Sie sind auf Seite 1von 5

Pertimbangan Etis dan Sosial

Oleh : Stela Ferlinsia dan Alif Akbar Yassin

Dalam bidang psikodiagnostik seorang tester harulah memiliki batasan-batasan etika dan sosial dalam memberikan alat tes, mengolah dan mengkomunikasikannya. Pertama-tama kita harus mengerti dahulu beberapa kulifikasi individu yang berhak menggunakan alat-alat tes. Menurut Hukum Kode Etik Himpunan Psikologi Indonesia ada 2 kualifikasi individu dalam bidang psikologi yaitu : 1. PSIKOLOG adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik psikologi dengan latar
belakang pendidikan Sarjana Psikologi lulusan program pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) dan lulus dari pendidikan profesi psikologiatau strata 2 (S2) Pendidikan Magister Psikologi (Profesi Psikolog). Psikolog memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yang meliputi bidang-bidang praktik klinis dan konseling; penelitian; pengajaran; supervisi dalam pelatihan, layanan masyarakat, pengembangan kebijakan; intervensi sosial dan klinis; pengembangan instrumen asesmen psikologi; penyelenggaraan asesmen; konseling; konsultasi organisasi; aktifitasaktifitas dalam bidang forensik; perancangan dan evaluasi program; serta administrasi. Psikolog DIWAJIBKAN MEMILIKI IZIN PRAKTIK PSIKOLOGI sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. ILMUWAN PSIKOLOGI adalah ahli dalam bidang ilmu psikologi dengan latar belakang pendidikan strata 1
dan/atau strata 2 dan/atau strata 3 dalam bidang psikologi. Ilmuwan psikologi memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yang meliputi bidang-bidang penelitian; pengajaran; supervisi dalam pelatihan; layanan masyarakat; pengembangan kebijakan; intervensi sosial; pengembangan instrumen asesmen psikologi; pengadministrasian asesmen; konseling sederhana;konsultasi organisasi; perancangan dan evaluasi program. Ilmuwan Psikologi dibedakan dalam kelompok ilmu murni (sains) dan terapan.

Dengan demikian jelaslah mengenai batasan-batasan dari masing-masing individu dalam melakukan layanan psikologi. Penggunaan Alat Tes Dalam penggunaan tes ada beberapa hal yang harus diperhatikan : 1. Kategori alat tes dan penggunanya : Karena alat tes tidak akan bermanfaat bila digunakana oleh orang yang salah. Ada beberapa kategori tes. Berikut adalah kategori tes menurut American Psychology Association( APA) : Level A Alat tes yang dapat diadministrasikan, diskor dan diinterpretasikan dengan bantuan manual. Dapat digunakan dan diinterpretasikan oleh

1. 2. 3. 4.

nonpsikolog yang bertanggung jawab seperti Executive business dan kepala sekolah Walau begitu dalam pelaksanaannya para tester non psikologi tersebut memerlukan kursus tingkat advance. Mereka jug adalah lulusan sarjana universitas terakreditasi, mengikuti pelatihan yang setara dibawah pengawasan supervisor/ konsultan yang qualified. Contoh-contoh tesnya adalah tes-tes vocational, pencapaian akademik, sebagian besar inventori minatm tes pilihan ganda yang merupakan pengukuran dan interpretasi sederhana(individual/ kelompok) Level B Tes pada level ini adalah tes-tes yang memerlukan training khusus dalam administrasi, scoring dan interpretasi. Selain itu tes pada kategori ini juga memerlukan pemahaman lebih tentang prinsip-prinsip psikometeri, sifat-sifat yang diukur dan latar belakang keilmuan Para tester atau penggunanya harus telah menyelesaikan pendidikan tingkat lanjut dalam bidang testing dari institusi yang terakreditasi serta mendapatkan training di bawah pengawasan psikolog. Tester jug atelah mendapatkan pelatihan psikometri, berpengalaman dalam administrasi, scoring dan interpretasi. Adapun contoh-contoh dari tes pada kategori ini adalah : Mencakup sebagian besar tes prestasi/ minat baik secara individual maupun kelompok, tes inventory screening dan tes personal. Contohnya : tes bakat dan inventory kepribadian untuk populasi normal. Level C Kategori ini merupakan kategori yang paling ketat, selain pelatihan administrasi, scoring dan interpretasi juga dibutuhkan tes secara substantive. Tester untuk kategori tes level ini harus mengikuti pelatihan professional khusus yang hanya dapat digunakan oleh mereka yang telah mendapatkan pendidikan minimum master di bidang psikologi. Dan untuk itu jug adiperlukan wrifikasi tentang ijin atau sertifikasi sebagai psikolog Yang termasuk kategori tes pada level ini adalah tes diganostik klinis, kepribadian, bahasa atau bakat baik secara kelompok maupun individu. Contohny adalah tes kecerdasan individu, tes proyektif dan bettery neuropsikologi. Tester harus memilih alat tes yang sesuai dengan tujuan tes dan subjeknya. Tester juga harus memperhitungkan norma, reliabilitas dan validitas dari sebuah tes. Tester pun haru tanggap terhadap kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi kinerja alat tes. Misalnya latar belakang budaya, sosial lingkungannya, dsb Tester haru menggunakan alat tes sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku.

