Sie sind auf Seite 1von 3

http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?

menu=bmpshort_detail2&ID=282 {Mei 29, 2010} KARAKTERISTIK DAN PENDIDIKAN ANAK TUNA RUNGU Pengertian dan Klasifikasi, Penyebab serta Cara Pencegahan Terjadinya Tunarungu Istilah tunarungu digunakan untuk orang yang mengalami gangguan pendengaran yang mencakup tuli dan kurang dengar. Orang yang tuli adalah orang yang mengalami ke hilangan pendengaran (lebih dari 70 dB) yang mengakibatkan kesulitan dalam mempr oses informasi bahasa melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pe mbicaraan orang lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar. Orang yang kurang dengar adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (se kitar 27 sampai 69 dB) yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa sehingga dapat mema hami pembicaraan orang lain. Ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Tunarungu Ringan (Mild Hearing Loss) Tunarungu Sedang (Moderate Hearing Loss). Tunarungu Agak Berat (Moderately Severe Hearing Loss) Tunarungu Berat (Severe Hearing Loss) Tunarungu Berat Sekali (Profound Hearing Loss) Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai beriku t. Ketunarunguan Prabahasa (Prelingual Deafness) Ketunarunguan Pasca Bahasa (Post Lingual Deafness) Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat di-k lasifikasikan sebagai berikut. Tunarungu Tipe Konduktif Tunarungu Tipe Sensorineural Tunarungu Tipe Campuran Berdasarkan etiologi atau asal usulnya ketunarunguan diklasifikasikan sebagai be rikut. Tunarungu Endogen Tunarungu Eksogen Penyebab Terjadinya Tunarungu Penyebab Tunarungu Tipe Konduktif: Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkan antara l ain oleh: tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus akustikus externus ), dan terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis externa). Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah, yang dapat disebabkan antar a lain oleh hal-hal berikut: Ruda Paksa, yaitu adanya tekanan/benturan yang keras pada telinga seperti karena jatuh tabrakan, tertusuk, dan sebagainya. Terjadinya peradangan/inpeksi pada telinga tengah (otitis media). Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes. Tympanisclerosis, yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur pada gendang dengar (me mbran timpani) dan tulang pendengaran. Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya tulang penden garan yang dibawa sejak lahir. Disfungsi tuba eustaschius (saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah den gan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada nasopharynx. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural Disebabkan oleh faktor genetik (keturunan), Disebabkan oleh faktor non genetik antara lain: Rubena (Campak Jerman) Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak.

Meningitis (radang selaput otak ) Trauma akustik Cara Pencegahan Terjadinya Tunarungu Pada saat sebelum nikah (pra nikah) antara lain: menghindari pernikahan sedarah atau pernikahan dengan saudara dekat; melakukan pemeriksaan darah; dan melakukan konseling genetika. Upaya yang dapat dilakukan pada waktu hamil,antara lain: menjaga kesehatan dan m emeriksakan kehamilan secara teratur; mengkonsumsi gizi yang baik/seimbang; tida k meminum obat sembarangan; dan melakukan imunisasi tetanus. Upaya yang dapat dilakukan pada saat melahirkan, antara lain: tidak menggunakan alat penyedot dan apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simplek pada daerah vaginanya,maka kelahiran harus melalui operasi caesar. Upaya yang dapat dilakukan pada masa setelah lahir antara lain: melakukan imunis asi dasar serta imunisasi rubela yang sangat penting, terutama bagi wanita; menc egah sakit influenza yang terlalu lama (terutama pada anak); dan menjaga telinga dari kebisingan. Kegiatan Belajar 2 Karakteristik Anak Tunarungu Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarung u cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat ver bal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut : Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dal am kemampuan berkomunikasi. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya me reka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya me nye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada aku/ego , sehingga kalau ad a keinginan, harus selalu dipenuhi. Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia terga ntung pada orang lain serta kurang percaya diri. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu bend a atau pekerjaan tertentu. Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa bany ak nuansa. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam m emahami pembicaraan orang lain. Karakteristik tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut. Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lin cah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sam a dengan orang yang normal lainnya. Kegiatan Belajar 3 Kebutuan Pendidikan dan Layanan Anak Tunarungu Sebagaimana anak lainnya yang mendengar, anak tunarungu membutuhkan pendidikan u ntuk mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Di samping sebagai kebutuhan, pemberian layanan pendidik an kepada anak tunarungu, didasari oleh beberapa landasan, yaitu landasan agama, kemanusiaan, hukum, dan pedagogis. Ditinjau dari jenisnya, layanan pendidikan terhadap anak tunarungu, meliputi lay anan umum dan khusus. Layanan umum merupakam layanan yang biasa diberikan kepada anak mendengar/normal, sedangkan layanan khusus merupakan layanan yang diberika n untuk mengurangi dampak kelainannya, yang meliputi layanan bina bicara serta b ina persepsi bunyi dan irama.

Ditinjau dari tempat sistem pendidikannya, layanan pendidikan bagi anak tunarung u dikelompokkan menjadi sistem segregasi dan integrasi/terpadu. Sistem sgregasi merupakan sistem pendidikan yang terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak mendengar/normal. Tempat pendidikan bagi anak tunarungu melalui sistem ini meliputi: sekolah khusus (SLB-B), SDLB, dan kelas jauh atau kelas kunjung. Siste m Pendidikan intergrasi/terpadu, merupakan sistem pendidikan yang memberikan kes empatan kepada anak tunarungu untuk belajar bersama anak mendengar/normal di sek olah umum/biasa. Melalui sistem ini anak tunarungu ditempatkan dalam berbagai be ntuk keterpaduan yang sesuai dengan kemampuannya. Depdiknas (1984) mengelompokka n bentuk keterpaduan tersebut menjadi kelas biasa, kelas biasa dengan ruang bimb ingan khusus, serta kelas khusus. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan strategi pem belajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak mendengar/normal, akan tet api dalam pelaksanaannya, harus bersifat visual, artinya lebih banyak memanfaatk an indra penglihatan siswa tunarungu. Pada dasarnya tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran siswa tunarungu sama dengan siswa mendengar atau normal, yaitu untuk mengukur tingkat penguasaan mat eri pelajaran, serta untuk umpan balik bagi guru. Kegiatan evaluasi bagi siswa t unarungu, harus memperhatikan prinsip-prinsip: berkesinambungan, menyeluruh, obj ektif, dan pedagogis. Sedangkan alat evaluasi secara garis besar dibagi atas dua macam, yaitu alat evaluasi umum yang digunakan dalam pembelajaran di kelas bias a dan alat evaluasi khusus yang digunakan dalam pembelajaran di kelas khusus dan ruang bimbingan khusus.

Das könnte Ihnen auch gefallen