Sie sind auf Seite 1von 11

TRANSFUSI DARAH (dr. Marina M.

Ludong, SpPK) Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Beberapa pengertian yang berkaitan dengan transfusi darah, Upaya kesehatan transfusi darah Segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang mencakup kegiatan pengerahan penyumbang darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan dan penyampaian darah kepada pasien melalui saranan pelayanan kesehatan. Transfusi darah Tindakan medis memberi darah kepada penderita yang darahnya telah tersedia dalam kemasan yang memenuhi syarat kesehatan dan diberikan secara langsung atau tidak langsung. Donor darah/penyumbang darah Orang yang secara sukarela memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfusi darah. Unit transfusi darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) Unit penyelenggara pengolahan transfusi darah pada palang merah Indonesia. Bank Darah Tempat pelayanan, penyimpanan dan pengamanan darah di Rumah sakit. Rangkaian kegiatan transfusi darah mencakup; 1. Pengambilan darah 2. Pengamanan (mencakup: pengamanan penyumbang darah, pengamanan darah, pengamaban petugas, dan pengamanan lingkungan.) 3. Pengolahan darah 4. Penyimpanan darah 5. Penyampaian darah ad. 1. Pengambilan darah Darah dapat diambil dari penyumbang darah sukarela yang telah memenuhi persyaratan tanpa memandang bangsa, agama, suku atau warna kulit. Penyumbang darah hendaknya diberitahu tentang resiko yang berkaitan dengan tindakan tersebut. Pencatatan identitas penyumbang darah harus lengkap, Nama, umur, Jenis kelamin Alamat

Golongan darah Kadar hemoglobin, tekanan darah, Berat Badan

Pengambilan darah harus dilakukan secara aseptis menggunakan alat-alat steril. Darah dapat ditampung dalam kantong darah tunggal, kantong darah ganda. Bila pengambilan darah gagal, pengambilan ulang hendaknya dilakukan dengan jarum/ kantong darah yang baru. Jumlah antikoagulan harus disesuaikan dengan jumlah darah yang akan diambil. Label kantong darah harus lengkap memuat, nomor kantong Golongan darah Tanggal pengambilan Tanggal kadaluarsa Suhu penyimpanan Segera setelah pengambilan, darah disimpan pada suhu 2 - 6C, kecuali darah yang akan diolah menjadi trombosit pekat (Trombocyte Concenterate) harus disimpan pada suhu 20 24C sampai pengolahan selesai, maksimal 6 jam. Pengambilan darah/komponen darah untuk tujuan pengobatan dilakukan atas permintaan dokter yang merawat pasien. Ad.2. Pengamanan Pengamanan Penyumbang darah Untuk menjaga keamanan dari penyumbang darah (pedonor) diharuskan untuk melakukan pemeriksaan fisik oleh dokter dan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan ketentuan seperti berikut: Umur berkisar antara 17 60 tahun Berat badan minimal 45 Kg Kadar hemoglobin minimal 12.5 g/dL Tekanan darah sistolik berkisar antara 100 180 mmHg dan diastolik 50 100mmHg Tidak menderita sakit jantung, hati, paru, ginjal, kencing manis, penyakit perdarahan, kejang-kejang, kanker, penyakit kulit kronis Khusus untuk pedonor wanita tidak sedang haid, hamil atau menyusui Penyumbang darah wanita dapat menyumbang darah setelah 6 bulan setelah melahirkan atau 3 bulan setelah berhenti menyusui Perlu diperhatikan jjarak antara waktu penyumbangan darah minimal 8 minggu setelah waktu penymbangan darah yang terakhir (maksimal 5 kali dalam setahun). Pedonor dengan berat badan 45 Kg dapat menyumbangkan darah sebanyak 250 mL setiap kali penyumbangan dan berat badan lebih dari 55 kg dapat memberikan 450 mL darah setiap kali penyumbangan. Setelah pengambilan darah pedonor harus diawasi selama kurang lebih satu jam untuk menjaga hal-hal yang tidak dinginkan.

