Sie sind auf Seite 1von 22

Panduan Kuliah dan Praktikum

ENDAPAN MINERAL

Sutarto Hartosuwarno 
Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi 
0
Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” 
YOGYAKARTA 
BAB 1 TERMINOLOGI ENDAPAN MINERAL

1.1. Bahan Galian

Menurut UU No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pertambangan pasal 2, yang disebut bahan galian adalah bahwa unsur-unsur kimia,
mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk mulia yang merupakan
endapan-endapan alam. Termasuk sebagai bahan galian adalah batubara, gambut,
minyak bumi, gas alam, panas bumi, bahan galian logam, bahan galian industri, serta
batu mulia. Bahan galian yang ada di bumi ini pada dasarnya adalah unsur atau
senyawa, yang dapat berupa materi padat, cair, atau gas. Terdapat beberapa klasifikasi
tentang bahan galian, yang mencerminkan tujuan yang berbeda.

Pada pasal 3 ayat 1 UU No.11 Tahun 1967, bahan galian dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:

a. Golongan bahan galian yang strategis,


b. Golongan bahan galian yang vital, dan
c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a dan b.
Pengelompokan jenis bahan galian dalam tiga golongan di atas, kemudian diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1980. Strategis artinya strategis untuk
pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara. Vital artinya dapat menjamin
hajat hidup orang banyak. Tidak strategis dan vital artinya tidak langsung memerlukan
pasar yang bersifat internasional. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, dasar
penggolongan bahan galian meliputi:
• Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara
• Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genesa)
• Penggunaan bahan galian bagi industry
• Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak
• Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan
• Penyebaran pembangunan di daerah

a. Gologan bahan galian yang strategis adalah:


1
• Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam
• Bitumen padat, aspal
• Antrasit, batubara, batu bara muda
• Uranium, radium, thorium, dan bahan galian radioaktif lainnya
• Nikel. Kobalt
• Timah
b. Golongan bahan galian yang vital adalah:
• Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan
• Bauksit, tembaga, timbal, seng
• Emas, platina, perak, air raksa , intan
• Arsin, antimon, bismut
• Yttrium, thutenium, cerium, dan logam langka lainnya
• Berillium, korundum, zirkon, kristal kuarsa
• Kriolit, flourspar, barit
• Yodium, brom, khlor, belereng

c.Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a atau b adalah:


• nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halit)
• asbes, talk, mika, grafit, magnesit
• yarosit, leusit, tawas, oker
• batu permata, batu setengah permata
• pasir kuarsa, kaolin, feldfar, gipsum, bentonit
• batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah, tanah serap (fuller earth)
• marmer, batutulis
• batukapur, dolomit, kalsit
• granit, andesit, basalt, trakhit, tanah liat, dan pasir, sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun golongan B dalam
jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

Dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah


serta UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan
Pemerintah tersebut mungkin menjadi tidak relefan lagi. Prakteknya, Bahan Galian

2
Golongan A dan bahan Galian Golongan B, dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat,
sedangkan bahan Galian Golongan C dikelola oleh Pemerintah daerah. Setelah Otonomi
Daerah, Pemerintah daerah punya peranan yang lebih besar dalam mengelola bahan
Galian, termasuk Bahan Galian Golongan A dan Golongan B. Bahan Galian Logam seperti
Emas atau Tembaga, sebelum otonomi daerah, untuk mendapatkan hak Kuasa
Penambangan harus mendapatkan izin persetujuan dari pusat, sekarang Pemerintah
Kabupaten dapat memberi izin penambangan. Oleh karena itu penggolongan tersebut di
atas tidak sesuai lagi. Kalaupun masih digunakan, penggunaan istilah Golongan A,
Golongan B, atau Golongan C sebaiknya terbatas pada penggolongan secara diskriftif.
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun
internasional, UU No.11 Tahun 1966, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang
terjadi, maka kemudian pemerintah mengeluarkan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara. Undang-undang ini hanya mengatur tentang
pertambangan mineral dan batubara diluar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air
tanah. Selanjutnya pertambangan mineral dan batubara dibagi dan diatur menjadi:
• Pertambangan Mineral Radioaktif
• Pertambangan Mineral Logam
• Pertambangan Mineral Bukan Logam
• Pertambangan Batuan
• Pertambangan Batubara
Berdasarkan jenis komoditinya, para ahli membagi bahan galian secara umum
menjadi lima golongan, yaitu :
1. Batubara dan gambut
2. Bahan galian logam
3. Bahan galian Industri
4. Minyak, gas, dan panas bumi
5. Mineral berharga dan batu mulia

Dalam buku petunjuk ini hanya terbatas membahas bahan galian logam, bahan
galian industri, dan batumulia. Ketiga golongan bahan galian tersebut disusun atau
dibentuk oleh unsur atau senyawa padat yang dikenal sebagai mineral, oleh karena itu
ketiganya dikelompokkan sebagai endapan mineral.

