Sie sind auf Seite 1von 18

Kuliah I Farmsetika Dasar DR.Embit Kartadarma, MAppSc.

Buku Acuan : 1. Pharmaceutical Practice,Collett, D.M.,Aulton,M.E., Churchill Livingstone, New York, 1990. 2. Pharmaceutical Dosage Forms, 2nd.ed. Lieberman H.A., Lachman, L., Schwartz J.B. , Marcel Dekker, 1989 3. Practische en Theoretische Receptuur, van Duin, C.F. 4. Ilmu Meracik Obat, Teori & Praktek, Moch.Anief, 2004 Pendahuluan Bentuk sediaan farmasi adalah merupakan alat dengan mana molekul obat dibawa ke tempat di mana obat ini bekerja dalam tubuh.

Efek farmakologi ---- Kadar obat Efek farmakologi dari obat ini pada umumnya berkaitan dengan kadar obat yang bersangkutan pada tempat yang dituju di mana obat itu bekerja termasuk efek yang diharapkan dan yang tidak. Tujuan keberhasilan efek terapi adalah untuk mengang kut sejumlah kandungan obat yang sesuai ke tempat sumber sakit dalam usaha untuk mencapai manfaat terapi maksimum dengan bahaya toksisitas minimum. Beberapa bentuk sediaan dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan efek lokal dari obat, umpamanya pada kulit atau selaput lendir, termasuk mata, hidung, lambung, rektum, vagina atau saluran pernafasan.
2

(Lanjutan) Walaupun absorpsi sistemik dari beberapa formula itu minimal, beberapa obat dapat memasuki pembuluh darah dengan efek yang tidak memadai. Banyak bentuk sediaan farmasi yang dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan absorpsi yang signifikan dari obat dalam saluran pencernaan ke dalam pembuluh darah, melalui kulit atau dari selaput lendir pada berbagai tempat dalam tubuh. Bentuk sediaan parenteral dibuat untuk pemakaian dengan cara penyuntikan ke dalam pembuluh darah, melalui kulit atau dari selaput lendir pd berbagai tempat Dalam tubuh.
3

(lanjutan) Penyerapan dan penyebaran obat dalam tubuh umumnya dipengaruhi oleh pelepasan obat dari bentuk sediaannya dan kemampuan obat itu untuk menembus membran biologi. Peracikan obat dapat diartikan sebagai penyediaan obat dan pengolahan suatu sediaan obat hingga membentuk suatu sediaan farmasi tertentu. Umumnya pekerjaan peracikan itu berdasarkan atas permintaan atau resep dari dokter. Pencampuran obat yang mempunyai sifat masing-masing yang berbeda perlu diperhatikan sifat fisika, kimia dan efek farmakologinya.
4

Perhitungan: Bila sudah dipertimbangkan baik dari segi fisika, kimia dan farmakologinya, maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan takaran maksimum dan bila ter nyata masingmasing obat dapat dicampurkan dan taka-ran maksimumnya tidak dilewati maka dilanjutkan deng an perhitungan jumlah berat zat yang harus ditimbang. Jalur pemakaian obat dapat dibagi dua, yaitu jalur pema kaian dengan efek lokal dan kedua dengan efek siste mik. Efek lokal : maksudnya efek dari obat yang dimaksud ha nya pada suatu bagian tempat tertentu dari tubuh, sedang sistemik berarti efeknya ke seluruh tubuh.
5

Jalur Pemakaian Obat dengan Efek Sistemik: Jalur pemakaian obat dengan efek sistemik ada bebe rapa macam : 1. Jalur Oral : jalur yg paling biasa digunakan adalah pemakaian lewat oral. Hal ini menyenangkan untuk pemakaian sendiri dan efektif untuk hampir semua obat, kecuali utk obat yg terlau cepat diinaktivasi oleh cairan lambung atau usus. Jalur oral tidak cocok bagi pasien pembedahan segera setelah atau sebelum operasi; bagi pasien yang tidak sadar; pasien yg muntah-muntah; atau bagi pasien yg mengalami absorpsi yg buruk.