Pengamanan Darah / Komponen Darah Untuk menjaga keselamatan pasien(resipien) serta mencegah penularan penyakit akibat transfusi darah, maka calon penyumbang darah tidak diperkenankan menyumbangkan darahnya bila: - kulit ditempat pengambilan darah tidak sehat - pernah mendapat transfusi darah dalam waktu 6 bulan terakhir - pernah mendapat serangan malaria dalam 3 tahun terakhir - pernah mendapat imunisasi dengan virus yang dilemahkan dalam 2 minggu terakhir - pernah digigit binatang yangmenderita rabies dalam waktu satu tahun terakhir, - pernah mendapat Hepatitis imunoglobulin dalam waktu 1 tahun terakhir - pernah mendapat vaksin Rubella dalam 4 minggu terakhir - pecandu narkotik / alkohol - makan aspirin 3 hari terakhir (khususnya untuk transfusi konsentrat trombosit) Setiap kantong darah dan komponen darah harus ada identitas jelas yang meliputi jenis darah, nomor kantong darah, golongan darah, tanggal pengambilan, tanggal kedaluwarsa, jenis antikoagulan, hasil pemeriksaan serologis dan suhu simpan. Pada kantong darah harus ada tanda tangan petugas dan sistem penomoran kantong yang dapat memungkinkan penelusuran bila diperlukan. Identitas pada etiket botol contoh darah, komponen darah dan kantong darah asal harus diperiksa kesesuaiannya. Tulisan pada etiket/label harus jelas dan tidak luntur. Sebelum darah disimpan harus ditetapkan dahulu golongan darah A-B-O dan Rhesusnya. Pemeriksaan golongan darah minimal dilakukan 2 kali yaitu pada saat penyumbangan darah dan pada saat akan dilakukan pemeriksaan reaksi silang untuk mendapatkan darah yang cocok serasi. Pemeriksaan HbsAg , anti HCV dan HIVserta uji serologis sifilis harus dilakukan. Hanya darah yang memberikan hasil negatif yang boleh dikeluarkan untuk keperluan transfusi. Contoh darah dari penyumbang darah dan pasien harus disimpan pada suhu 4C sekurang-kurangnya untuk 5 hari, guna pemeriksaan ulang bila terjadi reaksi transfusi. Pengamanan Petugas Darah dan komponennya mungkin mengandung bahan yang infektius, karena itu harus ditangani secara legeartis. Petugas harus menggunakan peralatan / sarana yang dapat melindungi diri dari kemungkinan mendapat penularan penyakit. Pengamanan Lingkungan Darah atau komponnen darah atau contoh darah yang dapat menularkan penyakit hendaknya dibuang kedalam septik tank khusus atau dibakar. Ad. 3. Pengolahan Darah
3

