Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Vertigo posisi paroksismal jinak mungkin merupakan penyebab yang paling sering di
Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa setidaknya 20 dari seluruh pasien yang
mengeluhkan vertigo merupakan vertigo posisi paroksismal jinak. Vertigo posisi
paroksismal jinak sering salah didiagnosa karena sering bersamaan dengan penyakit
telinga dalam lain (seorang pasien dengan diagnosa penyakit meniere dapat
mengalami vertigo posisi paroksismal jinak secara bersamaan).
1
Vertigo posisi paroksismal jinak dideIinisikan sebagai perasaan gangguan
keseimbangan yang dipicu oleh posisi provokatiI tertentu. Posisi provokatiI ini
biasanya juga memicu terjadinya gerakan mata yang spesiIik (nistagmus).
2
Vertigo posisi paroksismal jinak ditemukan pertama kali oleh Meniere tahun
1921. Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan perubahan posisi
yang berhubungan dengan organ otolit. Tahun 1952, perasat Dix Hallpike menjadi
pemeriksaan untuk memprovokasi terjadinya vertigo posisi paroksismal jinak dan
perasat ini sampai sekarang masih digunakan.
1
%::an
1. &ntuk mengetahui vertigo posisi paroksismal jinak
2. &ntuk mengetahui epidemiologi vertigo posisi paroksismal jinak
3. &ntuk mengetahui etiologi vertigo posisi paroksismal jinak
4. &ntuk mengetahui patoIisiologi vertigo posisi paroksismal jinak
5. &ntuk mengetahui diagnosa vertigo posisi paroksismal jinak
6. &ntuk mengetahui Tatalaksana vertigo posisi paroksismal jinak
BAB II
%IN1AUAN PUS%AKA
2 Definisi Vertigo Posisi Paroksismal 1inak
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (di::iness); deskripsi keluhan tersebut penting
diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau seIalgi, terutama
karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala)
sering digunakan secara bergantian.
3
Vertigo posisi paroksismal jinak atau disebut juga dengan Benign
Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan periIer
yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-
tiba pada perubahan posisi kepala, beberapa pasien dapat mengatakan dengan
tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan vertigonya. Biasanya vertigo
dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja
walaupun penderita merasakannya lebih lama. Serangan ini disertai nistagmus
yang melemah pada pengujian berulang. Yang khas adalah awitan vertigo
sedikit terlambat dari awitan perubahan posisi. Serangan pertama biasanya
paling berat, sedangkan serangan berulang siIatnya menjadi lebih ringan.
Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah sehingga penderita merasa
khawatir akan timbul serangan lagi, hal ini yang menyebabkan penderita
sangat hati-hati dalam posisi tidurnya. Vertigo jenis ini sering berulang
kadang-kadang dapat sembuh dengan sendirinya.
4
pada sebuah tiang. Tambahan beban membuat tiang tersebut tidak stabil dan
menjadi sulit untuk tetap berada pada posisi yang netral. Sehingga tiang
tersebut dengan lebih mudah bergerak dari satu sisi ke sisi lain tergantung
tiang tersebut di miringkan ke arah mana. Ketika posisi akhir tercapai,
berat dari partikel tersebut menahan kupula untuk kembali ke posisi netral. Hal
ini ditunjukkan oleh adanya nistagmus yang persisten dan juga menjelaskan
rasa pusing yang dialami pasien ketika kepala pasien dimiringkan ke
belakang.
1
%eori Kanalitiasis
Teori ini dipublikasikan oleh Epley pada tahun 1980. Simptom VPPJ
dipercaya lebih konsisten dengan adanya benda padat atau partikel yang
bergerak bebas (kanalith) di kanalis semisirkularis posterior daripada
adanya benda yang menempel pada kupula. Ketika kepala pada posisi
tegak, partikel yang terdapat di kanalis semisirkularis posterior berada pada
posisi paling mudah dipengaruhi gravitasi. Ketika kepala dimiringkan ke
belakang pada posisi supinasi, partikel akan dirotasikan sekitar 90 derajat
searah dengan arkus kanalis semisirkularis posterior. Setelah beberapa saat
tertinggal, gravitasi menarik partikel jatuh ke arkus. Hal ini menyebabkan
endolimIe mengalir dari ampulla dan menyebabkan kupula terbelokkan
atau deIleksi. DeIleksi kupula menimbulkan nistagmus. Kebalikan arah rotasi
(dengan duduk kembali) menyebabkan deIleksi balik kupula sehingga
terjadi dizziness dan nistagmus pada arah yang berlawanan.
