Sie sind auf Seite 1von 30

Hukum Laut InterNasional Kuliah III

Akhir Perang Dunia I, Konperensi Den Haag 1930, 13 April 1930 mengakui beberapa prinsip :
Kebebasan berlayar di laut lepas Kedaulatan Negara pantai atas laut wilayah Hak Innocent Passage dilaut wilayah Serta Hak Hot Pursuit di laut Bebas.
Gagal Menetapkan Lebar LT

1. 2. 3. 4.

Laut Teritorial Right Of Innocent Passage Yurisdiksi Kriminil Dan Sipil negara pantai atas kapal asing di Laut Territorial Hot Persuit

Anglo Norwegian Case Fisheries Case


(Kasus Lengkap Baca : DJ. Harris, Case And Materials On International Law, Fifth Edition, 1998, P : 375 382)

Daratan Norwegia

Garis Pangkal yang lazim Dipakai oleh negara-negara, yaitu Garis pangkal Normal, yaitu Suatu Garis pangkal yang mengikuti segala liku-liku dan lekuklekuk pantai gantai pasang surut, V : Art : 5 UNCLOS 1982.

daratan

Sengketa dimulai pada tahun 1935, Raja Norwegia menetapkan bahwa batas perikanan Norwegia tertutup bagi negara asing. Norwegia menetapkan Model Garis Pangkal Lurus untuk penetapan Laut Teritorialnya.

daratan

Caranya, dengan menarik garis lurus dari ujung-ujung terluar dari daratan terluar pulau-pulau terluar, garis lurus tersebut dihubungkan satu sama lain, dan di jadikan sebagai garis pangkal

daratan

Dari garis pangkal tersebut, kemudian ditarik keluar sejauh 4 mil, dan ini disebut sebagai laut teritorialnya Norwegia.

daratan

Inggris, Tidak Mempermasalahkan Lebar laut 4 mil, Akan tetapi Sistem penarikan GARIS PANGKAL LURUS menurut Inggris tidak sesuai dengan hukum Internasional yang berlaku.

daratan

Inggris membawa masalah tersebut ke MI, dengan meminta Mahkamah untuk menetapkan
1. Penarikan garis pangkal lurus yang dilakukan oleh Norwegia tidak sesuai dengan hukum internasional 2. Norwegia membayar ganti rugi ats kerugian nelayan Inggris.

Dalam mengadili kasus ini, MI telah menelaah 3 macam cara penerikan garis pangkal, yaitu :
1. Trace paralelle : yang menyatakan garis pangkal luar mengikuti segala liku-liku dan lekuk-lekuk pantai pada waktu pasang surut

2. Arc of Circles, yang menetapkan langsung batas luar


tanpa adanya garis pangkal terlebih dahulu

Kalau Negara Terset terdiri atas pulau-pulau

Kalau negara tersebut terdiri atas daratan dan pulau, maka :


daratan

3. Straight base line from point to point

Atau :

Dari 3 macam cara tersebut, Mahkamah mengenyampingkan cara kedua, tahun 18 Desember 1951 MI memutuskan : Dengan score suara 8 : 2, MI menetapkan bahwa garis pangkal yang dipakai oleh Norwegia tidak bertentagan dengan hukum internasional. Dengan score suara 8 : 4, MI menetapkan bahwa Kepuhun 1935 tidak bertentangan dengan hukum internasional.

Proklamasi Trumans 1945


Proklamasi Presiden Amerika Serikat Henry S. Truman, yang dikeluarkan pada tanggal 28 September 1945. Proklamasi ini sebenarnya terdiri atas dua hal yaitu, yang pertama tentang landas kontinen dan yang kedua tentang perikanan. Akan tetapi yang lebih dikenal luas adalah Proklamasi tentang landas kontinen.

Tujuan :
Tindakan Presiden Amerika Serikat ini bertujuan mencadangkan kekayaan alam pada dasar laut (Seabed) tanah dibawahnya (subsoil) yang berbatasan dengan pantai Amerika Serikat untuk kepentingan rakyat dan bangsa Amerika Serikat, terutama kekayaan mineral khususnya minyak dan gas bumi.

Memang secara geologis, dasar laut dan tanah dibawahnya yang terletak di bawah perairan laut, disebut landas kontinen dalam arti geologis. Landas kontinen dalam pengertian geologis ini tentu saja meliputi seluruh dasar laut dan tanah dibawahnya baik yang terletak dibawah laut teritorial, sebagaimana halnya dengan laut teritorial itu sendiri adalah merupakan wilayah negara, maka hal ini berarti landas kontinen dalam pengertian geologis itu secara yuridis terbagi menjadi menjadi dua bagian yakni yang terletak di bawah laut teritorial dan yang terletak di luar area laut teritorial atau berada di luar kedaulatan negara pantai

Dari bunyi teks Proklamasi Truman dan penjelasan, penjelasan yang menyertainya kiranya jelas bahwa tindakan Pemerintah Amerika Serikat ini bertujuan mengamankan atau mencadangkan kekayaan mineral yang terdapat dalam dasar laut dan tanah dibawahnya yang berbatasan dengan pantai tidak bermaksud mengganggu pelayaran bebas yang terdapat dalam laut lepas. Dengan demikian Proklamasi Truman secara sekaligus memperluas wewenang Amerika Serikat untuk mengambil kekayaan alam dari dasar laut yang berbatasan dengan pantainya termasuk tanah yang ada di bawahnya sambil tetap mempertahankan kebebasan berlayar yang juga menjadi kepentingan Amerika Serikat dalam perairan di atasnya dengan menegaskan bahwa kedaulatan dan yurisdiksi penuh tetap terbatas pada laut teritorial 3 mil.

