Sie sind auf Seite 1von 2

Saudara Marbadi, Langganan SM No.

10100

Pertanyaan :
1. Hukum menshalatkan jenazah seorang idiot (kurang / lemah akal)
2. Membangun masjid atau mushalla di atas tanah bekas kuburan
3. Hukum shalat di atas masjid yang didirikan di tanah bekas kuburan

Jawaban :

1. Hukum menshalatkan jenazah seorang idiot (kurang / lemah akal)


Seorang idiot adalah juga seorang manusia yang telah lahir dalam keadaan
hidup, kemudian meninggal dunia. Semua yang lahir dalam keadaan hidup
kemudian meninggal dunia, apakah ia idiot atau bukan, wajib dishalatkan,
berdasarkan hadits :

َ ‫صلِّ َي َعلَْي ِه َوُوِر‬


‫ث‬ ُ ُّ ‫الصيِب‬
َّ ‫اسَت َه َّل‬ ِ
ْ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم إِذَا‬ َّ ‫َع ْن َجابِ ٍر أ‬
َ َّ ‫َن النَّيِب‬
Artinya : “Dari Jabir as., bahwasanya Nabi SAW bersabda; ‘Apabila
berteriak bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur, bila ia meninggal dunia)
hendaklah dishalatkan dan memperoleh warisan’.” (HR. at-Tirmuzi, an-Nasa`i,
Ibnu Majah dan al-Baihaqi)

2. Membangun masjid atau mushalla di atas tanah bekas kuburan dan shalat di
atasnya.
Rasulullah SAW melarang kaum muslimin shalat dan mendirikan masjid
di atas kuburan para nabi, orang shaleh atau ulama mereka, berdasarkan hadits :
ِ َ َ‫َع ْن َعائِ َش ةَ َر ِض ي اهللُ َعْن َه ا ق‬
‫َّص َارى‬ َ ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم لَ َع َن اهللُ الَْي ُه‬
َ ‫ود َوالن‬ َ ُّ ‫ال النَّيِب‬
)‫اج َد (رواه الرتمذى و النسآء و ابن ماجه و البيهاقى‬ ِ ‫اخَّت ُذوا ُقبور أَنْبِيائِ ِهم مس‬
ََ ْ َ َُ َ
Artinya : “Dari ‘Aisyah ra., Nabi SAW bersabda; ‘Allah melaknat orang
Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai
masjid’.” (HR. al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan an-Nasa`i).
Dan hadits :
َ‫ص لُّوا إِىَل الْ ُقبُ وِر َوال‬ ِ
َ ُ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال الَ ت‬
ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ِّ ‫َع ْن أَيِب َم ْرثَ ٍد الْغَنَ ِو‬
ُ َ َّ ‫ي أ‬
)‫جَتْلِ ُسوا َعلَْي َها (رواه أمحد و مسلم‬
Artinya : “Dari Abu Martsad al-Ghanawi, bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda; ‘Jangan kamu shalat di atas kuburan dan jangan pula duduk di
atasnya’.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Sebagian besar ulama memandang bahwa larangan Nabi SAW shalatdan
mendirikan masjid di atas kuburan bukan larangan haram, tetapi hukumnya
makruh saja. Larangan itu berupa saddan liz-zari’ah, ialah larangan untuk
menutup pintu dan menghindari diri dari perbuatan yang dilarang agama, yaitu
menjadikan masjid dan kuburan itu sebagai tempat keramat dan menjadikan
orang-orang yang berkubur didalamnya, yaitu para nabi, atau ulama, atau orang
yang dianggap suci, sebagai sembahan dan pujaan (as-Sayid Sabiq, 1915)
Dari hadits-hadits di atas dapat pula dipahami bahwa jika tempat itu tidak
lagi dijadikan kuburan, karena jenazah yang ada di dalamnya telah dipindahkan,
maka di tempat itu boleh didirikan masjid dan tentu saja boleh mengerjakan shalat
di dalamnya, karena Allah dan Rasul-Nya tidak melarangnya.

Das könnte Ihnen auch gefallen