Sie sind auf Seite 1von 8

Fatwa bom bunuh diri (dari www.fatwa-online.

com) |Concerning suicide bombings |

|In his explanation of Riyaadhus-Saaliheen (Volume 1, Pages 165-166), whilst| |giving some points of benefit from the hadeeth of Suhayb, Shaykh Ibn| |'Uthaymeen said: That Allaahs Messenger, (sal-Allaahu `alayhe wa sallam), said: |((There used to be a king amongst those who came before you, and he had a| |sorcerer. So when he grew old he said to the king: "I have become old so| |send a boy to me so that I can teach him sorcery?")) ...the hadeeth. (refer| |to Riyaadhus-Saaliheen - hadeeth no.30 for full text). | |

|Fourthly: That it is permissible for a person to expose himself to danger| |for a matter of general benefit to the Muslims, because the boy indicated| |to the king the way in which he would be able to kill him, and which would| |lead to his demise, which was that he should take an arrow from his quiver? etc. | |Shaykh al-Islaam (Ibn Taymiyyah) said: |

((Because this was a Jihaad in Allaahs cause, which caused a whole nation| |to truly believe, and he did not really lose anything, since although he| |died he would have to die anyway, sooner or later)). |

|But as for what some people do regarding activities of suicide, tying| |explosives to themselves and then approaching disbelievers and detonating| |them amongst them, then this is a case of suicide and Allaahs refuge is| |sought. So whoever commits suicide then he will be considered eternally to| |Hell-Fire, remaining there forever, as occurs in the hadeeth of the| |Prophet, (sal-Allaahu `alayhe wa sallam). (i.e., his, (sal-Allaahu `alayhe| |wa sallam), saying: |((and whoever kills himself with an iron weapon, then the iron weapon will| |remain in his hand, and he will continuously stab himself in his belly with| |it in the Fire of Hell eternally, forever and ever)). Reported by| |al-Bukhaaree, no. 5778 and Muslim, no. 109, in the Book of Eemaan.) |

| |

| |

|Because this person has killed himself and has not benefited Islaam. So if| |he kills himself along with ten, or a hundred, or two hundred other people,| |then Islaam will not benefit by that, since the people will not accept| |Islaam, contrary to the story of the boy. Rather it will probably just make| |the enemy more determined, and this action will provoke malice and| |bitterness in his heart to such an extent that he may seek to wreak havoc| |upon the Muslims. | | | | |

|This is what is found from the practice of the Jews with the people of| |Palestine so when one of the Palestinian blows himself up and kills six|

|or seven people, then in retaliation they take sixty or more. So this does| |not produce any benefit for the Muslims, and does not benefit those amongst| |whose ranks explosives are detonated. | | | | |

|So what we hold is that those people who perform these suicide (bombings)| |have wrongfully committed suicide, and that this necessitates entry into| |Hell-Fire, and Allaahs refuge is sought and that this person is not a| |martyr (shaheed). However if a person has done this based upon| |misinterpretation, thinking that it is permissible, then we hope that he| |will be saved from sin, but as for martyrdom being written for him, then| |no, since he has not taken the path of martyrdom. But whoever performs| |ijtihaad and errs will receive a single reward (if he is a person qualified| |to make ijtihaad)." | | |

| |Shaykh Ibn 'Uthaymeen

| | |

|Riyaadhus-Saaliheen - Volume 1, Pages 165-166 | | | |

|---------------------------------------------------------------------------| From: "Imam Prasetyo" <imamprasetyo@smtp.flexipack.telkom.net.id> Date: Thu Jul 10, 2003 2:24 pm Subject: Re: [assunnah] Berkah Sebuah Ketakwaan

Ana jadi semakin kuat hati untuk menanyakan bab BOM BUNUH DIRI yang sering ditulis oleh ikhwan millis Assunnah, ana pernah menghadiri pengajian dengan jalur Ustadz Abu Bakar Ba'asyir itu bukanlan BUNUH DIRI melainkan manifestasi dari ayat;

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya."[Al Anfaal, 8:60]

Karena membunuh diri bukanlah dengan cara seperti itu, mereka tidak sia-sia dan mereka bukanlah konyol melakukuan itu. Dimana kedzaliman kaum kafir sudah sedemikian rupa ( contoh Israel ).

Orang jika bunuh diri disebabkan oleh putus asa, hilang akidah, turunnya iman dan mengeluh terhadap dirinya.

