Sie sind auf Seite 1von 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di dalam air yang pergerakannya dipengaruhi oleh arus air. Plankton umumnya terdapat di perairan sekitar muara sungai atau diperairan lepas pantai dimana terjadi air naik. Di kedua lokasi tersebut terjadi proses penyuburan karena masuknya zat hara di lingkungan tersebut, muara sungai banyak terdapat zat hara yang datang dari daratan dan aliran sungai ke laut. Fitoplankton yang sangat halus dinamakan nanoplankton dan sangat rapuh sehingga sulit untuk diawetkan. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Plankton terbagi atas dua yaitu phytoplankton dan zooplankton. Dalam suatu perairan terdapat berbagai jenisjenis plankton termasuk didalamnya phytoplankton dan zooplankton. 1.2. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari mata kuliah kultur pakan alami yaitu :
1. Agar dapat mempelajari berbagai jenis plankton yang terdapat dalam suatu

tekhnik produksi pemberian pakan tentang

perairan
2. Untuk mengidentifikasi atau mengetahui pengelompokan plankton yang

ditemukan pada air .tawar


3. Serta memahami dan mengetahui bahwa plankton di manfaatkan sebagai

sumber bahan makanan bagi organisme-organisme perairan


4. Serta dapat menjadi bahan referensi bagi para pembaca pada umumnya dan

bagi penyusun pada khususnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Plankton adalah mikro-organisme yang hidup diperairan, baik sungai, danau, waduk, maupun diperairan payau dan laut. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam system mata rantai makanan dalam perairan. Mereka merupakan pakan alami bagi sejumlah konsumen dalam system mata rantai makanan yang terdapat dalam suatu perairan. Plankton yang dapat bergerak aktif sendiri seperti hewan biasanya disebut sebagai plankton hewani (zooplankton), dan ada juga plankton yang dapat melakukan asimilasi (fotosintesis) seperti halnya tumbuhan di darat, plankton di jenis ini biasa disebut sebagai plankton nabati (Phytoplankton). Plankton nabati (phytoplankton) merupakan kelompok produsen dalam system mata rantai makanan. Mereka dapat melakukan aktivitas hidupnya sendiri dengan memanfaatkan cahaya matahari. Sedangkan plankton hewani (zooplankton) harus melakukan aktivitas makan untuk mempertahankan eksistensinya. Phytoplankton dan zooplankton hanya menempati lapisan air laut yang mendapat cahaya matahari dimana sampai ke dalaman 100-200 m. Phytoplankton sampai kedalaman 100 m sedangkan zooplankton berada lebih dalam lagi sampai 200 m, dan sewaktu-waktu bermigrasi vertikal untuk mencari makanan berupa fitoplankton (Brotowijoyo, 1996). Menurut Rambe (1985), istilah plankton berasal dari kata-kata Yunani yang berarti mengembara. Plankton meliputi semua fauna dan flora laut yang demikian halus dan lemah untuk berbuat sesuatu kecuali hanyut atau melayang kemana-mana terbawa arus. Flora dikenal sebagai fitoplankton, sedangkan fauna sebagai zooplankton dan kedua-duanya penting sebagai sumber makanan ikan atau hewan-hewan lain di laut. Plankton merupakan biota di laut yang teramat beranekaragam dan terpadat dilaut, menyusul kemudian bentos. Banyak biota laut yang dalam daur hidupnya menempuh lebih dari satu cara hidup. Pada saat mereka

