau mengatakan : diam
kamu, apabila tidak kita jelaskan maka bagaimana akan membedakan
antara kebenaran dan kebathilan. ” (Al-Kifayah :9)

(Dinukil untuk http://najiyah1400h.wordpress.com dari buku : Jawab


Tuntas Masalah Manhaj. Karya : Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin
‘Abdillah Al-Fauzan. Dikumpulkan oleh : Jamal bin Furaihan Al-Haritsi.
Penerjemah : Abu Hudzaifah Yahya & Abu Luqman. Penerbit : Pustaka
Al-Haura, Jogjakarta. Hal:150-151)

Das könnte Ihnen auch gefallen