Darah lengkap dapat diolah menjadi komponen-komponen sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cell concentrate), Plasma Cair (Single Donor Plasma), Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma), Thrombosit Pekat (Thrombocyte Concentrate), Leukosit Pekat (Leucocyte Concentrate), dan Kriopresipitat (Cryoprecipitate). Pengolahan darah harus dilakukan secara aseptis dengan menggunakan alat alat steril. Dalam menyiapkan darah lengkap, Sel Darah Merah Pekat, Sel Darah Merah yang telah dicuci, dan Granulosit Pekat yang aman dan siap pakai untuk transfusi harus dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pasien, pemeriksaan ulang golongan darah ABO pedonor, pemeriksaan ulang golongan darah Rhesus pedonor, pemeriksaan reaksi silang 3 fase antara darah pasien dengan darah donor. Darah yang diberikan pada penderita harus darah yang cocok serasi (compatible ). Dalam keadaan darurat dimana penundaan transfusi darah akan membahayakan jiwa penderita, darah dapat diberikan tanpa memperhatikan ketentuan diatas tadi atau bila masih memungkinkan darah dapat diberikan apabila telah ditetapkan bahwa golongan darah ABO dan Rhesus pasien dan donor sama dengan hasil reaksi silang fase pertama negatif. Ad 4. Penyimpanan Darah Penyimpanan darah dan komponen darah harus diperhatikan suhu dan waktu penyimpanan. Umumnya penyimpanan memakai lemari pendingin/kamar pendingin dengan suhu berkisar antara 2C - 6C . Kamar pendingin /lemari pendingin harus dilengkapi dengan termometer dan kipas. Termometer untuk memonitor suhu dalam ruangan pendingin sedangkan kipas untuk meratakan suhu dalam ruang pendingin tersebut. Lemari pendingin harus bersih dan harus ada tanda yang jelas menunjukkan pembagian ruang untuk penempatan darah atau komponen darah yang sudah / belum dilakukan reaksi silang, darah yang dikembalikan, darah titipan , contoh darah dan reagensia. Ad 5. Penyampaian / pendistribusian darah Darah yang didistribusikan adalah darah yang sudah jelas identitasnya. Pada label kantong darah telah tercantum jenis darah, nomor kantong darah, golongan darah, tanggal pengambilan, tanggal kadaluarsa, suhu penyimpanan, hasil pemeriksaan serologik. Pencatatan nomor kantong darah yang dikirim harus jelas, untuk memudahkan penelusuran bila diperlukan. Suhu selama waktu pengiriman harus diperhatikan, untuk pengiriman darah lengkap dan semua komponen cair sel darah merah harus dipertahankan antara 2C - 10C; trombosit diusahakan pada suhu 20 C -24C; plasma segar beku dan kriopresipitat dikirim dalam keadaan beku. Bahan Transfusi : Bahan untuk transfusi bisa berupa: Darah lengkap Komponen-komponen darah

Darah lengkap Berisi sel darah merah, leukosit, trombosit dan plasma. Suhu simpan untuk darah lengkap berkisar 2C - 6C, lama simpan tergantung antikoagulan yang dipakai. Menurut masa simpan in vitro darah lengkap dapat dibedakan atas beberapa macam: - Darah segar: darah yang berumur simpan sampai 2 X 24 jam (masih mengandung trombosit dan faktor pembekuan labil yang cukup untuk terjadinya proses pembekuan) - Darah baru: Darah dengan masa simpan sampai dengan 4 5 hari, masih mempunyai DGP yang cukup unutk pasien yang memerlukan resusitasi cepat. - Darah simpan: darah simpan sampai tanggal kadaluarsa, berguna untuk meningkatkan eritrosit saja. Secara ilmiah sangat sedikit alasan yang dapat membenarkan pemakaian darah segar. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada perdarahan aktif dengan kehilangan darah lebih dari 25 30% volume darah total. Pada penderita dewasa, 1 kantong darah lengkap yang berisis 450 mL darah diperkirakan dapat menaikan kadar Hb sebanyak 0,9 0.12 g/dL atau menaikan Hematokrit sebanyak 3 4 %. Komponen darah Komponen darah ialah bagian darah yang dipisahkan dengan cara fisik/mekanik (misalnya dengan cara pemutaran). Fraksi plasma ialah derivat plasma yang diperoleh dengan cara kimia ( misalnya dengan ethanol). Istilah produk darah adalah, istilah umum yang mencakup kedua istilah komponen darah dan fraksi plasma. Macam komponen darah Seluler : - Packed Red Cell (PRC) - Washed Packed Red Cell - Leucocyte poor PRC - Frozen-thawed deglycerolized PRC - Thrombocyte concentrate - Leucocyte concentrate Non Seluler : - Fresh Frozen Plasma - Single Donor Plasma - Cryoprecipitate (anti hemofilia faktor)

Macam derivat plasma - Albumin - Immunoglobulin - Faktor VIII pekat - Faktor IX pekat - Dan lain-lain.