3
1.2. Endapan Mineral
Seperti disebutkan di atas, yang dikelompokkan kedalam endapan mineral adalah
bahan galian logam, bahan galian industry, mineral berharga dan batumulia.
Istilah endapan (deposit) mempunyai definisi yang lebih luas dalam ilmu geologi.
Istilah tersebut dapat berarti turunnya material di dalam air (karena gravitasi), atau
presipitasi dari larutan karena perubahan kondisi kimia. Beberapa ahli menyebut istilah
cebakan, karena menganggap istilah endapan lebih berkonotasi pada sedimentasi.
Dalam konteks “endapan mineral”, endapan diartikan sebagai konsentrasi mineral oleh
proses-proses magmatik atau hidrotermal. Kata endapan juga mempunyai arti materi
menjadi padat, oleh karena itu minyak, gas, dan panas bumi tidak termasuk ke dalam
endapan mineral. Walaupun batubara juga bersifat padat, umumnya tidak dibahas
sebagai endapan mineral, tetapi termasuk ke dalam sumberdaya energi.
Skinner (1979) menyebut endapan mineral (mineral deposits) merupakan
konsentrasi suatu mineral pada kerak bumi, terbentuk secara alami serta pada daerah
yang terbatas (lokal). Jadi apapun macam mineralnya, dan bagaimana proses
terkonsentrasinya, semuanya disebut endapan mineral. Jika mineral-mineral yang
terkonsentrasi mengandung bahan atau material yang bernilai bagi manusia serta layak
untuk ditambang, maka endapan tersebut secara kusus disebut endapan bijih/ore
deposits (Edwards dan Atkinson 1986, Guilbert dan Park 1986), endapan
ekonomi/economic deposits (Hutchison 1983), atau endapan mineral ekonomi (Jensen
dan Bateman 1981).
Secara umum definisi bijih (ore) adalah suatu batuan atau kumpulan mineral,
yang mengandung mineral-mineral yang bernilai ekonomis, dan dapat diekstrak. Bijih
terdiri dari mineral-mineral yang bernilai ekonomis (biasanya mengandung logam) yang
disebut sebagai mineral bijih (ore mineral, mengandung logam) serta termasuk mineral
industri (industrial mineral, non-logam) dan mineral yang tidak bernilai ekonomis yang
disebut sebagai mineral penyerta (gangue mineral). Definisi oleh kebanyakan penulis
lebih ditekankan pada kandungan logamnya yang dapat diekstrak serta memiliki nilai
ekonomis. Bijih yang tidak menguntungkan apabila ditambang disebut sebagai Protore
(Park dan macDiarmid 1970, Hutchison 1983).
Sebagian besar bijih hadir berasosiasi dengan urat atau urat halus, terutama urat
kuarsa. Walaupun demikian tidak semua urat akan mengandung bijih, tetapi hanya

4
terkonsentrasi pada bagian-bagian yang terbatas dari urat, yang disebut sebagai ore
shoots (Park dan MacDiarmid, 1970). Urat-urat atau bagian-bagian urat yang tidak
mengandung bijih disebut barren atau lean. Suatu tubuh batuan yang mengandung
bijih atau ore shoots yang tersebar disebut sebagai tubuh bijih (orebody). Kumpulan
urat-urat halus yang mengandung bijih sering membentuk zona yang panjang dan
tabular; yang dikenal sebagai lead, lode, vein zone atau fissure zone. Kapan disebut
Ore shoot maupun lode sangat dipengaruhi oleh cut-off grade, yaitu grade
(konsentrasi/kadar) logam terendah apabila ditambang menguntungkan

