Sie sind auf Seite 1von 11

Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah operator asuransi

syariah cukup banyak di dunia. Berdasarkan data Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI), terdapat 49 pemain asuransi syariah di Indonesia yang telah
mendapatkan rekomendasi syariah. Mereka terdiri dari 40 operator asuransi syariah, tiga
reasuransi syariah, dan enam broker asuransi dan reasiuransi syariah.

Perkembangan industri asuransi syariah di negeri ini diawali dengan kelahiran asuransi
syariah pertama Indonesia pada 1994. Saat itu, PT Syarikat Takaful Indonesia (STI)
berdiri pada 24 Februari 1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa
Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha Muslim Indonesia.

Selanjutnya, STI mendirikan dua anak perusahaan. Mereka adalah perusahaan asuransi
jiwa syariah bernama PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) pada 4 Agustus 1994 dan
perusahaan asuransi kerugian syariah bernama PT Asuransi Takaful Umum (ATU) pada
2 Juni 1995. Setelah Asuransi Takaful dibuka, berbagai perusahaan asuransi pun
menyadari cukup besarnya potensi bisnis asuransi syariah di Indonesia.

Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan ramai-ramai masuk bisnis


asuransi syariah, di antaranya dilakukan dengan langsung mendirikan perusahaan
asuransi syariah penuh maupun membuka divisi atau cabang asuransi syariah.

Stretegi pengembangan bisnis asuransi syariah melalui pendirian perusahaan dilakukan


oleh Asuransi Syariah Mubarakah yang bergerak pada bisnis asuransi jiwa syariah.
Sedangkan strategi pengembangan bisnis melalui pembukaan divisi atau cabang asuransi
syariah dilakukan sebagian besar perusahaan asuransi, antara lain PT MAA Life
Assurance, PT MAA General Assurance, PT Great Eastern Life Indonesia, PT Asuransi
Tri Pakarta, PT AJB Bumiputera 1912, dan PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera.

Bahkan, sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam bisnis
asuransi syariah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai negara berpenduduk
Muslim terbesar di dunia merupakan potensi pengembangan bisnis cukup besar yang
tidak dapat diabaikan. Di antara perusahaan asuransi global yang masuk dalam bisnis
asuransi syariah Indonesia adalah PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT Prudential
Life Assurance

Pernah mendengar nama “asuransi takaful” ? atau mungkin pernah mendengar “asuransi
prudential” atau “asuransi allianz”..? Nah apa beda antara keduanya?

Orang bilang bahwa asuransi takaful adalah asuransi syariah. Sedangkan asuransi
prudential atau allianz itu bukan syariah. Dimana perbedaannya? Kenapa disebut syariah,
dan kenapa bukan syariah?? Berikut pembahasannya:
A. Definisi Asuransi Syariah Menurut DSN ( ‫التعريف بالتأمين السلمي عند الهيئة الشرعية‬
‫) الوطنية‬

Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan),
maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan
maksiat.

B. Diantara Cikal Bakal Asuransi Syariah ( ‫) النشأة الموجزة للتأمين السلمي‬

- Al-Aqila ( ‫) العاقلة‬
Yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah satu anggota
suku terbunuh oleh anggota suku yang lain, pewaris korban akan dibayar dengan uang
darah (diyat) sebagai konpensasi saudara terdekat dari terbunuh. Saudara terdekat dari
pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang
diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak sengaja.

- Al-Muwalah ( ‫) المولة‬
Yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseroang yang tidak memiliki waris dan
tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang
yang dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin meninggal, maka
penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli warisnya.

