Sie sind auf Seite 1von 5

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 11 No. 02 Juni l 2008 Halaman 72 - 76


Hamzah Hasyim: Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah
Artikel Penelitian

MANAJEMEN PENYAKIT LINGKUNGAN


BERBASIS WILAYAH
APPLICATION MANAGEMENT ENVIRONMENTAL DISEASE
BASED OF SPESIFIC AREA

Hamzah Hasyim
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

ABSTRACT kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Masalah


New Emerging and Re Emerging Infectious Diseases based of penyakit infeksi yang “baru” terdeteksi oleh manusia
environment, were concern of public health, affect the socio
economic loss, political aspect and others. Existence of triple
dan penyakit yang tadinya “sudah terkendali” namun
burden of disease, environmental pollution, management the kemudian meningkat kembali (New Emerging and
health which not full support to national development represent Re emerging Infectious Diseases) sudah
some factors causing damage health nation. dibicarakan sejak awal tahun 1990-an, dan diprediksi
Through literature review this writing make solution alternative
by management environment disease which ”evidences based”
akan menjadi masalah global di masa mendatang.
approach collected periodical, systematic and planned to Kelompok New Emerging Infectious Diseases (NEID)
specific area. antara lain Avian Influenza (2004), SARS (2003),
West Nile Virus (1999), Nipah Virus (1999), Hantaan
Keywords: management of disease, new emerging and re
emerging infectious diseases
virus (1977), Legionella pneumophilla (1977), Ebola
virus (1977), Hepatitis C (1989), dan lain sebagainya.
Kelompok Re Emerging Infectious Diseases (REID)
ABSTRAK antara lain Cholera, Diphtheria, Malaria,
Penyakit berbasis lingkungan yang “baru” terdeteksi dan Tuberkulosis, Japanese Encephalitis, Rift Valley
penyakit yang tadinya “sudah terkendali” namun kemudian Fever, Dengue Fever, DHF, dan lain sebagainya.1
meningkat kembali (New Emerging and Re emerging Infectious
Diseases), merupakan masalah kesehatan masyarakat yang Dampak yang ditimbulkan akibat penyakit
telah menimbulkan kekhawatiran, dampak kerugian ekonomi, berbasis lingkungan ini meliputi kepanikan, kerugian
menelan banyak korban, kepanikan, aspek politik, dan lain ekonomi, menelan banyak korban, aspek politik,
sebagainya. Adanya triple burden of deseases, tingginya pariwisata dan lain sebagainya. New Emerging
pencemaran lingkungan, upaya kesehatan yang belum
sepenuhnya dikaitkan dengan pembangunan merupakan Infectious Diseases (NEID) dapat meluas dengan
beberapa faktor yang menyebabkan kesehatan bangsa ini cepat, sehingga kewaspadaan dini serta sensitivitas
terpuruk. terhadap adanya potensi kejadian yang diperkirakan
Melalui pendekatan literatur, penulisan ini mengemukakan meluas, amat diperlukan. Sebagai bagian dari
alternatif pemecahan masalah melalui pendekatan manajemen
penyakit, berdasarkan ”evidences based” yang dikumpulkan komunitas dunia yang berada di kawasan dinamis,
secara periodik, sistimatik dan terencana dalam satu wilayah. masyarakat Indonesia merupakan kelompok at risk.
Untuk itu diperlukan agenda dari pelbagai profesi
Kata Kunci : manajemen penyakit, penyakit “baru” terdeteksi, kesehatan, duduk bersama melakukan manajemen
penyakit infeksi yang meningkat kembali
kasus dan manajemen kesehatan masyarakat serta
senantiasa mengikuti perkembangan, baik
PENGANTAR pengetahuan maupun teknologi pengendalian
Belum hilang kekhawatiran oleh kemunculan penyakit infeksi baru ini. 2
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yang
berasal dari sebuah kota kecil Guangdong, kembali BAHAN DAN CARA PENELITIAN
kita dikejutkan dengan Flu Burung oleh Virus Hendrik L. Blum dalam Planning for Health,
Influenza A subtype H5N1. Sementara itu penyakit Development and Application of Social Change
klasik tular vektor seperti Malaria, Demam Berdarah Theory secara jelas menyatakan bahwa determinan
Dengeu tetap eksis memberikan konstribusi masalah status kesehatan masyarakat merupakan hasil
kesehatan masyarakat serius yang sampai saat ini interaksi domain lingkungan, perilaku dan genetika
telah menimbulkan korban kesakitan, kematian serta serta bukan hasil pelayanan medis semata-mata.3

