Sie sind auf Seite 1von 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan ADHD mengidap sebagian besar pada anak-anak terutama pada anak laki-laki
(dengan perbandingan 3 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan), namun
demikian gangguan ADHD terdapat juga pada usia remaja dan orang dewasa. Biasanya
pada anak-anak yang mengidap ADHD tidak akan hilang sampai ia menjelang dewasa,
sekitar 60% anak-anak ADHD akan membawa simtom ADHD sampai ia dewasa.
Diagnosa ADHD pada orang dewasa dilakukan dengan hati-hati, hal ini disebabkan
adanya gejala-gejala serupa dengan depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan atau
kesulitan dalam belajar (learning disability).
Gangguan ADHD merupakan permasalahan yang kompleks bagi mereka yang terlibat di
dalamnya, individu yang terlibat secara langsung dengan ADHD akan menemui pelbagai
kesulitan dengan gejala yang ditunjukkan oleh ADHD. Bila tanpa dijaga dan dibimbing
dengan baik, beresiko kecelakaan, terlibat dalam penyalahgunaan obat, gagal di sekolah,
munculnya perilaku anti sosial dan tindakan kejahatan. Sementara bila orang-orang
sekitarnya mendukung dengan metode yang tepat dapat mengurangi resiko seperti
tersebut diatas atau bahkan dapat menumbuhkan kreativitas.
ADHD berhubungan erat dengan kecemasan, gangguan berbicara atau mendengar,
kesulitan belajar, gangguan obsessive-compulsive (OCD), dan permasalahan perilaku
seperti conduct disorder atau oppositional defiant disorder (ODD).
1.2 Rumusan Masalah
1.2. 1 Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ADHD?
1.2. 2 Apa penyebab dan simtom ADHD?
1.2. 3 Apa hubungan ADHD dikaji dari sudut pandang Neurologi?
1.3 Prosedur Pemecahan Masalah
Pendekatan penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi
literatur dan komparasi dari berbagai sumber pengetahuan dari buku dan internet
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang
pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian).
Diperkirakan jenis gangguan ini sudah ada sejak lama, bahkan ciri gangguan ini mirip sekali
seperti yang pernah digambarkan oleh Hippocrates (460-370 SM).
Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1980an
dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) III edisi ketiga yang
menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah tersebut diganti menjadi ADHD dengan
pembagian tiga tipe gangguan; tipe hiperaktif-impulsif, tipe gangguan atensi, dan kombinasi
antara keduanya.

