Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pendahuluan
Penyulit(komplikasi)
yang terjadi selama perioperatif dapat dicetuskan oleh tindakan bedah, anestesia dan atau kondisi pasien. Komplikasi anestesia dapat berakhir dengan kematian atau cacat menetap jika tidak dideteksi dan ditolong segera dengan tepat. Komplikasi juga dapat terjadi walaupun manajemen bedah dan anestesi sudah dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan mengatasi komplikasi anestesia tergantung dari deteksi dini dan kecepatan dilakukan tindakan koreksi untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.
Komplikasi Kardiovaskular
Hipotensi Aritmia Iskemia
dan hipertensi
miokard
Hipotensi
Tujuan manajemen pasien dengan resiko hipotensi dan hipertensi adalah perubahan TD tidak > 20% TD awal. Etiologi : Hipovolemia( pre anestesia, perdarahan bedah) Obat Anestetika (induksi, pelumpuh otot) : overdosis pada bayi, orang tua atau penderita dengan keadaan umum yang kurang baik. Analgesia spinal mencapai blok tinggi.
Hipertensi
Etiologi : Anestesia ringan : analgesia dan hipnosis tidak adekuat, batuk, tahan nafas dll. Penyakit hipertensi : tidak diterapi, terapi tdk adekuat atau tidak terdiagnosis Hiperkapnia : ventilasi tdk adekuatCO2
Aritmia
Etiologi Tindakan bedah :bedah mata, traksi mesenterium, dilatasi anus Pengaruh metabolisme :hipertiroidi, hiperkapnia, hipo/hiperkalemia Penyakit tertentu : penyakit jantung bawaan, penyakit jantung koroner Pengaruh obat tertentu: atropin, halotan, adrenalin
Iskemia miokard
Perubahan kardiovaskular ( bradikardi,takhikardi, perubahan TD dan iskemia) sering terjadi selama pembedahan. Signifikan merupakan penyebab kematian perioperatif. Meskipun jarang, kematian biasanya terjadi akibat infark miokard, gagal jantung kongestif atau aritmia maligna. Morbiditas jantung perioperatif dipengaruhi oleh peningkatan tonus simpatis, hipercoagulan dan takhikardi
Komplikasi Respirasi
Obstruksi
jalan nafas Hipoksia dan hipoventilasi Asma Aspirasi paru Sleep Apnea Cedera Orofaringeal
Obstruksi jalan nafas pada pasien tidak sadar pada umumnya terjadi berhubungan dengan jatuhnya lidah. Laringospasme, oedema glottis,hipersekresi,muntahan, darah atau hematoma di daerah leher.
Penyebab hipoksia perioperatif termasuk rendahnya konsentrasi inpirasi oksigen, hipoventilasi, penurunan signifikan curah jantungatau hemoglobin. Hipoventilasi(PaCO2 > 45 mmHg) dapat terjadi karena sisa dari efek obat anestesi,opioid,pelumpuh otot,obesitas, atau obstruksi jalan nafas.
Asma
Asma adalah gangguan kronis pada saluran trakheobronchial, akibat dari inflamasi kronis mukosa pernafasan dan konstriksi intermiten dari bronkhiolus sebagai respon terhadap rangsang antigenik atau non antigenik seperti dingin atau aktivitas. Jika tanda asma berat muncul, sebaiknya operasi ditunda untuk menghindari status asmatikus dan ketidakmampuan memberikan ventilasi. Terapi asma pada pasien dilanjutkan sampai menjelang operasi.
Aspirasi paru
Aspirasi paru dari isi lambung dapat mengakibatkan cedera paru sedang-berat, dan dapat berlanjut menjadi pneumonitis kimiawi atau pneumonia. Beratnya cedera paru bergantung pada volume, keasaman dan bahan partikel yang terkandung. Resiko tinggi pada : wanita hamil,obesitas,pasien hernia hiatual. Untuk mengontrol resiko aspirasi dengan antagonis reseptor H2.
Sleep Apnea
Obstructive Seep Apnea (OSA) adalah hilangnya aliran udara pernafasan dalam 10 detik yang mengakibatkan hipoksemia,meskipun usaha nafas berlanjut, terjadi 5x atau lebih dalam 1jam. Terjadi karena obstruksi jalan nafas meskipun pusat pengaturan pernafasan di sentral normal. Predisposisi : morbid obesitas, lingkar leher yang besar,hipertropi tonsil dan kelainan maxillofacial.
