Sie sind auf Seite 1von 18

MAKALAH EVALUASI PEMBELA1ARAN

|/(|f4/(4/ 94/ |/U||4/ Uk4|4/







nama AnggoLa kelompok
Ana Maryam 06091008012
mel uwl raLlwl 06091008023
ozalla laLlmah 06091008013
epLl ezekl Mulyanl lregar 06091008023


Dosen Pengusuh :
I. Dr. Rulu Ilmu IP. S.Pd.. M.Sl
2. Dru. Syufdunlgslh. M.Pd.
3. Dr. 8udl Sunloso. M.Sl

FAKULTAS KLCURUAN DAN ILMU PLNDIDIKAN
PRCCRAM STUDI PLNDIDIKAN MATLMATIKA
UNIVLRSITAS SRIVI1AYA
20II

BAB I
!AHULUA

A. LATAR BLAKA
Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek
ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. alam bidang penelitian, instrumen
diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk
kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk
mengukur prestasi belajar siswa, Iaktor-Iaktor yang diduga mempunyai hubungan atau
berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses
belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
!ada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau
jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektiI, sedangkan nontes terdiri dari
observasi, wawancara (interview), angket (questionaire), pemeriksaan document
(documentary analysis), dan sosiometri. Instrumen yang berbentuk test bersiIat perIormansi
maksimum sedang instrumen nontes bersiIat perIormansi tipikal.
Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan seperti mudah disusun,
tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu mendorong siswa untuk
berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat. amun
perdebatan di kalangan guru dan bahkan dikalangan orang tua, adalah memandang bahwa tes
uraian sering tidak adil. Bahkan ada pandangan bahwa cara pemberian skor tes uraian cukup
dilihat dari panjang pendeknya tes uraian.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan
suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan tes uraian. Hal ini juga dapat
digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan
secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu
peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.










BAB II
!BAHASA

A. TS URAIA (SSAY TST)

1. !engertian
Yang dimaksud dengan tes uraian dalam tulisan ini adalah butir coal yang
mengandung pertanyaan atau togas yang jawaban atau pengerjaansoal tersebutharus
dilakukandengan caramengekspresikan pikiran peserta tes. Ciri khas tes uraian ialah
jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksi butir
soal, tetapi hares dipasok oleh peserta tes. Jadi yang terutama membedakan tipe soal
objektiI dan tipe soal uraian adalah siapa yang menyediakan jawaban atau alternatiI
jawaban terhadapsoal atau togas yangdiberikan. Butir coal tipe uraian atau dalam
bahasa Inggrisnya dinamakan "essay test" hanya terdiri dari pertanyaan atau togas
(kadangkadang juga hares disertai dengan beberapa ketentuan dalam menjawab atau
mengerjakan soal tersebut), dan jawaban sepenuhnya hares dipasok oleh peserta tes.
!eserta tes bebas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Setup peserta tes dapat
memilih, menghubungkan, dan menyampaikan gagasannya dengan menggunakan
kata-katanya sendiri. engan pengertian di atas maka segera akan kelihatan bahwa
pemberian skor terhadap jawaban soal tidak mungkin dilakukan secara objektiI.
Kekuatan tes uraian/esai
Soal tipe uraian mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dapat atau sukar diperoleh
melalui penggunaan tipe butir coal lain. Kelebihan itu antara lain:
a. Tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hash belajar yang
kompleks. !ada umumnya hash belajar bersiIat kompleks. Tetapi sebagian besar dari
hash belajar yang kompleks dapat dirinci menjadi beberapa hash belajar yang lebih
sederhana.
Rincian basil belajar yang sederhana itu secara terbatas dapat berdiri sendiri, dan
secara bersama-sama beberapa basil belajar sederhana itu akan membentuk basil
belajar yang kompleks. !engukuranhasil belajarYang seperti ini
ddakmenuntutpenggunaan tes tipe uraian. isalnya, bila hash belajaryang akan
diukurberupa pemahaman dari suatu prinsip yang kompleks. !emahaman seperti itu
selalu dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang sederhana. Tetapi ada pula beberapa
hash belajar lain yang siIatnya kompleks dan bila dirinci menjadi basil belajar yang
lebih sederhana dapat kehilangan arti globalnya, sebab hubungan antara komponen hasil
belajar yang satu dengan yang lain sangat erat, misalnya basil yang bersiIat ekspresiI
atau kreatiI. Hasil belajar yang seperti ini sebaiknya atau seharusnya diukur
dengan menggunakan tes tipe uraian.
orman . ronlund (1971, hal. 216) mengidentiIikasi basil belajar seperti yang
tersebut terakhir ini:
1) kemampuan mengaplikasikan prinsip.
2) kemampuan menginterpretasi hubungan.
3) kemampuan mengenal dan menyatakan inIerensi.
4) kemampuan mengenal relevansi dari suatu inIormasi.
5) kemampuan merumuskan dan mengenal hipotesis.
6) kernampuan merumuskan dan mengenal kesimpulan yang
sahib.
7) kemampuanmengidentiIikasi asumsi yang mendasarkan suatu kesimpulan.
8) kemampuan mengenal keterbatasan data.
9) kemampuan mengenal dan menyatakan masalah. 10) kemampuan
mendesain prosedur eksperimen.
Kebaikan ini adalah yang paling menonjol dalam penggunaan tipe tes uraian.
Tidaklah dengan sendirinya tes tipe uraian menghasilkan pengukuran basil belajar yang
kompleks. asih sangat tergantung kepada kemampuan dosen untuk mengkonstruksi butir
soal uraian. Bahkan kita tidak jarang menemui adanya butir soal uraian yang
menanyakan hal yang sederhana, yang sebenamya jauh lebih eIektiI bila dites
dengan menggunakan butir soal objektiI.

b. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan
keterampilan mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber inIonnasi ke dalam
suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah. Integrasi
bush pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya.
Tanpa dukungan kemampuan mengekspresikan buah pikiran secara teratur dan
taatasas, maka kemampuan tidak dapat terlihat dengan baik. Bahkan sebaliknya kemampuan
itu akan kelihaian dengan jelas dari susunan kalimat, dan kemampuan menyusun paragraI
yang baik.
c. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk
tes yang lain. Sesuai dengan siIatnya yang menuntut kemampuan mahasiswa amok
mengekspresikan jawaban dalam kata-kata sendiri, maka bentuk tes uraian menuntut
penguasaan bahan secara penuh. !enguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan
mullah. Karma itu amok menjawab tes uraian dengan baik peserta tes akan benisaha
menguasai bahan yang diperkirakannya akan diujikandalam tes secaratuntas. Karena
keseluruhan bahan sangat luas dan tidak mungkin dapat dikuasai dengan baik selunihnya,
makabiasanya peserta tes terpaksa menebak bagian bahan yang diperkirakan akan keluar
dalam soal ujian.
d. Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan down amok menyusun butirsoal.
Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, pertama, jumlah butir coal tidak perlu
banyak, dan kedua, down tidak selalu harus memasok jawaban atau kemungkinan
jawaban yang benar. Kelebihan ini terutama yang acapkali mendorong down amok
menggunakan bentuk butir soal ini. Jadi motiInya tidak terlalu sehat. Apa lagi bila
kemudahan menyusun budrsoalbentukuraianitudipedakukansecarakurangbertanggung
jawab, atau karma desakan pekerjaan rangkap lainnya.
e. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal ini merupakan kebaikan,
sekaligus kelemahannya. alam arti yang positiI tes uraian akan sangat mendorong
mahasiswa dan down untuk belajar dan mengajar menyatakan pikiran secara tertulis.
engan demikian diharapkan kemampuan peserta didik dalam menyatakan pikiran
secara tertulis akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan yang berlebihan
terhadap penggunaan tes uraian yang sangat menekankan kepada kemampuan menyatakan
pikiran dalam bentuk tulisan ini dapat menjadikan tes sebagai alat ukur yang tidak adil dan
tidak reliabel. Karena tekanan yang berlebihan pads aspek kemampuan menulis itu,
akan menjadi penghalang bagi peserta didik yang memang tidak mempunyai
kemampuan dalam bidang itu, walaupun si peserta didik tersebut menguasai bahan yang
diujikan. Selain itu, tidak semua ilmu dan pengetahuan yang diajarkan di sekolah
menuntut adanya kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk tertulis.

