Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
I.
Latar Belakang Gedung merupakan salah satu bangunan yang banyak mengkonsumsi energi. Gedung ini banyak dimanfaatkan sebagai tempat perkuliahan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Konsusmsi energi pada setiap bengunan mempunyai standar masing-masing, sehingga perlu dilakukan penghematan dalam hal penggunaan energi listrik maupun yang lainnya. Dalam penggunaan energi yang ada pada bangunan itu terdiri dari beberapa kegunaan yakni untuk penerangan, AC, Chiller, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan konsusmsi energi yang ada pada gedung sangat besar. Untuk itu diperlukan cara-cara penghematan pada konsumsi energi pada gedung dengan cara melakukan audit di bidang energi. Audit tersebut meliputi audit di bidang listrik, penerangan, chiller, AC dan lain-lain. Dalam proses pengauditan bidang energi pada bangunan maka hal yang diproritaskan dalam hal pengauditan yakni di bidang chiller/pendingin dan penerangan, hal tersebut dikarenakan bidang ini mengkonsumsi energi paling besar pada bangunan. Sehingga kemungkinan adanya pemborosan energi itu sangat besar . II. Tujuan 1. Mengetahui kualitas daya listrik. 2. Mengetahui kualitas penerangan pada gedung di PT. TELKOM. 3. Mengetahui efektifitas dan kemampuan kerja peralatan pada pengkondisian udara di gedung TELKOM. Batasan Masalah Pada penyusunan laporan audit ini batasan masalah yang dikemukakan meliputi : 1. Audit energi pada Gedung Kandatel pada sector kelistrikan dan penerangan. 2. Audit energi pada gedung PT.Telkom pada sector chiller. Metodologi 1. Studi literatur berbagai standar relevan dengan pembahasan objek. 2. Pengumpulan data dari data audit yang lalu. Manfaat 1. Dapat mengetahui kualitas dari listrik di gedung kandatel. 2. Dapat mengetahui kualitas penerangan pada gedung kandatel. 3. Dapat digunakan sebagai bahan acuan melakukan penghematan energi. 4. Dapat mengetahui kualitas kinerja dari chiller dari PT.TELKOM. 5. Dapat mengetahui peluang-peluang hemat energi pada chiller apabila ada pemborosan penggunaan energi.
III.
IV.
V.
2.1
Audit Kelistrikan a. Parameter-parameter audit kelistrikan 1. Arus listrik Arus listrik merupakan partikel bermuatan listrik yang mengalir pada suatu penghantar. Arus listrik mempunyai satuan ampere. Alat yang digunakan untuk mengukur arus liatrik adalah amperemeter dan power quality analyzer. Arus listrik yang akan diukur adalah arus linennya. 2. Tegangan listrik Tegangan listrik yaitu beda potensial antara dua penghantar yaitu bermuatan listrik. besaran ini mempunyai satuan volt. Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan adalah voltmeter dan power quality analyzer. Tegangan fasa listrik dibedakan menjadi 2 bagian yaitu tegangan fasa-netral dan fasa-fasa. Tegangan yang akan diukur adalah tegangan fasa netral. Frekuensi merupakan salah satu parameter audit energi listrik. Toleransi frekuensi nominal yang digunakan di Indonesia adalah 0.2 % atau 50 Hz 1 Hz berdasarkan SNI 04-7021.2.1-2004. Daya listrik Daya pada sistem kelistrikan di bagi menjadi 3 bagian yaitu daya aktif, daya reaktif dan daya semu. a. Daya aktif adalah daya sebenarnya yang dibutuhkan oleh beban. Parameter ini dinyatakan dalam satuan watt. P 1 fasa = V L-N x I x cos q (watt) P 3 fasa = 3 x V L-N x I x cos q (watt) Keterangan V L-N = Tegangan fasa netral (V) I = Arus (A) Cos q = faktor daya b. Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan oleh ban induktif. Parameter ini dinyatakan dalam satuan VAR. Q 1 fasa = V L-N x I x Sin Q Q 3 fasa = 3 x V L-N x I x Sin Q c. Daya semu adalah penggabungan antara daya nyata dengan daya reaktif S 1 fasa = V L-N x I S 3 fasa = 3 x V L-N x I
3.
4.