2.2 Penyebab
Penyebab kemunculan ADHD tidak diketahui dengan pasti, hal terpenting untuk dilakukan
adalah dengan memberikan pelatihan pada anak agar ia mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Orangtua juga selayaknya mencari informasi secara tepat mengenai pelbagai
informasi mengenai ADHD, terapi, cara pengasuhan dan jenis obat-obatan yang mendukung
dan pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
Saat ini sedang dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai fungsional lobus frontal
pada anak-anak ADHD, kerusakan fungsi lobus frontal diyakini sebagai salah penyebab
simtom ADHD muncul ―sementara fungsi bagian otak tersebut adalah sebagai kontrol
perencanaan, pemecahan masalah, mengerti perilaku orang lain, dan mengatur impuls adalah
hal-hal yang tidak dimiliki oleh penderita ADHD.
Beberapa kemungkinan faktor penyebab kemunculan ADHD;
1. Genetik
Penyebab terbanyak dalam kasus ADHD adalah faktor genetika, sama halnya dengan
beberapa jenis gangguan lainnya yang serupa. Menurut para ahli, penderita ADHD
ditemukan kadar dopamine yang rendah dalam otak. Untuk saat ini sedang dilakukan
penelitian yang lebih mendalam mengenai jenis gen-gen yang terlibat dalam memproduksi
kimia dopamine dalam otak seperti studi yang dilakukan oleh ADHD Molecular Genetics
Network.
2. Cedera kepala
Cedera kepala diperkirakan dapat memunculkan ADHD. Cedera kepala dapat disebabkan
oleh penggunaan obat-obatan berlebihan (menjadi racun) atau luka pada masa sebelum atau
sesudah melahirkan. Para ahli memperkirakan kerusakan (luka) pada bagian lobus frontal ini
dapat menjadi salah faktor kemunculan ADHD
3. Makanan
Jenis makanan adiktif dan gula dapat memberikan perilaku tertentu pada anak-anak, para ahli
meyakini bahwa jenis makanan adiktif dan gula (termasuk pelbagai manisan) dapat
memperburuk kondisi ADHD dalam perilaku abnormal.
Pada tahun 1982 para ahli telah membahas isu ini, dalam temuan mereka disebutkan bahwa
sekitar 5% anak ADHD menunjukkan penurunan perilaku abnormal setelah melakukan diet
gula, akan tetapi beberapa penelitian lainnya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan
antara ADHD dan gula.
Terpenting dalam beberapa penelitian tersebut para ahli menyimpulkan secara bersama
kekurangan asam lemak omega-3 berhubungan erat dengan simtom ADHD. Omega-3
merupakan lemak yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan fungsi otak, kekurangan
lemak ini memberikan kontribusi munculnya pelbagai penyimpangan seperti ADHD.
Suplemen minyak ikan dapat mengurangi simtom-simtom ADHD yang muncul, beberapa
anak menunjukkan kemajuan disekolah dengan meminum suplemen tersebut.
4. Lingkungan
Asap rokok mempunyai hubungan erat dengan ADHD, beberapa penelitian menunjukkan
anak yang mengidap ADHD berhubungan erat dengan ibu yang merokok selama masa
kehamilan, di duga nikotin dapat mengakibatkan hypoxia (kekurangan oksigen) pada janin
yang pada akhirnya dapat membuat bayi kekurangan suplai oksigen ke otak dan
menimbulkan kerusakan. Penelitian ini berlanjut pada lingkungan sekitarnya yang dipenuhi
dengan asap rokok atau ibu yang merokok pada masa sesudah melahirkan mempunyai
hubungan erat dengan kemunculan ADHD pada anaknya.
Penelitian (2006) yang dilakukan oleh Environmental Health Perspectives menemukan
bahwa 4.704 anak-anak (usia 4-45 tahun) atau sekitar 4,2% penderita ADHD memiliki ibu
yang merokok selama kehamilan mempunyai potensi berkembangnya ADHD yang lebih
parah 2,5 kalinya dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok semasa kehamilan.
Faktor lainnya yang diduga berasal dari lingkungan yang dapat memunculkan ADHD pada
anak adalah cat, beberapa jenis cat yang berbau menyengat atau cat dinding pada rumah yang
sudah berumur. Saluran pipa yang berkarat juga mengandung toksik karat yang berbahaya.