menjadi larva atau juwana (juvenil), mereka hidup sebagai plankton dan kemudian menjadi nekton atau bentos pada saat dewasa. Nekton adalah biota yang berenang-renang yang hanya terdiri dari hewan. Sedangkan bentos adalah biota yang hidup di atas atau didalam dasar laut baik itu tumbuhtumbuhan maupun hewan (Ramimohtarto, 2001). Nontji (1987), mengemukakan bahwa plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu hamper semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa larva. Zooplankton merupakan salah satu jenis plankton, kelompok ini terdiri dari jenis-jenis hewan yang sangat beragam termasuk protozoa, coelenterate, moluska, annelida dan crustacean. Dari beberapa organisme tersebut ada yang bersifat sebagai plankton dalam seluruh hidupnya contohnya cepopoda, namun ada juga banyak hewan yang bersifat sebagai plankton hanya untuk sebagian hidupnya, contohnya crustacean (Hutabarat dan Evans, 1986). Plankton di laut distribusinya sangat tidak merata, kadang-kadang kosentrasi phytoplankton berbeda tempatnya dengan kosentrasi zooplankton. Penyebaran ini dapat diramalkan melalui suatu formula yang didasarkan atas faktor-faktor pembatas yaitu temperatur, cahaya, pH, oksigen terlarut dan konsentrasi phospat. Semua factor ini utamanya sangat berpengaruh pada proses penguapan dan fotosintesis (Odum, 1993). Phyotplankton merupakan plankton yang amat banyak ditemukan diperairan, tetapi karena ukurannya mikroskopis maka sukar untuk mengetahui kehadirannya. Konsentrasinya bisa mencapai ribuan hingga jutaan sel perliter air laut. Sedangkan zooplankton terdiri dari banyak jenis hewan dan ukurannya lebih besar dari phytoplankton. Hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada masih berupa telur dan larva. Pada dasarnya di perairan sekitar muara sungai atau lepas pantai keberadaan fitoplankton sangat subur karena adanya upwelling (pengadukan) secara kontinu antara unsur-unsur hara dari daratan yang terbawa arus sungai dan unsur-unsur hara dari laut (Nontji, 1993).

BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Kultur plankton alami ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 20 dan 27 oktober 2011 di Laboratorium Budidaya Jurusan Perikanan.Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 3.2. Alat dan Bahan Dalam mengkulktur pakan alami khususnya air tawar ada beberapa alat dan bahan yang digunakan.alat yang digunakan yaitu Aquarium, aerator, kayu berukuran 70 cm.sedangkan bahan yang digunakan yaitu air sawah 5 liter, air tawar 5 liter, pupuk kandang 200 gr, permifan 2 gr, pupuk grandmaxn 5 ml. 3.3. Metode Praktikum Metode yang digunakan dalam kultur pakan alami ini adalah dengan cara mencampurkan air sawah, air tawar, pupuk alami kedalam aquarium, lalu pupuk kandang dibungkus dalam kain/bahan yang mudah menyerap air, lalu diikatkan pada kayu dan digantung sampai pupuk kandang tersebut terendam air.dan juga diberi aerator. setelah 1 minggu diamati daan diidentifikasi, kemudian diberi permifan, 1 minggu kemudian diamati kembali.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

No 1

Nama Plankton

Gambar

6 6

4.2. Pembahasan 1. Trichocerca longiseta

Gambar 1. Klasifikasi : Kingdom Phylum Class Subclass Superorder Order Family Genus Spesies : Animalia : Rotifera : Eurotatoria : Monogononta : Pseudotrocha : Ploima : Trichocercidae : Trichocerca : Trichocerca longiseta Lorica tidak diratakan, asimetris, lebih atau kurang silindris. Kaki pendek dengan ujung panjang periode yang tidak sama (Diurella subgenus), mempunyai satu kaki ada yang tidak mempunyai kaki (Trichocerca subgenus). Spesies Kebanyakan litoral. Lebih suka oligotropfic asam dan air (Sldeek 1983).

2. Euglena viridis

Gambar 2 Klasifikasi : Domain Kingdom Phylum Subphylum Class Family Ordo Genus Spesies : Eukaryota : Protozoa : Euglenozoa : Sarcomastighopora : Euglenida : Euglenales : Euglenaceae : Euglena : Euglena viridis

Morfologi : Euglena viridis adalah sejenis alga bersel tunggal yang berbentuk lonjong dengan ujung anterior (depan) tumpul dan meruncing pada ujung posterior (belakang). Setiap sel Euglena dilengkapi dengan sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari. Tubuh Euglena terlindung oleh selaput pelikel, sehingga bentuk tubuhnya tetap. Di sebelah dalam selaput pelikel terdapat sitoplasma. Di dalam