Sedangkan para intifada dan pejuang ( palestin ) bukanlan seperti yang tertulis di atas. Jadi mungkin penulisan BOM BUNUH DIRI jangan dipakai dulu karena akan menjadi fitnah bagi kita.

Kita yang hanya mengetikkan jari-jari kita di keyboard mestinya tidak mendahulu para ikhwan yang berhadapan di medan perang, dimana kalimat tauhid sedemikian menggentarkan dan memacu semangat menegakkan kalimatullaah dengan tulisan yang sekilas merendahkan apa yang telah mereka lakukan dengan berani.

Jika timbul pertanyaan sebaiknya jangan membenturkan para 'alim seperti Ustadz Yazid, Ustad Abdul Hakimm Ustadz Abu Bakar Ba'asyir karena ana yakin mereka dibawah alim dari para masyahikh seperti Syaikh Albani, Syaikh Muqbil dan Syaikh Bin Baz.

Demikian dari ana, afwan

----- Original Message ----From: "sasminto" <sasminto@nec.co.id> To: <assunnah@yahoogroups.com> Sent: Thursday, July 10, 2003 1:16 PM Subject: Re: [assunnah] Berkah Sebuah Ketakwaan..

> Bahwasannya kadang-kadang kita mendengar suatu cerita yang sepertinya sebuah > fiksi padahal itu adalah kenyataan, bahkan banyak cerita-cerita israiliyat > yang sering kita dengar banyak yang tidak masuk akal, akan tetapi > cerita-cerita tersebut berasal dari Rasulullah, seperti cerita seorang > pemuda dengan seorang raja ,yang kemudian cerita ini dijadikan landasan bagi > kalangan harakiyyun bolehnya bom bunuh diri. Atau kalau antum membaca sebuah > buku dengan judul "Potret kehidupan salaf" maka antum akan mendapati kisah > sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabiim tentang sikap wara', zuhud dan tawadlu' > yang kalau kita kembalikan kepada wacana kekinian akan seperti suatu yang > aneh. > ----- Original Message ----> From: "Heru Hardanto S" <heru.hardanto@kanzenmotor.com> > To: <assunnah@yahoogroups.com> > Sent: Thursday, July 03, 2003 2:39 PM > Subject: Re: [assunnah] Berkah Sebuah Ketakwaan.. > > dalam islam dan dalam berda'wah utamakan kebersihan hati....positif > pikiran, > > apabila hal tersebut benar2 sebuah kebid'ahan, barulah kita boleh > > berargumentasi mengenai hal tersebut. benar kata akhinah Elyas Rusman, > > tabayyun dahulu, orang yang baru melihat suatu masalah tapi belum tabayyun

> > lalu dia berargumen, menandakan ilmunya sedikit dangkal. ana juga sudah > > pernah membaca kisah tersebut, dibuku kisah nyata para Rasul, Nabi & > > sahabat, tabi'in. > > jangan sampai kedangkalan kita dalam menyikapi suatu hal membuat kita > > tertutup. yang jadinya malah nanti adalah fanatik golongan (merasa > > golongannya paling benar sendiri). > > ----- Original Message ----> > From: "Elyas Rusman" <zeelias97@yahoo.com> > > To: <assunnah@yahoogroups.com> > > Sent: Thursday, July 03, 2003 8:20 AM > > Subject: Re: [assunnah] Berkah Sebuah Ketakwaan.. > > > ya akhii, jangan emosi dulu dong.. antum harus tabayyun lagi, ana kutip > > kisah tersebut dari buku kisah-kisah nyata para Rasul, Nabi, shahabat, > tabi'in dan

Aksi Mati Syahid atau Bunuh Diri

Soal-Jawab: Aksi Mati Syahid atau Bunuh Diri Oleh Syaikh Salim al Hilali

--------------------------------------------------------------------------------

Soal:

Penanya bertanya tentang hukum 'amaliyah istisyhadiyah (aksi mati syahid/bunuh diri) yang banyak terjadi di Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya, berdalil dengan kisah ibn umi maktum dan kisah pemuda yang belajar dari seorang pendeta. Dalam hal ini salah seorang murid syeikh Said Ramadhan al-Buthi pernah menulis.