Faktor Daya Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya semu. Penjumlahan daya dilakukan dengan metoda penjumlahan vector, sehingga memunculkan apa yang disebut segitiga daya. Harmonisa Arus dan Harmonisa Tegangan Harmonisa adalah gelombang sinusoidal yang frekuensinya merupakan kelipatan bulat dan fundamentalnya (di luar frekuensi dasar). Harmonisa ini dapat dikatakan sebagai gelombang cacat.
5.
2.2
Audit Pencahayaan 1. Tingkat Pencahayaan a. Definisi Tingkat pencahayaan adalah besarnya cahaya yang dibutuhkan untuk menerangi suatu ruangan. b. Besarnya tingkat pencahayaan Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayahaan rata-rata pada bidang kerja. Tingkat pencahayaan rata-rata Erata-rata (lux), dapat dihitung dengan persamaan : Erata-rata F total (lumen) A Kp Kd c. 1. = = Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja = Luas bidang kerja (m2) = koefisien penggunaan = koefisien depreisiasi (penyusutan)
2.
Daya Pencahyaan Definisi Daya pencahayaan adalah daya listrik yang digunakan untuk pencahayaan dibagi dengan luas ruangan. Besarnya daya pencahayaan Besarnya daya pencahayaan yang ditentukan oleh persamaan : Pc Pc Pt A = = Daya pencahayaan (W/m2) = Daya listrik yang dikonsumsi lampu (W) = Luas ruangan (m2)
2.3
Audit Chiller a. Komponen komponen pada chiller Komponen utama pada chiller adalah evaporator, kondensor, kompresor dan katup ekspansi. Selain itu juga ada komponen-komponen penunjang yaitu pompa dan menara pendingin. 1. Kompresor Kompresor ini memegang peranana yang penting dalam sistem pengkondisian udara. Fungsi kompresor adalah menghisap refrigran bertekanan rendah dari evaporator yang bkemudian menekannya sehingga mempunyai tekanan dan temperatur yang tinggi , dan dialirkan ke kondensor. Pada sistem refrigasi kompresor bekerja membuat perbedaan tekanan sehingga bahan pendingin dapat mengalir dari satu bagian ke bagian yang lain dari sistem.karena adanya perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah maka refrigan cair dapat mengalir melalui alat pengatur refrigran (alat ekspansi) ke evaporator. 2. Kondensor Kondensor merupakan alat yang terjadinya terjadi antara refrigran dan media pendingin. Panas bersuhu tinggi keluar melewati dinding-dinding kondensasi sehingga uap refrigran akan didinginkan menjadi cair. 3.
perpindahan panasyang dari uap refrigran yang kondensor ke media hingga fasanya berubah
Evaporator Evaporator merupakan sebuah alat tempat penguapan refrigran yang berasal dari katup ekspansi. Penguapan ini bertujuan untuk mengambil panas dari bahan atau ruangan yang akan didinginkan 4. Katup ekspansi Katup ekspansi adalah alat kontrol aliran yang mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Mengatur aliran refrigran dari liquid line ke evaporator sesuai dengan laju aliran / penguapan cairan refrigran di evaporator. b. Menjaga beda tekanan di sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. 5. Menara pendingin (cooling tower) Merupakan menara untuk mendinginkan refrigan primer yang dipakai untuk menurunkan temperature refrigran sekunder pada kondensor. 6. Pompa Pompa berfungsi unutk mendistribusikan refrigran sekunder (air). Pompa-pompa ini terdiri dari : a. Cooling water pump (CWP), untuk mensirkulasikan air yang menuju kondensor dari cooling tower.
Audit pada Sektor Publik 4
b. c.
Chilled Water Pump Primer (CHWP), untuk mendistribusikan air dari AHU menuju ke evaporator. Chilled Water Pump Sekunder (CHWPS), untuk mendistribusikan air dari evaporator ke AHU.
b.
Siklus refrigrasi kompresi uap Siklus refrigrasi kompresi uap ideal Untuk sistem yang sederhana (hanya menggunakan komponen utama), siklus sistem refrigasi sederhana dapat digambar sebagian berikut.
