Sie sind auf Seite 1von 12

c

AKHLAK

Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari kata ³akhlaq´ yang merupakan jama¶ dari ³khulqu´ dari
bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu
Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak
yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada
keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida
dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang
memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan
yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang penyair
Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya
telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang
baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan
mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti
ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang
ma¶ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110
yang artinya ³Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang
makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah´
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati,
ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan
penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan
berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya
maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam
membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan
kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam
Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana
alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia.
(Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari
c

balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali


(insaf dan bertaubat)".
Akhlak menurut umum adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa
saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar,
hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan
dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan,
pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena
bersandiwara. Kelima, sejalan dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak
(khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-
mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan
suatu pujian

Pengertian Akhlak Menurut Sarjana lslam


a)c Imam Al-Ghazali menyebut akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa .
Daripada jiwa itu ,timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan
pertimbangan fikiran.
•)c Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinasikan akhlak sebagai kehendak yang
dibiasakan. Maksudnya, sesuatu yang mencirikan akhlak itu ialah kehendak yang
dibiasakan. Ertinya, kehendak itu apabila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan
itu dinamakan akhlak. Ahmad Amin menjelaskan erti kehendak itu ialah
ketentuan daripada beberapa keinginan manusia. Manakala kebiasaan pula ialah
perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukanya. Daripada kehendak
dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan ke arah menimbulkan apa yang disebut
sebagai akhlak.
a)c Ibnu Maskawayh mengatakan akhlak ialah suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang
mendorong (diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa
didahului oleh daya pemikiran kerana sudah menjadi kebiasaan.
c

Dalam Islam, akhlak merupakan sistem nilai yang merupakan subsistem dari
sistem syariah Islam dimana aqidah, syariah (dalam pengertian khusus) dan akhlak
menjadi subsistemnya. Oleh karena itu akhlak manusia mencakup hubungannya
dengan Tuhan (vertikal), dengan sesama manusia, dengan hewan dan alam
(horizontal) dan dengan diri sendiri (internal). Bersyukur dan beribadah adalah wujud
akhlak manusia sebagai makhluk kepada Tuhannnya. Menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda, membantu yang lemah adalah wujud dari akhlak
manusia kepada sesama manusia. Menyayangi binatang, memelihara habitat binatang,
memelihara lingkungan sebagai ekosistem adalah wujud akhlak manusia kepada
binatang dan lingkungan. Jujur dan sabar adalah wujud akhlak manusia kepada diri
sendiri.

Keutamaan Akhlak
Sedikit menyinggung sejarah shalallahu µalaihi wasallam yang dalam pelajaran
ini adalah salah satu perilaku rashulullah sehari-hari, ³Abu Hurairah radhiallahu µanhu
mengabarkan bahwa suatu saat shalallahu µalaihi wasallam pernah ditanya tentang
kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. rashulullah shalallahu µalaihi
wasallam menjawab : ³Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.´ (Hadits Shahih
Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin
no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq).
Tatkala Rasulullah shalallahu µalaihi wasallam menasehati sahabatnya,
rashulullah shalallahu µalahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk
bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia
sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa rashulullah shalallahu µalaihi
wasallam bersabda : ³Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan
balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi
kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.´ (HR Tirmidzi, ia
berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).
Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat
dari pada aklak yang baik, sebagaimana sabda rasulullah shalallahu µalaihi wa sallam :
³ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak
yang baik.´ (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz
2 hal 535). Juga sabda beliau : ³ Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam
c

mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.´ (HR. Ahmad,
dishahihkan al Bani. Lihat Ash Shahihah juz 2 hal.535).
Dari Jabir radhiallahu µanhu berkata : Rashulullah shalallahu µalaihi wa sallam
bersabda : ³Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat
padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.´ (HR. Tirmidzi
dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu
Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik
memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah
mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran
baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula
hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi,
yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari¶at atau
sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari¶at, dalam semua
masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari¶at ini, Maha Tahu dengan
keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-
hamba-Nya. Wallahu Ta¶ala a¶lam.