Kelemahan tes uraian/esai
Tes uraian juga mengandung kelemahan yang serius. Beberapa kelemahan pokok
tersebut adalah:
a. Reliabilitas tes rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes
yang sama atau tes yang paralel diuji ulang beberapa kali. Robert L. bel dan avid A.
Frisbie (1986, ha1.129) mengidentiIikasi adanya tiga penyebab rendahnya reliabilitas
tes uraian. !ertama, keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam soal tes. Karena
siIat jawaban tes uraian menuntut waktu yang relatiI banyak, maka tidak mungkin
perangkat tes uraian terdiri dari butir soal yang banyak jumlahnya sehingga
mewakili seluruh bahan yang akan diujikan. Hal ini berarti bahwa pokok bahasan
yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. Jadi tidak mungkin mewakili
seluruh bahan secara baik dalam liputan bahan tes. Kedua, Batas-Batas tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan untuk
menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Keragaman jawabanantarpeserta tes
tetap saja akan besar. Keragaman itu tidak hanya terjadi antara peserta tes, tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan suasana tes yang ada. Tes yang sama
diuji pada pagi hari, di mana pada umumnya saat itu peserta tes masih segar akan
menghasilkan skor yang berbeda bila tes itu diujikan sore harinya. an ketiga,
penyebab rendahnya reliabilitas tes itu adalah subyektivitas penskoran yang
dilakukan oleh pemeriksa tes. Berbeda orang yang memeriksa, maka berbeda pula skor
yang diperoleh peserta tes. Bahkan orang yang sama memeriksa tes yang sama pads
waktu yang berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.
b. Untukmenyelesaikan tes uraian dengan baik dosen dan mahasiswa
harusmenyediakanwaktucukupbanyak. Waktumahasiswahanislah cukup banyak
ketika mengerjakan tes. Sedangkan dosen hams menyediakan waktu yang banyak
untuk memeriksa. Bila kedua waktu ini tidak dapat diadakan, maka sebaiknya tes
uraian tidak digunakan, karena tes uraian yang tidak diperiksa dengan teliti tidak
dapat menjadi slat ukur pendidikan yang eIektiI.
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. !eserta tes yang kurang
menguasai bahan yang diujikan acapkali jugs mencoba menjawab dengan
menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan hal yang ditanyakan atau
dengan kata lain peserta tes membual. Jawaban yang tidak beIiarga inipun hares
dibaca oleh dosen dengan teliti.
d. Kemampuan menyatakan pikiran secara temilis menjadi hal yang paling
membedakan prestasi belajar antar mahasiswa. !adahal hanya
hasilbelajaryangtertentu sajalahyangharusdikomunikasikan dalam bentuk tertulis.
Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam bentuk tingkah lake atau sikap,
bukan dalam bentuk pemyataan tertulis.


2. Jenis-Jenis Tes Uraian
ilihat dari ruang lingkup, tes uraian dibedakan menjadi:
1) Uraian terbatas (restricted response items)
Jawaban yang muncul dari peserta didik adalah jawaban yang siIatnya sudah
lebih terarah (dibatasi)
!ertanyaan pada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
!embatasan dapat dilihat dari segi: |1| ruang lingkupnya, |2| sudut pandang
jawabannya, dan |3| indikatornya. Contoh:
a) Jelaskan tiga Iaktor penyebab terjadinya polusi udara?
b) Bagaimana hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan kualitas
hidup manusia dalam hal ekonomi, pendidikan dan kesehatan?
!erbedaan dua tipe tes uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang
diberikan kepada siswa untuk menulis dan menyatakan jawaban. Tes uraian
bebas memberikan kebebasan yang lebih besar daripada uraian terbatas.

2) Uraian Bebas (tended response items)
!ada tes uraian terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari peserta didik
sepenuhnya diserahkan kepada testee itu sendiri.Artinya peserta didik mempunyai
kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasikan dan
menyajikan jawaban dalam bentuk uraian. alam uraian bebas jawaban siswa
tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan
oleh isi pertanyaan uraian bebas siIatnya umum.
elihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan
apabila bertujuan untuk:
a) engungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat
diketahui luas dan intensitasnya.
b)engupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam
sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti.
c) engembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari
berbagai segi atau dimensinya.
Contoh:
- Jelaskan sebab-sebab terjadinya pencemaran lingkungan?
- engapa pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap kualitas hidup
manusia?