Siklus di atas jika digambarkan dalam diagram P-h, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Siklus Refrigasi Kompresi Uap Ideal Audit pada Sektor Publik 5
Keterangan 4 1: Terjadi proses penguapan di evaporator (cair uap) 1 2: Terjadi proses pemampatan di kompresor (uap) 2 3: Terjadi proses pengembunan di kondensor (cair uap) 3 4: Terjadi proses penurunan tekanan yang terjadi di katup ekspansi (cair) c. Rumus perhitungan yang digunakan Penyerapan kalor di Evaporator Refrigran yang melewati evaporator akan dipanaskan hingga menjadi uap, panas tersebut berasal dari ari yang keluar dari AHU setelah menyerap panas dari lingkungan. Jumlah energi yang dilepas oleh air ketika berada di evaporator terhadap refrigran dapat diperoleh dengan persamaan berikut ini: Qe = ve x 8.33 x 60 x SpHt x (Tei Teo)
Dimana Qe = energi yang dilepas air di evaporator (Btu/Jam) SpHt = panas jenis air (Btu/Kg 0F) = 1 Tie = Temperatur air yang masuk ke evaporator (0F) Toe = Temperatur air yang keluar dari evaporator Pelepasan kalor di kondensor Pada kondensor mengalir sejumlah air yang berguna untuk menurunkan temperatur refrigran di kondensor. Persamaan berikut dapat digunakan untuk mengetahui jumlah energi yang diserap oleh air di konsensor. Qk = vk x 8.33 x 60 x SpHt x (Tok Tik )
Dimana Qk = Energi yang dilepas air di kondesor (Btu/Jam) vk = laju air yang melewati kondensor (GPM) SpHt = panas jenis air (Btu/Kg 0F) = 1 Tik = Temperatur air yang masuk ke kondensor (0F) Tok = Temperatur air yang keluar dari kondensor (0F)
Daya motor kompresor Daya kompresor merupakan energi listrik yang dibutuhkan oleh motor penggerak untuk memutar kompresor yang berguna untuk menaikkan tekanan refrigran dikompresor. Rumus di bawah ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan motor penggerak kompresor. Qc
Audit pada Sektor Publik
= 1.732 x V x I x Cos q
6
Dimana Qc = Energi listrik yang dibutuhkan motor penggerak kompresor (W) V = Tegangan motor penggerak kompresor I = Arus penggerak motor kompresor Cos q= faktor daya COP COP atau coefficient of performance meerupakan pendekatan yang dapat diambil untuk melihat kemampuan suatu sistem mesin pendingin. Besaran ini merupakan perbandingan antara kebutuhan energi listrik yan diperlukan dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan. Berikut persamaan untuk menghitung besarnya nilai COP dari suatu sistem pengendalian udara. COP = Qe/ Qc Dimana Qe dalam ton refrigran (TR) Qc dalam kilowatt (kW) Energi balance Energi balance merupakan suatu kesetimbangan energi yang terdapat pada suatu sistem yang merupakan perbandingan antara jumlah energi yang masuk ke sistem dengan jumlah energi yang keluar sistem. Energi balance dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Eb = (Qe + Qc)/Qk (Pita E.G. 1981, Halaman: 353)
3.1 Standar Parameter Dalam Audit 3.1.1. Standar Audit Untuk Audit Kelistrikan Untuk standar audit kelistrikan, parameter-parameter yang diukur dalam audit kelistrikan memiliki standar yang telah ditetapkan. Parameter-parameter tersebut meliputi tegangan, faktor daya, frekuensi, THDi, dan THDv. Sedangkan standar yang digunakan adalah standar dari SNI 04-7021.2.1-2004. Berikut standar yang telah ditetapkan untuk parameter-parameter tersebut.
3.1.2. Standar Audit Untuk Penerangan Dalam penentuan batasan-batasan tentang audit penerangan, maka diberlakukan standar untuk membatasi batasan untuk audit penerangan. Standar yang digunakan untuk audit penerangan di Indonesia yaitu SNI 03-6575,2001. Berikut yang menjadi parameter standar untuk audit penerangan.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fungsi Ruangan Ruang kantor Ruang computer Ruang rapat Gudang arsip Ruang kelas Perpustakaan Laboratorium Koridor Kamar mandi Dapur
Tingkat Pencahayaan (lux) 350 350 300 150 250 300 500 100 250 300
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fungsi Ruangan Ruang kantor Ruang computer Ruang rapat Gudang arsip Ruang kelas Perpustakaan Laboratorium Koridor Kamar mandi Dapur
3.1.3. Standar Audit Chiller Pada audit chiller, salah satu yang menjadi standar acuan dalam proses pengauditan selain dari name plate dari chiller tersebut , standar lain yang digunakan adalah standarstandar yang dikeluarkan oleh badan-badan yang menangani bidang ini. Salah satu standar mengenai chiller ini adalah standar yang dikeluarkan oleh ASHRAE, dan standar mengenai chiller ini tertuang dalam ASHRAE Std. 90.1. Berikut isi dari standar tersebut.