1.2.1 Bahan galian logam


Bahan galian logam adalah batuan atau mineral-mineral yang di dalamnya
terdapat unsur logam, yang dapat diambil untuk kepentingan manusia. Logam dapat
diartikan sebagai unsur yang mempunyai kemampuan melepas elektron membentuk ion
positip, umumnya mempunyai permukaan cenderung mengkilat, baik untuk
penghantar(konduktor) panas dan listrik, dapat dilebur, serta dapat dibentuk maupun
dipipihkan. Secara umum logam dapat dibagi menjadi lima golongan (Evans, 1993),
yaitu:
1. Precious metals (logam mulia): emas (Au), perak (Ag), platina (Pt)
2. Non-ferrous metals (logam non-ferrous): tembaga (Cu), timbal (Pb/lead),
seng (Zn/zinc), timah (Sn/tin), dan aluminium (Al). Empat pertama dikenal
sebagai logam dasar (base metals).
3. Iron and ferroalloy metals (logam ferroalloy dan besi): besi (Fe), Mangan
(Mn), nikel (Ni), krom (Cr), molibdenum (Mo), wolfram (W/tungsten), vanadium
(V), kobal (Co).
4. Minor metals and related non-metals: antimon (Sb/antimony), arsen (As),
berilium (Be/beryllium), bismut (Bi), kadmium (Cd), magnesium (Mg), air raksa
(Hg/mercury), REE, selenium (Se), tantalium (Ta), telurium (Te), titanium (Ti),
Zirkonium (Zr), dsb.
5. Fissionable metals: uranium (U), torium (Th), radium(Ra).

Komponen bijih pada bahan galian logam umumnya dibedakan menjadi tiga jenis
mineral pembentuknya, yaitu:

5
• mineral bijih (ore mineral, mengandung logam),
• mineral industri (industrial mineral, non-logam), jika hadir dalam jumlah
banyak dapat dimanfaatkan sebagai bahan galian industry,
• mineral yang tidak bernilai ekonomis yang disebut sebagai mineral penyerta
(gangue mineral).

Mineral Bijih (Mineral Logam)


Mineral Bijih adalah mineral-mineral yang bernilai ekonomis, mengandung
unsure logam dan dapat diekstrak untuk kepentingan umat manusia. Mineral industri
adalah semua batuan, mineral atau substansi yang terbentuk secara alami yang bernilai
ekonomis, tidak termasuk di dalamnya adalah bijih logam, mineral fuels, dan batumulia
(Noetstaller, 1988 dalam Evans, 1993).
Batasan mineral bijih dengan mineral opak, maupun mineral penyerta sering
membingungkan. Pada kenyataannya sebagaian besar mineral bijih tidak tembus cahaya
(opak), sedangkan mineral penyerta merupakan mineral-mineral yang tembus cahaya
(transparan). Craig (1989) menyebut bahwa mineral bijih harus dapat diekstrak
logamnya, misalnya kalkopirit dapat diekstrak tembaganya. Walaupun suatu mineral
mengandung unsur logam, tetapi kalau tidak dapat diekstrak, maka tidak dikategorikan
sebagai mineral bijih. Beberapa pengarang menggunakan istilah mineral bijih sebagai
sinonim mineral opak, karena istilah tersebut bisa mencakup mineral-mineral seperti pirit
maupun pirhotit yang tidak bermanfaat tetapi hampir selalu ada pada endapan bijih
(Evans, 1993). Penamaan mineral bijih terkait dengan keekonomian mineral, sedangkan
penamaan mineral opaque terkait dengan sifat mineral terhadap ketembusan cahaya.
Untuk memudahkan pembahasan tentang mineral bijih, beberapa pengarang
telah membuat klasifikasi mineral bijih, umumnya didasarkan persenyawaan yang
dibentuk oleh oleh unsur logam. Sebagian besar mineral bijih terbentuk sebagai sulfida,
garam sulfo, oksida, hidroksida, maupun unsur tunggal. Sedangkan mineral penyerta
pada bijih umumnya hadir sebagai silikat dan karbonat.

Mineral bijih menurut Stanton (1972), dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,
yaitu:

1. Native metals and semimetals: emas, tembaga, perak dll

6
2. Sulfides and sulfosalts, umumnya merupakan mineral-mineral bijih dari logam
nonferrous : sfalerit, galena kalkosit dll.
3. Oxides, umumnya mineral bijih dari logam ferrous: magnetite, kromit

Sedangkan menurut Ramdohr (1980), mineral bijih dapat dibagi menjadi lima
golongan, yaitu:

1. Elements and intermetallic compounds


2. Alloy-like compounds and Tellurides
3. Common sulphides and “sulphosalts”
4. Oxidic ore minerals
5. Non-opaque oxide ore minerals