3) Tes Uraian Berstruktur
erupakan 54er test, dapat dikatakan kombinasi antara tes esai dan tes
objektiI. Kombinasinya yang tampak pada item tes yang menuntut jawaban
singkat, terbuka dan bebas tetapi dengan jawaban yang pasti.
Keunggulan:
a. dapat digunakan untuk mengukur semua kecakapan kognitiI dari pengetahuan
sampai pada kemampuan kreasi.
b. kesukaran dapat dibuat sedemikian rupa dan dapat diurutkan dari yang mudah
ke yang sukar.
c. satu permasalahan dapat dikaji dan dipecahkan dari berbagai sudut dengan
tepat dan pasti
Kelemahan:
Berhubungan dengan lingkup materi uji terbatas dan harus dirumuskan menjadi
paparan yang lengkap dengan data yang cukup. Contoh: i bawah ini tercantum
daItar nilai matematika siswa kelas dua SA. ilai tersebut telah diurutkan dari
skor tertinggi sampai terendah disertai keterangan berupa jumlah siswa
yang mencapainya, baik untuk setiap nilai maupun secara kumulatiI
ilai Jumlah Siswa KumulatiI
32
31
30
29
28
27
1
2
2
2
1
2
1
3
5
7
8
10

a. Hitunglah berapa rata-rata dan berapa mediannya?
b. Hitunglah berapa orang siswa yang nilainya termasuk ke dalam kelompok 28-
31, 30-32?
c. Hitung pula berapa simpangan bakunya?

ilihat dari !enskorannya, tes uraian dibedakan menjadi:
a) Uraian objektiI
Tes uraian objektiI adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki
sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatiI lebih pasti, sehingga dapat
dilakukan penskoran secara objektiI (walaupun pemeriksa berbeda namun dapat
menghasilkan skor yang relatiI sama). Artinya model tes ini memiliki kunci
jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban
salah 0.
Anthony J. itko (1996) mengatakan bahwa tes essay terbatas tepat
dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks yang berupa
kemampuankemampuan:
a. menjelaskan hubungan sebab akibat
b. melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip
c. mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan
d. merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat
e. merumuskan asumsi-asumsi yang tepat
I. melukiskan keterbatasan-keterbatasan data
g. merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat
h. menjelaskan metoda dan prosedur
i. dan hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa untuk melengkapi
jawabannya.

b) Uraian non-objektiI
Tes Uraian on-objektiI adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki
sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban yang bebas, menuntut siswa
untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan (menguraikan dan
memadukan gagasan- gagasan) pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya mengandung unsur
subjektiIitas (sukar dilakukan secara objektiI)
Tes essay bebas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang
bersiIat kompleks yang berupa kemampuan-kemampuan:
a. menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide
b. memadukan berbagai hasil belajar dari berbagai bidang studi
c. merekayasa bentuk-bentuk orisinal, seperti mendisain sebuah eksperimen
d. mengevaluasi nilai suatu ide
engapa enggunakan Tes Uraian?
Unsur Tes Uraian
1 !roses berpikir yang
ingin diukur
apat digunakan untuk mengukur semua jenjang
proses berpikir tetapi lebih tepat digunakan untuk
mengukur proses berpikir analisis, sintesis dan
evaluasi.
2 Sampel materi yang
ditanyakan
Hanya dapat menanyakan sedikit materi.
3 !enyusunan pertanyaan Untuk membuat butir soal yang baik sukar tetapi
lebih mudah jika dibandingkan dengan tes
obyektiI.

Waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set
tes singkat.
4 !engolahan hasil tes Adanya unsur subyektivitas dalam pemeriksaan.

Ketetapan hasil pemeriksaan rendah.
5 Jawaban siswa alam menjawab, siswa dapat mengemukakan,
mengorganisasikan, menghubungkan dan
menganalisis idenya sendiri.
6 !engganggu hasil tes Kemampuan siswa dapat terganggu oleh
kemampuan menulis dan bercerita.