Tabel 3.4 Stndar Untuk Chiller
Equipment Type Air cooled, with condenser, electrically operated Air cooled, with condenser, electrically operated Water cooled, Electrically Operated, Positive Displacement (reciprocating) Water cooled Electrically Operated, Positive Displacement (rotary screw and scroll) Water cooled Electrically Operated, centrifugal
Size Category
All capacities
ARI 550/590
All capacities
4,20 COP 5,20 IPLV 4,45 COP 5,20 IPLV 4,90 COP 5,60 IPLV 5,5 COP 6.15 IPLV 5,0 COP 5,25 IPLV 5,55 COP 5,90 IPLV 6,1 COP 6,40 IPLV
ARI 550/590
<150 Tons 150 Tons <300 Tons 300 Tons <150 Tons 150 Tons <300 Tons 300 Tons
ARI 550/590
ARI 550/590
Air Cooled Absorption Single Effect Water Cooled Absorption Single Effect Absorption Double Effect, Indirect Fired Absorption Double Effect, Direct Fired Keterangan
All capacities
0.6 COP
All capacities
All capacities
All capacities
: COP = kW of Cooling/ kW
3.2 Pre Audit 3.1.1. Konsumsi Listrik Pada bagian pre audit ini merupakan pengenalan PT.Telkom mengenai konsumsi listrik berdasarkan data rekening PLN minimal selama 1 tahun untuk mengetahui konsumsi energi listriki pada gedung tersebut. Berdasarkan hasil pre audit yang telah di lakukan pada gedung PT.Telkom Bandung, maka diperoleh data konsumsi energi listrik sebagai berikut: Tabel 3.5 Konsumsi Energi Listrik di PT.TELKOM
Bulan April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Kwh 584569 590072 597923 589012 589456 591284 605678 601534 612970 578923 576534 569734 587280 583505 590791
10
Gambar 3.1 Grafik Konsumsi energi listrik per bulan di Gedung Kandatel
3.1.2. Single line diagram (terlampir) 3.1.3. Denah Gedung (terlampir) 3.1.4. Kondisi gedung Kondisi gedung ayang akan di audit memliki karakteristik sebagai berikut: Terdiri dari 3 lantai Menghadap ke arah selatan Lantai 1 untuk & kedua sebagai ruang kerja, ruang personil dan ruang perangkat Lantai 3 untuk ruang kerja kantor Flexsi Pemakaian Gedung 08.00-16.00 WIB. Selain itu juga, gedung memiliki karakteristik luas dan lampu yang terpasang di setiap ruangan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Luas dan Jumlah Lampu di Gedung Telkom Waktu Pengamatan : Senin, 15 September 2008 Jam
NO
Nama Ruangan
1 2
42.8 52.3
TL 36 W TL 36 W
11
3 4 5 6 7 8
Ruang Sentral Dunk dan AT & T Ruang Rectifier AT & T dan MDP III Ruang Catu Daya Ruang Baterai I Ruang Baterai II Ruang Kasubdin ME
TL 36 W TL 36 W TL 36 W TL 36 W TL 36 W TL 36 W TL 36 W
8 8 3 4 8 4 2 2 1
48.4 CFL 20 W
10
Ruang Dapur
7.7
TL 36 W
3.3 Audit Rinci 3.3.1. Audit Listrik a. Titik dan parameter pengukuran Titik parameter pengukuran ini merupakan titik dimana alat ukur dipasang untuk mengetahui besaran-besaran yang menjadi parameter dalam proses audit listrik. Parameter-parameter yang menjadi acuan pada audit kelistrikan di gedung PT.Telkom ini adalah:
Tabel 3.6 Parameter-parameter pengukuran pada audit listrik
Titik Pengukuran
SDP (Sbagai berikut ub Distribution Panel) Frekuensi Daya Aktif, Reaktif, Semu Faktor Daya
12
THDv THDi
Sedangkan titik pengukuran yang dilakukan pada gedung PT. Tekom adalah sebagai berikut:
= Main Distribution Panel = Sub Distribution Panel = Titik Pengukuran SDP pada MDP I = Titik Pengukuran SDP pada MDP II = Titik Pengukuran SDP pada MDP III
b.
