Sie sind auf Seite 1von 8

KAJIAN PEMANFAATAN KAYU GEMPOL (NUCLEA GRANDIFOLIA DC) SEBAGAI

BAHAN PULP DAN KERTAS

Oleh :

Agus Sunyata*)

ABSTRACT

Industrial of wood processing continued to expand along in line with growth and growth of[is
amount of resident, direct and also indirectly have an effect on to standard wood consumption upon which
industry. Wood requirement to be industrial of pulp in the year 2006 is 11,8 million m3, while existing
suplay only 6,9 m3, become only fufilled [by] 58 % from totalizeing requirement. Gempol ( Nuclea
grandifolia DC.) owning potency which enough prospectife seenly form the big enough tree with the
growth which quickly. Research of Structure of Anatomy of Gempol wood aim to study the industrial
standard exploiting possibility upon which pulp.
Research with the complete random design, repeatedly by 3 levels. First factor is situation in bar
instruct the aksial, consisted of by part of lower end ( A1), middle shares ( A2), and top (A3) factor And
is situation in bar of at direction radial, consisted of by part of wood of is near by peat ( R1) and part of
wood of[is near by bark ( R2). Parameter perceived to cover the : Proposi And cell dimension.
Pursuant to result of research of anatomy structure known by the mean of dimension of fiber cell:
long 1,29 mm, diameter 15,18 , lumen diameter 10,57 and thick [of] cell wall 2,23 . Anatomy structure
known by the mean of proportion of cell type: small channel 22,15%, parenkim : 10,33%, radius : 13,58%
and fiber : 53,94%. value of decendent value of dimension of fiber cell known the: Runkel ratio 0,42;
Muhlstep ratio: 51,56; felting power: 92,33; Coefficient of rigidity: 0, 15; Flexibility ratio: 0,64. Pulp
yielded from Gempol wood in quality II

Keywords: Gempol wood, pup and paper

*) Fakultas Kehutanan Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta


PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kayu Gempol (Nuclea grandifolia DC.) memiliki potensi yang cukup menjajikan dengan melihat
bentuk pohon yang cukup besar dengan pertumbuhan yang cepat. Salah satu manfaat kayu Gempol yang
telah digunakan adalah sebagai kayu bahan bangunan dan bahan pembuatan perahu (Hayne, 1987).
Informasi tentang sifat-sifat dasar dan penggunaan yang tepat dapat dijabarkan dari sifat struktur dan
anatomi kayu. Dalam usaha memanfaatkan kayu Gempol lebih tepat, penulis melakukan pengkajian
Kayu Gempol (Nuclea grandifolia DC) dari segi struktur anatomi kayu untuk menentukan kesesuai dalam
penggunaan sebagai bahan baku indsutri pulp.

Tujuan Penelitian

Penelitian Struktur Anatomi Kayu Gempol bertujuan untuk mempelajari variasi sifat Struktur dan
Anatomi kayu pada arah aksial dan radial dalam rangka pemanfaatannya sebagai bahan baku pulp.

HIPOTESIS DAN RANCANGAN PERCOBAAN

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian terhadap variasi struktur anatomi kayu Gempol adalah
perbedaan bagian batang pada arah aksial yaitu bagian pangkal (A1), tengah (A2), ujung (A3) dalam satu
pohon dan perbedaan letak kayu dalam batang pada arah radial yaitu dekat hati (R1) dan dekat kulit (R2)
diduga akan memberikan perbedaan dalam struktur anatomi kayu Gempol.