2.3 Tipe-tipe ADHD Beserta Simtomnya


Ada tiga tipe utama ADHD yakni tipe hiperaktif-impulsif, tipe gangguan atensi, dan
kombinasi antara keduanya. Hal yang perlu diingat bahwa adanya kemungkinan setiap anak
menunjukkan adanya gejala ADHD dalam perilakunya sehari-hari, hal ini bukanlah berarti
bahwa anak tersebut secara langsung dapat dianggap mengidap gangguan ADHD, bila
gejala-gejala yang ada terus berlanjut, maka barulah diperlukan kunjungan ke tenaga
kesehatan profesional. Beberapa tipe ADHD tersebut ialah :
1. Tipe hiperaktif-impulsif
Tipe hiperaktif-impulsif berhubungan erat dengan self control pada anak, biasanya anak
dengan tipe ini sangat sulit untuk duduk tetap, anak ini akan mengalami pelbagai
permasalahan di sekolah. Secara awam anak dengan ADHD tipe ini tidak terdeteksi secara
nyata, kebanyakan orang akan beranggapan bahwa anak tersebut mengalami permasalahan
dengan minat, perhatian, tidak termotivasi, kurang berkonsentrasi, atau dianggap tidak
disiplin.
Tanda-tanda tersebut berlanjut pada adanya gangguan perilaku impulsif, tidak mampu
berkonsentrasi, tidak mampu menjalin persahabatan, terlihat bingung dan sebagainya
disekolah atau dirumahnya. Biasanya gangguan ADHD akan diketahui dikemudian harinya.
a. Anak hiperaktif
Anak hiperaktif selalu terlihat penuh semangat dalam setiap gerakan dan perilakunya. Ia
akan menyentuh segala sesuatunya yang terbersit dalam pikirannya, bermain atau berlari
kesana-kemari dan berbicara setiap ada waktu. Anak hiperaktif kesulitan untuk diam,
tidak bisa duduk atau mendengarkan, mungkin saja ia menggoyangkan badannya,
berjalan kesana-kemari, menyentuh benda-benda, mencoret-coret dengan pensil. Anak
hiperaktif selalu terlihat sibuk dan selalu mencoba melakukan sesuatu meskipun sudah
pernah ia kerjakan sebelumnya.
b. Anak impulsif
Anak impulsif terlihat seperti tidak mampu untuk mengontrol reaksi atau pikirannya
sebelum melakukan pekerjaannya. Mereka sering berkata tanpa berpikir sebelumnya,
pengungkapan emosi yang tidak terkendali, dan melakukan sesuatu tanpa memperhatikan
dampak dan konsekuensinya. Anak impulsif tidak sabar menunggu untuk melakukan
keinginannya. Individu tipe ini termasuk remaja dan orang dewasa lebih memilih
aktivitas-aktivitas tertentu yang mudah untuk mendapat penghargaan.
Indikasi gangguan;
 berlari, memanjat atau tidak bisa diam, tidak mau duduk ketika ia diharapkan untuk diam
suka menyeletuk pembicaraan orang lain
 tidak menyukai antri atau menunggu giliran
 tidak menyukai aktivitas yang sifatnya tenang, misalnya perpustakaan
 suka menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
 gelisah, melipat tangannya ke kakinya dan suka menggeliat ketika duduk
 gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk
 sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain dimana seharusnya duduk
tenang
 kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
 seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin
 berbicara terlalu banyak
 sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan. (impulsivitas)
 kesulitan menunggu giliran (impulsivitas)
 kenyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain (impulsivitas)
2. Tipe gangguan atensi
Anak yang didiagnosa dengan tipe ini akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat
merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe
ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk
diselesaikan.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis pekerjaan yang
semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak bersekolah. Mereka
sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua tugas (PR) yang ia
kerjakan selalu salah. Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi.
Anak dengan tipe gangguan atensi akan mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat
dan tidak luwes. Mereka juga kadang salah dalam mengartikan informasi yang diterimanya,
sulit memahami atau mengerti penjelasan gurunya. Berbeda dengan tipe hiperaktif-
kompulsif, anak tipe ini dapat diam dan tenang dalam melakukan pekerjaannya, namun tidak
berarti bahwa ia benar-benar serius terlibat dengan pekerjaannya, bisa jadi anak tersebut
tidak mengerti dengan tugas atau instruksi yang diberikan kepadanya.
Indikasi gangguan;
 ketidakmampuan memperhatikan detil atau melakukan kecerobohan dalam mengerjakan
tugas, bekerja, atau aktivitas lain.
 kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
 kadang terlihat tidak perhatian ketika berbicara dengan orang lain
 tidak mengikuti perintah dan kegagalan menyelesaikan tugas
 kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas
 kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan proses
mental yang lama, misalnya: tugas sekolah
 sering kehilangan dan lupa barang miliknya, misal: mainan, pensil, buku, dll
 mudah terganggu stimulus dari luar
 sering lupa dengan aktivitas sehari-hari
 tidak dapat berkonsentrasi terhadap hal-hal kecil, banyak membuat kesalahan di sekolah
atau aktivitas dalam kelompoknya
 mudah terganggu konsentrasi pada suara atau hal lainnya
 tidak dapat mengerti pada instruksi dan membuat banyak kesalahan, tidak menyelesaikan
tugasnya
 kesulitan dalam mengatur aktivitas atau kegiatan penting lainnya
 perilaku tidak menunjukkan bahwa ia sedang mendengar atau memperhatikan dengan
serius
 menghindari atau tidak menyukai hal-hal yang menyangkut dengan permasalahan mental
seperti motivasi, menikmati atau terlibat dalam kegembiraan (enjoyable) dalam jangka
waktu lama.
3. Tipe kombinasi
Tipe kombinasi merupakan kombinasi antara dua tipe hiperaktif-kompulsif dan gangguan
atensi