Data Hasil Pengukuran Berdasarkan titik pengukuran tersebut diperoleh data mengenai kualitas sumber listrik di Gedung A PT.Telkom Bandung sebagai berikut:
13
Table 3.7 Hasil pengukuran kualitas sumber listrik pada lantai 1 di Gedung Kandatel Waktu pengamatan : 16 September 2008 Jam ; 09.00 - 15.00 WIB
Tegangan (V)
Frekuensi (Hz)
Q S (kVAR) (kVA)
THDi (%)
R 1 SDP Penerangan S T
217.3
50.2
13.2
28.85
5.85
2.06
6.2
0.94
3.3
11.6
222.2
50.1
13.2
18.08
3.56
1.82
0.89
3.1
12.7
219.3
50.1
13.2
19.38
4.07
1.17
4.23
0.96
3.2
11.7
SDP. 1/1 R.
218.7
50.3
6.59
4.8
1.01
0.28
1.05
0.97
3.4
13.3
14
Rectifier
223
50.3
6.59
0.01
0.06
0.06
0.14
3.2
53.3
221.55
50.2
6.59
0.84
0.16
0.09
0.19
0.89
3.1
20.9
217.2
50.3
12.5
12.73
2.46
1.43
2.84
0.87
3.5
42.3
218.2
50
12.5
1.85
0.21
0.34
0.41
0.52
3.5
18.9
215.3
50.1
12.5
9.31
1.89
0.66
2.01
0.94
3.6
25.5
R 5 SDP MDF
216.9
50.1
14.88
14.49
2.13
2.31
3.14
0.68
3.5
12.6
S T R
14.88 14.88 4 4 4
SDP LP 1/3
S T
Tabel 3.8 Hasil Pengukuran kualitas sumber listrik pada lantai 2 di Gedung Kandatel Waktu pengamatan : 17 September 2008 Jam ; 09.00 - 15.00 WIB
I (Arus) Titik NO Pengukuran Fasa Tegangan (V) Frekuensi (Hz) I n I fasa P (kW) Q (kVAR) S (kVA) Cos q THDv (%) THDi (%)
16
216.4 215.5 211.3 212.7 214.1 215.8 216.2 207.3 210.1 209.7 217.1 216.1 214.5
50.1 49.6 49.6 49.7 50.1 50.2 50 50.3 49.8 50.2 50.2 49.9 49.6
4.64 0.02 0,02 0.02 27.02 27.02 27.02 3.37 3.37 3.37 1 1 1
2.47 9.09 6.91 9.49 30.30 18.19 0.69 7.63 13.82 11.14 0.33 1.98 2.84
0.48 1.77 1.21 1.9 5.94 3.60 2.16 1.46 2.51 2.2 0.07 0.24 0.47
0.24 0.84 0.82 0.68 1.76 1.25 0.57 0.63 1.5 0.7 0.01 0.35 0.33
0.54 1.96 1.46 1.99 6.2 3.8 2.24 1.59 2.93 2.31 0.07 0.43 0.57
0.9 0.91 0.83 0.94 0.96 0.95 0.96 0.92 0.86 0.95 0.98 0.57 0.81
3.6 3.3 3.6 3.4 3.4 3.5 3.7 3.5 3.3 3.5 3.3 3.5 3.7
17
Table 3.9 Hasil Pengukuran kualitas sumber listrik pada lantai 3 di Gedung Kandatel Waktu pengamatan : 18 September 2008 Jam ; 09.00 - 15.00 WIB
I (Arus) Tegangan (V) Frekuensi (Hz) P (kW) I n 4.79 4.79 4.79 7.23 7.23 7.23 I fasa 4.69 3.46 1.58 0.82 9.95 8.71 0.76 0.61 0.27 0.15 2.15 1.82 Q (kVAR) S (kVA) Cos q THDv (%) THDi (%)
18
3.3.2. Audit Penerangan Pada audit penerangan ini yang menjadi titik pengukura adalah tingkat pencahyaan pada msaing-masing ruangan di Gedung Kandatel. Berdasarkan hasil pengukuran di dapat data sebagai berikut pada masing-masing ruangan.