Pengolahan hasil Tes. Dalam mengolah hasil tes, tester tidak dapat sembarang menginterpretasi tanpa adanya nilai yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu ada beberapa kode etik yang harus dimiliki oleh seorang tester dalam mengolah hasil tes : Tester menarik kesimpulan berdasarkan skor tes dan informasi lain yang berkaitan dengan individu yang bersangkutan . Tester harus menghindari mengambil kesimpulan atas pertimbangan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan individu misalnya emosi si tester, dan sebagainya Pengukuran bukan pada kliennya tapi pada fakta objektif yan berhubungan dengan dirinya . Tester tidak mengadili atau menghakimi si testee tetapi memberikan fakta-fakta objektif yang membantu testee mendapat solusi. Sikap pemeriksa : teknis, praktis . Tester harus menghindari menghindari sikap berlebihan dan beerbelit-belit sehingga si Testee tidak dapat mengikuti tes dengan baik. Menghargai klien sebagai seorang individu dengan hak-haknya. Ada beberapah hal seperti harga diri dan kepercayaan si klien yang harus dijaga baik oleh tester. Tidak mengikutsertakan emosi dan subjektifitas dalam proses pengolahan tes

Mengkomunikasikan hasil tes Setelah hasil tes diolah tester harus mengkomunikasikan hasil tersebut kepada pihak yang berkepentingan, Dikatakan pihak yang berkepentingan di sini berarti tidak hanya klien atau testee yang dapat mengetahui hasil tes tersebut. Namun karena dikatakan bahwa hasil tes ini adalah rahasia maka diperlukan kode etik dalam mengkomunikasikan hasil tersebut : Menjelaskan hasil tes secara teknis, praktis dan pragmatis. Usahakan menjelaskan kepada orang yang berkepentingan mengenai hasil tes dengan jelasm praktis dan mudah dimengerti. Jangan menggu7nakan kalimat-kalimat menghakimi dan menjatuhkan. Namun penjelasan kita harus berdasarkan fakta yang ada. Bukan hasil interprestasi buatan. Menhindari proyeksi atau kemungkinan mengkambinghitamkan pihak pemeriksa kepada klien. Hindari menyalahkan pihak-pihak yang berhubungan dengan hasil tes yang ada.

Mengkomunikasikan hasil tes yang penting kepada orang yang tepat dan prosedur yang sesuai . Adakalanya tester mendapat klien titipan dari sekolah, kepolisian ataupun rumah sakit. Dengan demikian pihak-pihka yang mengirim klien ini tentu ingin mengetahui hasil tes dari klien yang dikirim. Sebagai seorang tester, kita harus memastikan kalau prosedur yang ditempuh sudah benar( surat dan perijinan dari testee) dan kita jug aharus dapat memilha mana informasi yang memang berguna untuk diberitahukan sehubungan dengan tujuan tes tersebut mana yang tetap menjadi rahasia si klien. Pemberian saran harus sesuai dengan hasil pemeriksaan terhadap subjek dan norma yang berlaku. Pemberian saran atau masukkan harus menghindari saran sentral yang berasal dari pendapat pribadi dan tidak berdasr pada fakta-fakta yang ada. Menjaga kerahasiaan informasi klien . Sekalipun klien kit adaalh penjahat, kerahasiaan informasi tetap harus dijaga.

Karena kompleksnya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tester maka diharapkan seorang tester memiliki kemampuan untuk : Mengetahui tujuan tes Mampu meneliti secara cepat masalah dan situasi objek yang berhubungan dengan masalah objek Peka terhadap latar belakang individu( budaya dan sosial) dan hubungannya dengan kinerja tes Mengetahui prosedur pemeriksaan yang baku Membatasi pengumpulan informasi, hany a yang berhubungan dengan tujuan pemeriksaan Menghindari spekulasi dalam pemeriksaan dan pengolahan hasil tes Menguasai teori-teori kepribadian dan teori lainny asebagai landasan dalam pemeriksaan

Demi menjaga terlaksananya proses penilaian yang baik dan memberikan hasil yang berguna, maka kode-kode etik ini harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Walau mungkin masih ada beberapa oknum yang melanggar kode etik tersebut namun semuany akembali lagi kepada tujuan awal dari tes tersebut.

Demikian makalah ini dibuat semoga dapat berguna.

Das könnte Ihnen auch gefallen