Tabel 1.1 Daftar beberapa logam penting, mineral bijihnya, serta kadar dalam kerak
bumi

Logam Mineral bijih Komposisi % Kadar Dlm Mining CF


logam Kerak(%) Grade(%)
Au/Emas (gold) Native gold Au 75-98 0.000 000 4 0.000 1- 250
Electrum (Ag,Au) 50-80 0.0020
Calaverite AuTe2 39
Sylvanite (Au,Ag)Te2 24
Petzite Ag3AuTe2 25
Ag/Perak (silver) Native silver Ag 100 0.007 0,01-0,1 20
Argentite AgS2 87
Pyrargirite Ag3SbS3 60
Proustite Ag3AsS3 65
Cerargyrite AgCl 75
Fe/Besi Magnetite Fe3O4 72 5 25-60 5
Hematite Fe2O3 70
Siderite FeCo3 48
Goethite Fe2O3.H2O 63
Cu/Tembaga Native copper Cu 100 0.005 0.4-1 80
(copper) Chalcopyrite CuFeS2 35
Bornite Cu5FeS4 69
Chalcosite Cu2S 80
Covellite CuS 66
Enargite Cu3AsS4 49
Tenantite Cu3(Sb,As)S3 50
Azurite Cu3(CO3)2(OH)2 55
Malachite Cu2(CO3)(OH)2 57
Cuprite Cu2O 89
Chrysocolla CuSiO3.nH2O 40
Brochanthite Cu4(SO4)(OH)6 56

7
Pb/Timbal (lead) Galena PbS 86 0.001 4-25 4000
Cerussite Pb(CO3) 77
Anglesite Pb(SO4) 68
Pyromorphite Pb5(PO4)3Cl 76
Zn/Seng (zinc) Sphalerite ZnS 67 0.007 4-25 571
Smithsonite Zn(CO3) 52
Hemimorphite Zn4(Si2O7)(OH)2.H20 54
Zincite
Sn/Timah (tin) Cassiterite SnO2 79 0.000 2 0.5-2.5 2500
Stannite CuFeSnS4 28
Ni/Nikel (nickel) Pendlandite (Fe,Ni)9S8 10-40 0.007 0.5-3 71
Niccolite NiAs 44
Garnierite (Ni,Mg)6(Si4O10)
(OH)4.4H2O
Cr/Krom Chromite (Fe,Mg)Cr2O4 33-58% 0.01 20-50 3000
(chromium) Cr2O3 Cr2O3
Mn/Mangan Pyrolusite MnO2 55-63 0.09 15-45 389
(manganese) Psilomelan n.MnO.MnO2.mH2O 35-60
Braunite 3Mn2O3.MnSiO3
Manganite MnO(OH) 60-69
Rhodochrosite MnCO3 50-62
Hausmanite Mn3O4 40-45
65-72
Al/ Diaspore HalO2 47 8 30-50 3.75
Aluminium Boehmite AlOOH 47 Al2O3
Gibbsite Al(OH)3 36 Max SiO2
Kaolinite Al4(Si4O10)(OH)8 22 15
Nepheline NaAlSiO4 18
Sillimanite Al2SiO5 35
Co/Kobal Carrolite CuCo2S4 35 0,06-0,35
Siegenite (Co,Ni)3S4 11-53
Smaltite CoAs3-2 28
Cobaltite (Co,Fe)AsS 35
Cobalt pyrite (Co,Ni)3S4 58
Sb/Antimon Native antimony Sb 100 5-25
(antimony) Antimonite Sb2S3 71
Tetrahedrite Cu12Sb4S13 29
Jamesonite Pb4FeSb6S14 35
Antimon Oksida Sb2O3 75
Stibnite
Bi/Bismut Native bismuth Bi 100 Min 0,3
(bismuth) Bismuthinite Bi2S3 81
Bismutite Bi2(CO3)O2 87
Hg/ Raksa Native mercury Hg 0.000 008 0,2-8 25000
(mercury) Cinnabar HgS 86
Mo/ Molibdenite MoS2 60 0.000 15 0,01-0,6 67
Molibdenum Powellite CaMoO4 48
Wulfenite
W/wolfram Wolframite (Fe,Mn)WO4 60-75% 0.000 15 0,3-6 2000
(tunsten) Scheelite CaWO4 80% WO3
Huebnerite Mn(WO4) 60
(WO3)
Pt/Platina Ferroplatinum Pt 75-84 0.000 001 0,0003- 300
(platinum) Sperrylite PtAs2 56 0,0015
Braggite (Pt,Pd,Ni)S 59