sitoplasma ini terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil. Fisiologi : Euglena dapat hidup secara autotrop maupun secara heterotrop. Pada saat sinar matahari mencukupi, Euglena melakukan fotosintesis. Tetapi bila tidak terdapat sinar matahari, Euglena mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma. Habitatnya. Sesuai dengan alat geraknya (flagel) sebagian besar Euglenophyta hidup diperairan mulai dari air tawar, air laut dan lumpur. Bahkan ekstrimnya, Euglena dapat hidup dalam perut berudu Rana sp. Reproduksi : Pada ganggang bersel tunggal seperti euglena, hal ini terjadi secara pembelahan biner, yaitu suatu pembelahan sederhana sebuah organisme utuh menjadi dua bagian yang sama yang kemudian tumbuh dan membentuk individu baru. Pembelahan sel dapat terjadi juga ketika sel bergerak, yang merupakan pembelahan longitudinal dan dimulai pada ujung anterior. Pembelahan pada saat sel tidak bergerak, sel dikelilingi selubung yang gelatinous. Seringkali sel anak membelah lagi untuk membentuk koloni palmela (bila sang anak gagal keluar dari sel induk, sel-sel anak akan terus membelah sampai mencapai ratusan sel anak dan diselubungi matriks yang gelatinous) yang temporal selama mitosis. Pada spesies yang memiliki satu flagellum, blepharoplas (granula pada pangkal tiap-tiap flagella) membelah menjadi dua. Flagellum lama tetap menempel pada salah satu blepharoplas dan dari blepharoplas yang satunya tumbuh flagellum baru. Proses pembelahan selanjutnya seperti mitosis pada umumnya. Euglena juga sering kali membentuk kista (sel vegetatif membulat dan berdinding tebal) yang cukup tahan terhadap kondisi buruk sampai beberapa waktu lamanya. Selain itu juga bereproduksi secara autogami (fusi antara nukleus sel-sel anak). Inti hasil fusi kemudian membelah meiosis membentuk empat nukleus yang masing-masing berkembang menjadi sel vegetatif. 3. Eimeria sp.

Gambar 3 Klasifikasi : Filum Class Sub Class Ordo Sub Ordo Famili Genus Spesies : Apicomplexa : Sporozoea : Coccidia : Eucoccidiidae : Eimeriina : Eimeridae : Eimeria : Eimeria sp.

Eimeria adalah suatu protozoa yang sering menginfeksi unggas dan berbagai jenis burung yang bermultiplikasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan gangguan pada pencernaan dan penyerapan tubuh manusia. Penyebaran parasit ini pada mamalia dan unggas, yaitu ayam, sapi dan berbagai hewan peliharaan. Eimeria tergolong dalam kelas Sporozoa dengan genus Eimeria. Pada manusia parasit tersebut hanya menumpang lewat saja di saluran pencernaan yang disebut passant. Eimeria tenella termasuk parasit yang pathogen daripada spesies eimeria yang lainnya. Eimeria tenella ini menyerang saluran pencernaan pada ayam,terutama pada ayam usia muda. Secara keseluruhan ada 12 jenis Eimeria sp. yang dibedakan berdasarkan lokasi lesi, bentuk lesi yang ditimbulkan, bentuk dan ukuran berbagai stadium perkembangannya (ookista, schizont, merozoit), lokasi Eimeria sp. di jaringan dan waktu sporulasinya. Dari ke-12 jenis Eimeria sp. tersebut ada 9 spesies yang bisa menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E. necratix, E.

10

mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella dan E. hagani. Namun dari ke-9 spesies Eimeria sp. itu tidak kesemuanya bersifat patogen (bisa menimbulkan penyakit) pada ayam. Ada 5 spesies Eimeria sp. yang patogen pada ayam, yaitu E. tenella, E. maxima, E. necratix, E. acervulina dan E. brunetti. Penyakit yang ditimbulkan karena parasit Eimeria tenella ini adalah Koksidiosis. Koksidiosi merupakan penyakit parasit yang ditandai dengan kukurusan dan diare. Eimeria tenella tidak bersporulasi didalam tinja ayam yang terinfeksi. Ukurannya sangat bervariasi, panjang berkisar antara 14-31 mikron, lebar 9-25 mikron, dengan rata-rata panjang 23 mikron dan lebar 19 mikron. Dinding ookista halus, tidak terdapat mikropil pada ujung yang lebih kecil. Dalam satu ookista terdapat 4 sporokista dan satu sporokista dapat melepaskan 2 sporozoit. Bila mengalami ekskistasi satu ookista menghasilkan 8 sporozoit infektif. 4. Trichodina sp. Adapun klasifikasi dari Trichodina sp menurut Kabata (1985) adalah sebagai berikut: Klasifikasi : Filum Sub filum Klas Ordo Sub ordo Famili Sub famili Genus : Protozoa : Ciliophora : Ciliata : Petrichida : Mobilina : Trichodinidae : Trichodininae : Trichodina