3. Cara !engembangan Tes Uraian
Cara pengembangan tes uraian adalah sebagai berikut:
a. erumuskan tujuan tes
Tes uraian dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan, seperti:
!ertama, tes yang bertujuan untuk mengadakan evaluasi belajar tahap akhir
(BTA) atau ujian lain yang sejenis dengan BTA.
Kedua, tes yang bertujuan untuk mengadakan seleksi , misalnya untuk saringan
masuk perguruan tinggi atau untuk penerimaan beasiswa untuk murid yang
berbakat.
Ketiga, tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar murid, yang
dikenal dengan tes diagnostic.

b. Analisis Kurikulum atau aris-aris Besar !rogram !engajaran (B!!)
Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang
akan dijadikan dasar dalam menentukan item atau butir soal dalam membuat kisi-kisi
soal
c. Analisis Buku !elajaran dan Sumber dari ateri Belajar Lainnya
Analisis buku pelajaran digunakan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan
berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber
materi belajar lainnya.
d. engidentiIikasi materi-materi yang cocok untuk dibuat dengan soal uraian
Tes uraian biasanya dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
menganalisis yang dimiliki oleh siswa, atau menjelaskan prosedur, hubungan sebab-
akibat, atau memberikan argumen-argumen yang relevan.
e. embuat kisi-kisi
anIaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencakup
semua pokok bahasan secara proporsional.
I. !enulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran
Ada beberapa petunjuk dalam penulisan butir-butir soal seperti valid, dapat dikerjakan
dengan kemampuan yang spesiIik, dan berikan petunjuk pengerjaan soal secara
lengkap dan jelas.
g. !enelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain)

h. Reproduksi tes terbatas
Tes yang sudah dibuat diperbanyak dalam jumlah yang cukup menurut jumlah sampel
uji coba atau jumlah peserta
i. Uji Coba Tes
Sampel uji coba harus mempunyai karakteristikyang kurang lebih sama dengan
karakteristik peserta tes yang sesungguhnya.
j. Analisis hasil uji coba
Berdasarkan data hasil uji coba dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang
meliputi validitas butir, tingkat kesukaran, dan Iungsi pengecoh.
k. Revisi soal
Apabila soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konIirmasi
dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan atau revisi soal.
l. erakit soal menjadi tes

B. !embuatan Kisi-kisi

Kisi-kisi adalah Iormat yang berupa matriks yang memuat inIormasi tentang
suatu soal dan dijadikan pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi
seperangkat tes. engan demikian jelas bahwa Iungsi kisi-kisi di sini adalah sebagai
pedoman dalam penulisan dan perakitan tes.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan: (1) mewakili isi kurikulum
yang akan diujikan, (2) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami, (3)
soal-soal yang direncanakan dimungkinkan dapat dibuat sesuai dengan indikator yang
direncanakan dalam kisi-kisi itu.

Berikut ini adalah contoh model/Iormat kisi-kisi dengan berbagai komponennya.

Jenis Sekolah/Jenjang :
ata !elajaran :
!rogram/Jurusan :
Kelas/Semester :
Kurikulum Acuan :
Alokasi Waktu :
Jumlah Soal :

o
Ur.
Tujuan
!embelajaran
!B/S!B ateri Indikator
Jml
Soal
o.Ur
Soal




C. !enulisan Soal Bentuk Uraian Beserta Kaidah !enulisannya

alam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran
tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan,
kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh
siswa. engan adanya batasan ruang lingkup, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan
soal dapat dihindari, serta dapat mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman
penyekoran. Karena itu kaidah umum yang terpenting dalam menulis soal bentuk
uraian adalah, segera tulis kunci jawaban atau pokok-pokok jawaban yang mungkin
diberikan oleh siswa beserta kriteria atau rentang skor yang mungkin diberikan, begitu
selesai menulis soal.

Kaidah khusus penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut:

Materi
O Soal harus sesuai dengan indikator pada kisi-kisi. Artinya soal harus menyatakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
O 0Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.
O Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
O Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkat kelas.

K4nstruksi
O Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban terurai; seperti : mengapa, uraikan, jelaskan,
hubungkan, taIsirkan, buktikan, hitunglah, dsb. Jangan menggunakan kata tanya
yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya: siapa, dimana, kapan. emikian
juga kalimat tanya yang menuntut jawaban 'ya atau 'tidak, jangan digunakan.
O Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
O Buatlah pedoman penyekoran segera setelah soal selesai ditulis dengan cara
menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskorannya, besarnya
skor bagi setiap komponen, serta rentang skor yang dapat diperoleh untuk soal
yang bersangkutan.
O Hal-hal lain yang menyertai soal (graIik, tabel, gambar, peta, atau yang
sejenisnya)
harus jelas dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penaIsiran yang berbeda.