Cedera Orofaringeal
Cedera dapat terjadi selama prosedur manajemen jalan nafas. Yang paling umum adalah cedera gigi saat laringoskopi dan intubasi endotrakheal. Faktor resiko : ukuran dan tekanan pipa endotrakheal, wanita,usia,tiroid,waktu intubasi,penggunaan NGT.
Komplikasi Neurologis
Konvulsi
Beberapa jenis kontraksi abnormal otot dapat terjadi selama anestesia, seperti klonus.
Terapi : 1. Hentikan agen penyebab dan O2 ditinggikan. 2. Berikan antikonvulsi seperti valium, tiopental . 3. Jika suhu tubuh naik, kompres es atau alkohol.
Terlambat sadar
Penyulit ini dapat disebabkan : Kelebihan dosis premedikasi,anestesia atau obatobat lain selama anestesia, misalnya opioid. Gangguan fisiologi selama anestesia, misalnya hipoksia. Gangguan akibat pembedahan, misalnya syok, emboli lemak. Gangguan endokrin, misalnya hipoglikemia Interaksi obat.
Komplikasi Lainnya
Menggigil Mimpi buruk Sadar selama operasi Kenaikan suhu tubuh Hipersensitif
Menggigil
Etiologi Anestesia dengan tiopental, halotan atau enfluran. Reaksi tubuh terhadap suhu kamar operasi yang rendah. Aliran gas diberikan terlalu tinggi hingga pengeluaran panas tubuh melalui ventilasi meningkat.
Mimpi buruk
Etiologi Obat anestesia dapat memberi komplikasi mimpi yang tidak enak. Dapat dicegah dengan premedikasi diazepam
Hipertermia maligna.
Merupakan keadaan krisis hipermetabolik dimana suhu tubuh naik > 2 derajat Celcius dalam waktu 1 jam. Angka kejadian komplikasi ini jarang, yaitu 1 : 50.000 pada penderita dewasa dan 1 : 25.000 pada anakanak, tetapi jika terjadi angka kematiannya cukup tinggi yaitu 60%.
Hipertermia maligna.
Etiologi masih diperdebatkan, tetapi telah banyak dikemukakan bahwa kelainan heriditer, karena adanya cacat (defek) pada ikatan kalsium dalam retikulum sarkoplasma otot atau jantung. Adanya pacuan (triger) tertentu akan menyebabkan keluarnya kalsium tersebut dan masuk ke dalam sitoplasma kontraksi miofibril hebat, penumpukan asam laktat dan karbon dioksid, meningkat kebutuhan oksigen, asodosis metabolik dan pembentukan panas.
Gejala klinis
kenaikan suhu mendadak, tonus otot bertambah, takikardia, takhipne, kulit kemerahan, asidosis, hiperkalsemia, tetani, mioglobinuria, gagal ginjal dan gagal jantung.
Terapi
Hentikan pemberian obat anestetika dan berikan O2 100% Seluruh tubuh di kompres es atau alkohol, kalau perlu lambung dibilas dengan larutan NaCl dingin. Pemeriksaan gas darah segera dilakukan. Koreksi asidosis. Koreksi hiperkalemia dengan glukose dan insulin Kortikosteroid dosis tinggi diberikan I.V. Terapi spesifik : Dantrolene i.v. 1-2 mg/kg BB dapat diulang tiap 5-10 menit dan maksimum 10 mg/kg BB.
Hipersensitif
Dapat terjadi pada setiap pemberian obat termasuk obat yang digunakan dalam anestesia. Komplikasi sering terjadi pada pemberian induksi intravena dan obat pelumpuh otot. Gejala klinis 1. Kulit kemerahan dan timbul urtikaria. 2. Muka menjadi sembab. 3. Vasodilatasi, tetapi nadi kecil dan sering tak teraba, sampai henti jantung. 4. Bronkospasme. 5. Sakit perut, mual dan muntah kadang diare.
Terapi
Hentikan pemberian obat anestetika. RJP kalau terjadi henti jantung. Adrenalin 0,3 - 0,5 cc (1 : 1000) I.V. atau intratrakea. Steroid, aminofilin atau vasopresor dipertimbangkan pada keadaan tertentu. Percepat cairan infus kristaloid Hentikan operasi sampai teratasi.
Semoga sukses