11

Gambar 4. Trichodina sp tubuhnya berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi rambut getar (marginal dan lateral cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran tubuh bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh ikan atau benda-benda lainnya, Noga (1995) dalam Laporan Pemantauan HPIK (2007). Trichodina sp adalah parasit yang menyerang hampir semua spesis ikan tawar, dan termasuk salah satu parasit yang kosmopolit karna ditemukan hampir diseluruh perairan, susanto (2000) dalam Laporan Pemantauan HPIK Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk Banggai (2007), menurut Agus irawan (2004) pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain, misalnya karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini sebagai infeksi sekunder, ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang terutama kepala dan punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat. Menurut Noga(1995) dalam Laporan Pemantauan HPIK Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk Banggai (2007) Perlakuan yang diberikan untuk ikan yang terinfeksi Trichodiniasis adalah dengan perendaman dengan garam atau asam asetat untuk ikan air tawar sedangkan ikan air laut dengan perendaman air tawar, dapat juga menggunakan formalin dengan kosentrsi tertentu

12

5. Paramecium sp Paramecium relatif berukuran besar (80 350 mikron). Dengan mata telanjang nampak seperti bintik putih yang berrgerak-gerak. Bentuknya yang mirip sandal sehingga banyak yang menyebutnya binatang sandal. Seluruh permukaan tubuhnya berbulu getar dan dipakai juga sebagai alat gerak, muluitnya berupa lekukan yang terletak pada ujung tubuh yang lancip. Klasifikasi : Domain Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eukaryota : Protista : Ciliophora : Ciliatea : Peniculida : Parameciidae : Paramecium :Paramecium sp

Gambar 5

6. Colpoda cucullus

Klasifikasi : Domain : Animalia 13

Kingdom

: archaea

Subkingdom : Bacteria Infrakingdom : Chromista Phylum Subphylum Class Subclass Order Suborder Family Genus Spesies : Fungi : Plantae : Protozoa : Ciliophora : Oligohymonophera : Tetrahymenida : Glaucoumidae : Colpoda : Colpoda cucullus

Gambar 6 Colpoda tubuhnya sedikit pipih, cembung pada bagian punggung dan datar pada bagian perut. Lubang mulut sel mengrah ke depan dengan dikelilingi bulu getar. Didinium berbentuk agak bulat panjang, dengan bulu getar tersusun dalam rangkaian. Ujung depan tubuhnya mempunyai bangunan seperti krucit yang menonjol 7. Branchionus Rotifer merupakan salah satu pakan alami larva ikan yang diguunakan para pembudidaya ikan. Rotifer termasuk kedalam filum invetrebrata yang

14

lebih dan secara dekat dikaitkan dengan cacing gelang (nematoda). Ada tiga kelas Rotifera yaitu (1) Seisionidea, (2) Bdelloidea, (3) Monogononta, kelas dimana terdapat Branchionus plicatilis, B. calyciflorus, dan B. rubens. Kelas Monogononta memiliki sirklus hidup partenogenetik yang terdiri dari fase seksual dan aseksual. Sebagian masa hidupnya berada dalam fase aseksual namun pada lingkungan tertentu kelompok ini dapat melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara serentak. faktor-faktor yang menentukan jenis kelamin masih belum dipahami namun faktor makanan, tidak adanya stress fisiologis dan juga genetik memainkan peranan yang penting dalam hal ini. Rotifer-rotifer dalam kelas monogononta memiliki susunan morfologi yang sederhana. Tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, badan, dan kaki. Pergerakannya dilakukan oleh sekumpulan silia yang membudar di sekitar bagian kepala yang disebut corona. Kulit luar yang keras menutupi tubuhnya disebut lorica memberikan Rotifer bentuk tubuh yang jelas. Kadangkadang lorica memiliki duri anterior dan posterior yang berfungsi sebagai pertahanan diri dari predator atau sebgai alat pengapung. Rotifer tersusun atas kurang lebih 950 sel, memiliki system saraf, pencernaan, ekskresi dan reproduksi yang sangat khusus. Kaki yang memanjang pada bagian posterior digunakan untuk melekat (Suminto, 2005). Rotifer memiliki masa hidup yang tidak terlalu lama. Usia betina pada suhu 25C adalah antara 6-8 hari sedangkan yang jantan hanya 2 hari. Rotifer memiliki toleransi salinitas mulai dari 1-60 ppt, perubahan salinitas yang tibatiba dapat mengakibatkan kematian. Salinitas diatas 35 ppt akan mencegah terjadinya reproduksi seksual. Pencegahan ini merupakan hal yang diinginkan dalam kultur missal disebabkan karena keberadaan individu jantan dan kista akan mengurangi tingkat pertumbuhan populasi rotifera. Intensitas cahaya yang baik untuk kehidupan rotifer yaitu 2000-5000 lux, pH berkisar 7,5 sampai 8,5, kosentrasi amoniak bebas tidak boleh lebih dari 1 ppm. Rotifera bereproduksi setiap 18 jam sekali. Fekunditas total untuk seekor betina secara aseksual dan dalam kondisi yang baik maka 20-25 individu baru. Kuntitas dan kualitas makanan memberikan peranan penting dalam pertubuhan rotifer. Rotifer memakan beraneka ragam mikroalga (Suminto, 2005).