Rancangan Percobaan

Rancangan disusun secara faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap. Faktor yang diajukan
sebanyak 2 dengan tiap faktor diulang 3 kali sehingga diperoleh sampel 3 x 2 x 3 = 18 buah. Faktor yang
pertama adalah letak dalam batang arah aksial, terdiri dari bagian pangkal (A1), bagian tengah (A2),
bagian ujung (A3) dan faktor kedua ialah letak dalam batang pada arah radial, terdiri dari bagian kayu
dekat hati (R1) dan bagian kayu dekat kulit (R2).
Pengambilan sampel pada masing-masing bagian batang dan letak kayu dilakukan secara acak
dan parameter yang diamati meliputi : Proposi sel kayu terdiri atas persentase sel pembuluh, persentase
sel parenkim, persentase sel jari-jari, persentase sel serabut, dan dimensi sel serabut terdiri atas panjang
sel serat (mm), diameter sel serat (m), diameter lumen (m), dan tebal dinding sel (m).
Data yang diperoleh dianalisis dengan Rancangan Acak Lengakap (RAL). Apabila F hitung lebih
besar dari F tabel (pada taraf uji 0,01 dan 0,05) berbeda nyata maka akan dilanjutkan uji lanjut dengan uji
beda nyata terkecil atau Least Significant Difference (LSD) dan dilengkapi dengan grafik.
METODE PENELITIAN

Bahan, Alat dan Tempat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitin ini adalah satu batang pohon Gempol (Nuclea grandifolia
DC) yang berumur sekitar 20 tahun dengan diameter sekitar 35 cm dan tinggi bebas cabang sekitar 7,5
m. Pohon berasal dari BKPH Nglobo, KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah: alkohol (C2H5OH) 95%, perhidrol (H2O2)
30%, safranin 5%, silol (C8H10), air suling (akuades), asam asetat glasial (CH3COOH) 100%, film foto.
Alat-alat yang digunakan dalam penentuan proporsi tipe sel diantaranya: gergaji potong, pisau
mikrotom, timbangan analit, mikroskop, gunting, kompor, fibroskop, curvimeter.
Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fakulutas Kehutanan Institut Pertanian Intan
Yogyakarta.
Pelaksanaan Penealitian
Pohon dipilih yang mempunyai bentuk batang sehat, tidak terserang hama dan penyakit. Pohon
akemudian ditebang dan kemudian dibagi menjadi tiga batang, yaitu bagian pangklal, tengah dan ujung
batang bebas cabang. Masing-masing bagian diambil bagian tengah dengan panjang potongan 0,5 m.
Masing-masing potongan kemudian digergaji sumbu salib melalui empulur (hati). Pada arah radial
kemudian diambil contoh uji dari bagian dekat hati dan dekat kulit.
Pengukuran proporsi sel dan dimensi sel kayu menggunakan metode yang digunakan oleh
kasmudjo (1994). Pada dasarnya untuk proporsi sel kayu menggunakan preparat awetan dengan
mengukur pada penampang transversal (x) yang dikoreksi dengan penampang tangensial (t) untuk
pengukuran proporsi sel jari-jari. Pada pengukuran dimensi serat dengan menggunkanan teknik maserasi,
yaitu mengurai komponen kayu dan mengukur dimensi serbutnya. Pengukuran dilakukan dua tahap, tahap
pertama mengukur sejumlah seratus serat sebagai sampel dan digunakan untuk menentukan jumlah serat
yang harus diukur, tahap ke dua melakukan pengukuran dimensi serat sesuai dengan jumlah yang harus
diukur seperti perhitungan pengukuran tahap pertama.