2. Jalur Bukal : jalur bukal bermanfaat untuk pemakaian obat sendiri dan dapat juga digunakan untuk mengatasi bila lewat oral bermasalah. Aliran darah lewat selaput lendir bukal tinggi dan obat diserap ke dalam sirkulasi sistemik dari pada sirkulasi hepatik. Jalur ini juga dapat dilakukan untuk pasien yang tidak sadar. 3. Jalur Rektal : Obat yang digunakan lewat rektum diserap terutama dalam sirkulasi sistemik walaupun ada beberapa yang melewati sirkulasi hepatik. Penyerapan lewat selaput lendir rektum kurang dapat diperkirakan, dibandingkan lewat usus halus setelah pemakaian secara oral. Pemakaian jalur rektum bermanfaat untuk penggunaan obat secara sistemik yg sdh diketahui dapat menye babkan gangguan atau bagi pasien yg muntah-muntah atau tidak sadar.

(lanjutan)
4. Jalur inhalasi : aliran darah yang tinggi melewati jantung dan luasnya permukaan membran alveoli men dorong penyerapan yg cepat dari obat ke dalam sirkula si darah. Gas yg bersifat anestetik, cairan yang mudah menguap dan obat yang dapat didispersikan dlm bentuk aerosol dapat digunakan secara inhalasi untuk tujuan efek sistemik. Selaput lendir hidung dapat juga dimanfa atkan sebagai jalur pemakaian secara sistemik. 5. Jalur Transdermal : obat yang digunakan untuk permukaan kulit dapat diserap secara perlahan-lahan ke dalam sirkulasi sistemik. Jalur ini berguna untuk obat yang be kerjanya dlm waktu pendek stlh pemakaian oral, terutama bagi obat yg sangat cepat dimetabolisme di hati dan dapat mendorong sejumlah zat bertahan dalam sirkulasinya.

lanjutan 6. Jalur Parenteral (suntikan): obat dapat dimasukkan secara langsung ke dalam sirkulasi darah dengan melewati jalur intravena. Penyebaran obat dalam sirkulasi darah adalah cepat dan lewat jalur ini memintas banyak membran biologi yg dapat mengham bat penyerapan. Volume takaran injeksi intravena dapat berbeda-beda dari mulai hanya bbrp mililiter sampai ke jumlah sebesar 500 mL yg diberikan secara perlahan lewat infus. Injeksi intraarteri digunakan terutama untuk tujuan diagnostik dan jarang untuk obat kecuali untuk yg baru melahirkan.

Bentuk sediaan farmasi Bentuk sediaan farmasi tergantung pemakaiannya : 1. Sebagai Obat Dalam, dapat dalam bentuk : a. serbuk (pulvis dan pulveres),tablet b. potio (obat cair yg diminum), (emulsi,suspensi,solutio,elixir, mixtura) 2. Sebagai Obat Luar : a. Unguenta (salep kulit), oculenta b. Lotio c. Guttae Ophthalmicae, Gtt. Auricurales dan Gtt. Nasales. d. Linimenta,clysma, suppositoria, ovula, injectio Pembuatan suatu sediaan farmasi atas permintaan dokter disebut dengan meracik. Dimana peracikan bentuk sediaan farmasi atas resep dokter.
10

Resep Resep : adalah permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker untuk menyiapkan bentuk sediaan obat yang sesuai dengan permintaannya. Dokter : yang dimaksud dengan dokter adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Dalam hal dokter gigi dan dokter hewan penulisan obat dalam resepnya harus sesuai dengan bidang profesinya. Bidan : tidak diperbolehkan menulis resep tetapi bila dia perlu obat untuk pasiennya dapat menuliskannya dalam sehelai kertas yang tidak memuat tanda R/.