15

Gambar 7 Gambar 7 Klasifikasi : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Rotifera : Eurotatoria : Ploima : Brachionidae : Brachionus : Brachionus plicatilis

Branchionus adalah hewan renik panktonik termasuk dalam philum Trochelminthes, kelas Rotatoria (rotifera) subkelas Monogononta, ordo Notomatida, subordo Hydatinia, family Branchiodae. Beberapa jenis yang kita kenal antara lain adalah Brannchionus plicatilis, B. pala, B. angularis, B. mollis, B. kuadratis, dan B. puncatus. Ukuran tubuhnya antara 50-300 mikron dengan struktur tubuh yang sangat sederhana. Ciri khas yang digunakan untuk penaman Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda, sehingga dinamakan Rotifera. Secara alami Branchionus suka memakan jasad-jasad renik yang lebih kecil dari pada dirinya. Antara jenis jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menylok, dimana yang secara jantan ukurannya dan lebih dalam kecil 8-12 dari hari betina. dapat Perkembangbiakan partenogenesis

menghasilkan sebanyak 5 butir telur.

16

Hewan ini dapat ditemukan diperairan tawar, payau, atau laut yaitu tergantung jenisnya. Penangkapan hewan ini bisa menggunakan plankton net. Setelah didapat kita tempatkan pada tempat pembibitan agar menjadi banyak. Tempat pembibitan kita buat dari air rebusan kotoran kuda atau pupuk kandang lainnya. Mula-mula kita rebus 800 gr kotoran kuda kering kedalam 1 L air. Setelah mendidih selama 1 jam kita dinginkan dan disaring. Air saringan kita encerkan dengan air hujan yang telah di rebus dengan volume dua kali lipat rebusan kotoran kuda. Media yang sudah jadi kita masukkan kebotol ukuran 1 galon dan kita tulari bibit protozoa dan ganggang renik sebagai pakan Branchionus.
8. Nitzschia sp.

Klasifikasi : Kingdom Divisi Kelas Bangsa Suku Genus Spesies : Plantae :Bacillariophyta :Bacillariophyceae :Pennales : Nitzschiaceae : Nitzschia : Nitzschia sp.

17

Gambar 8 Nitzschia adalah pennate laut umum diatom . Dalam literatur ilmiah genus ini kadang-kadang disebut Nitzchia, takson ini memiliki banyak spesies dijelaskan, yang semua memiliki morfologi yang serupa. Nitzschia kebanyakan ditemukan di perairan lebih dingin, dan berhubungan dengan kedua Kutub Utara dan Antartika kutub es laut dimana sering ditemukan menjadi diatom dominan. frigida ditemukan tumbuh pesat bahkan pada temperatur antara -4 dan -6 derajat Celcius . Beberapa spesies Nitzchia juga extremophiles oleh penyok toleransi tinggi salinitas , misalnya, beberapa halophile Nitzchia spesies ditemukan di Pans Makgadikgadi di Botswana . 9. Colpidium campylum Klasifikasi : Domain Kingdom : Eukaryota : Protozoa

Subkingdom : Biciliata Infrakingdom : Alveolata Phylum Subphylum Class Subclass Order Suborder Family Genus Spesies : Ciliophora : Intramacronucleata : Ciliatea : Hymenostomatia : Hymenostomatida : Tetrahymenina : Tetrahymenidae : Colpidium : Colpidium campylum