Maaam-Maaam Akhlak
Akhlak di bagi menjadi dua bagia yaitu :
Akhlak Mulia, Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah)
Ê ahuilah, dianara k uamaan akhlak mulia (Al-Akhlakul Mahmudah) adalah :
P rama : Akhlak yang baik termasuk tanda kesempurnaan iman seseorang,
sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu µalaihi wa sallam: ³Orang-orang mukmin
yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.´ (Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shohihul Jami¶, No. 1241)
Ê dua : Dengan akhlak yang baik, seorang hamba akan bisa mencapai derajat
orang-orang yang dekat dengan Allah Ta¶ala, sebagaimana penjelasan Rasulullah
shalallahu µalaihi wa sallam dalam sabda beliau: ´Sesungguhnya seorang mukmin
dengan akhlaknya yang baik bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan qiyamul
lail.´ (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami¶, No. 1937)
Ê iga : Akhlak yang baik bisa menambah berat amal kebaikan seorang
hamba di hari kiamat, sebagaimana sabda beliau shalallahu µalaihi wa sallam : ³Tidak
c

ada sesuatu yang lebih berat ketika diletakkan di timbangan amal (di hari akhir) selain
akhlak yang baik.´ (Shahihul Jami¶, No. 5602)
Ê mpa : Akhlak yang baik merupakan sebab yang paling banyak
memasukkan manusia ke dalam surga. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah
ketika ditanya tentang apa yang bisa memasukkan manusia ke dalam surga. Beliau
menjawab: ³Bertakwa kepada Allah dan akhlak yang baik.´ (Riyadhus Shalihin).
Perbuatan baik atau buruk yang dilakukan seseorang tanpa ada hubungannya
dengan akhlaknya atau tabiatnya adalah hanya bernilai perbuatan. Suatu ketika
seorang yang akhlaknya buruk tanpa kesadaran akan makna baik buruk melakukan
suatu perbuatan yang bernilai baik. Demikian juga seseorang yang sebenarnya
akhlaknya baik, suatu ketika tanpa menyadari makna keburukan melakukan sesuatu
yang bernilai buruk.. Perbuatan baik dan perbuatan buruk dari dua orang itu hanya
bernilai sebagai perbuatan, tetapi tidak bermakna sebagai kebaikan atau kejahatan.
Dilihat dari sudut agama, maka perbuatan itu tidak mendatangkan pahala dan dosa.
Akhlak seorang hamba itu bisa baik bila mengikuti jalannya (sunnahnya)
Muhammad shalallahu µalaihi wa sallam, sebab beliaulah orang yang terbaik
akhlaknya. Allah Ta¶ala berfirman: (Al-Qalam: 4).
Ϣ˳ ϴ˶ψϋ
˴ ϖ
˳ Ϡ˵Χ
˵ ϰϠ˴όϟ˴ Ϛ
˴ ϧ͉ ·˶ϭ˴
( dan Sesungguhnya kamu benar -benar berbudi pekerti yang agung)

Allah Ta¶ala juga menegaskan: (Al-Ahzab: 21) :


ϥ
˴ Ύ˴ϛ Ϧ˴Ϥϟ͋ ˲ΔϨ˴ δ
˴Σ
˴ ˲ΓϮ˴ ˸γ΃˵ Ϫ˶ Ϡ͉ϟ΍ ϝ
˶ Ϯ˵γέ˴ ϲ˶ϓ ˸ϢϜ˵ ϟ˴ ϥ
˴ Ύ˴ϛ ˸ΪϘ˴ ϟ˴ ΍˱ήϴ˶Μϛ˴ Ϫ˴ Ϡ͉ϟ΍ ή˴ ϛ˴ Ϋ˴ ϭ˴ ή˴ Χ
˶ ΂˸ϟ΍ ϡ˴ ˸Ϯϴ˴ ˸ϟ΍˴ϭ Ϫ˴ Ϡ͉ϟ΍ Ϯ˵Ο˸ήϳ˴
(Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.)

Maka sudah selayaknya bagi setiap muslim mempelajari riwayat hidupnya


dari setiap sisi kehidupan beliau (secara menyeluruh), yakni bagaimana beliau
beradab dihadapan Rabbnya, kelurganya, sahabatnya dan terhadap orang-orang non
muslim.
Salah satu cara untuk mempelajari itu semua adalah sering duduk (bergaul)
dengan orang-orang yang bertakwa. Sebab seseorang itu akan terpengaruh dengan
c

teman duduknya. Nabi bersabda: ³Seseorang itu dilihat dari agama teman dekatnya.
Karena itu lihatlah siapa teman dekatnya.´(HR Tirmidzi).
Kemudian wajib juga bagi setiap muslim untuk menjauhi orang yang jelek
akhlaknya. Mudah-mudahan dengan begitu kita termasuk hamba-hamba Allah yang
menghiasi diri kita dengan akhlak yang baik.