Kegunaan masing-masing komponen Packed Red Cell (PRC) / Sel Darah Merah Indikasi : - memperbaiki oksigenasi Keuntungan : 1. Plasma dikurang/tidak ada sehingga beban sirkulasi berkurang 2. Penyakit ginjal dengan pemberian protein yang dibatasi 3. Kemungkinan reaksi alergi berkurang 4. Mengurangi pembentukan zat anti yang tidak diharapkan, misalnya : anti leukosit, anti trombosit. Trombosit Indikasi: - Trombositopenia dengan perdarahan Yang harus diperhatikan pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat terbentuk anti trombosit. Sehingga pada pemberian berikutnya trombosit akan segera dihancurkan. Plasma & Fraksi-fraksi plasma Indikasi: - memperbaiki volume darah - mengganti protein yang terbuang - mengganti faktor-faktor tertentusperti, globulin, AHF ?(anti haemophilic factor) Leukosit Indikasi: Leukopenia (jumlah leukosit kurang dari 500/uL) yang mendapatpengobatan antibiotika tetapi tidak efisien. Pengawet darah untuk transfusi Dengan meningkatnya kebutuhan akan darah untuk transfusi, maka teknik penyimpanan sel darah invitro terus dikembangkan. Untuk penyimpanan sel darah untuk waktu lebih lama diperlukan suatu pengawet darah yang selain untuk mencegah terjadinya pembekuan darah juga dapat mengurangi perubahan-perubahan yang terjadi pada sel darah selama disimpan, karena suasana invitro sangat berbeda dengan lingkungan invivo. Pengawet darah untuk transfusi terdiri dari zat antikoagulan dan bahan dasar metabolisme sel. Antikoagulan yang dipakai dalam transfusi darah ialah Sodium Sitrat dan Heparin. Kedua zat ini aman unutk transfusi darah. Adapun anti-koagulan lain seperti oksalat, sodium fluorida, EDTA dan lain-lain tidak dipakai untuk keperluan transfusi. Pengawet darah yang banyak digunakanuntuk transfusi saat ini antara lain: - Sodium Sitrat, Dengan konsentrasi 3.4 % - 3.8% yang hanya dapat mengawetkan darah pada suhu 4C, selama 2 3 hari.

Larutan ACD (Acid Citrate Dextrose), dengan menambahkan dextrose, maka simpan darah dapat diperpanjang menjadi 3 minggu. Dextrose merupakan bahan energi untuk sintesa senyawa fosfat organik terutama Difosfogliserat (DPG) dan Adenin Tri Phosphat (ATP). pH larutan ACD ialah 5.0 5.1. Biasanya 67.5 mL larutan ACD dipakai unutk menyimpan 450 mL atau sekitar 35 mL ACD untuk 250 mL darah. Lama simpan darah dalam ACD ialah 3 minggu ( 21 hari ). Larutan CPD ( Citrate Phosohat Dextrose). Komposisinya adalah trisodium sitrat (dihidrat), asam sitrat (monohidrat), sodium dihidrat fosfat dan dextrose. PH larutan CPD dextrose adalah 5.6 5.8. Dengan penambahan senyawa fosfat maka sel darah mendapat tambahan sumber energi. Kondisi darah dalam larutan CPD pada umumnya lebih baik dari pada darah dalam larutan ACD, yaitu hemolisis yang terjadi lebih ringan, ion kalsium yang keluar dari hemolisis yang terjadi lebih ringan, ion kalsium yang keluar dari eritrosit lebih sedikit dan daya hidup sel post transfusi juga lebih baik. Untuk 450 mL darah lengkap diperlukan sekitar 63 ml larutan CPD. Masa simpan darah dalam larutan CPD adalah 21 hari. Larutan CPD A (Citrate Phosphate Dextrose Adenin). Dengan menambahkan Adenin dalam komposisis larutan CPD, masa simpan darah dapat diperpanjang menjadi 35 hari ( 5 minggu). Konsentrasi adenin didalam darah ialah sekitar 0.25 mmol/l, juga aman untuk transfusi tukar pada bayi baru lahir. Toksisitas akan tampak bila transfusi yang diberikan berjumlah 30 kantong darah dimana konsentrasi adenin pada setiap kantong 0.5 mM.