18

Gambar9 Berbentuk seperti Paramaecium namun berukuran lebih kecil dan sedikit lebih ramping. Memiliki vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Berkembang biak dengan cara membelah diri. 10. Daphnia sp Daphnia sp. Termasuk ke dalam filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas. Dari lima puluh spesies genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah satunya adalah spesies Daphnia magna (Delbaere & Dhert, 1996). Menurut Pennak (1989), klasifikasi Daphnia magna adalah sebagai berikut : Klasifikasi : Philum Kelas Sub Klas Divisi Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Oligobranchiopoda : Cladocera : Daphnidae : Daphnia : Daphnia sp.

19

Gambar 10 Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya (Gambar 1). Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus (Waterman, 1960).

20

Gambar 2. Kantong telur (ephippium) dan individu muda yang baru menetas. Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara parthenogenesis. Satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang baru menetas harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu dewasa (Gambar 2). Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi seksual (Waterman, 1960). Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas (Mokoginta, 2003).

11. Diaphanosoma sp

Klasifikasi : Kingdom Phylum Class : Animalia : Arthropoda : Branchiopoda

21

Order Family Genus Spesies

: Cladocera : Sididae : Diaphanosoma : Diaphanosoma sp

Gambar 11 Diaphanosoma dibedakan dengan memiliki mata majemuk di tengahtengah kepalanya. Ini telah lama antena kedua dengan dua cabang. Tubuh seluruhnya ditutupi oleh sebuah karapas. Mereka memiliki banyak setae mengatur berjajar di sepanjang antena 2 besar. (Balcer et al 1984). Karakteristik yang paling membedakan dari Diaphanosoma adalah antena kedua. Yang lebih panjang dari tubuh dan ketika diawetkan sering mencuat ke samping seperti pada gambar 1. Amerika Utara spesies memiliki karakteristik yang membedakan beberapa termasuk tubuh memanjang tanpa duri terminal shell. Mereka juga memiliki kepala bulat dan tidak memiliki puncak di kepala mereka. Antena kedua dapat mencapai margin posterior carapace. (Balcer et al 1984) dan Brooks (1959). Para perempuan dapat tumbuh antara 0,8 mm dan 1,2 mm di Great Lakes. (Brooks 1959). Distribusi dan Habitat: Distribusi Diaphanosoma adalah dari Lingkaran Arktik ke negara bagian AS Louisiana di Amerika Utara. Hal ini juga dapat ditemukan di Eropa, Asia. Dengan beberapa spesies yang ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. Dengan spesies juga ditemukan di Afrika. Hanya ada dua spesies di wilayah Great Lakes. D. birgei dan D brachyurum. (Balcer et al 1984

22

Feeding Ekologi: Gliwicz (1969) menemukan bahwa Diaphanosoma adalah spesies makan filter dan mampu partikel asupan sampai 154 um. Dengan preferensi pada chlorophytes dan diatom. Kerfoot (1991) menyatakan bahwa cladocerans kecil termasuk Diaphanosoma mampu menunjukkan beberapa seleksi untuk rasa dan beberapa diskriminasi berdasarkan ukuran. Hidup Sejarah / Pertumbuhan Reproduksi:Diaphanosoma spp. biasanya mereproduksi menggunakan partenogenesis. Hampir semua perempuan Diaphanosoma kecuali mereka ini khusus diciptakan laki-laki yang hanya dibuat ketika stimulus memasuki sistem akuatik. Ketika Diaphanosoma perempuan menerima sinyal rangsangan dalam sistem betina Diaphanosoma akan menciptakan telur diploid laki-laki, yang akan menetas dan kemudian membuahi telur haploid dari betina. Ini, telur menetas khusus hanya ketika kondisi benar dan disebut telur ephippial (Balcer et al 1984).Di Great Lakes Genus ini dikonsumsi oleh beberapa spesies ikan, termasuk largemouth bass dan hinggap kuning. (Balcer et al 1984).
12. Moina sp

Gambar 12 Klasifikasi : Phylum Subphylum Class Suborder Family : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Cladocera : Moinidae 23