Apa yang dimaksud akhlak yang •aik itu ?


³Akhlak yang baik diantaranya: menghormati, membantu dan menolong.´
Ibnul Mubarak berkata: ³Akhlak yang baik adalah: ³berwajah cerah, melakukan yang
ma¶ruf dan menahan kejelekan (gangguan).´ Imam Ahmad bin Hambal berkata:
³Akhlak yang baik adalah jangan marah dan dengki.´
³Sebagian ulama berkata: Akhlak yang baik adalah menahan marah karena
Allah, menampakkan wajah yang cerah berseri kecuali kepada ahlul bid¶ah dan orang-
orang yang banyak berdosa, memaafkan orang yang salah kecuali dengan maksud
untuk memberi pelajaran, melaksanakan hukuman (sesuai syari¶at Islam) dan
melindungi setiap muslim dan orang kafir yang terikat janji dengan orang Islam
kecuali untuk mengingkari kemungkaran, mencegah kedzaliman terhadap orang yang
lemah tanpa melampaui batas.´(Iqadhul Himam, hal. 279)

Akhlak Buruk, Akhlak Teraela (Al-Ahklakul Mazmumah)


Sebagaimana akhlak terpuji, akhlak tercela juga memiliki akar kemana satuan-
satuannya dapat dikelompokkan. Jika akar perilaku manusia ada dalam pikiran dan
jiwanya, maka akar penyakit akhlak tercela juga akan selalu ada. dua akar penyakit
akhlak buruk, atau akhlak tercela (Al-Ahlakul Mazmumah) yaitu :
P rama, penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa wilayah akal manusia,
dimana kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan bercampur dengan kebatilan
(talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia memahami secara
baik dan memilih secara tepat.
Ê dua, penyakit syahwat. Penyakit ini menimpa wilayah hati dan insting
manusia, dimana dorongan kekuatan kejahatan dalam hatinya mengalahkan dorongan
kekuatan kebaikan. Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk
mengendalikan diri dan bertekad secara kuat.
c

Penjelasan dari Penyakit Syhu•hat


Lebih jauh lagi, penyakit syubhat sesungguhnya berkaitan dengan pemahaman dasar
manusia dan struktur pemikirannya. Akarnya adalah ilmu yang belum sempurna dan
mendalam bertemu dengan kecenderungan jiwa untuk menyimpang (zaeghun). Allah
SWT berfirman dalam hal ini, (Ali Imran:7)
˸ϴϠ˴ϋ
˴ ϝ
˴ ΰ˴ ϧ˴΃ ϱ
˴ ά˶ ϟ͉΍ Ϯ˴ ϫ˵ ϥ
˴ Ϯ˵όΒ˶ Θ͉ϴ˴ ϓ˴ ˲ώ˸ϳί˴ ˸ϢϬ˶ Α˶ Ϯ˵Ϡϗ˵ ϲϓ Ϧ
˴ ϳ˶άϟ͉΍ ή˵ Χ
˴ ΃˵ϭ˴ Ώ
˶ Ύ˴ΘϜ˶ ˸ϟ΍ ϡ͊ ΃˵ Ϧ
͉ ϫ˵ ˲ΕΎ˴ϤϜ˴ ˸Τϣ͊ ˲ΕΎ˴ϳ΁ Ϫ˵ ˸Ϩϣ˶ Ώ
˴ Ύ˴ΘϜ˶ ˸ϟ΍ Ϛ
˴
Ύ͉ϣ΄˴ ϓ˴ ˲ΕΎ˴ϬΑ˶ Ύ˴θΘ˴ ϣ˵
ϭ˴ Ϫ˶ Ϡ˶ϳ˶ϭ˸΄Η˴ ˯Ύ˴ϐΘ˶ ˸Α΍˴ϭ ˸΍Ϯ˵ϟ˸ϭ΃˵ ϻ
͉ ·˶ ή˵ ϛ͉ ά͉ ϳ˴ Ύ˴ϣϭ˴ Ύ˴ϨΑ͋ έ˴ Ϊ˶ Ϩ˶ϋ ˸Ϧϣ͋ Ϟ
͇ ϛ˵ Ϫ˶ Α˶ Ύ͉Ϩϣ˴ ΁ ϥ
˴ Ϯ˵ϟϮ˵Ϙ˴ϳ Ϣ˶ ˸Ϡό˶ ˸ϟ΍ ϲ˶ϓ ϻ
͉ ·˶ Ϫ˵ Ϡ˴ϳ˶ϭ˸΄Η˴ Ϣ˵ Ϡ˴˸όϳ˴ Ύ˴ϣ Ϫ˵ Ϡ˷ϟ΍
Ώ
˶ Ύ˴Β˸ϟϷ΍ ϥ
˴ Ϯ˵Ψγ
˶ ΍͉ήϟ΍˴ϭ
(Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok -pokok isi Al qur'an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184].)

Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka


mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui
ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami."
dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.
[183] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya,
dapat dipahami dengan mudah.
[184] Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang
mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang
dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang
pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan
dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga,
neraka dan lain-lain.
Karena itu, akar penyakit ini dapat ditelusuri pada kemampuan dasar manusia
dalam memahami; adanya kelemahan logika atau penyalahangunaan logika;
ketidakmampuan memahami hakikat sesuatu secara benar; kesalahan metodologis
dalam berpikir yang menyebabkan lahrnya kesimpulan yang juga salah; dan
c

penyimpangan pemahaman keagamaan yang menyebabkan lahirnya bid¶ah dan aliran


sesat.
Orang-orang yang menderita penyakit ini biasanya memiliki keberanian luar
biasa terhadap Allah SWT (baca: kebenaran), kegemaran luar biasa untuk berdebat,
dan sifat keras kepala dalam mempertahankan pendapat sendiri, sekalipun
sesungguhnya ia tidak pernah memiliki keyakinan yang kuat dan selalu ragu dalam
segala hal.
Lawan dari penyakit ini adalah ilmu yang benar dan mendalam, yang
kemudian menimbulkan keyakinan yang kuat yang tidak disertai keraguan. Pada
akhirnya, penyakit syubhat ini melahirkan kekufuran, bid¶ah, dan nifaq.

Penjelasan dari Penyakit Syahwat


Adapun penyakit syahwat pada umumnya lahir dari lemahnya kehendak hati
(iradatul khair) dalam hati seseorang, baik untuk melakukan kebaikan (positif)
maupun untuk melawan dorongan kejahatan dalam dirinya. Sebagaimana contoh,
Allah SWT berfirman tentang Adam as. (Tha ha: 115)
ϰ˴ό˸δΗ˴ Ύ˴ϤΑ˶ β
˳ ˸ϔϧ˴ Ϟ
͊ ϛ˵ ϯ˴ΰ˸ΠΘ˵ϟ˶ Ύ˴Ϭϴ˶ϔ˸Χ΃˵ Ω˵ Ύ˴ϛ΃˴ ˲Δϴ˴ Η˶ ΍˴˯ Δ˴ ϋ
˴ Ύ͉δϟ΍ ϥ
͉ ·˶
( dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan[947] kepada Adam dahulu, Maka ia
lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. )

P rinah Allah ini  rs u dalam( aya 35 sura Al Baqarah).


(dan Êami  rfirman: "Hai Adam, diamilah ol h kamu dan is rimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang anyak lagi aik dimana saja yang kamu
sukai, dan janganlah kamu d kai pohon ini[37], yang m ny akan kamu T rmasuk
orang-orang yang zalim.)
Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al
Quran dan Hadist tidak menerangkannya. ada yang menamakan pohon khuldi
sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang
diberikan syaitan.

Dorongan-dorongan kejahatan itu sendiri pada dasarnya berasal dari insting


manusia, yang sebagiannya adalah kebutuhan dasar yang memberikan vitalitas dan
dinamika kehidupan kepada manusia. Insting seksual, misalnya, pada kadar tertentu
dibutuhkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup umat manusia. Akan tetapi,
c