HASIL DAN EMBAHASAN

Proporsi Sel Serabut

Rata-rata persentase sel pembuluh kayu gempol pada arah aksial bagian pangkal : 18,32%, bagian
tengah: 22,98% dan bagian ujung: 25,15%, sedangkan pada arah radial bagian gubal : 22,18% dan bagian
teras: 22,12%. Rata-rata persentase sel parenkim kayu gempol pada arah aksial bagian pangkal : 11,49%,
bagian tengah: 10,79% dan bagian ujung: 8,62%, sedangkan pada arah radial bagian kayu gubal: 10,74%
dan bagian kayu teras : 9,86%. Rata-rata persentase jari-jari kayu gempol berdasarkan arah aksial pada
bagian pangkal: 13,36% bagian tengah: 13,57% dan bagian ujung: 13.72%, sedangkan pada arah radial
bagian kayu gubal : 14,17% dan bagian kayu teras: 12,99%. Rata-rata persentase sel serabut kayu gempol
pada arah aksial bagian batang: 53,95% bagian tengah : 54,23% dan bagian ujung: 53,66% sedangkan
pada arah radial bagian kayu gubal: 54,61% dan bagian kayu teras: 53,27%.
Berdasarkan analisis varian diketahui sel pembuluh kayu gempol pada arah aksial tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, demikian juga untuk interaksi antara faktor arah aksial dan
arah radial, sedangkan pada arah radial menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata.
Proporsi sel kayu gempol yang rendah ini akan memberikan keuntungan jika digunakan sebagai
bahan baku pulp dan kertas. Fungsi persentase sel pembuluh berbanding terbalik dengan sel serabut
karena persentase sel pembuluh yang tinggi akan menurunkan berat jenis kayu dan rendemen pulp yang
dihasilkan. Selanjutnya menurut Soenardi (1974), persentase pembuluh yang tinggi dapat mempengaruhi
proses dalam pencetakkan, yaitu dapat mengakibatkan tertariknya sel tersebut kepermukaan sehingga
hasilnya menjadi jelek.
Persentase sel parenkim pada arah aksial dan arah radial menunjukan adanya perbedaan yang
sangat nyata pada taraf uji 0,01, sedangkan interaksi antara faktor arah aksial dan arah radial tidak
menunjukan adanya perbedaan yang nyata. Secara keseluruhan nilai rata-rata persentase sel
parenkim kayu gempol adalah : 10.33%. Menurut Haygreen dan Bowyer (1982), proporsi sel parenkim
kayu daun kisaranya 0 – 15%, sehingga dengan demikian persentase sel parenkim kaayu gempol
dikatakan sedang. Persentase sel parenkim yang sedang hingga rendah akan semakin baik dalam
pembuatan kertas. Persentase sel parenkim yang tinggi akan sedikit memberikan masalah dalam
pembuatan kertas. Hal ini disebabkan persentase sel parenkim yang tinggi sering juga mengandung resin
yang cukup tinggi pula, sehingga akan mempengaruhi drainase pulp dalam pembuatan kertas. Akibatnya
akan mempengaruhi proses, yaitu menyebabkan penghambatan, misalnya penghambatan jalannya mesin
proses pembuatan kertas (kertas lengket pada mesin). Akibat lainnya kertas banyak yang saling lengket
dan apabila dilepaskan atau dipisahkan akan menjadi sobek (manjadi limbah).
Persentase sel jari-jari kayu gempol pada arah aksial tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata, sedangkan untuk arah radial dan interaksi antara faktor arah aksial dan arah radial menunjukkan
adanya perbedaan nyata. Setelah dilakukan uji lanjut LSD pada arah aksial dan arah radial diketahui pada
bagian pangkal berbeda dengan bagian tengah dan bagian ujung, sedangkan bagian tengah batang berbeda
dengan bagian ujung batang. Perbedaan ini sesuai dengan fungsi jari-jari kayu sebagai jalan angkutan
bagi cairan pohon dan pembentukan kayu pada masing-masing bagian tidak bersamaan waktunya, maka
terdapat perbedaan persentase sel jari-jari kayu. Hal ini juga disebabkan oleh akibat pengaruh aktifitas
kambium inisial yang melakukan pembelahan secara terus menerus dan ditunjang dengan tersedianya
unsur cadangan makanan. Secara keseluruhan nilai rata-rata persentase sel jari-jari kayu gempol adalah:
13,58%. Menurut Haygreen dan Bowyer (1982), proporsi sel jari-jari kayu daun kisarannya 5 – 30%,
sehingga dengan demikian persentase sel jari-jari kayu gempol dikatakan sedang.
Analisis varian diketahui persentase sel serabut berturut-turut pada arah aksial dan arah radial tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 0,05. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bagian
pangkal batang dan bagian ujung batang tidak menunjukkan adanya perbedaan, sedangkan pada bagian
pangkal dan bagian tengah batang menunjukkan adanya perbedaan, demikian juga dengan bagian tengah
dan bagian ujung batang menunjukkan adanya perbedaan. Nilai rata-rata persentase sel serabut kayu
gempol adalah: 53,94%. Menurut Haygreen dan Bowyer (1982), proporsi sel serabut kayu daun
kisarannya 15 – 60%, sehingga dapat dikatakan persentase sel serabut kayu gempol termasuk tinggi.
Persentase sel serabut kayu gempol yang tinggi. Persentase sel serabut kayu gempol yang tinggi
merupakan salah satu keuntungan bagi pembuatan pulp dan kertas. Hal ini disebabkan karena sel serabut
merupakan bahan utama pembuatan pulp yang tersusun atas kandungan selulosa. Ikatan yang erat dan
kuat pada kertas yang dihasilkan sangat tergantung dari kualitas dan kuantitas sel serabut tersebut.
Dari nilai rata-rata proporsi tipe sel kayu gempol tersebut apabila dimasukkan dalam Segitiga
Dadswell dan Wardrop maka letaknya akan mendekati puncak. Hasil penilaian proporsi tipe sel bila
semakin mendekati puncak segitiga maka kemungkinan jenis jayu tersebut untuk memenuhi syarat
sebagai bahan pulp dan kertas adalah lebih besar (semakin baik) (Kasmudjo, 1988). Letak kedudukan
proporsi tipe sel kayu gempol dalam Diagram Segitiga Dadswell dan Wardrop dapat dilihat pada
Lampiran 1.

