Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu
adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali. (HR. Ahmad dari
Abdulloh bin Hanzholah dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih al Jami, no. 3375)
[Nida-atur Rahman li Ahli Iman hal 41]
Dalam hadits di atas dengan tegas Nabi mengatakan bahwa uang riba itu haram meski sangat
sedikit yang Nabi ilustrasikan dengan satu dirham. Bahkan meski sedikit, Nabi katakan lebih
besar dosanya jika dibandingkan dengan berzina bahkan meski berulang kali. Jadi hadits
tersebut menunjukkan bahwa uang riba atau bunga itu tidak ada bedanya baik sedikit apalagi
banyak.
Ayat ini berada di antara ayat-ayat yang membicarakan perang Uhud. Sebabnya menurut
penjelasan Imam Qurthubi adalah karena dosa riba adalah satu-satunya dosa yang
mendapatkan maklumat perang dari Allah sebagaimana dalam QS. al Baqarah [2]: 289.
Sedangkan perang itu identik dengan pembunuhan. Sehingga seakan-akan Allah hendak
mengatakan bahwa jika kalian tidak meninggalkan riba maka kalian akan kalah perang dan
kalian akan terbunuh. Oleh karena itu Allah perintahkan kaum muslimin untuk meninggalkan
riba yang masih dilakukan banyak orang saat itu (lihat Jam li Ahkamil Quran, 4/199)
8
Kemudian Allah taala berfirman, Bertakwalah kamu kepada Allah yaitu terkait dengan
harta riba dengan cara tidak memakannya.
Al Falah/keberuntungan dalam bahasa Arab adalah bermakna mendapatkan yang diinginkan
dan terhindar dari yang dikhawatirkan. Oleh karena itu keberuntungan dalam pandangan
seorang muslim adalah masuk surga dan terhindar dari neraka. Surga adalah keinginan setiap
muslim dan neraka adalah hal yang sangat dia takuti.
Ayat ini menunjukkan bahwa keberuntungan itu akan didapatkan oleh orang yang bertakwa
dan salah satu bukti takwa adalah menghindari riba.
Hal ini menunjukkan bahwa jika kadar takwa seseorang itu berkurang maka kadar
keberuntungan yang akan di dapatkan juga akan turut berkurang.
Di antara bukti bahwa meninggalkan riba itu menyebabkan mendapatkan keberuntungan
adalah kisah seorang sahabat yang bernama Amr bin Uqois sebagaimana dalam hadits
berikut ini.
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Amr bin Uqoisy sering melakukan transaksi riba di masa
jahiliah. Dia tidak ingin masuk Islam sehingga mengambil semua harta ribanya. Ketika
perang Uhud dia bertanya-tanya, Di manakah anak-anak pamanku? Di Uhud, jawab
banyak orang. Di manakah fulan?, tanyanya lagi. Dia juga berada di Uhud, banyak orang
menjawab. Di mana juga fulan berada?, tanyanya untuk ketiga kalinya. Dia juga di
Uhud, jawab banyak orang-orang. Akhirnya dia memakai baju besinya dan menunggang
9
kudanya menuju arah pasukan kaum muslimin yang bergerak ke arah Uhud. Setelah dilihat
kaum muslimin, mereka berkata, Menjauhlah kamu wahai Amr! Abu Amr mengatakan,
Sungguh aku sudah beriman. Akhirnya beliau berperang hingga terluka lalu digotong ke
tempat keluarganya dalam kondisi terluka. Saat itu datanglah Saad bin Muadz, menemui
saudara perempuannya lalu memintanya agar menanyai Abu Amr tentang motivasinya
mengikuti perang Uhud apakah karena fanatisme kesukuan ataukah karena membela Allah
dan rasul-Nya. Abu Amr mengatakan, Bahkan karena membela Allah dan Rasul-Nya.
Beliau lantas meninggal dan masuk surga padahal beliau belum pernah melaksanakan shalat
satu kali pun. (HR. Abu Daud, Hakim dan Baihaqi serta dinilai hasan oleh al Albani dalam
Shahih Sunan Abu Daud no. 2212).
Ad Dainuri bercerita bahwa Abu Hurairah pernah bertanya kepada banyak orang yang ada di
dekat beliau, Siapakah seorang yang masuk surga padahal sama sekali belum pernah
shalat? Orang-orang pun hanya terdiam seribu bahasa. Beliau lantas mengatakan, Saudara
bani Abdul Asyhal.
Dalam riwayat Ibnu Ishaq disebutkan ada orang yang menanyakan perihal Abu Amr kepada
Rasulullah, beliau lantas bersabda, Sungguh dia termasuk penghuni surga. (Tafsir al
Qosimi, 2/460)
6
7. Ar Ruum 39
.4`4 +uO>-47 }g)` 6jO
W-4O+uO=Og EO) 4O^`
+EEL- E W-O+O4C E4gN *.- W
.4`4 +uO>-47 }g)` E_OEEe
]C@O> 4O;_4 *.- Elj^q
N- 4pOg;_^- ^@_
Dan apa yang kamu berikan dari riba agar bertambah pada harta manusia, maka ia tidak
bertambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
meraih wajah Allah, maka itulah yang melipatgandakan (pahala). (QS. Ar Ruum: 39)
6
Ustadz Aris Munandar; Artikel www.muslim.or.id
10
Sayid Qutub menulis bahwa ketika itu ada sementara orang yang memberikan hadiah-hadiah
lepada orang orang yang manpu agar memperoleh imbalan yang lebih banyak. Maka ayat ini
menjelaskan bahwa hal demikian bahwa hal demikian bukanlah cara pengembangan usaha
yang sebenarnya, walaupun redaksi ayat ini mencakup semua cara yang bertujuan
mengembangkan harta dengan cara dan bentuk apapun yang bersifat penambahan (ribawi).
Sayid Qurub menambahkan dalam catatan kakinya bahwa cara ini tidak haram sebagaimana
keharaman riba yang populer, tetapi bukan cara pengembangan harta yang suci dan
terhormat. Allah menjelaskan cara pengembangan harta yang sebenarnya pada penggalan
ayat selanjutnya: Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai wajah Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahala), yakni
memberinya tanpa imbalan tanpa menanti ganti dari manusia, tetapi demi karena Allah.
Karena Allah lah yang melapangkan rezeki dan mempersempinya.
7
Daftar Kepustakaan
Syekh. H. Abdul Halim Hasan; Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana 2006,. Jl. Lele I
No. 7, Cetakan pertama.
Abu Bakar Jabir Al-Jazaini; Tafsir Al Aisar, Jakarta: Darus Sunnah, 2006., Cetakan
petama.
M. Quraish Shihab; Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002., Jl. Kertamukti
No. 63.
Muhammad Nasib ar-Rifai; Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari, Tafsir Ibnu Katsir,
jilid I, Jakarta: Gema Insani Press, Jln Kalibata Utara II No.84
Ustadz Aris Munandar; Artikel www.muslim.or.id
7
Tafsir Al Misbah, Hal; 74