8
Sn/Arsen Arsenopyrite FeAsS 46 0.000 2
(arsenic) Loellingite FeAs2 72
Realgar AsS 70
Orpiment As2S3 61
Tenantite Cu12As4S13 20
Ti/Titanium Ilmenit FeTiO2 53 10-50
Rutil TiO2 92-98 TiO2
Titanit CaTiSiO2 41
V/Vanadium Patronit V2O5VS4 28-39 0,3-5
V2O5
U/Uranium Uraninit UO2 47-88 0,03-1
Coflinite USiO4 60 U3O8
Brannerite (U,Th)Ti2O6 26-44
Uranothorite (Th,U,Fe)SiO2H2 5-15

Mineral penyerta (gangue minerals)


Mineral penyerta adalah mineral-mineral yang hadir pada tubuh bijih, tetapi tidak
bernilai ekonomis. Mineral penyerta umumnya merupakan mineral dari kelompok silika,
silikat, oksida,karbonat, maupun fosfat.

Tabel 1.2 Daftar sebagian mineral penyerta (gangue minerals)


Kelompok Nama mineral Komposisi
Silika Kuarsa SiO2
Kalsedon SiO2
Oksida Magnetite Fe3O4
Hematite Fe2O3
Goetite Fe(OH)
Bauxite Al2O3
Silikat Olivin MgSiO4
Diopsit Ca(Mg,Fe)(SiO2)2
Wollastonit CaSiO3
Tremolit-aktinolit Ca2(Mg,Fe)2(OH)2(Si4O11)2
Klorit Mg5(Al,Fe)(OH)8(Al,Si)4O10
Epidote Ca(Al,Fe)2(OH)2(SiO4)3
Andradit-grosularit Ca2(Al-Fe)2(SiO4)3
Kalium felspar KAlSi3O8
Albit NaAlSi3O8
Kaolinit Al2O3.2SiO2.2H2O
Illit KAl2(OH)2(AlSi3O)10(O,OH)10
Serisit KAl2(OH)2(AlSi3O10)
Tourmalin Na(Fe,Mg)3B3All3(OH)4(Al3Si6O27)
Topas Al2(F,OH)2SiO4
Karbonat Kalsit CaCO3
Siderit FeCO3
Rodokrosit MnCO3
Fosfat Barit BaSO4
gypsum CaSO4

9
1.2.2 Bahan galian industri (mineral industri)
Bahan galian industri adalah batuan atau mineral-mineral yang bermanfaat untuk
kepentingan manusia dan tidak termasuk kedalam bahan galian logam, batubara, batu
mulia, maupun migas dan panas bumi. Menurut Madiadipoera, dkk. (1990), bahan
galian industri dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

a. Bahan Galian Industri (BGI) yang berkaitan dengan batuan sedimen


• Terkait dengan batuan karbonat
• Batugamping
• Dolomit
• Kalsit
• Batukeprus
• Fosfat
• Oniks
• Gips
• Rijang
• Tidak terkait dengan batuan karbonat
• Bentonit
• Fireclay
• Ballclay
• Zeolit
• Felspar
• Yodium
• Doatomea
• Mangan?

b. BGI yang terkait dengan batuan vulkanik


• Perlit
• Obsidian
• Batuapung
• Belerang
• Opal kalsedon

10
• Kayu terkersikan
• Tras
• Pasir vulkanik
• Batuan trakit, andesit, dan basalt

c. BGI yang terkait dengan batuan plutonik


• Granit dan granodiorit
• Gabro dan peridotit
• Alkali felspar
• Mika
• Asbes
d. BGI yang terkait dengan endapan residual dan placer
• Lempung
• Kaolin
• Pasir kuarsa
• Sirtu
e. BGI yang terkait dengan proses hidrotermal
• Gypsum
• Talk
• Magnesit
• Barit
• Firofilit
• Toseki
• Kaolin
f. BGI yang terkait dengan batuan metamorf
• Marmer
• Batusabak
• Kuarsi
• grafit