ia menjadi kejahatan saat tuntutan pemuasannya menjadi berlebhan dan cara


pemenuhannya keluar dari jalur syariah. Demikian pula insting berkuasa, misalnya, ia
dibutuhkan untuk menciptakan kemampuan memimpin dan bermasyarakat dalam
kehidupan manusia. Namun, jika kadarnya melampui batas yang natural dan cara
pemenuhannya keluar dari jalur syariah, maka ia menjadi ancaman bagi kebaikan.
Disamping itu, Ibnul Qayyim juga menjelaskan jenis syahwat yang kemudian
menjadi akar dari semua bentuk dosa manusia. Adapun jenis syahwat itu adalah
sebagai berikut:
Gyahwa k kuasan, berarti bahwa dorongan berkuasa dalam diri seseorang
begitu kuat sampai tingkat dimana ia mulai menyerap sebagan dari sifat yang hanya
layak dimiliki Allah SWT. Hal ini dimulai dari yang terkecil-senang dikagumi
(sum¶ah), senang disanjung di depannya (riya¶), dan merasa puas diri (ghuhur),
sampai pada yang hal yang besar-sombong, angkuh, jabarut, mengintimidasi, dan
zalim. Syahwat inilah yang kemudian mendorong manusia sampai pada tingkat yang
lebih jauh lagi, yaitu syirik. Inilah dosa yang membuat Fir¶aun terlaknat.
Gyahwa hawa nafsu, berarti bahwa ada dorongan yang kuat dalam diri
seseorang untuk menyerupai dalam berbagai bentuk perilaku dasarnya. Misalnya,
memiliki sifat benci, dengki dan dendam, gemar menipu, membuat ulah dan makar,
menyebarkan gosip, memfitnah, menyesatkan orang lain, dan semacamnya. Syahwat
ini biasanya mempertemukan antara kecerdasan di satu sisi, dengan dorongan setan di
sisi lain. Karena itu, pelakunya cenderung licik dan culas dalam pergaulan serta
berwajah ganda.

Ke•urukan akhlak ³Kelemahan Akal dan Jiwa´


Demikianlah, kita melihat bahwa kedua penyakit itu, penyakit syubhat dan
syahwat, sama bersumber dari kelemahan akal dan jiwa. Penyakit syubhat bersumber
dari kelemahan akal sehingga penderitanya tidak memiliki ilmu dan keyakinan.
Adapun penyakit syahwat bersumber dari kelemahan jiwa yang membuat
penderitanya tidak memiliki kemauan yang kuat sampai pada tingkat azam (tekad).
Perhatikanlah skema dibawah ini :
Ê l mahan akal -> Ê dangkalan ilmu -> Penyakit Syubhat
Ê l mahan jiwa -> Ê l mahan k mauan -> Penyakit Syahwat
c

Hu•ungan Akhlak dengan Ilmu


Akhlak (ethics) merupakan suatu ilmu yang membicarakan sisi-sisi kehidupan
manusia yang paling penting. Perpaduan ilmu dan akhlak dikonsepkan sebagi al
ma¶rifah. jalan menuju ma¶rifah sebagai kerinduan rohani untuk mengenal Tuhan
dengan hati nurani melalui tingkat-tingkat ilmu. Al ma¶rifah menjadi tingkat yang
tertinggi di dalam pengetahuan dan kesadaran rohani manusia terhadap Tuhan.
hubungan yang erat dan tak terpatahkan antara ilmu dan akhlak. Hubungan
inilah yang sedang dicari kembali dalan dunia ilmu pengetahuan modern terutama
dalam bahasan mengenai islamisasi ilmu. Mengingat adanya kebutuhan kembali
akhlak karena perkembangan jiwa manusia yang semakin lama semakin
memprihatinkan, bahasan mengenai mengenal Tuhan lewat ilmu pengetahuan adalah
tema yang penting. Manusia modern dinilai telah sangat rasional. Maka, ilmu sudah
selayaknya menjadi jalan utama mengenal Tuhan, untuk menjadi insan kamil atau
manusia yang sempurna.
Masalah hubungan ilmu dan akhlak, telah lama menyibukkan para filosof,
teolog dan ilmuan-ilmuan akhlak. Dengan melihat sepintas lalu terhadap tradisi-tradisi
sejarah kehidupan manusia, dapat disaksikan keselarasan, kesesuaian, kesatuan
ukuran-ukuran, keharusan-keharusan, dan norma-norma akhlak dengan ilmu dalam
berbagai masyarakat dan bangsa. Istilah-istilah akhlak Islam, Yahudi, Masehi, Hindu,
dan Budha, merupakan bukti. Oleh sebab itu, terkadang hubungan yang dalam di
antara dua fenomena ini (agama dan akhlak) bisa melalaikan para peneliti dalam
memisahkan pemikiran akhlak dari dimensi-dimensi lain.
Pembahasan-pembahasan pemikir dan filosof seperti Sokrates dan Plato yang
berdasarkan atas kemandirian dua fenomena ilmuwan dan akhlak, teori pemisahan
Karl Marx dan Sigmund Freud, klaim ketidaksesuaian di antara keduanya, dan
wacana antara pengikut mazhab 'adliyyah dan asy'ariyyah tentang kebaikan dan
keburukan akal dan syar'i perbuatan-perbuatan manusia, semuanya mengisahkan
bahwa masalah ilmu dan akhlak ini mempunyai usia dan sejarah yang amat panjang.
Mungkin hal ini disebabkan karena ilmu dan akhlak senantiasa menyertai manusia
sejak awal keberadaannya serta dua fenomena ini timbul dari tabiat yang sama-sama
harus seimbang agar manusia bisa berakhlak baik.
Jika kita meninjau dengan tinjauan eksternal terhadap perbedaan dan
pertikaian di antara pemikir-pemikir dalam masalah hubungan ilmu dan akhlak, kita
akan mendapatkan bahwa seluruh perbedaan itu berdasarkan pemikiran-pemikiran
c

