Sie sind auf Seite 1von 3

ASUHAN KEPERAWATAN UPAYA BUNUH DIRI

A. Konsep Bunuh Diri


Definisi suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu
secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh
diri meliputu isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka atau mernyakiti diri sendiri.

B. Bunuh Diri sebagai Masalah Dunia


Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-
laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain
dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita
lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka
lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara
menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu
juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari
tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena factor kecelakaan.

Faktor yang berkontribusi pada anak dan remaja


Keluarga dan lingkungan terdekat menjadi pilar utama yang bertanggung jawab dalam
upaya bunuh diri pada anak dan remaja, pernyataan ini ditunjang oleh teori Vygotsky
bahwa lingkungan terdekat anak berkontribusi dalam membentuk karakter kepribadian
anak, menurut Stuart Sundeen jenis kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri
adalah tipe agresif, bermusuhan, putus asa, harga diri rendah dan kepribadian antisocial.
Anak akan lebih besar melakukan upaya bunuh diri bila berasal dari keluarga yang
menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri,
gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme.
Faktor lainnya adalah riwayat psikososial seperti orangtua yang bercerai, putus
hubungan, kehilangan pekerjaan atau stress multiple seperti pindah, kehilangan dan
penyakit kronik kumpulan stressor tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang
kurang konstruktif, anak akan mudah mengambil jalan pintas karena tidak ada lagi
tempat yang memberinya rasa aman, menurut Kaplan gangguan jiwa dan suicide pada
anak dan remaja akan muncul bila stressor lingkungan menyebabkan kecemasan
meningkat.

PERAN PERAWAT DALAM PRILAKU MENCEDERAI DIRI


Pengkajian:
1. Lingkungan dan upaya bunuh diri
Perawat perlu mengkjai pristiwa yang menghina atau menyakitkan , upaya persiapan ,
ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan
kekerasan, racun.

2. Gejala
Perawat mencatat adaya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan
tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi, gelisah, insomnia menetap, bewrat badan
menurun, bicara lamban, keletihan, withdrawl.

3. Penyakit psikiatrik:
Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif, depresi remaja, gangguan
mental lansia.

4. Riwayat psikososial
Bercerai, putus hubungan , kehilangan pekerjaan, stress multiple (pindah, kehilangan,
putus hubungan, masalah sekolah, krisis disiplin, penyakit kronik.

5. Faktor kepribadian
Impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kakuk, putus asa, jharga diri
rendah, antisocial

6. Riwayat keluarga
Riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme

Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi mutilasi diri/kekerasan pada diri sendiri sehubungan dengan takut terhadap
penolakan, alam perasaan yang tertekan, reaksi kemarahan, ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara verbal, ancaman harga diri karena malu, kehilangan
pekerjaan dan sebagainya.
Sasaran jangka pendek: klien akan mencari bantuan staf bila ada perasaan ingin
mencederai diri
Sasaran jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

Intervensi dan Rasional

• Observasi prilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari
kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien
• Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan memintya bantuan jika
keinginan untuk bunuh diri dirasakan (mendiskusikan perasaan ingin bunuh diri
dengan orang yang dipercaya)
• Jika mutilasi diri terjadi, rawat luka klien dengan tidak mengusik penyebabnya,
jangan berikan reinforcement positive untuk prilaku tersebut (kurangnya perhatian
untuk prilaku maladaptive dapat menurunkan pengulangan mutilasi).
• Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimilikinya sebelum prilaku ini
terjadi (agar memahami masalah)
• Bertindak sebagai model dalam mengexpresikan kemarahan yang tepat (prilaku
bunuh diri dipandang sebagai marah yang diarahkan pada diri sendiri)
• Singkirkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien (keamanan klien
merupakan prioritas perwatan)
• Arahkan kembali prilaku mutilasi dengan penyaluran fisik (latihan fisik
merupakan cara yang aman untuk menyalurkan ketegangan yang terpendam)
• Komitment semua staf untuk memberikan spirit kepada klien
• Berikan obat-obatan sesuai hasil kolaborasi, pantau keefektifan, dan efek sampin
• Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur tetap
• Observasi klien dalam restrain tiap 15 menit/sesuai prosedur tetap dengan
mempertimbangkan keamanan, sirkulasi darah, kebutuhan dasar (keamanan klien
merupakan prioritas keperawatan)

INTERVENSI KLIEN BUNUH DIRI

1. Listening, kontrak, kolaborasi dengan keluarga


Klien bisa ditolong dengan terapi dan mencoba untuk mengungkapkan peasaannya,
berikan dukungan agar dia tabah dsan tetap berpandangan bahwa hidup ini bermanfaat.
Buatlah lingkungannya seaman mungkin dan jauhkanlah dari alatttt-alat yang bisa
digunakan untuk bunuh diri.

2. Pahami persoalan dari kacamata mereka


Harus dihadapi dengan sikap menerima, sabar, dan empati. Perawat berupaya agar tidak
bersikap memvonis, memojokkan, apalagi menghakimi mereka yang punya niat bunuh
diri. Pada saat sedang menderita ia membutuhkan bantuan orang lain, ia butuh ventilasi
untuk mengalirkan perasaan dan masalahnya. Namun ia biasanya takut untuk mencari
pertolongan.

3. Pentingnya partisipasi masyarakat


Gangguan kejiwaan biasanya bisa sembuh hanya perlu terus dievaluasi karena sewaktu-
waktu bisa kambuh, dalam hal ini dukungan keluarga sangat penting untuk upaya
penyembuhan klien , keluarga perlu didukung masyarakat sekitarnya agar klien gangguan
jiwa dianggap sama dngan penyakit-penyakit fisik lainnya.

4. Expess feeling
Perlu ada dukungan dari lingkungan seperti sharing atau curhat sehingga membantu
meringankan beban yang menerpa, selain mengontrol emosi, lebih mendekatkan diri
kepada yang maha kuasa.

5. Lakukan implementasi khusus, seperti menjauhkan benda-benda berbahaya dari


lingkungan klien, dan mengobservasi prilaku yang berisiko untuk bunuh diri

(Sumber: Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama: Bandung)

Das könnte Ihnen auch gefallen