Dimensi Sel Serabut

Rata-rata panjang sel serabut kayu gempol pada arah aksial bagian pangkal: 1,32 mm, bagian
tengah : 1,39 mm, dan bagian ujung: 1,15 mm. Sedangkan pada arah radial bagian kayu gubal : 1,30 mm
dan bagian kayu teras : 1,27 mm. Rata-rata diameter sel serabut kayu gempol berdasarkan arah aksial
bagian pangkal: 14,56 m. Sedangkan pada arah radial bagian kayu gubal: 15,28 m dan bagian kayu teras:
15,09 m. Rata-rata diameter lumen kayu gempol pada arah aksial bagian pangkal: 10,33 m, bagian tengah
: 11,13 m, dan bagian ujung : 10,25 m. Sedangkan pada arah radial bagian kayu gubal : 10,81 m dan
bagian kayu teras: 10,33 m. Rata-rata tebal dinding sel serabut kayu gempol pada arah aksial bagian
pangkal 2,16 m, bagian tengah 2,31 m dan bagian ujung 2,23 m. Sedangkan pada arah radial bagian kayu
gubal 2,27 m dan bagian kayu teras 2,19 m.
Analisis varians menunjukkan bahwa panjang sel serabut kayu gempol pada arah aksial dan
faktor interaksi antara arah aksial dan arah radial menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata,
sedangkan pada arah radial tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Uji lanjut BNT pada arah
aksial menunjukkan pada bagian pangkal berbeda dengan bagian tengah dan bagian ujung, sedangkan
bagian tengah berbeda dengan bagian pangkal dan bagian ujung. Perbedaan ini disebabkan karena
perbedaan umur kambium yang terdapat pada masing-masing bagian pohon. Adapun sifat kambium yang
berada pada bagian pangkal pohon sudah berkurang aktivitasnya dalam penambahan panjang serabut
disebabkan umurnya yang telah tua, sedangkan kambium yang terdapat pada bagian ujung batang
keaktifannya belum maksimum karena umurnya masih muda. Menurut Soenardi (1974), panjang sel
serabut kayu daun kisarannya 0,8 – 1,5 mm, dengan demikian sel serabut kayu gempol dapat
dikategorikan panjang. Lebih jauh menurut Soenardi (1974), kayu dengan sel serabut yang panjang
tentunya akan memberikan keuntungan yang besar apabila digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas
karena sel serabut yang panjang akan memberikan titik tangkap yang lebih luas sehingga kertas yang
dihasilkan akan menjadi kuat. Uji lanjut BNT pada arah aksial menunjukkan bahwa diameter sel serabut
kayu gempol pada bagian pangkal berbeda dengan bagian tengah sedangkan bagian ujung tidak berbeda
dengan bagian tengah dan bagian pangkal batang bebas cabang. Hal ini disebabkan karena bagian pangkal
ke arah tengah dan bagian ujung batang bebas cabang kayu gubal membesar, dimana pada kayu gubal sel-
selnya relatif besar dan memiliki dinding sel yang tipis yang lebih banyak berfungsi sebagai penyimpan
bahan makanan. Menurut Tsoumis (1968), variasi diameter sel serabut yang terjadi pada bagian pohon,
karena pada ketinggian yang berbeda kayu disusun oleh riap tumbuh yang berbeda strukturnya.
Rata-rata diameter sel serabut kayu gempol adalah: 15,18 m. Menurut Soenardi (1974), diameter
sel serabut kayu daun kisarannya 8,0 – 60,0 m. Dengan demikian diameter sel serabut kayu gempol
dikategorikan rendah. Sel serabut dengan diamater kecil akan memberikan keuntungan yang besar jika
digunakan untuk bahan baku pulp dan kertas, karena semakin kecil ukuran sel serabutnya akan mudah
dipipihkan (dibentuk) dalam proses pembuatannya (Kasmudjo, 1988).
Analisis varians diameter lumen sel serabut kayu gempol pada arah aksial dan arah radial
menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada taraf uji 0,01, sedangkan interaksi antara faktor
arah aksial dan arah radial menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Uji BNT pada arah aksial
menunjukkan diameter lumen pada bagian pangkal tidak berbeda dengan bagian tengah dan bagian ujung
batang, bagian tengah berbeda dengan bagian ujung batang bebas cabang. Uji BNT untuk interaksi pada
arah aksial dan arah radial menunjukkan diameter lumen pada bagian pangkal berbeda dengan bagian
tengah dan bagian ujung bebas cabang, kemudian bagian ujung berbeda dengan bagian pangkal dan
bagian tengah batang. Secara keseluruhan nilai rata-rata diameter lumen kayu gempol adalah : 10,57 m.
Analisis varians menunjukkan bahwa tebal dinding sel serabut pada arah aksial dan arah radial tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, demikian juga untuk interaksi antara faktor arah aksial dan
arah radial tidak menunjukkan adanya perbedaan baik pada taraf uji 0,01 maupun 0,05.