Bahasa
O Rumusan kalimat soal harus komunikatiI, yaitu menggunakan bahasa yang
sederhana, dan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal siswa, serta baik dari
segi kaidah bahasa Indonesia.
O Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
O Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penaIsiran
yang berbeda (salah pengertian).
O Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal peserta berasal dari
berbagai daerah.
O Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan
testee.
Untuk memastikan apakah soal itu sesuai dengan aturan atau tidak, gunakan
kartu telaah berikut untuk menelaah setiap soal.
Untuk memastikan apakah soal itu sesuai dengan aturan atau tidak, gunakan
kartu telaah berikut untuk menelaah setiap soal.
KARTU TLAAH SAL URAIA

omor Soal : !erangkat :
o AS!K YA ITLAAH Ya Tidak
A. ATRI
1 Soal sesuai dengan indicator
2 Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas
3 Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
4
Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah, atau tingkat kelas

B. KSTRUKSI
5
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan
kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban terurai

6 Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
7 Ada pedoman penskoran
8
ambar, raIik, tabel, diagram dan sejenisnya disajikan
dengan jelas dan terbaca

C. BAHASA
9 Rumusan kalimat soal komunikatiI
10 Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
11
Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penaIsiran ganda atau salah pengertian

12 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
13
Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan siswa

Catatan:

. emeriksa atau emberi Skor Tes Uraian
Tes uraian sering disebut sebagai tes subjektiI. Artinya dalam memberikan skor
terhadap setiap siswa unsur subjektiI pemeriksa diduga kuat turut memberikan warna.
Untuk meningkatkan objektiIitas hasil pemeriksaan jawaban ada beberapa
strategi/saran yang diberikan sebagai berikut :
1. Siapkan garis-garis besar jawaban yang dikehendaki sebelum pengoreksian
dilakukan.
2. Sembunyikan identitas siswa, jangan melihat identitas siswa sebelum dan selama
memeriksa. Bila memungkinkan identitas diganti dengan sandi/kode tertentu.
3. Tetapkan hal-hal yang akan mengganggu subjetiIitas pemberian skor. isalnya:
apakah bentuk huruI/tulisan, bentuk kertas, ejaan, struktur kalimat, kerapihan, dll.
akan diperhitungkan dalam pemberian skor, atau diabaikan saja.
4. Tetapkan/gunakan metoda penskoran tertentu.
Ada dua metoda penskoran terhadap butir-butir soal bentuk essai. Yang
pertama adalah point method, dan kedua adalah rating method. !ada point
method setiap jawaban dibandingkan dengan jawaban ideal yang telah
diotetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan kepada setiap
jawaban akan tergantung pada derajat kepadanannya dengan kunci jawaban.
Sedangkan dalam rating method. Setiap jawaban siswa ditetapkan dalam salah
satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan mutunya selagi jawaban
tersebut di baca. Kelompok-kelompok tersebut menyatakan mutu dan
menentukan berapa skor yang dapat diberikan kepada setiap jawaban. isalnya
sebuah soal akan diberi skor maksimum 8, maka bagi soal tersebut dapat dibuat 9
kelompok jawaban dari 8 sampai 0. Untuk essai terbatas cukup digunakan point
method, karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu, tetapi
untuk essai atau uraian bebas lebih tepat digunakan rating method.

5. Skorlah semua jawaban untuk satu soal- satu soal untuk semua siswa,
sebelum pindah ke nomor soal lain (whole method). Yang sering membuat skor
berubah-ubah (jawaban yang sama diberi skor berbeda) adalah karena berubah-
ubahnya standar penskoran dari satu soal ke soal lain. Hal ini terjadi karena
pemberian skor dilakukan terhadap satu-satu siswa, mulai nomor satu sampai
nomor akhir (sparated method). isalnya, sebuah ulangan terdiri dari 5 soal
uraian dengan jumlah siswa 25 orang. aka periksalah jawaban nomor 1
untuk testi nomor 1 sampai testi nomor 25, baru setelah selesai nomor 1
dilanjutkan pada soal nomor 2 mulai dari siswa pertama sampai nomor 25. Begitu
seterusnya sampai semua soal selesai.

6. Susunlah pedoman penyekoran segera setelah soal selesai dirumuskan.
7. alam hal ujian yang menentukan nasib seseorang (misalnya, S!B atau UA)
lakukan penskoran oleh lebih dari satu orang



!edoman !enyekoran
!edoman penyekoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan
tentang:
- Batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penyekoran terhadap soal-
soal bentuk uraian objektiI.
- Kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penyekoran
terhadap soal-soal uraian non-objektiI.

