Sie sind auf Seite 1von 3

ath: Top IndonesiaDLN Muhamadiyah JIPTUMM Member akhmed@webmail.umm.ac.

m.ac.id PEMANFAATAN AMPAS TEBU UNTUK BAHAN CAMPURAN ASBES Research Report from JIPTUMM / 2002-07-10 04:43:00 Oleh : Ir. Suwarsono, MT, Dept. of Civil Eng (suwarno@umm.ac.id) Dibuat : 2002-09-07, dengan 1 file Keyword : AMPAS TEBU; CAMPURAN ASBES Mengingat semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, yang tentunya akan meningkat pula kebutuhan masyarakat terhadap perumahan, maka kebutuhan bahan bangunan untuk rumah juga akan meningkat. Sedangkan di sisi lain, pasokan bahan bangunan khususnya kayu mulai sulit, yang disebabkan kesalahan mengelola sumber daya alam hutan. Maka sudah waktunya dipikirkan pemanfaatan bahan-bangunan dari bahan-bahan alternatif sebagai pengganti kayu hutan. Pemanfaatan limbah kayu dari perusahaan penggergajian dan pengolahan kayu, biasanya dalam bentuk particle board. Dari segi teknik pembuatannya masih memerlukan peralatan yang berharga cukup tinggi. Sehingga hanya perusahaan yang padat modal yang mampu melaksanakannya secara efisien. Ampas tebu sebagai hasil sampingan dari pabrik gula maupun gula tebu rakyat, selama ini sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan bakar ketel uap pabrik gula. Selain karena kebutuhan bahan bakar, juga karena keterbatasan teknologi yang dimiliki masyarakat sehingga usaha untuk meningkatkan nilai ekonomisnya masih kurang. Pengolahan ampas tebu tersebut untuk produk pakai secara langsung pada masyarakat masih sedikit. Biasanya kelebihan ampas tebu dari pabrik gula dikirim ke pabrik kertas diolah menjadi pulp, sebagai bahan baku kertas. Dari data statistik, ampas tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula yang ada di pulau Jawa berkisar antara 9,5 juta ton/tahun. Ampas kelebihan (yang belum termanfaatkan oleh Pabrik Gula) 800.000 ton, sebagian terserap oleh industri kertas, industri jamur 500.000 ton, dengan demikian masih terdapat kelebihan ampas tebu 300.000 ton yang terbuang, sehingga nilai ampas tebu sangat rendah. Mencermati sifat ampas tebu, yang sekilas memiliki kemiripan dengan limbah kayu, ada kemungkinan memanfaatkan limbah tersebut untuk bahan bangunan atau perabot rumah tangga alternatif. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan tingkat ekonomi masyarakat kita, perlu kiranya dicarikan teknologi pengolahan yang sederhana, dengan tanpa mengurangi persyaratan yang dibutuhkan untuk bahan bangunan. Misalnya mudah dibentuk, bahanbahan yang mudah diperoleh harga relatif murah dan memiliki kekuatan yang memadai . Deskripsi Alternatif : Mengingat semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, yang tentunya akan meningkat pula kebutuhan masyarakat terhadap perumahan, maka kebutuhan bahan bangunan untuk rumah juga akan meningkat. Sedangkan di sisi lain, pasokan bahan bangunan khususnya kayu