C. Dasar-Dasar SyarÂ’i Asuransi Syariah ( ‫) الدلة الشرعية لبناء التأمين الشرعي‬

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di


belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning atau perencanaan yang
matang dalam mempersiapkan hari depan. Nabi Yusuf as, dicontohkan dalam Al-
QurÂ’an membuat sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan
(QS. Yusuf/ 12 : 43 – 49)
2) Bahwa berasuransi tidak berarti menolak takdir.
Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada
Allah SWT, karena :
Karena segala sesuatunya terjadi setelah berpikir dengan baik, bekerja dengan penuh
kesungguhan, teliti dan cermat.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah SWT. Adapun
manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin.

Allah SWT berfirman QS.


Attaghabun/ 64 : 11

ِّ ‫ن ا‬
‫ل‬ ِ ‫ل ِبِإْذ‬
ّ ‫صيَبٍة ِإ‬
ِ ‫ن ُم‬
ْ ‫ب ِم‬
َ ‫صا‬
َ ‫َما َأ‬

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.”
Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah dan kematian merupakan
qodho dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya kita diminta untuk membuat
perencanaan hari depan (QS. A-Hasyr/ 59 : 18)

َ ‫خِبيٌر ِبَما َتْعَمُلو‬


‫ن‬ َ ‫ل‬
َّ ‫ن ا‬
ّ ‫ل ِإ‬
َّ ‫ت ِلَغٍد َواّتُقوا ا‬
ْ ‫س َما َقّدَم‬
ٌ ‫ظْر َنْف‬
ُ ‫ل َوْلَتْن‬
َّ ‫ن َءاَمُنوا اّتُقوا ا‬
َ ‫َياَأّيَها اّلِذي‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

‫والحمد ل رب العالمين‬

Rikza Maulan Lc MA
Sekretaris Dewan Pengawas Syariah

—————

D. Asuransi syariah memiliki beberapa ciri utama:

1. Akad asuransi syari’ah adalah bersifat tabarru’, sehingga tidak mengenal premi
melainkan infaq ata sumbangan. Dan sumbanganyang diberikan tidak boleh ditarik
kembali.

Atau jika tidak tabarru’, maka andil yang dibayarkan akan berupa tabungan yang akan
diterima jika terjadi peristiwa, atau akan diambil jika akad berhenti sesuai dengan
kesepakatan, dengan tidak kurang dan tidak lebih. Atau jika lebih maka kelebihan itu
adalah kentungan hasil mudhorobah bukan riba.

2. Akad asuransi ini bukan akad mulzim (perjanjian yang wajib dilaksanakan) bagi kedua
belah pihak. Karena pihak anggota ketika memberikan sumbangan tidak bertujuan untuk
mendapat imbalan, dan kalau ada imbalan, sesungguhnya imbalan tersebut didapat
melalui izin yang diberikan oleh jama’ah (seluruh peserta asuransi atau pengurus yang
ditunjuk bersama).

3. Dalam asuransi syari’ah tidak ada pihak yang lebih kuat karena semua keputusan dan
aturan-aturan diambil menurut izin jama’ah seperti dalam asuransi takaful.

4. Akad asuransi syari’ah bersih dari gharar dan riba. Sebab perusahaan asuransi
diharamkan berinvestasi dengan cara konvensonal yang ribawi. Hanya boleh
menggunakan sistem syariah, yaitu bagi hasil.

Selain itu jenis usahanya pun harus dipilih yang halal, tidak boleh misalnya untuk pabrik
minuman keras, rokok, usah hiburan maksiat dan sebagainya.

5. Asuransi syariah bernuansa kekeluargaan yang kental.

E. Dari segi keuntungan duniawi maupun ukhrawi, asuransi syariah memiliki


keunggulan.

a. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong). Di mana nasabah


yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan
akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli antara nasabah dengan
perusahaan).

b. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi
konvensional, investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.

c. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan
hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi
konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaan-lah yang memiliki
otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
d. Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah dana
diambilkan dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan
untuk keperluan tolong-menolong. Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana
pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.

e. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi
konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tak ada klaim,
nasabah tak memperoleh apa-apa.

f. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan
suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen, produk serta
kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam. Adapun dalam
asuransi konvensional, maka hal itu tidak mendapat perhatian.

dikutip dari http://kamale.wordpress.com/2007/05/07/asuransi-syariah/

July 14, 2008


Asuransi Jiwa ‘Prudential Life’ dalam Kacamata Islam
Posted by infoprudentialsyariah under Berita Prudential Syariah
Leave a Comment
Assalamu’alaikum wr. wb.