72 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 2 Juni 2008


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Kualitas lingkungan merupakan determinan penting


terhadap kesehatan masyarakat, penurunan kualitas
lingkungan memiliki peran terhadap terjadinya
penyakit diare, ISPA, malaria, schistosomiasis dan
penyakit vektor lainnya, CPOD (PPOM), CVD,
penyakit infeksi pada anak.4 Program pemberantasan
penyakit menular langsung (P2ML) antara lain
mengfokuskan pada upaya pemberantasan penyakit
TB, pemberantasan penyakit kusta dan frambusia,
penyakit ISPA dan penyakit diare. Pengembangan
program penanggulangan penyakit TBC dengan
startegi DOTS sampai tahun 2004 telah dilaksanakan
di seluruh provinsi (33 provinsi), di 432 (98%) dari Grafik. 2 Penemuan Cacat Tingkat 2 Diantara
440 kabupaten/kota yang ada. Secara kuantitatif, Kasus Baru 2000-2004
DOTS telah dilaksanakan di 7.349 Puskesmas
(97%) dari 7.592 Puskesmas yang ada. Demikian Manajemen pengendalian penyakit lingkungan
juga di BP4/RSTP sudah 100% dan Rumah sakit berbasis wilayah merupakan upaya tatalaksana
baru 24% dari 1.234 RS. Pelaksanaan pengendalian penyakit dengan cara mengendalikan
penanggulangan penyakit TBC sampai tahun 2004 berbagai faktor risiko penyakit yang dilaksanakan
telah dapat menurunkan insiden kasus menular dari secara simultan, paripurna, terencana, dan
130/100.000 penduduk (1995) menjadi 115/100.000 terintegrasi dengan tatalaksana kasus penyakit
penduduk (2003)-WHO.5 Cakupan penemuan kasus berkenaan yang dilaksanakan pada satu wilayah
atau case detection rate (CDR) tahun 2004, tertentu. 1 Manajemen penyakit menular dalam
sebanyak 15 dari 30 provinsi yang dapat mencapai sebuah wilayah harus dilakukan secara terencana
target 60% ke atas. dan terpadu dengan berbagai faktor risiko. Dengan
demikian, manajemen penyakit menular berbasis
lingkungan adalah suatu proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program pemberantasan
penyakit menular yang didasarkan pada fakta,
dengan melakukan intervensi pada sumber penyakit,
serta faktor risiko yang berkenaan dengan proses
timbulnya penyakit yang dilakukan secara simultan
dan komprehensif dalam satu wilayah.
Ciri lain dari manajemen penyakit menular dan
penyehatan lingkungan adalah penggalangan
kemitraan dengan mitra yang memiliki perhatian
sama. Kejadian penyakit menular disuatu wilayah
berakar pada budaya, ekosistem dan kondisi sosial
Grafik 1. Trend Penemuan Kasus TBC BTA Positif kependudukan. Oleh karena itu, dalam rangka
Baru dan Semua Kasus membantu Bupati maupun Walikota, Dinas
Tahun 1997 - 2004 Kesehatan Kabupaten Kota harus memiliki perspektif
luas, termasuk pengendalian faktor yang berperan
Dalam periode Tahun 2000-2004 penemuan kasus dalam kejadian timbulnya penyakit, dengan siapa
baru Kusta tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara harus bekerja sama, sumber daya apa yang
dan Irian Jaya sedangkan penemuan kasus baru diperlukan serta bagaimana mendapatkannya.
terendah di Provinsi DIY. 5 Dalam satu wilayah, kejadian penyakit menular