2.4 Hubungan ADHD dan Neurologi


Sejumlah penelitian telah dilakukan oleh para ahli di berbagai pelosok dunia untuk
menyingkap penyebab pasti gangguan ini. Hasilnya, ada yang salah pada otak anak
penderita Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD).
Demi mendukung penelitian, para ahli telah menggunakan peralatan paling mutakhir untuk
melakukan pencitraan otak. Misalnya, Positron Emission Tomography (PET), Single
Photon Emission Computed Tomography (SPECT), serta Magnetic Resonance Imaging
(MRI).
Diketahui memang ada yang salah pada otak anak Attention Deficit Hiperactive Disorder
(ADHD). Kelainan pada otak ini bisa terjadi di bagian depan otak, namun bisa pula terjadi
pada senyawa kimia penghantar rangsang atau neurotransmitter. Khususnya, dari jenis
dopamin dan norepinefrin. Otak anak penderita ADHD, khususnya otak kanan, memiliki
ukuran yang lebih kecil. Adapun bagian otak pada anak ADHD terjadi gangguan yang
mempengaruhi beberapa bagian dari otak, yaitu:
• Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi, membuat keputusan
yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari, dan
menyesuaikan diri dengan situasi.
• Mekanisme inhibitor dari cortex
Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif dan bertindak
semaunya serta mengendalikan emosi.
• Sistem limbik
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan menghasilkan emosi yang
normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur yang normal dan kemampuan untuk
mengatasi stress yang normal. Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap
keadaan-keadaan tersebut.
• Sistem aktivasi retikular
Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk dari semua
pancaindera dan bagian otak lainnya.
Gangguan yang ada pada bagian-bagian otak tersebut akhirnya turut mengganggu fungsi,
kualitas, dan kemampuan bagian otak itu sendiri.

2.5 Treatment
Studi yang begitu lama membuktikan bahwa kombinasi antara obat-obatan dan psikoterapi
(behavioral therapy) dan manajemen medikasi yang tepat, terapi yang intensif dan komunitas
treatment yang rutin telah menolong anak-anak dengan gangguan ADHD menjadi lebih baik.
Menurunnya intensitas kecemasan, membaiknya penampilan di sekolah, meningkatnya
kualitas hubungan antara orangtua-anak, meningkatkan kemampuan sosial merupakan
keuntungan pemberian treatment secara dini, tentunya dengan medikasi yang rendah dosis.
Kadang beberapa anak menunjukkan efek buruk dari medikasi, oleh karenanya perlunya
pengawasan ketat dalam pemberian obat-obatan, apalgi bila anak tersebut disertai dengan
gangguan kecemasan dan depresi. Haruslah berhati-hati dalam memberi obat-obatan medis.
a. Medikasi
Jenis obat simultan berguna menurunkan gejala hiperaktif dan kompulsif, beberapa anak juga
dilaporkan meningkatnya konsentrasi, pekerjaan dan belajar. Selain itu obat jenis simultan
juga meningkatkan koordinasi tubuh sehingga anak tidak menemui kesulitan dalam
melakukan pekerjaan tangan atau berolahraga.
Jenis simultan dianggap paling baik, dalam dosis yang rendah tidak akan membuat anak
seperti “fly”. Selama pemberian obat dalam dosis rendah dan terkontrol jenis simultan ini
dianggap tidak menimbulkan adiktif. Dalam treatmen juga diusahakan manajemen pemberian
obat-obatan, misalnya seminggu sekali atau pada waktu siang hari.
Jika dalam seminggu tidak memberi pengaruh meningkatkan performance, dokter akan
meningkatkan dosis, jika tidak juga memberi pengaruh maka dokter akan mengganti dengan
obat jenis lainnya.
Obat yang digunakan untuk gangguan ADHD pada anak-anak
Nama Obat Nama Generik Peruntuk
Adderall
amphetamine 3 > Tahun
Adderall XR
Concerta methylphenidate 6 > tahun
Cylert pemoline 6 > tahun
Daytrana methylphenidate 6 > tahun
Dexedrine 3 > Tahun
dextroamphetamine
Dextrostat
Focalin dexmethylphenidate 6 > tahun
Metadate ER
methylphenidate 6 > tahun
Metadate CD
Ritalin methylphenidate 6 > tahun
Strattera atomextine 6 > tahun
Vyvanse lisdexamfetamine 6 > tahun