Tabel 3.10 Data Pengukuran Tingkat Pencahayaan Waktu pengamatan : 15 September 2008 Jam ; 09.00 - 15.00 WIB
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Ruang Ruang Rectifier EWSD Ruang Personil Sentral Ruang Sentral Dunk dan AT & T Ruang Rectifier AT & T dan MDP III Ruang Catu Daya Ruang Baterai I Ruang Baterai II Ruang Kasubdin ME Ruang Personil Catu Daya Ruang Dapur
Intensitas Cahaya (Lux) 187.9 350.8 207.1 87.4 292 59.2 105.5 224.8 204.8 80.7
Setelah dilakukan pengukuran intensitas cahaya pada tiap ruangan, kemudian dilanjutkan kepada pengukuran temperatur dan kelembaban ruangan. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut : Table 3.11. Temperatur dan Kelambaban Ruangan No 1 2 3 4 5 6 Nama Ruang Ruang Rectifier EWSD Ruang Personil Sentral Ruang Sentral Dunk dan AT & T Ruang Rectifier AT & T dan MDP III Ruang Catu Daya Ruang Baterai I Temperatur (0C) 22.9 25.8 27.8 20 25.3 26.3 56.4 50.5 48.5 57.6 52.1
19
Kelembaban (%) 38
7 8 9 10
Ruang Baterai II Ruang Kasubdin ME Ruang Personil Catu Daya Ruang Dapur
55.1 56 59 53.9
3.3.3. Audit Chiller a. Name Plate Chiller yang ada di Gedung PT.Telkom ini memiliki jumlah 3 buah dengan spesifikasi yang sama. Berikut adalah spesifikasi dari chiller yang digunakan di PT.Telkom. DATA TEKNIS CENTRIFUGAL WATER CHILLER Main specification Refrigerant capacity : 355 TOR Chilled water inlet temp : 12.2 C (54 F) Chilled water outlet temp : 6.7 C (44 F) Chilled water volume : 193.3 m3/H Condenser water inlet temp : 29,4 C (85 F) Condenser water outlet temp : 30,0 C (95 F) Condenser water volume : 237.3 m3/H Refrigerant (charge volume) : R11 256 kg Lubrication oil volume : 631 Compressor motor : 267 kW, 2 P Power source : 380 V, 50 Hz, 3 Phase Ampere : 486 A Rotation : 2930 rpm Weight : 5 ton Installation : 1988/1989 Auxiliaries a. Oil pump Power source b. Oil heater Power source Physical data Compressor type Lubrication system Type Motor Condenser
: 0,75 kW, 3 phase : 380 V, 50 Hz, 3 phase : 0,75 kW, 3 phase : 380 V, 50 Hz, 1 phase
: hermatic single compressor : forced feed lubrication by trochoid pump : 4 pole, 50 Hz, 380 V, 0,75 kW oil cooled
20
: shell and tube : copper tubes : shell and tube : copper tubes
b.