Genus Spesies

: Moina : Moina sp

Bentuk tubuh dari kutu air pipih menyamping. Pada bagian punggung kutu air terdapat lipatan-lipatan dan hampir seluruhnya menutupi belakang punggung kutu air. Punggunng belakang terdapat kantong, gunanya untuk menyimpan telurtelurnya. Warna kutu air merah sampai kecoklatan dan besar dari kutu air 60-700 mikron. (1 Mikron = 0,000001 mm). Perkembangan dari kutu air dapat melalui proses perkasnan (pertenogenesis), antara induk jantan dan betina. Jika tidak melalui perkawinan telur-telur akan menetas dengan sendirinya. Setelah telur-telur menetas di dlam kantong (yang berada dipunggung belakang) barulah anak-anak kutu air keluar dari kantong induknya. Bentuk kutu air jenis Moina sp, bulat dengan garis toleran 0,9-1,8 mm. Kutu air jenis Moina sp sangat toleran sekali terhadap perubahan suhu dan Ph air. Moina sp banyak ditemukan , baik dimusim hujan maupun kemarau. Kutu air Moina sp adalah kutu air asli dari Indonesia, sedangkan kutu air jenis Daphnia sp berasal dari negara Jepang. Ciri bentuk kutu air jenis Daphnia, pipih mirip perahu, panjang tubuhnya antara 2-4 mm dan tidak toleran (tahan) terhadap perubahan suhu. Daphnia sp banyak ditemukan pada musim kemarau saja. Secara umum tubuh kutu air pipih menyamping. Di bagian belakang punggung terdapat kantong untuk menyimpan telurnya. Warna kutu air merah sampai kecoklatan. Besar tubuh dari kutu air antara 600-700 mikron. 1 mikron = 0,000001 mm. Pakan kutu air berupa ganggang dan detritus yaitu tumbuhan renik berasal dari sisa bahan organik yang hancur. Selain 2 jenis makanan tersebut, Imfusoria (bahan organik yang hampir hancur) termasuk makanan yang sangat disukai oleh kutu air. Kutu air hidup pada suhu berkisar 22-31 derajat selsius dengan pH antara 6,67. Untuk mendapatkan kutu air diperlukan sebuah alat penyerok atau alat yang menyerupai jaring bola basket, terbuat dari bahan kain sutra atau nilon, dengan kerapatan kain, lumpur tidak lolos. Kutu air mudah ditemui ditempat-tempat seperti, di waduk, sungai atau genangan air bersuhu sejuk.

24

Jenis kutu air yang bisa diternak Kutu air dari jenis Moina sp, pada siklus reproduksi kutu air umur 5 hari sudah bisa bertelur. Umur kutu air dari jenis Moina sp bisa mencapai 30 hari. Pada umur yang sedemikian singkatnya kutu air bisa menghasilkan anak setiap 2 hari sekali berkisar 33 ekor. Jadi bila dihitung dalam 1 bulan, 1 ekor kutu air bisa menghasilkan 495 ekor kutu air. Untuk jenis Daphnia sp, pertumbuhan dan pengembangbiakannya agak lambat, yaitu umur Daphnia sp, hanya mencapai 12 hari, dan anak kutu air yang telah mencapai umur 4 hari baru bisa menghasilkan 29 ekor kutu air setiap 4 hari sekali. Dalam 1 bulan jenis kutu air daphnia sp, bisa menghasilkan 203 ekor kutu air tiap ekornya. Dibandingkan perkembangbiakkan dengan kutu air jenis Daphnia sp, Moina sp yang paling menguntungkan untuk dikembangkan.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

25

1. Plankton

yang

ditemukan

pada

kultur

pakan

alami

adalah

rotifera(Branchionus sp), Daphnia sp, Moina sp, Nitzhchia sp, Trichodina sp, Diaphanosoma sp, Colpidium campylum, Colpoda cucullus, Euglena sp, Eimeria sp, Paramecium sp. 2. Plankton adalah mikro-organisme yang hidup diperairan, baik sungai, danau, waduk, maupun diperairan payau dan laut.
3. Bahwa pakan alami khususnya yang hidup di perairan tawar dapat dikultur

dan Upaya untuk memperoleh persyaratan serta memenuhi pakan alami yang baik adalah dengan melakukan kultur fitoplankton. 5.2. Saran Dalam proses kultur pakan alami ini sudah cukup baik dari peralatan maupun bahan.

26

Das könnte Ihnen auch gefallen