Cylert mempunyai pengaruh buruk terhadap fungsi ginjal, oleh karenanya obat ini tidak
diberikan pada awal-awal terapi
b. Psikoterapi

Behavior therapy

Terapi ini berguna untuk meningkatkan kemampuan pada anak, pada terapi ini orangtua
terlibat langsung dalam terapi, misalnya memberikan penghargaan terhadap perilaku yang
positif yang ditujukkan oleh anak. Ketika anak mulai kehilangan kontrol, orangtua
mengambil time out, dan menyuruh anak untuk diam di kursinya sampai ia menjadi tenang.
Tujuan dalam terapi ini juga mengajarkan anak untuk mengenal muatan-muatan emosinya.
Terapi juga mengajarkan orangtua teknik-teknik bersenang-senang dengan anak ADHD
tanpa harus merasa tertekan.

Social skills training


Dalam pelatihan ini anak belajar cara-cara menghargai dan menempatkan dirinya bersama
dengan kelompok bermainnya. Pelatihan ini juga anak diajarkan kecakapan bahasa nonverbal
melalui insyarat wajah, ekspresi roman, intonasi suara sehingga anak cepat tanggap dalam
pelbagai situasi sosial. Disamping itu anak juga diajarkan untuk belajar mengendalikan
impuls misalnya dilatih untuk menunggu giliran bermain, berbagi mainan dengan temannya,
Pelatihan ini juga diharapkan anak dapat mengontrol perilaku amarah yang tidak terkendali.

Family support groups

Merupakan kelompok orangtua yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan ADHD
untuk berbagi pengalaman. Kelompok ini juga saling menyediakan informasi bagi sesama
anggotanya, mengundang pembicara profesional untuk berbagi pengetahuan dalam
menghadapi dan membesarkan anak-anak mereka.
BAB III

KESIMPULAN

Memang pada anak-anak yang mengalami ADHD biasanya akan sulit disembuhkan dan hanya
bisa diakukan suatu treatment untuk mengurangi perilaku tersebut. Tapi ada kecenderungan
ADHD pada anak akan hilang ketika dewasa. Namun tetap dengan diadakannya treatment dan
pengaruh lingkungan yang mau mendukung anak maka kemungkinan anak akan bisa sembuh.
Namun sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan karena bisa berdambak negative karena
memiliki zat-zat aditif.
DAFTAR PUSTAKA

Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly .2005. Psikologi Abnormal jilid 2.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sternberg, Robert J.2001.Psychology In Search of Human Mind. US : Harcourt, Inc.

Ormrod, Jeanne E.2004. Human Learning. New Jersey: Pearson education, Inc

Nazliah. (2010).Penyebab Anak ADHD, [online]. Tersedia: http://nazliah-


lovestoeat.blogspot.com/2010/03/penyebab-anak-adhd.html. [15 April 2010]

Sayed Muhammad. (2009). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), [online]. Tersedia
: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi59adhd.php. [15 April 2010]

Das könnte Ihnen auch gefallen