Suhu Simpan: Suhu simpan optimal eritrosit dalam bentuk cair ialah 4C 2C. Pada suhu demikian metabolisme akan diperlambat. Untuk suhu simpan maksimal ialah 10C misalnya selama transportasi. Pada suhu 0C (air membeku) dinding eritrosit akan rusak terjadi hemolisis. Suhu simpan untuk trombosit dan leukosit adalah 20C 2C. Efek transfusi yang tidak diinginkan Reaksi transfusi Pemberian transfusi selalu mengandung resiko, selain penularan bibit penyakit seperti virus hepatitis B, C atau Virus Defisiensi Imun (Human immune deficiency virus = HIV) yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan dan ditakuti, transfusi juga mengandung resiko terjadinya reaksi transfusi. Reaksi transfusi yang mungkin terjadi di antaranya adalah reaksi hemolitik dan reaksi non hemolitik seperti reaksi demam, reaksi alergi. Selain itu transfusi berulang kali dapat menimbulkan berbagai antibodi terhadap komponen lain dalam darah misalnya antibodi terhadap leukosit dan trombosit, bahkan antibodi terhadap protein plasma , diantaranya antibodi terhadap faktor koagulasi. I.Reaksi hemolitik Reaksi transfusi hemolitik terjadi karena antibodi dalam darah resipien menghancurkan eritrosit donor in vivo dan hal ini dapat terjadi intravaskuler atau ekstravaskular. - Hemolisis intravaskular pada umumnya terjadi karena antibodi IgM seperti anti-A, antiB, anti-Le, dan anti P1, dapat mengikat dan mengaktivasi komplemen pada suhu badan. Reaksi transfusi hemolitik intravaskuler merupakan reaksi transfusi yang paling berat,
7

tetapi dengan cara- cara pencegahan pratransfusi hal ini jarang terjadi walaupun kemungkinan masih tetap ada. Reaksi transfusi hemolitik yang lebih sering terjadi adalah reaksi transfusi ekstravaskuler. Dalam hal ini antibodi yang biasanya adalah IgG yang melapisi antigen pada permukaan eritrosit, kemudian eritrosit dihancurkan dalam jaringan RES, terutama dalam limpa dan hati, oleh fagosit dan juga oleh limfosit.

Kedua jenis reaksi transfusi berbeda baik dalam gejala klinis maupun dalam hasil pemeriksaan laboratorium. Pada hemolisis intravaskuler, hemoglobin yang dilepaskan diikat oleh haptoglobin, dibawa ke hati dan dipecah menjadi Fe dan bilirubin. Selain itu heme yang dilepaskan juga dapat diikat oleh albumin menjadi metalbumin atau berikatan dengan hemopeksin yang dibawa ke hati dan dihancurkan di hati. Pada pemeriksaan laboratorium akan dijumpai hemoglobin bebas dalam plasma (hemoglobinemia) atau urin (hemoglobinuria), hemosiderinuria dan penurunan haptoglobin dan hemopeksin, Bilirubin serum dapat juga meningkat. Pada hemolisis ekstravaskuler, reaksi hemolitik baru akan terlihat setelah 3 5 hari tetapi dapat juga sampai 10 hari pascatransfusi. Pemeriksaan laboratorium terutama menunjukkan penurunan hematokrit pasca transfusi dan biasanya uji antiglobulin direk (Coombs test) menunjukkan hasil positif. Beberapa kesalahan yang dapat mengakibatkan reaksi transfusi hemolitik, adalah: 1. penetapan golongan darah yang salah 2. kesalahan administrasi 3. titer antibodi yang sangat rendah pada permulaaan tetapi kemudian terjadi peningkatan titer karena reaksi anamnestik. 4. Eritrosit dengan defek G6PD II.Reaksi nonhemolitik - Reaksi demam. Reaksi demam akibat transfusi dapat diduga bila terjadi kenaikan suhu sebesar 1 selama transfusi tanpa hal lain yang mungkin menyebabkan kenaikan suhu tersebut. Seringkali hal ini terjadi akibat reaksi antibodi terhadap leukosit, trombosit, atau antigen HLA. Antibodi ini bahkan dapat bereaksi dengan fragmen-fragmen yang berasala dari leukosit dan menyebabkan kenaikan suhu. Untuk penderitaan yang memerlukan transfusi leukosit atau trombosit tetapi selalu menunjukkan reaksi demam, sebaiknya diberikan leukosit atau trombosit yang sesuai. - Reaksi alergi Reaksi alergi dapat bervariasi mulai dari gatal-gatal sampai renjatan anafilaktik. Reaksi alergi dapat terjadi bila plasma penderita terdapat antibodi terhadap protein serum donor terutama terhadap imunoglobulin; hal ini dapat dijumpai pada penderita dengan transfusi berulang kali. - Keracunan citrat, oleh karena fungsi hati yang kurang baik - Keracunan kalium, bila memakai darah simpan lebih dari 10 hari - Cardiac arrest