Langsung saja ustadz. Bagaimanakah sebenarnya hukum mengikuti asuransi jiwa


Prudential Life dalam kacamata Islam? Jazakallah khoiron katsiro.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Muh. Yunan Nurtrianto


nur_yunan

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Bila dilihat dari segi bentuk transaksi dan praktek ekonomi, bentuk-bentuk asuransi yang
kita kenal sekarang ini umumnya masih merupakan bentuk asuransi konvensional. Lepas
dari nama perusahaannya.

Kata konvensional sebenarnya sebuah penghalusan dari maksud sebenarnya. Maksud


sebenarnya adalah asuransi yang tidak sesuai dengan hukum halal haram dari kacamata
syariah Islam.

Asuransi konvensional adalah sebuah produk sistem perekonomian non-Islam. Sehingga


kalau diukur dengan batasan-batasan syariah, harus diakui bahwa di dalamnya
banyakterkandungketidak-sesuaian dengan hukum halal haram.

1. Akadnya Banyak Mengandung Gharar

Akad asuransi konvensioal banyak sekali mengandung hal-hal yang kurang pasti alias
akad gharar. Maksudnya masing-masing pihak penanggung dan tertanggung tidak
mengetahui secara pasti jumlah yang ia berikan dan jumlah yang dia ambil, pada waktu
melangsungkan akad.

Orang yang ikut asuransi ini tidak bisa mengetahui dengan pasti berapakah yang akan
didapatnya dari ikut sertanya dalam sistem ini. Demikian juga, perusahaan asuransi pun
tidak dapat mengetahui dengan pasti, seberapa besar akan mengambil uang dari
nasabahnya. Kalau pun ada, semuanya masih berupa perkiraan atau asumsi. Padahal
seharusnya akad ini merupakan akad yang jelas, berapa yang harus dibayar dan apa yang
akan didapat.

Dan akad yang bersifat gharar ini hukumnya diharamkan di dalam syariah Islam.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:

Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli dengan cara
melempar batu dan jual beli dengan cara gharar. (HR Muslim)

2. Akad Penundukan

Kelemahan kedua dari asuransi konvensional adaah bahwa akad tersebut adalah
akadidz’an. Maksudnya akad yang merupakan penundukan pihak yang kuat kepada pihak
yang lemah. Pihak yang kuat maksudnya adalah pihak perusahan asuransi karena dialah
yang menentukan syarat-syarat yang tidak dimiliki tertanggung. Dan pihak yang lemah
adalah para nasabah atau pesertanya.
3. Mengandung Unsur Pemerasan

Dari kebanyakan kasus asuransi yang telah terjadi di tengah masyarakat, memang sering
kali terjadi unsur pemerasan. Karena para nasabah atau para pemegang polis itu apabila
tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, seringkali uang premi yang sudah dibayar
jadi hangus atau hilang, paling tidak akan dikurangi.

4. Mengandung Unsur ‘Penipuan’

Meski biasanya hal-hal seperti ini sudah tertulis di dalam klausul dan ditanda-tangani
oleh pihak peserta asuransi, namun biasanya kurang ditonjolkan saat penawaran.
Demikian juga dengan resiko-resiko buruk yang akan terjadi, umumnya disembunyikan.

Fakta di lapangan adalah bukti yang sulit dibantah, karena kasus-kasusnya memang nyata
ada. Begitu banyak orang yang kemudian kapok berurusan dengan perusahaan asuransi
yang cenderung tidak pernah mau berkompromi. Hanya masih ketika menawarkan di
awal.