1
Teori ini memberi kesan bahwa partikel menunjukkan reaksi seperti
kerikil di dalam sebuah roda. Ketika roda berputar, kerikil tersebut
terangkat sebentar kemudian terjatuh akibat adanya gravitasi. Gerakan
jatuhnya partikel ini memacu saraI secara tidak tepat dan menimbulkan sensasi
dizziness. Arah rotasi yang berkebalikan tentu saja akan menyebabkan
aliran yang terbalik juga sehingga arah dizzines juga berbalik.Sebagai
atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan
didudukkan kembali
2,4
Gambar 2.1 Perasat Dix-Hallpike pada sisi kanan
Perasat sidelying juga terdiri dari dua gerakan yaitu perasat sidelying
kanan yang menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior
kiri/kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan
kanal posterior pada posisi paling bawah dan perasat sidelying kiri yang
menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kanan dan kanalis
posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior
pada posisi paling bawah.
2,4
Pasien duduk pada meja pemeriksaan denga kaki menggantung di tepi
meja, kepala ditegakkan ke sisi kanan, tunggu 40 detik sampai timbul respon
Gambar 2.3 Nistagmus pada VPPJ berdasarkan hasil ENG
Horizontal (atas) dan vertikal (bawah) posisi mata selama-Hallpike Dix Test.
Jejak bawah menunjukkan karakteristik upbeating nystagmus. Nystamus
torsional tidak dapat direkam di ENG.
#ESPON ABNO#AL
Pada orang normal nistagmus apat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
Pada pasien VPPJ setelah provokasi ditemukan nitagmus yang timbulnya
lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit
bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari
satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan
nistagmus.
2,4
Pemeriksa dapat mengidentiIikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat
arah Iase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke
depan.
2,4
2 Diagnosa Vertigo Posisi Paroksismal 1inak
Tuli
konduksi sensorineural Kelumpuhan saraI
Kranialis lain
VPPJ - - -
Penyakit Meniere - -
.ute Peripheral vestibulopathy - - -
Otosklerosis -
Trauma kapitis
Tumor cerebellopontine -
Toxi. vestibulopathy
Alkohol - - -
Aminoglikosida - -
Salisilat - -
Quinin - -
Neuropati N VIII
Basilar meningitis -
Hipotiroid - -
Diabetes -
Paget diasease o1 the skull -
2 %atalaksana Vertigo Posisi Paroksismal 1inak
Tiga macam perasat dilakukan untuk menanggulangi VPPJ yaitu CRT (
analith Repositioning Treatment), Perasat Liberatory dan latihan Brandt-
DaroII. CRT sebaiknya segera dilakukan setelah hasil perasat Dix- Hallpike
menimbulkan respon abnormal. Pemeriksa dapat mengindentiIikasi adanya
kanalitiasis pada kanal anterior atau kanal posterior dari telinga yang
manuver Epley dan Semont. Latihan ini akan dilakukan dalam tiga set per
hari selama dua minggu. Dalam setiap set, manuver dilakukan lima kali.
2,4
1 repetisi manuver dilakukan untuk masing-masing sisi bergantian ( 2
menit)
tabel 2.1 Jadwal yang Disarankan untuk Latihan Brandt- DaroII
Mulai duduk tegak lurus (posisi 1). Kemudian pindah ke salah satu
sisi (posisi 2), dengan kepala setengah menoleh ke atas. Cara mudah untuk
mengingat ini adalah bayangkan seseorang berdiri dengan jarak sekitar 6
kaki di depan Anda, dan hanya melihat kepala mereka setiap waktu.
Tetap pada posisi di salah satu sisi selama 30 detik, atau sampai pusing
hilang, kemudian kembali ke posisi duduk (posisi 3). Posisikan selama 30
detik, dan kemudian ganti ke sisi lainnya (posisi 4) dan ikuti hal yang sama.