Uraian Objektif
alam penskoran bentuk soal uraian objektiI, skor hanya dimungkinkan dengan
dua kata gori, yaitu benar atau salah. Untuk setiap kata kunci yang benar diberi skor 1
(satu), sedangkan setiap kata kunci yang dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0
(nol). alam satu rumusan jawaban dapat mengandung lebih dari satu kata kunci, sehingga
skor maksimum jawaban dapat lebih dari satu. Kata kunci tersebut dapat berupa kalimat,
kata, bilangan, simbol, gambar, graIik, ide, gagasan atau pernyataan yang merupakan kunci
jawaban atas satu pertanyaan (soal).
engan pembagian yang tegas seperti ini, unsur subjektiIitas dapat dihindari atau
dikurangi. engan berpedoman pada hal di atas, maka langkah pemberian skor soal
uraian objektiI adalah:
a) Tuliskan semua kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas
untuk setiap soal.
b) Setiap kata kunci yang benar di jawab diberi skor 1. Tidak ada skor setengah
untuk jawaban yang kurang sempurna. Jawaban yang diberi skor 1
adalah jawaban sempurna, jawaban lainnya adalah 0.
c) Apabila satu pertanyaan memiliki beberapa sub pertanyaan, rincilah kata kunci
dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci sub jawaban,
dan buatkan skornya.
d) Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal
dimaksud.

Jumlah skor ini disebut skor maksimum.
Contoh:
Indikator : Siswa dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah
satuan ukurannya.
Butir Soal : Sebuah bak penampung air berbentuk balok berukuran panjang 150 cm,
lebar 80 cm, dan tinggi 75 cm. ampu menyimpan berapa literkah isi bak
penampung air tersebut ?
!ed42an !enyek4ran
Langkah Kunci Jawaban Skor
1. Rumus isi balok panjang lebar tinggi 1
2. 150 cm 80 cm 75 cm 1
3. 900.000 cm3 1
4.
Isi balok dalam liter

1000
000 . 900
liter
1
5. 900 liter 1
Skor maksimum 5

Uraian Non-objektif
alam penyekoran soal bentuk uraian non-objektiI, skor dijabarkan dalam rentang.
Besarnya rentang skor ditetapkan oleh kompleksitas jawaban. leh karena itu mungkin
berentang dari 0 4, 0 8, 0 10, dan lain-lain. Skor minimum harus 0, karena jika tidak
yang tidak menjawab pun akan mendapat skor minimum tersebut. Sedangkan skor
maksimum ditentukan oleh penyusun soal dan keadaan jawaban yang dituntut oleh soal
itu.
Langkah penskorannya adalah:
a) Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk
dijadikan pegangan dalam pemberian skor.
b) Tetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
c) !emberian skor pada setiap jawaban tergantung pada kualitas jawaban
yang diberikan oleh siswa.
d) Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban sebagai
skor siswa. Jumlah skor-skor tertinggi dari setiap kriteria jawaban disebut
skor maksimum dari suatu soal.
e) !eriksalah satu soal-satu soal untuk semua siswa sebelum pindah ke soal lain,
untuk menghindari pemberian skor berbeda terhadap jawaban yang sama.
I) Bila tiap butir soal telah selesai diskor, hitunglah jumlah skor perolehan siswa
untuk setiap soal. Kemudian hitung nilai tiap soal dengan rumus:
soal bobot
soal butir maksimum skor
siswa perolehan skor
soal tiap ilai
g) Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal. Jumlah ini
disebut
h) ilai akhir dari suatu perangkat tes yang disajikan.






AFTAR !USTAKA

Sudijono, Anas. 2009. !engantar Evaluasi !endidikan. Jakarta: Rajawali pers.

andang. 2008. '!engembangan Tes Uraian 02.
http://nandangIkip.blogspot.com/2008/04/pengembangan-tes-uraian02.html. iakses
tanggal 27 September 2011.

STKI! !RISA. 2011. '!engembangan Tes Uraian dan on Tes.
http://p4mristkippgrisda.wordpress.com/2011/03/30/pengembangan-tes-uraian-dan-
non-tes/. iakses tanggal 25 September 2011.

Das könnte Ihnen auch gefallen