5. Diinvestasikan pada Lembaga Ribawi

Perusahaan asuransi pada hakikatnya mengumpulkan uang dari masyarakat,lalu uang itu
diinvestasikan lagi kepada pihak lain. Pihak lain ini tentu saja lembaga usaha dan bisnis
dengan praktek ribawi, di mana pihak asuransi akan mendapat bunga yang nominalnya
sangat besar. Bunga inilah yang nanti sebagiannya menjadi uang yang akan dibayarkan
kepada peserta asuransi bila ada yang melakukan klaim kepada mereka.

Titik haramnya adalah ketika perusahaan asuransi membenamkan investasinya pada


perusahaan dengan cara bunga atau riba. Berarti ketika seorang muslim ikut asuransi
konvensional, dia pada hakikatnya sedang melakukan transaksi pembungaan uang alias
riba yang mutlak haramnya.

Asuransi yang Dibenarkan dalam Syariah

Suatu bentuk asuransi akan diperbolehkan secara syariah jika tidak menyimpang dari
prinsip-prinsip dan aturan-aturan syariat Islam. Untuk itu harus terpenuhi beberapa syarat
prinsip, antara lain:

1. Sistem asuransi ituharus dibangun atas dasar ta’awun (saling bantu), tolong
menolong, saling menjamin, tidak berorentasi bisnis atau keuntungan materi
semata. Allah SWT berfirman, “Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan
dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan.”
2. Sistem asuransi itu tidak boleh bersifat mu’awadhoh atau akad jual beli yang
menguntungkan. Tidak boleh menjadi sebuah perusahaan yang berorientasi
kepada keuntungan material. Yang dbolehkan hanyanya sebuah kerja sosial yang
bersifat tabarru’ (sumbangan). Dan tabarru’ itu sama dengan hibah (pemberian),
oleh karena itu haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka
diselesaikan menurut syariat.
3. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan,
harus disertai dengan niat membantu demi menegakan prinsip ukhuwah.
Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambillah sejumlah uang guna
membantu orang yang sangat memerlukan.
4. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan
supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetepi
ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan
oleh jamaah.
5. Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus diinvestasikan pada lembaga
keuangan non ribawi. Tidak boleh dengan menggunakan sistem bunga, melainkan
dengan sistem bagi hasil (mudharabah atau murabahah).

Dan untuk terpenuhinya syarat itu, dikembangkanlah asuransi syariah. Sebab pada
dasrnya di dalam akad asuransi itu memang ada manfaat yang baik. Namun ada juga
transaksi yang haram.

Asuransi syariah adalah sebuah upaya untuk mendapatkan manfaat asuransi tapi dengan
membuang semua sisi yang haram.

Wallahu a’lam bishshawab. wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Ahmad Sarwat, Lc.

Di ambil dari http://www.eramuslim.com/ustadz/eki/44163425.htm

July 10, 2008


Prusyariah
Posted by infoprudentialsyariah under Berita Prudential Syariah
Comments Off
“Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang, melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau Tabarru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan
syariah”
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Apakah PRUsyariah?

Asuransi yang dikaitkan dengan investasi berbasis syariah, yang terdiri dari PRUlink
syariah assurance account dan PRUlink syariah investor account.
Produk ini sudah sesuai dengan Ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis
Ulama Indonesia (MUI).

Manfaat PRUlink syariah assurance account

• Manfaat kematian (Death Benefit)


• Manfaat Cacat Total dan Tetap (Total and Permanent Disability)
• Dapat menambahkan nilai uang pertanggungan (sum covered) setiap saat
• Dapat melakukan penambahan kontribusi (top-up) setiap saat
• Dapat menentukan sendiri besarnya komposisi dari nilai proteksi dan nilai
investasi
• Dapat melakukan pengalihan dana (fund switching)
• Pilihan manfaat asuransi tambahan (riders) yang beragam

12 Asuransi Tambahan (riders) PRUlink syariah assurance account

PRUcrisis cover syariah 34


Memberikan uang pertanggungan PRUcrisis cover syariah 34 apabila Peserta Utama
menderita dan memenuhi kriteria salah satu dari 34 kondisi kritis.

