Sie sind auf Seite 1von 7

TI 5206 – PERENCANAAN STRATEJIK

“Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit”

Perusahaan ini merupakan industri manufaktur yang memanfaatkan kelapa sawit sebagai bahan baku
utamanya. Dari kelapa sawit ini dihasilkan minyak kelapa sawit yang disebut crude palm oil (CPO)
yang dapat diolah menjadi minyak sawit padat (RBD Stearin) maupun minyak sawit cair (RBD Olein).
Khususnya untuk minyak sawit cair inilah yang akan diolah kembali menjadi minyak goreng kelapa
sawit. CPO tersebut diolah melalui beberapa tahapan sehingga menghasilkan olein (asam oleat) yang
juga sering disebut dengan minyak goreng dengan kandungan omega 9. Setelah olein terbentuk, maka
dilanjutkan pada proses pembuatan minyak goreng.

Secara umum, tahapan-tahapan dalam pembuatan minyak goreng dengan bahan dasar CPO ini terbagi
menjadi lima, yaitu :

 Physical refining untuk menghilangkan asam lemak bebas dengan cara distilasi pada
temperatur tinggi dan tekanan yang rendah

 Degumming untuk menghilangkan kandungan getah yang tidak diinginkan dalam CPO yang
dapat mengganggu kestabilan dari hasil akhir minyak goreng

 Bleaching untuk menghilangkan bahan-bahan berwarna, kandungan metal kompleks (besi dan
tembaga), pigment, phospatides, sisa asam posfor, dan produk hasil oksidasi yang tidak
diinginkan dengan efek adsorptive

 Deodorizer untuk menghilangkan karakteristik bau yang tidak dikehendaki, mengatur kondisi
warna, kadar air dan kadar asam lemak bebas

 Filtration untuk penyaringan dua kali agar terjadi pemisahan antara minyak fase padat
dengan fase cair

Minyak Goreng Sawit (MGS) merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai strategis
karena termasuk salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan akan MGS di dalam
dan di luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam
perekonomian bangsa. Kebutuhan MGS terus meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya
jumlah penduduk, berkembangnya pabrik dan industri makanan, dan meningkatnya konsumsi
masyarakat akan minyak goreng untuk memasak.

ISIC (Standardisasi klasifikasi jenis industri)


Menurut artikel International Standard Industrial Classification of All Economic Activities
(ISIC), Revision 4, klasifikasi industri untuk pengolahan berbagai jenis minyak kelapa dapat
dimasukkan ke dalam kategori sebagai berikut :

13407003 | 13407155 | 13407167


TI 5206 – PERENCANAAN STRATEJIK
2

This class includes the manufacture of crude and refined oils and fats from vegetable or animal
materials, except rendering or refining of lard and other edible animal fats.

This class includes:

 manufacture of crude vegetable oils: olive oil, soya-bean oil, palm oil, sunflower-seed oil,
cotton-seed oil, rape, colza or mustard oil, linseed oil etc.
 manufacture of non-defatted flour or meal of oilseeds, oil nuts or oil kernels
 manufacture of refined vegetable oils: olive oil, soya-bean oil etc.
 processing of vegetable oils: blowing, boiling, dehydration, hydrogenation etc.
 manufacture of margarine
 manufacture of melanges and similar spreads
 manufacture of compound cooking fats

Oleh karena itu, kita dapat mengklasifikasikannya ke dalam kategori berikut :

Sehingga kode klasifikasinya menjadi : C-10-104 1040.

13407003 | 13407155 | 13407167


TI 5206 – PERENCANAAN STRATEJIK
3

Struktur industri
Peran yang dimainkan pabrik minyak goreng, yaitu produsen minyak goreng. Pabrik minyak goreng
disebut sebagai produsen minyak karena pabrik ini menjual produk minyak goreng ke konsumen baik
itu distributor maupun konsumen langsung.