apriori secara psikologi, sosiologi, antropologi dan filosofi yang dilakukan oleh
mereka dalam mengafirmasikan atau menegasikan hubungan ini. Problem utama juga
yang bisa kita lihat dalam tulisan-tulisan para pemikir Barat dalam masalah ini,
kelompok pemikir ini terkadang mengabstraksikan agama dan akhlak dengan definisi
eksternal dan mengutarakan kebagaimanaan hubungan di antara dua fenomena
tersebut yang pada akhirnya, dengan penilaian dan penghukumannya melakukan
perbandingan antara akhlak dan ilmu. Di samping itu, terkadang ilmu yang mereka
maksud adalah ilmu umum, tapi pada posisi pengambilan konklusi mereka
menggeneralisasikan pembahasannya pada seluruh ilmu-ilmu yang mungkin ada
dalam salah satu pelajaran bertolak belakang denganadanya akhlak yang baik.
Contoh: penelitian yang harus di uji coba oleh sesuatu yang hidup (hewan), bila
dengan akhlak baik ini bertolak belakang karena dalam akhlak yang baik tidak
bolehnya menyakiti sesuatu yang tidak pasti sesuatu itu (hewan sebagai uji coba) bisa
selamat atau tidak.
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu
sisi kita mengutamakan Ilmu yang memang merupakan perkara pokok/inti dalam
kehidupan ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam
masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada
keluhan-keluhan yang membuat orang lain heran seseorang yang terpelajar bisa
berbijara kotor atau tidak baik, dan ini belarti orang ini buruk dalam akhlaknya.
Seharusnya ucapan-ucapan tidak baik itu ataupun yang menjadi cambuk bagi
kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang
mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa
Ilmu sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun
tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai
hubungan yang erat. Ilmu merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah
dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang berilmu, dan baik
akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin pintar seseorang maka
semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang yang berilmu memiliki akhlak
yang buruk berarti lemah akhlaknya.
c

Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak.


Sangat banyak manfatnya yang di rasakan setelah mempelajari ilmu akhlak
salah satunya kita bisa membedakan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari dan bagaimana cara berakhlak yang baik dalam tingkah laku atau
perbuatan untuk menghadapi kehidupan, serta cara berinteraksi dalam bermasyarakat
seperti menghadapi usia dibawah kita, sesama, lebih tua, akan lebih hati-hati. Bukan
hanya itu, banyak juga wawasan yang didapat dalam ilmu akhlak ini bisa lebih
mengetahi bagaimana orang yang berakhlak baik dan bagaimana yang berakhlak
buruk, serta paham akan cara-cara bagaimana menjadi seseorang yang berakhlak baik.
Dengan berakhlak baik maka kita bisa dapat menghargai dan juga pastinya
dihargai oleh masyarakat umum, maka sangat bermanfaat ilmu akhlak ini bila kita
bisa memperbaiki lebih baik mungkin banyak kekurangan-kekurangan dalam
berakhlak baik, dan kita bisa lebih paham bagai mana akhlak yang di terima oleh
Allah SWT, maka dari pelajaran akhlak ini bukan hanya dalam perbuatan tetapi
keikhlasan hati tulus ini salah satu yang utama dalam mempelajari ilmu akhlak yang
baik.

Das könnte Ihnen auch gefallen