Nilai Turunan Dimensi Sel Serabut

Hasil penelitian Nilai Turunan Dimensi Sel Serabut dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Rata-rata Nilai Turunan Dimensi Sel Serabut Kayu Gempol

Arah Arah Runkel Muhlstep Felting Coefficient Flexibility


Aksial Radial Ratio Ratio Power Of Rigidity Ratio

A1 R1 0,39 49,11 88,90 0,14 0,65

R2 0,44 50,10 92,83 0,16 0,63

A2 R1 0,39 46,69 80,06 0,14 0,65

R2 0,45 56,16 92,60 0,14 0,63

A3 R1 0,44 52,18 104,81 0,15 0,62

R2 0,43 55,09 94,79 0,15 0,63

Rerata 0,42 51,56 92,33 0,15 0,64

Keterangan : A1 = Bagian pangkal R1 = Kayu dekat kulit


A2 = Bagian tengah R2 = Kayu dekat hati
A3 = Bagian ujung
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui besarnya Nilai Turunan Dimensi Sel Serabut kayu gempol
(Nauclea orientalis. L) sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata Bilangan Runkel (Runkel Ratio) adalah : 0,42 dan apabila dimasukkan ke dalam kelas
kualitas pulp dan kertas termasuk dalam Kelas II (kisaran Bilangan Runkel 0,25 – 0,50).

2. Nilai rata-rata Bilangan Muhlstep (Muhlstep Ratio) kayu gempol adalah: 51,56% dan apabila
dimasukkan ke dalam kualitas sel serabut termasuk dalam kualitas kelas II (kisaran Bilangan
Muhlstep 30 – 60%).

3. Nilai rata-rata Daya Tenun (Felting Power) kayu gempol adalah: 92,33 dan apabila dimasukkan ke
dalam kualitas sel serabut termasuk dalam kategori Kelas I (kisaran Daya Tenun > 90).

4. Nilai rata-rata Koefisien Kekakuan (Coefficient Of Rigidity) kayu gempol adalah: 0,15 dan apabila
dimasukkan ke dalam kategori kualitas sel serabut termasuk dalam Kelas II (Koefisien Kekakuan
0,10 – 0,15).