- Acidosis Gejala-gejala reaksi transfusi pada umumnya: - adanya Hemoglobinuria dan hemoglobinemia oleh karena destruksi eritrosit - tanda-tanda shock seperti, menggigil, demam, pucat, berkeringat, tekanan darah menurun, nadi cepat - adanya tanda-tanda Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) - tanda-tanda kegagalan ginjal akut. Tindakan-tindakan bila terdapat reaksi transfusi: - Transfusi distop - Ulangi kembali penggolongan darah dan reaksi silang - Pengujian untuk mendeteksi adanya DIC - Test faal ginjal - Biakan darah donor, untuk mencari adanya kontaminasi dengan mikroorganisme. Pembentukkan antibodi baru a. antibodi terhadap leukosit dan trombosit Pada penderita yang mendapat transfusi berulang kali mungkin dijumpai antibodi terhadap leukosit dan atau antibodi terhadap trombosit, dan tidak jarang disertai anti-HLA. Antibodi terhadap leukosit dibagi dalam golongan antibodi terhadap antigen jaringan termasuk antigen HLA, dan golongan antibodi yang hanya bereaksi dengan sel-sel yang berasal dari seri mieloid khususnya sel polimorfonuklear yang matang. Antibodi terhadap trombosit juga dibagi dalam 2 golongan, yaitu: antibodi yang bereaksi dengan antigen yang terdapat pada sel lain misalnya eritrosit , leukosit, HLA, dan yang hanya bereaksi dengan antigen trombosit spesifik. Aloantibodi terhadap HLA dengan cepat dapat merusak trombosit yang tidak kompatibel. b. antibodi terhadap faktor koagulasi Diketahui dalam plasma banyak mengandung faktor-faktor koagulasi dan bahwa faktor koagulasi ini sering digunakan sebagai terapi bagi penderita defisiensi faktor pembekuan tertentu. Akibat pemberian transfusi faktor koagulasi berulang kali, dalam plasma resipien mungkin timbul antibodi terhadap faktor koagulasi bersangkutan. Perlu diingat baik pembentukkan antibodi terhadap leukosit, trombosit maupun faktor faktor koagulasi akibat transfusi merupakan aloantibodi karena ada keadaan-keadaan tertentu dimana seseorang mempunyai antibodi terhadap leukosit, trombosit maupun