Latihan ini harus dilakukan selama dua minggu, tiga kali per hari, atau
selama tiga minggu, dua kali per hari . Ini menambahkan hingga total 52
set. Pada kebanyakan orang, gejala berkurang setelah 30 set, atau sekitar 10
hari. Sekitar 30 persen pasien, BPPV akan terulang dalam satu tahun. Jika
BPPV berulang, mungkin pasien ingin menambahkan 10 menit untuk latihan
rutin sehari-hari.
2,4
Gambar 2.4 Perasat Brandt- DaroII
7
Jika latihan diatas tidak eIektiI dalam menanggulangi gejala, gejala
persisten 1 tahun atau lebih, dan diagnosis sangat jelas prosedur operasi yang
disebut "posteri or kanal plugging" mungkin dianjurka. Pembedahan tidak
boleh dilakukan sampai tiga manuver / latihan (Epley, Semont, dan
Brandt- DaroII) telah dicoba dan gagal. Labyrintyhectomy dan sacculotyomy
tidak cocok karena pada prosedur ini dapat terjadi pengurangan atau
kehilangan pendengaran.
4
BAB III
KESIPULAN DAN SA#AN
KESIPULAN
1. Vertigo posisi paroksismal jinak dideIinisikan sebagai perasaan gangguan
keseimbangan yang dipicu oleh posisi provokatiI tertentu. Posisi
provokatiI ini biasanya juga memicu terjadinya gerakan mata yang
spesiIik (nistagmus).
2
2. VPPJ merupakan salah satu penyebab terbanyak dari serangan vertigo
yang tiba tiba. Pada suatu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan
insidensi terjadinya VPPJ adalah 64 per 100.000 orang. Insidensi dari
VPPJ pada populasi lebih tinggi pada usia lebih dari 40 tahun dengan usia
onset rata rata adalah 51 tahun.
1
3. Berbagai penyebab yang mungkin menyebabkan VPPJ antara lain cedera
kepala, vestibular neuronitis, labirinitis, stapedektomi, penyakit sistem
nervus centralis, dll. Nistagmus posisional juga dapat ditemukan akibat
intoksikasi obat obatan.
2
4. PatoIisiologi VPPJ dapat dijelaskan oleh teori kanalitiasis dan
kupolitiasis.
2
5. Diagnosa VPPJ dapat dilakukan dengan perasat Dix- Hallpike, Side-
Lying, dan Tes Roll.
4
6. Tatalaksana VPPJ menggunakan perasat CRT (Canalith Repositioning
Therapy), perasat Liberatory, manuver Epley, dan latihan Brandt- DaroII.
4
2 SA#AN
Tatalaksana VPPJ sebaiknya dilakukan dengan perasat CRT (Canalith
Repositioning Therapy), perasat Liberatory, manuver Epley, dan latihan
Brandt- DaroII. Pembedahan hanya dilakukan apabila perasat tersebut gagal.
DAF%A# PUS%AKA
1. C, John Li. Neurologic ManiIestations oI Benign Positional Vertigo.
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1158940-
medication#showall.|Accesed on 10 April 2011|.
2. &niversitas Gajah Mada. Benign Paroxismal Positional Vertigo. Fakultas
Kedokteran &nivertas Gajah Mada. 2009. Yogyakarta.
3. Wreksoatmojo, Budi Riyanto. Vertigo: Aspek Neurologi. Cermin Dunia
Kedokteran. Available at: http. www.kalbe.co.id/cdk. .|Accesed on 10 April
2011|.
4. Bashiruddin, Jenny. 2008.Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Balai
Penerbit FK&I.
5. Solomon, David. Benign Paroxismal Positional Vertigo Available at:
http://www.med.upenn.edu/solomon/images/BPPV.pdI. |Accesed on 10 April
2011|.
6. Simon, Roger P. 2009. Disorders oI Equilibrium. Clinical Neurology. North
America: Lange.
7. CSCD. Benign Paroxismal Positional Vertigo. Available at:
http://www.cscd.nwu.edu/public/balance/bppv.html. |Accesed on 10 April
2011|.