Jawab:

Adapun tentang amaliayah istisyhadiyah (aksi mati syahid) maka jawabannya ada pada pertanyaan sendiri, mungkin penanya bermaksud tentang hukum al-mughamarah bi an-nafs (bertempur dengan mempertaruhkan jiwa -pent), al-mughamarah ini ada beberapa macam.

Sebelumnya penamaannya dengan amaliayah istisyhadiyah (aksi matisyahid) atau amaliyah intihariyyah (aksi bunuh diri) keduanya adalah keliru, sebab jika kita namakan dengan istilah ini maka kita mendapatkan jawabannya dari makna soal sendiri tanpa harus diterangkan lebih rinci lagi.

Para ulama membahas hal ini dengan istilah hukum al-mughamarah bi an-nafsi. Seluruh dalil-dalil yang ada mengenai masalah ini, dan pertanyaan yang ditanyakan penanya ini tidak mungkin tuntas kecuali dengan penjelasan yang rinci, namun saat ini tidak tepat untuk menerangkannya secara mendetail. Seluruh aksi-aksi ini akan membuat musuh terbunuh, tetapi bukanlah membunuh musuh seseorang harus turut pula membunuh dirinya -perbedaan ini harus diperhatikan--.

Kedua: kaum muslimin membolehkan membunuh orang Islam yang digunakan sebagai perisai oleh orang-orang kafir. Menurut ulama terdapat suatu kaedah yaitu "Membunuh orang lain lebih besar disisi Allah daripada membunuh diri sendiri". Jika boleh membunuh orang lain yang digunakan sebagai perisai oleh orang kafir karena adanya maslahat yang mu'tabarah maka boleh juga bagi seseorang untuk maju berjihad walaupun harus membunuh dirinya, namun dengan beberapa syarat tertentu; ketentuan-ketentuan ini pada masa sekarang kebanyakan hanyalah bersifat pendapat/ijtihad. Aku telah menulis mengenai masalah ini sebuah buku dengan pembahsan yang panjang -buku ini sedang dicetak- dan buku ini bisa dibaca di internet dalam situs markaz imam al-Albani, barang siapa yang mau perinciannya silahkan meruju kesana, dan masalah ini pernah juga ditulis di majalah al-sholah.

Ringkasan dari permasalah ini -walaupun permasalah ini banyak ditulis oleh ulama-ulama temporer sekarang- namun yang jelas permasalahan ini benar-benar menuntut ekstra lebih teliti dan tidak tergesa-gesa dengan melihat kepada nusus syairah, maqasid syariah, qowaid syariah dan mutlak membutuhkan seorang penulis yang dapat menulis dengan haq dan adil.

Pendapat yang kupilih setelah kuteliti jauh dan inilah pendapat Syeikh al-Albani bahwa aksi-aksi ini boleh dilakukan dengan beberapa syarat, diantara syarat yang terpenting adalah terwujudnya kemaslahatan besar, aksi ini dalam dunia militer biasa dilakukan walaupun mereka sepakat bahwa aksi ini tidak akan menghabisi musuh ataupun menghancurkan benteng-benteng musuh. Maka aksi seperti ini diperbolehkan dalam kondisi darurat ketika tidak menemukan jalan lain dengan persiapan dan perhitungan yang matang. Hal ini dalam dunia militer dikenal dengan perang urat saraf guna melemahkan mental lawan, sebagai bagian dari taktik perang. Maka bagi siapa yang ingin melaksanakan aksi ini, wajib bagainya untuk memperbaiki hubungannya dengan Allah terlebih dahulu dan telah bertanya terlebih dahulu.

Mari kita bermohon kepada Allah agar Dia menerima amalan orang-orang yang berbuat aksi-aksi seperti ini. Adapun urusan mereka setelah meninggal sepenuhnya diserahkan kepada Allah, kita tidak boleh memastikan mereka masuk surga walaupun kita terus berdoa untuk mereka.

Namun yang kuyakini bahwa kewajiban sekarang ini bukan berbuat aksi-aksi seperti ini. Wallahu a'lam.

Seri Soal Jawab Dauroh Syar'iyah Surabaya 17-21 Maret 2002 Dengan Masyayaikh Murid-murid Syaikh Muhammad Nashirudiin Al-Albani Hafidzahumullahu Diterjemahkan oleh Ustadz Ahmad Ridwan, Lc. Sumber: Milis As Sunnah (assunnah@yahoogroups.com) Msg #4468

http:www.Salafyoon.com

Das könnte Ihnen auch gefallen