mulai sulit, yang disebabkan kesalahan mengelola sumber daya alam hutan. Maka sudah waktunya dipikirkan pemanfaatan bahan-bangunan dari bahan-bahan alternatif sebagai pengganti kayu hutan. Pemanfaatan limbah kayu dari perusahaan penggergajian dan pengolahan kayu, biasanya dalam bentuk particle board. Dari segi teknik pembuatannya masih memerlukan peralatan yang berharga cukup tinggi. Sehingga hanya perusahaan yang padat modal yang mampu melaksanakannya secara efisien. Ampas tebu sebagai hasil sampingan dari pabrik gula maupun gula tebu rakyat, selama ini sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan bakar ketel uap pabrik gula. Selain karena kebutuhan bahan bakar, juga karena keterbatasan teknologi yang dimiliki masyarakat sehingga usaha untuk meningkatkan nilai ekonomisnya masih kurang. Pengolahan ampas tebu tersebut untuk produk pakai secara langsung pada masyarakat masih sedikit. Biasanya kelebihan ampas tebu dari pabrik gula dikirim ke pabrik kertas diolah menjadi pulp, sebagai bahan baku kertas. Dari data statistik, ampas tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula yang ada di pulau Jawa berkisar antara 9,5 juta ton/tahun. Ampas kelebihan (yang belum termanfaatkan oleh Pabrik Gula) 800.000 ton, sebagian terserap oleh industri kertas, industri jamur 500.000 ton, dengan demikian masih terdapat kelebihan ampas tebu 300.000 ton yang terbuang, sehingga nilai ampas tebu sangat rendah. Mencermati sifat ampas tebu, yang sekilas memiliki kemiripan dengan limbah kayu, ada kemungkinan memanfaatkan limbah tersebut untuk bahan bangunan atau perabot rumah tangga alternatif. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan tingkat ekonomi masyarakat kita, perlu kiranya dicarikan teknologi pengolahan yang sederhana, dengan tanpa mengurangi persyaratan yang dibutuhkan untuk bahan bangunan. Misalnya mudah dibentuk, bahanbahan yang mudah diperoleh harga relatif murah dan memiliki kekuatan yang memadai .

POTENSI ENERGI AMPAS TEBU


http://malikhizbullah.wordpress.com/ Agustus 19, 2008 oleh malikhizbullah Kebutuhan energi di PG dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir. Sebagai bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah sekitar 30 % berat tebu dengan kadar air sekitar 50 %. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (carbon) 47 %, H (Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen) 44 % dan Ash (abu) 2,5 %. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 % akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal. Nilai bakar tersebut akan meningkat dengan menurunnya kadar air dan gula dalam ampas. Dengan penerapan teknologi pengeringan ampas yang memanfaatkan energi panas dari gas buang cerobong ketel, dimana kadar air ampas turun menjadi 40 % akan dapat meningkatkan nilai bakar per kg ampas hingga 2305 kkal. Sehingga untuk bahan bakar ketel di PG dapat meningkatkan produksi uap sekitar 10 %. Sehingga untuk pemanfaatan energi ampas secara optimal, teknologi pengeringan tersebut telah banyak diandalkan oleh banyak PG di luar negeri (Furiness. 1976; Fraser. 1979; Maranhao. 1980; Miller. 1977; Abilio. and Paul. 1987). Kelebihan ampas dapat membawa masalah bagi PG, ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya purlu area luas. Ampas mudah terbakar karena didalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di beberapa PG diduga akibat proses tersebut. Beberapa PG mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara berlebihan (inefisien). Dengan cara tersebut nampaknya memang bisa mengurangi jumlah ampas, namun resikonya adalah beban dust collector, polusi udara dan terjadinya erosi pada bagian bagian ketel atau perpipaan akan meningkat yang menyebabkan umur ketel menurun. Untuk itu usaha-usaha pemanfaatan ampas tebu lebih lanjut perlu dilakukan. Sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan gula nasional, produksi tebu giling akan terus dipacu sehingga akan meningkatkan kelebihan ampas. Dengan bahan bakar dari ampas tebu, PG mempunyai peluang yang besar untuk menghasilkan tenaga listrik. Dibanding dari sumber energi listrik yang lain, kontinyuitas tenaga listrik dari ampas dapat lebih terjamin karena ampas bersifat terbaharui (renewable), dan harganya akan menjadi lebih murah . Sementara bahan bakar dari fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara akan semakin langka dan mahal.

Das könnte Ihnen auch gefallen