Sie sind auf Seite 1von 16

PERLINDUNGAN

HAK KONSTITUSIONAL
MASYARAKAT HUKUM
ADAT

oleh:
DR.H.M Akil Mochtar SH. MH.
Van Vollenhouven
(19 Lingkaran Hukum Masyarakat Hukum Adat)

1. Lingkaran Hukum Aceh 10. Lingkaran Hukum Sulawesi


Selatan
2. Lingkaran Hukum Tanah Gayo
11. Lingkaran Hukum Toraja
3. Lingkaran Hukum
Minangkabau 12. Lingkaran Hukum Maluku dan
Ambon
4. Lingkaran Hukum Sumatera
Selatan 13. Lingkaran Hukum Irian Jaya
5. Lingkaran Hukum Melayu 14. Lingkaran Hukum Pulau Timor
6. Lingkaran Hukum Bangka 15. Lingkaran Hukum Bali
Belitung Lombok
7. Lingkaran Hukum Kalimantan 16. Lingkaran Hukum Jawa
Timur, Jawa Tengah, Madura
 cth. Tanah Dayak
17. Lingkaran Hukum Surakarta
8. Lingkaran Hukum Minahasa 18. Lingkaran Hukum Jawa Barat
9. Lingkaran Hukum Gorontalo 19. Lingkaran Hukum Ternate
M. Jaspan
Melalui kriteria bahasa, daerah kebudayaan,
dan susunan masyarakat, menemukan
adanya:
49 suku di Sumatera
7 di Jawa
73 di Kalimantan
117 di Sulawesi
30 di Nusa Tenggara
41 di Ambon Maluku
49 di Irian Jaya
.Permasalahan.
1. Apa itu definisi dari masyarakat hukum
adat?
2. Instrumen apa yang dapat melindungi hak
masyarakat hukum adat?
3. Bagaimana masyarakat hukum adat dapat
mempertahankan hak-hak
konstitusionalnya?
Konsepsi
Masyarakat Hukum Adat
1. Konsep Antropologi Hukum + Hukum Nasional Indonesia
2. Soerjono Soekanto (mengutip Soepomo), membagi
masyarakat Hukum Adat berdasarkan:
a) Dasar dan Susunannya  pertalian suatu keturunan
(geneologi), lingkungan (territorial), dan gabungan keduanya
b) Bentuknya  tunggal, bertingkat, dan berangkai
3. Kusumadi Pudjosewojo
Masyarakat Hukum ≠ Masyarakat Hukum Adat
Instrumen Internasional
(Hak Masyarakat Hukum Adat sebagai HAM)
Tidak
• 3 Dokumen HAM yang Utama mengatur
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) secara
International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) tegas hak-
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights hak masy.
(ECOSOC) Hukum adat

World Council of Indigenous People (WCIP) tahun 1966. Working


Group on Indigenous People (WGIP) melalui persetujuan Dewan
Sosial dan Ekonomi PBB tahun 1982
Convention concerning Indigenous and Tribal Peoples in
Independent Countries (Convention No. 169) tahun 1989
 entitas masyarakat adat semakin diakui oleh banyak negara
Instrumen Internasional
(Hak Masyarakat Hukum Adat sebagai HAM)
• Earth Summit (1992)
a. Rio Declaration on Environment and Development
(prinsip ke-22)
b. Agenda 21 (Chapter 26)
• United Nation Permanent Forum on Indigenous People
(2000)
 mengesahkan United Nations Declaration of the Rights of
Indigenous People (UNDRIP) 12 September 2007 (Indonesia
merupakan salah satu negara yang ikut menandatanganinya)

diakui secara rinci hak-hak masyarakat hukum adat


baik yang bersifat individu maupun kolektif, mulai dari
bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya
Perlindungan terhadap Hak
Masyarakat Hukum Adat
a. Sebelum Perubahan UUD 1945  Pasal 18 UUD 1945 mengakui
adanya Hak Asal Usul dalam Daerah-Daerah istimewa

UU  Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998, UU No. 5/1960 tentang


Pengaturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 11/1966 tentang
Pertambangan, dan UU No.5/1967 tentang Kehutanan

b. Sesudah Amandemen  Pasal 18B ayat (2) dan Pasal 28I ayat
(3) UUD 1945 (amandemen II), Pasal 32 UUD 1945 (amandemen IV)

UU  UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, UU No.39/1999 tentang HAM,


UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 31/2004 tentang
Perikanan, dan UU No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulaukecil
Perda  Perda No.2/2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari di
Provinsi Sumatera Barat, Perda No. 3/2001 tentang Desa Pakraman, dan
Keputusan Bupati Tana Toraja No. 2/2001 tentang Pemerintahan Lembang
Mekanisme Judicial Review
(Constitutional review)

Persyaratan Formal [Pasal 18 ayat (2) UUD


1945], Masyarakat Hukum Adat harus memiliki
kualifikasi:
1. Sepanjang masih hidup
2. Sesuai dengan perkembangan masyarakat
3. Sesuai dengan prinsip NKRI yang diatur dalam
UU
Legal Standing
Masyarakat Hukum Adat

Pasal 18B ayat (2) UUD 1945

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 31/PUU-V/2007


 MK memberikan penafsiran terhadap Pasal 18B ayat
(2) UUD 1945 jo Pasal 41 ayat (1) huruf b UU MK
Penafsiran terhadap Kualifikasi
Masyarakat Hukum Adat
(berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi No. 31/PUU-V/2007)

1. Suatu kesatuan masyarakat hukum ada secara de facto


masih hidup (actual existence), baik yang bersifat teritorial,
geneologis, maupun yang bersifat fungsional, setidaknya-
tidaknya mengandung unsur-unsur:
 Adanya masyarakat yang warganya memiliki perasaan

kelompok (in-group feeling);


 Adanya pranata pemerintahan adat;

 Adanya harta kekayaan dan/atau benda-benda adat;

 Adanya perangkat norma hukum adat; dan

 Khusus pada kesatuan masyarakat hukum adat yang

bersifat teritorial juga terdapat unsur adanya wilayah


tertentu.
Penafsiran terhadap Kualifikasi
Masyarakat Hukum Adat
(berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi No. 31/PUU-V/2007)

2. Suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak


tradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan
masyarakat apabila kesatuan masyarakat hukum adat
tersebut:
1. Keberadaannya telah diakui berdasarkan undang-undang
yang berlaku sebagai pencerminan perkembangan nilai-
nilai yang dianggap ideal dalam masyarakat dewasa ini,
baik undang-undang yang bersifat umum maupun bersifat
sektoral, seperti bidang agraria, kehutanan, perikanan,
dan lain-lain maupun dalam peraturan daerah;
2. Substansi hak-hak tradisional tersebut diakui dan
dihormati oleh warga kesatuan masyarakat yang
bersangkutan maupun masyarakat yang lebih luas, serta
tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.
Penafsiran terhadap Kualifikasi
Masyarakat Hukum Adat
(berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi No. 31/PUU-V/2007)

3. Suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak


tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan
Masyarakat Indonesia apabila kesatuan masyarakat
hukum adat tersebut tidak menggangu eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai sebuah
kesatuan politik dan kesatuan hukum, yaitu:
 Keberadaannya tidak mengancam kedaulatan dan
integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 Substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.


Pihak yang dapat Mewakili
Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat Sebagai Pemohon di MK
1. Kepala adat atau pemimpin masyarakat adat
yang memperoleh surat kuasa khusus dari
masyarakat hukum adat. Kepala adat tersebut akan
bertindak untuk dan atas nama kepentingan
masyarakatnya dan bukan untuk kepentingan
pribadi; atau
2. Organisasi atau kumpulan orang yang memiliki
perhatian tentang masalah masyarakat hukum
adat. Mereka memperoleh surat kuasa khusus dari
Kepala adat dan masyarakat hukum adat dengan
pendamping selain kuasa hukum Pemohon harus
dilengkapi dengan surat keterangan khusus.
.Terimakasih.
PERLINDUNGAN
HAK KONSTITUSIONAL
MASYARAKAT HUKUM
ADAT

oleh:
DR.H.M Akil Mochtar SH. MH.

Das könnte Ihnen auch gefallen