Titik Pengukuran Titik pengukuran yang dilakukan pada chiller ini dilakukan pada beberapa titik. Berikut titik pengukuran yang dilakukan pada chiller di Gedung PT. Telkom:
Keterangan T1 : Temperatur air masuk evaporator T2 : Temperatur air keluar evaporator T3 : Temperatur air keluar kondensor T4 : Temperatur air masuk kondensor f1 : Laju aliran di evaporator f2 : Laju Aliran di kondensor
c. Data Hasil Pengukuran Berdarkan titik-titik pengukuran di atas diperoleh data sebagai berikut ini:
21
temp masuk eveporator (F) temp keluar eveporator (F) laju alir air di evaporator (GPM)
temp keluar kondensor (F) temp masuk kondensor (F) laju alir air di kondensor (GPM)
95 86.9 738
95 86 738
94.1 86 738
93.2 86 738
93.2 86 738
95 86.9 738
370 450
360 445
375 430
360 430
360 420
370 440
360 430
370 410
360 440
360 450
360 440
360 450
370 430
370 430
360 410
22
Tanggal waktu jenis chiller temp masuk eveporator (F) temp keluar eveporator (F) laju alir air di evaporator (GPM) temp keluar kondensor (F) temp masuk kondensor (F) laju alir air di kondensor (GPM) tegangan (Volt) arus (Ampere) Tanggal waktu jenis chiller
7:30
16:00
7:30
16:00
7:30
16:00
7:30 11:30 1 54.5 45.5 549 95 86.9 738 365 54.5 44.6 549 95 87.8 738 365
12 mei 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 2 1 54.5 45.5 549 95 87.8 738 365 55.4 45.5 549 95 86.9 738 375 55.4 45.5 552 95 86.9 738 365 55.4 46.4 552 95 86.9 738 360
14 mei 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 2 1 55.4 46.4 552 95 86.9 738 365 55.4 46.5 552 94.1 86.9 738 370 55.4 45.5 551 95 86.9 738 365 54.4 46.4 549 95 87.8 738 365 54.5 45.5 549 96 87.8 738 365
17 mei 16:00 7:30 11:30 16:00 2 55.4 46.6 549 94.1 86.9 738 370 55.4 45.5 549 95 86.9 738 375 23 55.4 44.6 549 95 86 738 375
temp masuk eveporator (F) temp keluar eveporator (F) laju alir air di evaporator (GPM) temp keluar kondensor (F) temp masuk kondensor (F) laju alir air di kondensor (GPM) tegangan (Volt) Audit pada Sektor Publik
Tanggal waktu jenis chiller temp masuk eveporator (F) temp keluar eveporator (F) laju alir air di evaporator (GPM) temp keluar kondensor (F) temp masuk kondensor (F) laju alir air di kondensor (GPM) tegangan (Volt) arus (Ampere)
18 mei 19 mei 20 mei 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 1 2 1 2 1 2 53.6 44.6 549 95 86.9 738 365 440 54.5 44.6 549 95 86.9 738 365 440 54.5 44.6 549 94.1 86 738 385 440 55.4 45.5 549 95 86.9 738 385 440 55.4 45.5 549 95 86.9 738 370 420 53.6 44.6 551 93.2 86 738 375 440 54.5 44.6 551 94.1 86 738 365 440 54.5 44.6 551 92.3 86 738 365 440 53.6 44.6 551 93.2 86 738 375 440 54.5 45.5 551 95 87.8 738 360 410 54.5 46.4 551 95 89.6 738 370 420 53.6 44.6 551 93.2 86 738 375 440 54.5 44.6 551 96 86.9 738 375 440 55.4 46.6 551 94.1 86.9 738 360 410 55.4 46.4 551 94.1 86.9 738 360 410 55.4 44.6 551 94.1 85.1 738 360 430
Tanggal waktu jenis chiller temp masuk eveporator (F) temp keluar eveporator (F) laju alir air di evaporator (GPM) temp keluar kondensor (F) temp masuk kondensor (F) laju alir air di kondensor (GPM) tegangan (Volt) arus (Ampere)
7:30
11:30 1
11:30 2
16:00
7:30 11:30 1
16:00
7:30
11:30 1
Tanggal waktu jenis chiller temp masuk eveporator (F) temp keluar eveporator (F) laju alir air di evaporator (GPM) temp keluar kondensor (F) temp masuk kondensor (F) laju alir air di kondensor (GPM) tegangan (Volt) arus (Ampere)
26 mei 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 1 2 52.7 43.9 549 94.1 86.9 738 370 430 53.6 46.4 549 94.1 86 738 375 440 53.6 44.6 549 91.4 84.2 738 375 440 52.7 42.8 549 94.1 83.3 738 386 440 53.6 42.8 549 90.5 83.3 738 360 410 53.6 44.6 551 94.1 86 738 370 440
27 mei 11:3 0 16:00 7:30 1 54.5 44.6 551 94.1 86 738 380 430 54.5 45.5 551 94.1 86.8 738 380 430