11
1.2.3 Batumulia dan mineral berharga

Mineral berharga dan Batumulia, adalah mineral atau batuan yang dipergunakan
untuk perhiasan dan bernilai tinggi. Batumulia (menurut Pouw Kioe An, 1977) dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

a. Batumulia tulen
• Kelas-satu : nilai kekerasan 8-10
1. intan
2. korundum (ruby, safir, mirah )
3. chrysoberyl
4. spinel
• Kelas-dua : nilai kekerasan 7-8
1. zirkon
2. beryl (aquamarin)
3. topas
4. tourmalin
5. garnet
6. opal-mulia
• Kelas-tiga : nilai kekerasan sekitar 7
1. kordierit
2. visuvian
3. chrysolite
4. axiniete
5. cyanite
6. staourolit
7. andalusit
8. chiastolite
9. pistazite
10. turqooise (pirus)
b. Batu semi mulia
• Kelas-empat : nilai kekerasan 4-7
1. ametis (kecubung), agat, korneal, citrine, jasper, tiger’s eye,kuarsa pink,
opal

12
2. felspar (adular, amazone)
3. labradorit
4. obsidian
5. lazuri
6. hipersten
7. diopsit

1.3. Mineral
Mineral adalah merupakan unsure atau senyawa hablur/ kristalin yang ada dalam
kerak bumi, bersifat homogen, mempunyai sifat fisik dan kimia tertentu, merupakan
persenyawaan anorganik dan mempunyai susunan kimia yang tetap, dan terbentuk
secara alami.Terdapat beberapa metode atau cara melakukan pemerian mineral yang
selama ini telah banyak digunakan, antara lain:
• Pengamatan sifat fisik (megaskopis)
• Pengamatan sifat optik (Mikroskopik)
• SEM (Scaning Electron Microscope)
• XRD (X-Ray Defraction)
• Microprobe
• Kimia Mineral (Atomic Absorbtion Spectophotometry, X-Ray Fluorescen)
Untuk pelaksanaan praktikum, pemerian dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik
mineral melalui pengmatan megaskopis dengan bantuan kaca pembesar (loupe),
diantaranya meliputi:
• Warna / color, Bentuk / form, Belahan / cleavage, Pecahan / fracture, Cerat /
streak, Kilap / luster, Kekerasan / hardness, Densitas / Density , dan Sifat
magnetic

1.3.1. Warna
Beberapa mineral dapat dikenal karena mempunyai karakter warna tertentu,
mineral yang lain mempunyai kenampakan variasi warna yang lengkap mulai dari hitam
hingga putih transparan, sehingga hanya dapat ditentukan oleh sifat fisik lainnya.
Beberapa kenampakan warna mineral, diantaranya:
• PUTIH : gypsum, kuarsa, kalsit

13
• KUNING EMAS : pirit, kalkopirit, arsenopirit, markasit, pirrhotit, emas
• HIJAU : klorit, epidot, tremolit, diopsit
• ABU-ABU : galena, sfalerit, grafit, hematit
• BIRU : beril, korundum (saphir), azurit
• KUNING : belerang
• HITAM : magnetit, augit, sfalerit
• MERAH : hematit, korundum (rubi), garnet
• COKLAT : biotit, limonit, garnet, k.feldspar
• TIDAK BERWARNA : kuarsa, kalsit, diamond

1.3.2. Bentuk Mineral


Bentuk mineral di alam (kerak bumi) dikontrol oleh sistem kristal dan perawakan
kristal (crystal habits).
Sistem Kristal
Sistem Kristal dibagi menjadi enam kelompok, yaitu :
1. Isometric = Kubus : galena(PbS), halit (Na Cl), pirit (FeS)
2. Tetragonal = Balok : zircon (Zr SiO4), idokras
3. Hexagonal : Quartz (SiO2), Calcite (CaCO3), beril
4. Orthorombic : Topas (Al2 SiO4 (F OH)2), barit (BaSO4)
5. Monoklin : Augit, gypsum (CaSO4)
6. Triklin : Albite ( Na (Al Si3 O8)), Anorthite (Ca (Al2 Si2 O8)), axinit

ISOMETRIK
Pirit HEKSAGONAL
TETRAGONAL
beril
idokras

TRIKLIN
MONOKLIN
ORTOROMBIK axinit
gipsum
barit
Gambar 1.1. Beberapa kenampakan system kristal
14
Perawakan (morfologi) Kristal
Perawakan Kristal merupakan kenampakan bentuk eksternal dari suatu Kristal secara
menyeluruh. Perawakan Kristal dapat dilihat dari individu permukaan kkristal (crystal
faces) seperti bentuk pyramid, bipiramid, kubik, prismatik, berlembar, octahedral,
dodecahedral.
Di alam, mineral tertentu sering hadir membentuk agregat dengan kenampakan
morfologi tertentu, seperti fibrous, globular, radiating, konsentrik, denritik, denritik,
botrioidal, bladed, acicular, lamellar, oolitik, geode, dll.