PRUcrisis cover benefit syariah 34


Memberikan uang pertanggungan PRUcrisis cover benefit syariah 34 apabila Peserta
Utama menderita dan memenuhi kriteria salah satu dari 34 kondisi kritis atau meninggal
dunia tanpa mengurangi uang pertanggungan dasar.

PRUpersonal accident death syariah


Memberikan manfaat tambahan apabila Peserta Utama meninggal dunia akibat
kecelakaan.
PRUpersonal accident death & disablement syariah
Memberikan manfaat tambahan apabila Peserta Utama mengalami cacat total dan tetap
atau meninggal dunia akibat kecelakaan.

PRUmed syariah
Manfaat tambahan yang memberikan tunjangan harian rawat inap, ICU dan pembedahan
kepada Peserta Utama jika menjalani rawat inap di rumah sakit.

PRUhospital & surgical syariah


Manfaat tambahan yang memberikan penggantian seluruh biaya rawat inap, ICU dan
pembedahan sesuai dengan manfaat yang diambil, selama Peserta Utama menjalani
perawatan di rumah sakit.

PRUwaiver syariah 33
Jika Peserta Utama menderita dan memenuhi kriteria salah satu dari 33 kondisi kritis, PT
Prudential Life Assurance akan melanjutkan pembayaran kontribusi dasar sampai
berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.

PRUpayor syariah 33
Jika Peserta Utama menderita dan memenuhi kriteria salah satu dari 33 kondisi kritis, PT
Prudential Life Assurance akan melanjutkan pembayaran seluruh kontribusi sampai
berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.

PRUspouse waiver syariah 33


Jika suami/ istri dari Peserta Utama menderita dan memenuhi kriteria salah satu dari 33
kondisi kritis atau mengalami cacat total dan tetap sebelum usia 60 tahun atau meninggal
dunia, PT Prudential Life Assurance akan melanjutkan pembayaran kontribusi dasar
sampai berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.

PRUspouse payor syariah 33


Jika suami/ istri dari Peserta Utama menderita dan memenuhi kriteria salah satu dari 33
kondisi kritis atau mengalami cacat total dan tetap sebelum usia 60 tahun atau meninggal
dunia, PT Prudential Life Assurance akan melanjutkan pembayaran seluruh kontribusi
sampai berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.

PRUparent payor syariah 33


Jika ayah dan/ atau ibu dari Peserta Utama menderita dan memenuhi kriteria salah satu
dari 33 kondisi kritis atau mengalami cacat total dan tetap sebelum usia 60 tahun atau
meninggal dunia, PT Prudential Life Assurance akan melanjutkan pembayaran seluruh
kontribusi sampai berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.

PRUlink term syariah


Manfaat tambahan yang diberikan jika Peserta Utama meninggal dunia sebelum usia 70
tahun.

3 Macam pilihan investasi PRUlink syariah assurance account yang dapat Anda pilih
beserta risikonya masing-masing:

PILIHAN INVESTASI PROFIL RISIKO


PRUlink Syariah Rupiah Equity Fund Investasi saham, risiko tinggi
Investasi seimbang, risiko
PRUlink Syariah Rupiah Managed Fund
sedang
PRUlink Syariah Rupiah Cash & Bond Investasi obligasi, risiko
Fund sedang
Dewan Pengawas Syariah Prudential beranggotakan:

 Dr. H. Anwar Ibrahim (Ketua)


 Ir. H. Adiwarman A. Karim, MBA, MAEP (Anggota)
 H. Ahmad Nuryadi Asmawi, LL.B, MA (Anggota)

Das könnte Ihnen auch gefallen