Sie sind auf Seite 1von 3

Perbedaan Itu Rahmat Oleh: Asep Irmansyah, S.Th.

I (Staf Pengajar MTs Persis 192 Pasirsalam Banyuresmi Garut)

Manusia diciptakan berbeda-beda suku, bahasa, budaya, maupun adat istiadat. Perbedaan itu merupakan fitrah dari Allah Swt. yang patut disyukuri, karena dengan perbedaan hidup menjadi indah dan lebih berirama. Coba bayangkan apabila di satu bangsa mempunyai suku, bahasa, maupun budaya yang sama! Dimana letak keserasian dan keseimbangan dalam menjalani kehidupan?. Dalam lingkup keluarga saja pasti terdapat perbedaan maupun kesenangan satu sama lain. Ayah senang makanan pedas, Ibu sukanya yang asin-asin, kakak lebih menyukai makanan yang manis-manis, dan sang adik menyukai semua jenis dan rasa dari suatu makanan maupun minuman. Apakah sang Bapak bisa memaksakan kehendak pada anakanaknya untuk menyukai makanan yang pedas-pedas? Sedangkan sang anak sekalipun dipaksa tetap tidak suka. Pemaksaan kehendak tidaklah baik, sebab itu sama saja dengan pengekangan terhadap ekspresi dan kesenangan suatu individu. Gambaran di atas sejatinya menjadi hikmah bagi kita semua, betapa kita harus menghargai segala perbedaan-perbedaan yang ada. Kebenaran bukan manipulasi satu individu, tapi kebenaran ada pada individu-indivu yang lain. Kita terkadang menutup mata akan kebenaran dari seseorang karena besarnya kebencian dan kedengkian kita. Seolah kita merasa paling benar dan orang lain salah. Apakah sikap semacam ini bagian dari ajaran Islam?. Kita dituntut untuk bersikap arif, dewasa, dan bijaksana dalam menyikapi setiap perbedaan. Perbedaan adalah rahmat, anugerah yang selamanya harus kita jaga dan kita hargai. Ibarat sebuah Grup Musik, disana ada Guitar, Bass, Drum, Piano dan Vokalis, semuanya berbeda dalam hal nada maupun suara. Tapi, disaat semua itu disatukan dalam sebuah Grup Band, terasa indah, harmonis dalam satu nada dan irama. Grup Band Wali, Padi, Soneta Grup dan sejenisnya, bukankah itu berangkat dari semua jenis alat musik yang berbeda? Apakah bisa dipaksakan suara Bass harus sama dengan Piano? Suara Drum kudu persis dengan suara Guitar?. Tentu saja tidak. Tamtsil di atas memberikan gambaran pada kita, bahwa perbedaan itu pasti ada dalam segala hal. Salah satunya perbedaan dalam menentukan awal 1 Syawal 1432 H kemarin. Disaat Muhammadiyah menetapkan Iedul Fitri pada Selasa, 30 Agustus 2011, apakah dengan serta merta kita membabi buta menolaknya, karena Pemerintah melalui kementrian Agama RI

menetapkan 1 Syawal pada Rabu 31 Agustus?. Ataupun sebaliknya, mereka yang tidak merayakan Iedul Fitri pada hari Selasa di cap sebagai bukan ummat Muhammad?. Tentunya kita tidak berharap demikian. Sebab, baik Muhammadiyah maupun Pemerintah menetapkan 1 Syawal berdasar pada argumentasi masing-masing yang sekali lagi harus kita hargai. Yang merayakan Iedul Fitri pada hari Selasa silahkan, melaksanakan pada hari Rabu pun tidak dilarang. Sebab, penentuan kedua hari itu adalah hasil ijtihad, dimana benar mendapat dua pahala, dan apabila salah mendapat satu pahala. Yang lebih penting adalah, jangan sampai karena berbeda menyebabkan terputusnya tali silaturrahmi dan rasa kebersamaan diantara sesama muslim. Satu sama lain tidak saling menyapa, enggan untuk bersalaman, karena bukan golongan dan kelompok kita. Kalau sampai hal ini terjadi, alamat kehancuran Islam. Siapa yang diuntungkan? Tentunya orangorang yang senang melihat ummat Islam gontok-gontokkan, berselisih paham, dan saling menghujat. Sekali lagi, perbedaan adalah rahmat, ia adalah fitrah yang senantiasa akan ada mengiringi aktivitas kehidupan manusia. Perbedaan tidak perlu dibesar-besarkan, sebab ia akan merugikan kita sebagai ummat Islam. Apa untungnya kita berselisih paham? Dimana manfaatnya kita saling menyalahkan?. Pada akhirnya, kita dituntut untuk bisa menghargai pendapat orang lain sekalipun berbeda pandangan dengan kita. Marilah bersikap legowo, menerima, dan tanpa ada pemaksaan kehendak pada mereka yang berbeda. Bersikaplah dewasa, sebab ummat harus dicerdaskan untuk bersikap lebih bijaksana dalam menyikapi perbedaan. Mari kita manfaatkan momentum Hari Raya untuk saling memaafkan dan lebih merekatkan tali silaturrahmi diantara kita. Singkirkan egoisme dan perbesar rasa persaudaraan dan kasih sayang. Buang jauh-jauh perasaan benci, dengki serta iri hati. Saatnya kita untuk bersama-sama membangun dan membentengi akhlaq serta aqidah ummat. Masih banyak medan jihad yang harus kita selesaikan dan perjuangkan, baik di bidang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya maupun lainnya. Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1432 H, semoga Allah Swt menerima amal ibadah kami dan kamu sekalian. Mudah-mudahan derajat Muttaqien sebagai tujuan akhir dari pelaksanaan ibadah shaum di bulan Ramadhan dapat kita raih. Amien....

Asep Irmansyah, S.Th.I Kp. Nyalindung RT 02 RW 12 Desa Sirnagalih Bayongbong Garut HP: 082118678298

Das könnte Ihnen auch gefallen