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 2 Juni 2008 l 73


Hamzah Hasyim: Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah

merupakan “out come” dari hubungan interaktif antara Pada kejadian suatu penyakit, berbagai variabel
kelompok faktor risiko penyakit yaitu, variabel lingkungan dan kependudukan termasuk didalamnya
lingkungan dan variabel sosiodemografi perilaku hidup sehat adalah dua faktor risiko utama
kependudukan seperti umur, jender, genetika dan penyakit. Penyehatan lingkungan dan pemberdayaan
perilaku. Status kesehatan, sebagai akibat dari masyarakat merupakan upaya utama pengendalian
hubungan kedua faktor risiko tersebut, juga berbagai faktor risiko penyakit dalam satu wilayah.
dipengaruhi oleh kualitas dan aksesibilitas pelayanan Manajemen penyakit lingkungan berbasis wilayah,
kesehatan. Manajemen pemberantasan penyakit di dapat dilakukan melalui manajemen kasus (case
samping harus mampu mengendalikan sumber management) dan manajemen kesehatan
penyakit dengan cara melakukan diagnosis dan masyarakat (public health management).
mengobati dengan cepat dan tuntas, juga harus
mengendalikan faktor risiko, baik yang berasal dari
faktor lingkungan maupun kependudukan, secara
terintegrasi, serta menggalang sumber daya untuk
melaksanakan pelayanan kesehatan bagi
penduduknya.2

PEMBAHASAN
Faktor yang Berperan
Berbagai faktor dapat berperan dalam timbulnya
penyakit lingkungan berbasis wilayah seperti water
borne deseases, air borne deseases, vector borne
deseases, food borne deseases, antara lain Gambar 3. Dinamika Mobilitas Penyakit Global
dukungan ekosistem sebagai habitat dari pelbagai (SARS, Avian Flu, West Nile Virus, Nipah Virus)1
vektor, peningkatan iklim global (global warming)
yang meningkatkan akselerasi perkembangbiakan 1. Manajemen Kasus (case management)
nyamuk, peningkatan kepadatan populasi penduduk Merupakan bagian penting dari manajemen
yang dijadikan hamparan kultur biakan bagi berbagai penyakit infeksi baru maupun penyakit infeksi lama
macam penyakit serta dijadikan persemaian subur yang muncul kembali, penerapan teknik dan
bagi virus sekaligus sarana eksperimen rekayasa kemampuan diagnosis, pemeriksaan laboratorium,
genetika.1, 6, 7 pengobatan, perawatan dan rehabilitasi serta
Mobilisasi penduduk yang memungkinkan pencegahan agar tidak menular kepada orang lain.
’ekspor-import’ penyakit yang tidak lagi mengenal Manajemen kasus yang berhasil, merupakan upaya
batas administrasi wilayah, Kemampuan mikroba pencegahan yang efektif agar penyakit tidak
pathogen untuk mengubah sifat dirinya dari waktu menyebar, dan tidak menjadi sumber penularan.
ke waktu, misalnya mutasi yang menimbulkan Survailans kasus, yang dilakukan dengan baik,
perubahan sifat, resistensi terhadap obat obatan dan sampai menimbulkan ”aksi’, merupakan salah satu
lain sebagainya, kurangnya kesadaran masyarakat item penting yang perlu dilakukan. Surveilans terpadu
dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat adalah kegiatan pengumpulan data, baik faktor risiko
atau perubahan perilaku yang mendukung maupun kejadian penyakit yang dilakukan secara
aksesbilitas agent menginfeksi host serta simultan, sistematik, periodik, berkesinambungan
pencemaran lingkungan yang cukup intens sebagai dan terencana, yang diikuti oleh analisis data untuk
konsekuensi oleh eksplorasi, manipulasi, dan mendapatkan informasi yang digunakan dalam
eksploitasi terhadap lingkungan biologis, kimiawi, pengambilan keputusan (manajemen). Menurut The
fisis dan sosial. Berbagai kegiatan pembangunan Centers for Disease Control (CDC), surveilans
manusia yang dikerjakan secara sendiri-sendiri kesehatan masyarakat adalah: “the on going
berkelompok maupun yang diprogramkan karena sistematic collection, analysis and interpretation of
kepentingan negara, bahkan dunia sekalipun akan health data essential to the planning, implementation,
menimbulkan dampak, faktor-faktor ini bisa and evaluation of public health practice, closely
menyebabkan kerentanan terhadap kemampuan integrated with the timely disseminationof these data
tubuh dalam menangkal penyakit sehingga to those who need to know. The final link of the
melahirkan pelbagai penyakit menular berbasis surveillance chain is the application of these data to
lingkungan yang melengkapi koleksi penyakit di prevention and control”. Salah satu pengunaan
tanah air. perangkat lunak yang dapat mendukung upaya