Gambar 1.2. Beberapa kenampakan perawakan mineral

15
1.3.3. Belahan
Adalah kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu arah atau lebih
a. Belahan satu-arah (mika)
b. Belahan dua-arah yg berpot dg sdt 900 (feldspar)
c. Belahan dua-arah tdk berpot tegak lurus (amfibol)
d. Belahan tiga-arah berpot tegak lurus (halit)
e. Belahan tiga-arah tdk berpot tegak lurus (kalsit)
f. Belahan empat arah (intan)
g. Belahan enam arah(sfalerit)

Gambar 1.3. Beberapa kenampakan belahan dari mineral

1.3.4. Pecahan
Adalah kecenderungan mineral untuk membelah secara tidak teratur, karena tidak
hadirnya bidang belahan

16
Contoh :
> Concoidal : pecahan botol (mineral kuarsa)
> Splintery / fibrous : pecahan seperti serat (Augit, Hypersten,
Serpentin, Piroksen
> Uneven / Irregular : pecahannya kasar dg permukaan tidak teratur
(garnet, hematit)

Gambar 1.4. Contoh kenampakan pevahan concoidal


dan kuarsa

1.3.5. Gores / Cerat / streak


Gores/streak adalah warna dari serbuk mineral, ini akan terlihat dengan menggoreskan
mineral pada lempeng kasar (porselen) dan mengamati warna goresan yg tertinggal.
Contoh :
- Hematit (Fe2O3) Æ berwarna merah coklat
- Limonit (Fe2O3, OH) Æ berwarna kuning
- Magnetit (Fe3O4) Æ berwarna abu-abu
- Augit Æ berwarna abu-abu hijau
- Biotit Æ ceratnya tidak berwarna
- Ortoklas Æ ceratnya putih

1.3.6. Kilap/Luster
Adalah kualitas dan intensitas cahaya yang dipantulkan dari permukaan suatu mineral.
Kilap dibagi menjadi dua :
1. Kilap Logam (Metallic Luster) : galena, pyrit, magnetit, chalcopyrite, hematit.

17
2. Kilap Non Logam (Non Metallic Luster):
a. Kilap Intan : Admantine : intan
b. Kilap kaca : Vitreous : kuarsa, kalsit
c. Kilap sutera : Silky : asbes, gypsum.
d. Kilap damar : Resineous : sphalerite
e. Kilap mutiara : Pearly : dolomit, brukit.
f. Kilap lemak : Greasy : talk, serpentin, nefelin
g. Kilap tanah : Earthy : mineral lempung, oker

1.3.7. Kekerasan
SKALA KEKERASAN MOHS :
1. Talc
2. Gypsum
3. Calcite
4. Fluorite
5. Apatite
6. Feldspar
7. Quartz
8. Topaz
9. Corundum
10. Diamond

Gambar 1.5. Gambar yang menunjukkan skala


kekerasan Mohs

18
Tabel 1.3. Memperlihatkan harga kekerasan beberapa
unsure dan mineral (skala kekerasan Mohs)
MINERAL KEKERASAN MINERAL KEKERASAN
Au 2.5-3 Galena 2.5-2.8
Cu 2.5-3 Kalkopirit 4.2-4.3
Ag 2.5-3 Magnetit 5.5-6.5
Fe 4-5 Pirit 6-6.5
Pt 4-4.5 Andradit 6.5-7.5
As 3.5 Diopsid 5-6
C grafit 1-2 Flogopit 2.5-3
S 1.5-2.5 Sfalerit 3.5-4

1.3.8. Densitas
Densitas adalah berat atau masa suatu benda pada volume tertentu, yang
diekpresikan dengan satuan kg/m3 atau ton/m3 . masa atau berat benda adalah
perkalian volume dengan densitas, sementara volume merupakan masa dibagi dengan
densitas.
Spesific Gravity (SG) adalah rasio densitas suatu benda terhadap benda yang
dianggap ssebagai standart. Standart pembanding benda padat dan cait adalah air pada
suhu 4° C (39.2° F), yang mempunyai densitas 1 kg/liter. Sedangkan substansi yang
berbentuk gas dibandingkan dengan udara kering yang mempunyai densitas 1,29 g/liter
pada kondisi standart (0° C dan 1 atm). Sehingga Hg cair yang mempunyai densitas
13,6 Kg/lt akan mempunyai SG 13,6 atau magnetit padat yang mempunyai densitas 5,2
ton/m3 akan mempunyai SG 5,2. Sedangkan gas CO2 yang mempunyai densitas 1,976
akan mempunyai SG 1,53. Karena perbandingan kedua benda mempunyai dimensi atau
satuan yang sama (masa/volume), maka SG tidak mempunyai dimensi.