10

faktor faktor koagulasi yang merupakan autoantibodi yang mempunyai arti klinis yang lain. Pemeriksaan Laboratorium sebelum transfusi Reaksi transfusi yang tidak diinginkan dapat dicegah dengan melakukan beberapa tindakan atau pemeriksaan komponen darah baik untuk resipien maupu untuk donor seperti, 1. Pemeriksaan kadar hemoglobin 2. Test serologis untuk mendeteksi kemungkinan penularan syphylis, infeksi HIV dan hepatitis. 3. Memastikan darah donor sesuai dengan darah resipien denga cara: a. penetapan golongan darah ABO, dialkukan baik secara forward grouping maupun secara reverse grouping b. penetapan gilongan darah Rhesus c. Uji silang minor dan mayor 3 fase. Uji Silang Tujuan: mendeteksi semua antibodi yang dapat memperpendek umur sel darah donor (natural Ab dan imun Ab) Prinsip: - Natural Antibodi akan bereaksi pada suhu kamar/rendah dalam media saline - Imune antibodi akan bereaksi pada suhu 37C dalam medium albumin, sangat sensitif dengan serum Coombs Uji silang minor adalah menguji plasma donor terhadap eritrosit resipien. Uji silang mayor menguji eritrosit donor terhadap plasma atau serum resipien. Baik uji silang minor maupun mayor dikerjakan dalam 3 fase pada berbagai lingkungan: Fase I : Fase suhu kamar Dilakukan dalam lingkungan saline dan suhu kamar untuk mencari antibodi komplit (misalnya ABO incompatible) Fase II : Fase inkubasi 37C dalam medium albumin, tujuannya untuk mencari antibodi inkomplit (misalnya Rhesus incompatible) Fase III: Fase Coombs test, dengan antiglobulin serum untuk mencari antibodi inkomplit yang tidak bereaksi dalam medium albumin (misalnya anti Le; anti K) Transfusi dilaksanakan, bila uji silang minor maupun mayor dalam 3 fase memberikan hasil negatif. Reaksi sampingan Donor 1. Reaksi lokal 2. Reaksi umum

10

11

Ad 1. Reaksi lokal a. Hematoma, akibat darah yang keluar dari vena masuk ke jaringansekitarnya akan memperlihatkan warna kebiruan dan rasa sakit Tindakan: angkat pembendung, cabut jarum,. Angkat lengan donor lebih tinggi dari jantung letakkan 3 4 kasa steril diatyas hematoma dan tekan 7 10 menit (kompres es selama 5 menit) b. infeksi c. thromboflebitis lokal d. dermatitis Ad 2. Reaksi Umum Syncope, karena berbagai lasan seperti: takut lihat darah, takut jarum, tunggu terlalu lama, belum makan, menstruasi, terlaluletih, baru sembuh dari sakit, dll. Akan memberikan gejala seperti, pucat, pusing, berkeringat dingin, mual/muntah, hilang kesadaran, buang air besar/kecil yang tidak terkontrol Twiching atau spasme otot Kejang-kejang (jarang terjadi) Emboli udara. Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) Definisi: Suatu penyakit dimana umur eritrosit dari foetus diperpendek oleh suatu serangan antibodi spesifik yang dibuat oleh ibu yang masuk ke dalam peredaran darah foetus melalui plasenta. Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) dapat terjadi karena ketidak sesuaian golongan rhesus atau ABO. Ketidak sesuaian golongan rhesus: Bila Ibu mempunyai golongan Rhesus negatif dan ayah rhesus positif, anak yang dilahirkan kemungkinan mempunyai golongan rhesus positif. Anak pertama akan lahir normal, tetapi pada kehamilan pertama tersebut Ibu telah membentuk anti-D sehingga pada kehamilan berikutnya bila anak yang dikandungnya mempunyai golongan darah rhesus positif akan mengalami HDN. Ketidak sesuaian ABO: 94% kasus terjadi pada ibu dengan golongan darah O, sedangkan bayinya golongan A atau B. Karena ternyata golongan darah O umumnya anti-A dan anti-B adalah IgG.HDN biasanya terjadi mulai pada anak pertama, bahkan anak pertama lebih berat dari anak kedua. Akan tetapi prognosis lebih baik daripada ketidak sesuaian golongan Rhesus.

11

Das könnte Ihnen auch gefallen