74 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 2 Juni 2008


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

survailans kasus adalah ArcView GIS untuk Flu, H3N2, 1968), (Avian Influenza, H5N1, 2004).
menggambarkan pola incidence, pravalence Pada Tahun 2002, disepakati “Global Agenda on
penyakit, yang dapat dioverlay berdasarkan model Influenza Surveillance and Control”, Mei 2003,
faktor prediksi penemuan kasus baru. Pemanfaatan Resoluasi WHA di Genewa serta 17 – 20 Mei 2004,
Sistem Informasi Geografis (SIG) di bidang Training and Workshop Influenza Surveillance di
kesehatan bukan hanya pemanfaatan teknologi Tokyo dengan kesepakatan workshop bahwa
komputer (otomasi) di bidang SIG semata, namun surveilans influenza dilaksanakan terintegrasi dengan
harus lebih diarahkan kepada pembentukan informasi sistem surveilans nasional. Surveilans meliputi:
yang berkaitan dengan wilayah, pengembangan virologi, SKD-KLB/EWORS, outbreak preparedness,
indikator, pengembangan teknologi manipulasi data vaccine policy. (1) Sejak tahun 1997, diperkenalkan
dan analisis secara spasial. Pemanfaatan teknologi pendekatan Integrated Management Childhood
komputer akan sangat berperan dalam mempercepat Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit
proses analisa data geografik dengan volume lebih (MTBS) yang sekaligus merupakan model
besar.9, 10 tatalaksana kasus untuk berbagai penyakit anak,
yaitu: ISPA, diare, malaria, campak, gizi kurang dan
kecacingan. Dalam pola baru ini disamping
digunakan cara klasifikasi gejala penyakit yang
praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna,
juga dipisahkan antara tatalaksana penyakit
Pneumonia dan tatalaksana penderita penyakit
infeksi akut telinga dan tenggorok. 5

Diagram 4. Surveilans Manajemen Penyakit Dalam


Satu Wilayah1

2. Manajemen Kesehatan Masyarakat (Public


Health Management)
Manajemen penyakit berbasis lingkungan tidak Gambar 5 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia
bisa dilaksanakan secara sendiri. Oleh sebab itu, Balita Tahun 2004 5
kemitraan dan Networking adalah salah satu kunci
utama. Global Networking dilakukan antarnegara, National Networking
misalnya ASEAN, ASEAN + 3 negara (Japan, China, Di Indonesia networking antara Pusat dengan
Korea), networking Indonesia melalui NAMRU 2 Dinas Kesehatan, dengan laboratorium baik di
dengan CDC Atlanta. Walaupun, terlepas dari “kinerja Rumah Sakit maupun Laboratorium Kesehatan
NAMRU 2, akhir ini mendapat sorotan hangat publik”, Masyarakat seperti seperti Balai Teknik Kesehatan
networking antara Indonesia dan Singapore begitu Lingkungan dan Penyelidikan Penyakit Menular
juga Malaysia ada kerja sama bilateral untuk (BTKLP2M). Demikian pula dengan unit vertikal
menangani SARS. Komitmen international dalam lainnya seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan serta
Roll Back Malaria yang operasionalisasinya di dengan LSM yang bergerak di bidang kesehatan
Indonesia disepakati dengan Gebrak Malaria. FAO yang relevan. Networking juga harus dilakukan
dan OIE bekerjasama dengan WHO telah dengan semua pelaku kesehatan dan tentu saja
memprakarsai dokumen (Global Strategy for the masyarakat itu sendiri, melalui berbagai media.
Progressive Control of Highly Pathogenic Avian
Infuenza) sebagai visi global bagi rencana aksi Kerja Sama Lintas Sektor
terkoordinasi menghadapi penyakit yang Sesuai dengan kasus yang berkembang, maka
transboundary. Kejadian Pandemi Influenza (Spanish kerjasama dengan berbagai instansi lintas sektor
Flu H1N1, 1918), (Asian Flu, H2N2, 1957), (Hongkong diperlukan, koordinasi dengan Departemen Pertanian