Ternyata proklamasi Truman ini tidak menimbulkan protes dari negara-negara lain. Bahkan beberapa negara seperti negara-negara di Amerika Latin justru mengikuti jejak dan langkah Amerika Serikat ini. Bahkan dengan sifat dan corak yang lebih ekstrim. Tiga negara Amerika Latin yaitu, Cilli, Equador dan Peru dalam sidangnya di Cuida- Truillo pada tahun 1952, menyatakan klaim yang sangat ekstrim yaitu area lautan beserta dasar laut dan tanah dibawahnya dalam jarak 200 mil laut dari pantainya berada dibawah kedaulatannya. Tentu saja klaim ketiga negara ini ditentang oleh banyak negara di dunia. Negara-negara lain juga mengikuti jejak Amerika Serikat, namun dengan isi dan rumusan yng sangat berbeda antara satu dengan yang lain.

Apabila diteliti semua tindakan-tindakan sepihak negara-negara bertalian dengan seabed dan subsoil setelah Proklamasi Truman tahun 1945 tentang continental shelf , apakah bentuk atau wujudnya, maka kita dapat menggolongkannya menjadi paling sedikit 4 golongan. Tindakan perluasan yurisdiksi yang ditujukan kepada penguasaanpenguasaan kekayaan alam yang terkandung dalam dasar laut dan tanah dibawahnya (seabed dan subsoil) laut yang berbatasan dengan pantai. Perluasan yurisdiksi atau dalam beberapa hak kedaulatan atas dasar laut dan tanah di bawahnya (seabed and subsoil) daripada continental shelf itu sendiri. Perluasan kedaulatan atas continental shelf dan perairan diatasnya. Perluasan sovereignty atas lautan (dengan atau tanpa menyebutkan continental shelf) hingga suatu ukuran jarak tertentu misalnya 200 mil laut.

Deklarasi Juanda 13 Desember 1957


Kodifikasi Den haag 1930 gagal menetapkan lebar laut teritorial Lebar laut 3 Mil sebagaimana yang terdapat di dalam Territorialle Zee en maritime kringen ordonantie 1939 (18 Agustus 1939, S : 1939 no 442) tidak cukup dan sesuai dengan kebutuhan indonesia yang terdiri atas ribuan pulau Model penarikan garis pangkal yang memungkinkan terdapatnya laut bebas diantar pulau tidak sesuai untuk pertahanan dan keamanan indonesia yang sedang menghadapi Belanda dalam rangka Pembebasan Irian Barat Keptusan MI mengenai Kasus Perikanan Inggris-Norwegia

bahwa segala perairan di, sekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar adaripada wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan nasional yang berada dibawah kedaulatan mutlak daripada Negara Republik Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal asing terjamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penetuan batas laut teritorial yang lebarnya 12 mil yang diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-undang.

Pertimbangan-Pertimbangan yang mendorong Pemerintah RI mengeluarkan pernyataan mengenai wilayah Perairan Indonesia adalah :
(1) Bahwa bentuk geografi RI sbg suatu neg. kepulauan yg terdiri dari beribu-ribu pulau mempunyai sifat dan corak tersendiri yang memerlukan pengaturan tersendiri; (2) Bahwa bagi kesauan wilayah (territorial) NRI semua kepulauan serta laut yg terletak diantaranya harus dianggap sebagai satu kesatuan yg bulat; (3) Bahwa penetapan batas-batas laut teritorial yang diwarisi dari pemerintah kolonial sebagaimana termaktup dalam Territorialle Zee en maritime kringen ordonantie 1939 pasal 1 ayat (1) tidak sesuai lagi dg kepentingan keselamatan dan keamanan NRI; (4) Bahwa setiap neg. yg berdaulat berhak dan berkewajiban utk mengambil tindakan-tindakan yg dipandangnya perlu utk melindungi keutuhan dan keselamatan negaranya.

Konvensi Jenewa 1958


Resolusi MU PBB No. 1105 tangal 24 Feb 1957 Berlangsung dari 24 Feb 1957 sd 27 April 1958 Di Jenewa Dihadiri oleh 86 negara : Keputusan : 1. Laut Teritorial dan Zona Tambahan, 32 pasal, blk 10 Sep 64, rat. 41 neg. 2. Laut Lepas, 37 pasal, blk 30 Sep 1962, rat. 49 neg. 3. Perikanan Dan Kekayaan Hayati Laut Lepas, 22 pasal, blk 20 Maret 1966, rat 32 neg. 4. Landas Kontinen, 15 pasal, blk 10 Juni 1964, rat 49 neg.

Dalam Konvensi Jenewa 1958 gagal ditetapkan lebar laut Teritorial, sehingga menyebabkan diadakannya Konferensi Ke II tahun 1960
Khusus membicarakan lebar laut teritorial 88 negara Keputusan : gagal - Usul 12 mil, 39 suara setuju, 36 menentang, 13 abstain. - Usul 12 mil wilayah perikanan, 38 suara setuju, 32 menentang, 18 abstain. - Usul 6 mil LT ditambah 6 Mil ZEE, 54 suara setuju, 28 menentang, 5 abstain dan I absen.

Karena gagal, Indonesia setelah menunggu 2 tahun sejak deklarasi Juanda 1957,

Selesai

Das könnte Ihnen auch gefallen