5. Nilai rata-rata Fleksibilitas (Flexibility Ratio) kayu gempol adalah : 0,64 dan apabila dimasukkan ke
dalam kategori kualitas sel serabut termasuk dalam Kelas II (kisaran 0,60 – 0,80).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis “ Struktur Anatomi Kayu Gempol (Nauclea orientalis.
L) dan Kemungkinan Penggunaannya Sebagai Bahan Baku Pulp Dan Kertas “, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Rata-rata dimensi sel serabut kayu gempol : panjang 1,29 mm, diameter 15,18 m, diameter lumen 10,57
m dan tebal dinding sel 2,23 m. rata-rata proporsi tipe sel kayu gempol: sel pembuluh 22,15%, sel
parenkim : 10,33%, sel jari-jari : 13,58% dan sel serabut : 53,94%
2. Berdasarkan analisis nilai turunan dimensi sel serabut kayu gempol diketahui :Bilangan Runkel (Runkel
Ratio ) 0,42; Bilangan Muhlstep (Muhlstep Ratio) : 51,56; Daya Tenun ( Felting Power ) : 92,33 ;
Koefisien Kekakuan ( Coefficient Of Rigidity ) : 0, 15; Nilai Fleksibilitas ( Flexibility Ratio ) : 0, 64.
Kayu gempol termasuk dalam kategori kualitas Kelas II. Sel serabut ini mempunyai panjang sel yang
sedang sampai panjang, dinding sel serabut yang tipis dan lumen agak lebar. Sel serabut akan mudah
menggepeng (memipih) pada waktu digiling dan ikatan serabutnya baik. Sel serabut ini diduga akan
menghasikan lembaran kertas dengan kekuatan sobek, retak dan tarik yang cukup tinggi.
Saran-saran

Dari hasil penelitian dapat direkomendasikan bahwa kayu Gempol cukup baik digunakan sebagai
bahan baku pulp dan kertas. Guna meningkatkan kualitas pulp yang disahilkan perlu mencampurkan
dengan jenis pulp serat panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1976. Vedemecum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian. Direktorat Jendral

Kehutanan. Jakarta.

----------, 1997. Mengenal Sifat-sifat Kayu Indonesia dan Penggunaannya. Kanisius. Yogyakarta.
Brown, HP., AJ. Panshin dan C. Forsaith, 1952. Text Book of Wood Technology. Volume II. Mc. Graw
Hill Company. New York.
Haygreen, JG., dan JL. Bowyer, 1989. Forest Product and Wood Science an Introduction. IOWA
State University Press Ames. IOWA USA. Terjemahan Sutjipto, AH, Hasil Hutan dan Ilmu
Kayu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesian Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Jane, FW., 1955. The Sturucture of Wood. The University of London at Royal Halloway Collage
London.
Kasmudjo, 1988. Struktur dan Sifat Kayu Gemelina Sebagai Bahan Baku Kertas, Tesis Pasca Sarjana
UGM. Yogyakarta.
Pandit N. I. Ketut, 1988. Struktur Anatomi Kayu (Parasianthes falcataria) Dalam Hubungannya
dengan Kemungkinan Penggunaannya. Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Panshin dan de Zeeuw, 1980. Text Book of Wood Tecnology. Vol I. First Edition Structure
Identification Mc Graw Hill Book Company. New York.
Silitonga, T., R. Siagian dan A. Suharman. 1972. Cara Pengukuran Serat Kayu Di Lembaga
Penelitian Hasil Hutan. Direktorat Jendral Kehutanan, Departemen Kehutanan. Publikasi
Khusus Nomor 12. Bogor.
Soenardi, 1974. Hubungan Antara Sifat-sifat Kayu dan Kwalitas Kertas. Berita Selulosa 10 (3) : 111
– 124.
Tsoumis, G., 1968 (Terjemahan) Tobing, 1976. Kayu Sebagai Bahan Baku. Proyek Penterjemahan
Literatur Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Das könnte Ihnen auch gefallen