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 2 Juni 2008 l 75


Hamzah Hasyim: Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah

beserta UPT Dinasnya di daerah dalam menangani merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang
KLB Flu burung oleh Virus Influenza A subtype H5N1. harus diantisipasi, karena berpotensi terjadinya
Kerja sama dengan Dinas Pariwisata ketika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), menyebar dalam tempo
wabah SARS dan lain sebagainya. Untuk singkat dan menimbulkan dampak luar biasa
keberhasilan program dalam skala massal dan terhadap kehidupan masyarakat serta merupakan
berkesinambungan perlu diterapkan pendekatan salah satu ancaman serius di masa mendatang.
kesehatan berbasis masyarakat. Pembentukan Untuk itu dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, lintas
kemampuan diagnosis dini dan respon dini secara program maupun lintas negara dalam manajemen
proaktif di level desa, dalam rangka pengendalian penanggulangannya, termasuk keterlibatan aktif
yang cepat dan tepat sasaran berdasarkan spesifik lembaga pendidikan kesehatan
wilayah, yang memiliki potensi risiko yang berbeda.
Lembaga pendidikan kesehatan sebagai KEPUSTAKAAN
institusi yang memiliki tugas tridharma perguruan 1. Achmadi Umar Fahmi. Manajemen Penyakit
tinggi perlu melakukan rekonstruksi kurikulum Infeksi Baru Dalam Perspektif Kesehatan
pendidikan kesehatan masyarakat yang berbasis Masyarakat. Seminar dan Kongres IAKMI,
kompetensi, boleh jadi diarahkan dari subject based Jakarta. 2004.
knowledge ke problem based learning yang antara 2. Achmadi Umar Fahmi. Manajemen Penyakit
lain didasari oleh ruh SPICES (Student center, Berbasis Wilayah. Kompas. Jakarta. 2005.
Problem based, Integrated learning, Community 3. Hasyim Hamzah. Menggapai Paradigma Sehat
oriented, Early clinical/exposure environmental Sriwijaya Post. 2005.
epidemiological serta Systematic) tema skenario 4. WHO. Health and Environment in Sustainable
yang diangkat berdasarkan pelbagai masalah Development: Five Years after the Earth Summit:
penyakit infeksi baru yang memiliki evidenced based, Executive Summary. 1997.
penyebaran (global dan local epidemiologi), teknik 5. PPMPL Ditjen. Profil PPM-PL Jakarta Depkes
penyelidikan epidemiologi serta manajemen penyakit RI, Jakarta. 2004.
infeksi baru tersebut. 6. Yassi Annalee et al. Basic Environmental Health:
Di satu sisi, penanggulangan exposure Oxford University Press. 2001.
lingkungan antara lain upaya pencemaran lingkungan 7. Moeller D.W. Environmental Health. Harvard
merupakan tanggung jawab semua pelaku University Press, London, 1992.
pembangunan. Departemen Kesehatan tidak 8. Kandung I Nyoman. Peranan Surveilans Menuju
mungkin dapat mewujudkan kesehatan masyarakat, Indonesia Sehat 2010. Makalah Pentaloka
tanpa komitmen pelaku pembangunan, mulai dari Epidemiologi Kepala Dinkes Angkatan XVII;
aspek perundang-undangan termasuk PERDA, Bandung, 2000.
penerapan strategi, adanya perioritas kebijakan dan 9. Hasyim Hamzah. Sistem Informasi Geografis
program pelaksanaan dan evaluasi di masing-masing (SIG) Sebagai Salah Satu Alat Manajemen
instansi, untuk mewujudkan lingkungan yang sehat Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
dan bersih. Dengue. Jurnal Kedokteran Indonesia, Medika.
2007;8 (XXXIII):550-52.
KESIMPULAN DAN SARAN 10. Eryando Tris. Sistem Informasi Geografis dan
Masalah penyakit lingkungan berbasis wilayah Pemanfaatannya di Bidang Kesehatan. FKM UI,
meliputi penyakit New Emerging Infectious Disease Depok. 2005.
(NEID) dan Re Emerging Infectious Disease (REID)

76 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 2 Juni 2008

Das könnte Ihnen auch gefallen