densitas = berat/volume ( g/cm3 atau ton/m3)

Mineral-mineral dengan densitas lebih besar daripada densitas kuarsa (2,65 ton/m3)
atau feldspar (2,54 ton/m3 – 2,76 ton/m3), atau lebih besar dari 2,8 ton /m3 dikenal
sebagai mineral berat.
Mineral-mineral berat dapat bersifat opak maupun transparan (non opak).
Mineral-mineral yang tidak opak diantaranya adalah apatit, epidot, garnet, rutil,

19
staurolit, turmalin dan zircon sedangkan yang opak yang paling sering dijumpai adalah
ilmenit dan magnetit.

Tabel 1.4. Contoh densitas beberapa Mineral Berat

SISTEM KRISTAL dan


NAMA KOMPOSISI densitas WARNA
BENTUK KRISTAL
(Ca, Mg, Fe,Al)2 Monoklin; Prismatik pendek, Abu-abu gelap, Hitam, Coklat,
Augite
(Al, Si)2 O6 lammellar 3.2 - 3.6 hijau -hitam
K(Mg,Fe”)3
Monoklin; Tabular dengan 6
Biotite (AlSi3)O10 2.7 – 3.7 Hitam, hijau gelap
sisi kristal
(OH,F)2
Diopside Ca(Mg,Fe”) 3.3
Monoklin; Prismatik Putih, hijau
Si2O6
Ca2Fe’’Al2O. 3.4
Monoklin;
Epidot Si2O7. Hijau
Memanjang, , berbutir
SiO4(OH)
Trigonal, melembar, , 5.2
Hematite Fe2O3 Merah sampai hitam; abu-abu
menyerat, berbutir
NaCa2 2.9 - 3.4
(Mg,Fe”)4 (Al, Fe”’) Monoklin; prismatic panjang Hitam, hijau sampai hitam
Hornblende
(Si,Al)8 O22(OH,F)2
Trigonal; 4.7
Ilmenit FeTiO3 Besi-hitam
tabular tebal, prismatik,
Cubic; Oktahedral, kadang 5.2 Besi – Hitam, kenampakan
Magnetit Fe3O4
dodecahedral metalik.
KAl2(AlSi3O10) 2.85 Hampir tidak berwarna-atau
Muskovit Monoklin; tabular
(OH,F)2 coklat, hijau
Rutil TiO2 Triklin; prismatic, accicular 4.2 Merah-coklat, kuning, black
Pirit FeS2 Kubic 5 Tembaga-kuning
4.3 Kuning – emas, merah,
Zirkon ZrSiO4 Tetragonal; prismatik
coklat/hijau.

                                                                                                         

1.3.9. Klasifikasi Mineral


Secara umum mineral dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok. Diantara
kelompok yang penting adalah:

1. Native Elements, mineral atau kristal yang terdiri dari unsure tunggal.
Contoh native Au, intan (C), native Cu
2. Sulfides (termasuk sulfosalt), suatu senyawa yang mengandung unsure
sulfur (S), contoh pirit (Fe2S), kalkopirit (CuFeS2), galena (PbS)
3. Oxides dan hydroxides, senyawa yang mengandung unsure oksige (O)
seperti magnetit (Fe3O4), atau OH seperti Gibbsite (Bauxite) Al(OH)3

20
4. Silicates, senyawa yang mengandung unsure silicon (Si) dan oksigen
(O), seperti garnierite (Ni,Mg)6(Si4O10) (OH)4.4H2O, olivine
(Mg,Fe)2Si2O4
5. Halides
Halite (NaCl), Fluorit (CaF2)
6. Carbonates
Kalsit (CaCO3), Magnesite (MgCO3) ,Dolomite (CaMg (CO3)2)
7. Sulfates
Barit (BaSO4), Gipsum (CaSO4)
8. Phosphates
Apatit Ca5(PO4)3(OH,F,Cl), Monazite (Ce,La,Th)PO4

21

Das könnte Ihnen auch gefallen