Dari fungsi tersebut, secara garis besar konsumen potensial minyak goreng ini dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :

1. Konsumen umum, sebagai konsumen potensial pasar konsumen pabrik.


Konsumen umum adalah konsumen yang menggunakan fungsi pabrik. sebagai produsen utama
atau bursa grosir. Yang termasuk jenis konsumen ini adalah keluarga, masyarakat umum, pelajar
dan mahasiswa.

2. Pelaku industri pangan, sebagai konsumen potensial pasar retailer pabrik gula.
Pelaku industri pangan adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang produksi pangan
baik itu dalam skala besar maupun kecil. Mereka bergerak pada industri yang membutuhkan
minyak goreng dalam pengolahan bahan makanan. Yang dimaksud sebagai konsumen ini adalah
pabrik makanan, restoran, dan penjual gorengan.

Pada dasarnya, strategi yang akan dilakukan dalam memasarkan produk minyak goreng ini adalah
dengan menawarkan harga yang cukup bersaing dengan minyak goreng curah tetapi memiliki mutu
sedikit lebih baik di atas minyak goreng curah. Dimana pada saat ini, beberapa produk minyak goreng
yang juga mengejar pasar ini diantaranya minyak goreng curah, produsen lokal dan minyakita yang
merupakan produk minyak goreng yang dikembangkan oleh pemerintah.

Pasar dari minyak goreng yang dipilih adalah rumah tangga Indonesia yang mengkonsumsi minyak
goreng sebesar 2.65 juta ton per tahun dengan tingkat pertumbuhan 5.3 %. Dari jumlah tersebut kami
membidik pasar di daerah Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dengan total konsumsi 2.12 juta ton per
tahun. Kedua daerah tersebut dipilih dikarenakan Pulau Jawa merupakan pasar utama dengan jumlah
penduduk terbanyak, sedangkan Pulau Sumatra dikarenakan lokasi tersebut cukup dekat dengan
tempat produksi.

Jika dilihat dari potensi pasar maka kesempatan untuk masuk ke pasar minyak goreng cukup terbuka
lebar. Apalagi permintaan akan kebutuhan minyak goreng terus meningkat dari tahun ke tahun dengan
konsumen utama kami adalah keluarga di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra (±42 juta keluarga). Hal ini
didasarkan pada data yang diperoleh dari Depperindag (2007), yang menyatakan bahwa permintaan
pasar minyak goreng curah secara nasional mencapai 70% (1,855,000 ton minyak), sedangkan
partisipasi minyak goreng kemasan (bermerek) secara keseluruhan hanya mencapai 30% (795,000

13407003 | 13407155 | 13407167


TI 5206 – PERENCANAAN STRATEJIK
4

ton) terhadap konsumsi nasional. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa baru sekitar 12.3%
(325,950 ton) permintaan pasar yang dapat dipenuhi.

Untuk menggambarkan hubungan perusahaan dengan pasar maka kami menggunakan pembagian
sebagai berikut:

 Rival atau pesaing dalam bisnis


Dalam hal ini kami menghadapi persaingan dengan perusahaan minyak goreng
bermerk maupun non bermerk. Pembagian market share ini dapat dilihat pada tabel
berikut.

Cooking Oil Market Share


Branded Cooking Oil:
Bimoli 37.40%
Filma 18.90%
Barco 11.70%
Ikan Dorang 6.30%
Sunrise 3.70%
Sania 3.40%
Tropical 2.80%
Happy Salad Oil 1.30%
Kunci Mas 1.20%
Rosebrand 1.10%
Non Branded Cooking Oil 12.30%
Total 100%
Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan 2007

Kompetitor kami adalah pengusaha minyak goreng baik berskala lokal maupun
nasional yang bergerak di segmen harga menengah. Kompetitor muncul dari Minyakita
yang merupakan merk minyak goreng milik pemerintah. Harga yang dipatok adalah di atas
harga minyak goreng curah dan dibawah harga minyak goreng kemasan, sama seperti
produk kami. Selain itu, minyak goreng curah juga merupakan salah satu kompetitor kami
mengingat harga yang ditawarkan cukup murah. Dalam hal ini, kompetitor berasal dari
minyak goreng kemasan seperti Bimoli, Filma, dan Barco yang telah stabil dan telah dikenal
masyarakat sejak lama tidak begitu berpengaruh terhadap target pasar kami.