11

Susunan Resep yg Lengkap Resep yang lengkap terdiri dari : 1. Nama dokter 2. Alamat lengkap & no.tlp 3. No.Surat Izin Kerja (SIK) 4. Nama kota dan tg.resep ditulis 5. Singkatan R/ 6. Nama obat dan jumlahnya 7. Tugas untuk dibuat sediaan apa 8. Signatura (cara pemakaian) 9. Nama Pasien, (umur dan alamatnya)

12

Resep Lengkap
R/ Acid.acetylosalicylic. Mg 200 Acid.ascorbici mg 50 Sacchar.lact. Q.s. m.f.pulv. d.t.d. no. X. S. t.d.d. pulv. I. p.c. Pro: Artalyta ( 12 th., cipinang 52, jkt) Dokter Hani Jl. Kopo 21 Bandung Tlp.540321 SIK.no. 594/DUM/94 Bandung, 9 September 2008

13

Cara Membacanya :
Dokter Hani Jl.Kopo 21 Bandung, Tilp. 540321 SIK.no. 594/DUM/94 Bandung, 9 September 2008 Recipe Acidi acetylosalicylici milligramata ducenta Acidi ascorbinici milligramata quinquaginta Sacchari lactis quantum satis misce fac pulveres da tales doses numero decem Signa ter de die pulverem unum post coenam Pro : Artalyta ( umur 12 th., cipinang 53, jkt)
14

Artinya:

Ambillah : Asam asetilosalisilat 200 mg Asam askorbinat 50 mg Saccharum lactis secukupnya Campur dan buat serbuk yang masing-masing beratnya seperti disebutkan diatas sebanyak 10 bungkus Beri tanda : sehari tiga kali satu bungkus sesudah makan. Untuk : Artalyta ( 12 th., cipinang 52, jkt.)

15

Penimbangan Obat
Karena tadi dalam resep ada tulisan d.t.d. maka untuk 10 bungkus ditimbang zatnya sebagai berikut : Asam asetilosalisilat 10 x 200 mg = 2000 mg atau 2 gram. Asam ascorbinat 10 x 50 mg = 500 mg Saccharum lactis secukupnya (Jadi berapa?)

Ada aturan bahwa untuk dewasa berat 1 bungkus sekitar 500 mg dan untuk anak (dibawah 20 th) berat 1 bungkus = 300 mg. Jadi utk 10 bungkus beratnya 10 x 300 mg = 3000 mg atau 3 gram. Berat serbuk 1 bungkus 200 mg + 50 mg = 250 mg, 10 bungkus = 10 x 250 mg = 2500 mg, jadi Saccharum lactis yang masih perlu di tambahkan adalah 3000 mg 2500 mg = 500 mg.

16

Timbangan Obat
Dalam farmasi (Laboratorium Farmasetika Dasar)

Ada 2 macam timbangan yaitu: 1. timbangan gram, digunakan untuk menimbang obat mulai 1 gram keatas. 2. timbangan milligram, digunakan untuk menimbang obat di bawah 1 gram. Anak timbangan mulai 1 gram kebawah harus diambil menggunakan pincet (utk menghindari menempelnya kotoran dari tangan, sehingga menambah berat anak timbangan) Batas penimbangan terendah adalah : 50 mg. Bila ada penimbangan obat yang dibawah 50 mg, dilakukan pemicikan.

17

Pemicikan Obat

Seandainya ada obat yg harus ditimbang beratnya di bawah 50 mg, umpamanya saja 20 mg, maka dilakukan Sebagai berikut : Timbang obat menurut batas minimum 50 mg. Timbang saccharum lactis sebanyak 450 mg Tambahkan zat warna sedikit Campur di dalam mortir (mortar), jumlah berat 500 mg Jadi ini merupakan pengenceran 50 mg dlm 500 mg jadi 1 berbanding 10. Lalu timbang campuran ini seberat 10 x 20 mg = 200 mg Jadi di dalam 200 mg camp.terdapat 20 mg obat.
18

Das könnte Ihnen auch gefallen