 Ancaman produk substitusi


Produk ini berupa produk yang dapat menggantikan minyak goreng yang diproduksi
pabrik minyak kelapa sawit :

1. mentega atau margarin

13407003 | 13407155 | 13407167


TI 5206 – PERENCANAAN STRATEJIK
5

2. minyak zaitun (olive oil), minyak berbahan dasar jagung, kedelai atau bunga
matahari
3. minyak goreng curah
 Bargaining power suplier dan konsumen
Adanya keseimbangan dan hubungan antara suplier dan konsumen dalam rantai pasok
usaha.

 Pendatang baru
Adanya pemain baru yang akan masuk dalam bisnis yang akan dimasuki oleh industri
minyak goreng.

Peta penyebaran pabrik minyak goreng sawit adalah seperti di bawah ini:

Dari gambar diatas, presentase penyebaran pabrik minyak goreng di Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Sumatera Utara 30.46 %
b) Riau 24.83 %
c) DKI Jakarta 13.01 %
d) Jawa Timur 9.62 %
e) Sumatera Selatan 7.18 %
f) Sulawesi Utara 5.28 %
g) Jawa Barat 3.38 %
h) Sumatera Barat 1.97 %
i) Lampung 1.74 %
j) Sulawesi Tengah 0.70 %
k) Kalimantan Barat 0.64 %
l) Jambi 0.59 %

13407003 | 13407155 | 13407167


TI 5206 – PERENCANAAN STRATEJIK
6

m) Jawa Tengah 0.59 %

Berdasarkan tabulasi data dapat diinformasikan bahwa pabrik minyak goreng di Indonesia telah
berkembang di 13 propinsi. Wilayah terluas terdapat di Sumatera, diikuti Jawa, Sulawesi dan
Kalimantan. Lima propinsi terluas berturut-turut adalah Sumatera Utara (30.46%), Riau (24.83%),
DKI Jakarta (13.01%), Jawa Timur (9.62%) dan Sumatera Selatan (7.18%).

Konsentrasi Industri

Berikut disajikan data 10 pelaku usaha terbesar beserta kapasitas produksi dan market share masing-
masing perusahaan minyak goreng di Indonesia:

Rasio Konsentrasi (concentration ratio, CR) secara luas dipergunakan untuk mengukur pangsa dari
output, turnover, value added, jumlah pegawai atau nilai asset dari total industri. Rasio konsentrasi
memunculkan jumlah perusahaan terbesar yang menguasai pasar. Biasanya jumlah perusahaan N
yang dihitung proporsi pangsa pasarnya adalah 4, sehingga dikenal sebagai CR4. Jika Pi mewakili
pangsa pasar, dan jika proporsi dari output, turnover, value added, jumlah pegawai atau nilai asset dari
total industri yang diwakili oleh perusahaan i = 1,2, …, dengan P1 >= P2 >= P3 >= …, maka
Concentration Ratio, CRN, untuk N perusahaan dihitung sebagai:

CRN = P1 + P2 + P3 + … + PN

Berdasarkan rasio konsentrasi, CR4 minyak goreng kelapa sawit adalah sebesar 42.6%, sementara
CR8 sebesar 53.59%. Konsentrasi ini menandakan bahwa industri cukup mengarah ke jenis industri
oligopoli, walaupun persentasenya tidak cukup besar untuk menyatakan sifat oligopoli industri.
Persentase terbesar justru dimiliki oleh industri minyak goring kecil-kecilan di seluruh Indonesia yang

13407003 | 13407155 | 13407167


TI 5206 – PERENCANAAN STRATEJIK
7

pangsa pasarnya masih kurang dari 1%. Semakin rendah CR4, semakin dekat pasar pada kondisi
perfectly competitive.

13407003 | 13407155 | 13407167

Das könnte Ihnen auch gefallen