28 mei 11:3 0 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 2 1 2 54.5 44.6 551 94.1 85.1 738 380 430 54.5 44.6 551 95 86 738 380 430 54.5 44.6 551 95 86 738 385 430 55.4 44.6 551 95 86 738 385 440 53.6 46.6 551 90.5 83.3 738 380 420 54.5 44.6 551 94.1 85.1 738 380 430
16:0 0
Tanggal Waktu jenis chiller temp masuk eveporator (F) temp keluar eveporator (F) laju alir air di evaporator (GPM) temp keluar kondensor (F) temp masuk kondensor (F) laju alir air di kondensor (GPM) tegangan (Volt) arus (Ampere)
7:30
16:00
25
BAB IV ANALISIS 4.1 Perhitungan Intensitas Energi Listrik Intensitas konsumsi energi (IKE) listrik pada gedung PT.TELKOM menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung PT. TELKOM. Sedangkan secara teori sendiri intensitas energi merupakan pembagian konsumsi energi dengan satuan luas. Berdasarkan pengertian tersebut maka diperoleh intensitas konsumsi energi pada gedung PT.TELKOM pada bulan April 2007 seperti berikut ini. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) = = = 1450.18 kWh/m2/bulan Sedangkan intensitas konsumsi energi untuk beberapa bulan pengambilan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Bulan April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Intensitas Konsumsi Energi (kWh/m2/bulan) 1450.18 1463.84 1483.31 1461.21 1462.31 1466.84 1502.55 1492.27 1520.64 1436.18 1430.25 1413.38 1456.91 1447.54 1465.62
Untuk melihat karakteristik dari intensitas konsumsi energi pada gedung PT. TELKOM ini dapat dilihat pada grafik profil konsumsi nergi pada gedung PT.TELKOM berikut ini.
26
Waktu
Grafik 4.1 Grafik Intensitas Konsumsi Energi Berdasarkan grafik tersebut diperoleh dapat diperoleh informasi bahwa intensitas konsumsi energi pada gedung PT. TELKOM ini realatif tetap, hanya pada bulan Desember tahun 2007 saja yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan bulan-bulan lain. 4.2 . Analisis di Bidang Penerangan 4.1.1. Perhitungan Daya Pencahayaan Daya pencahayaan ini merupakan besarnya daya yang dikonsumsi oleh masingmasing ruangan pada setiap ruangan yang menjadi objek audit di gedung PT. Telkom ini. Berdasarkan rumus yang didapat maka akan diperoleh daya pencahayaan pada Ruangan Rectifier EWSD sebagai berikut ini. Pc = = = = = 4.2 W/m2
27
Maka berdasarkan seperti perhitungan di atas, diperoleh daya pencahayaan pada masing-masing ruangan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Data Daya Pencahayaan Pada Masing-Masing Ruangan di PT. Gedung Telkom
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Ruangan R. Rectifier EWSD R. Personil Sentral R. Sentral Dunk dan AT & T R. Rectifier AT & T dan MDP III R. Catu Daya R. Baterai I R. Baterai II R. Kasubdin ME R. Personil Catu Daya R. Dapur
Daya Pencahayaan (W/m2) 4.2 6.9 5.5 3.9 3.6 5.0 5.3 11.4 2.3 4.9
4.1.2. Perbandingan Daya Pencahayaan Berdasarkan Hasil Pengukuran dan Standar Perbandingann daya pencahyaan antara hasil pengukuran dengan standar diperlukan untuk mengetahui kualitas daya pencahayaan pada masing-masing ruangan. Maka berikut ini tabel yang membandingkan antara daya pencahayaan berdasarkan hasil pengukuran di gedung PT. TELKOM dengan standar yang telah ditetapkan.
Tabel 4.2 Perbandingan Daya Pencahayaan Hasil Pengukuran dengan Standar
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Ruangan R. Rectifier EWSD R. Personil Sentral R. Sentral Dunk dan AT & T R. Rectifier AT & T dan MDP III R. Catu Daya R. Baterai I R. Baterai II R. Kasubdin ME R. Personil Catu Daya R. Dapur
Daya Pencahayaan Pengukuran (W/m2) 4.2 6.9 5.5 3.9 3.6 5.0 5.3 11.4 2.3 4.9
Komentar
Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok
Untuk melihat profil daya pencahyaan pada masing-masing ruangan maka diperoleh dengan caya mengurangi daya pencahayaan hasil pengukuran dengan standar daya pencahayaan maksimum.
Selisih daya pencahyaan = Daya Pencahayaan Pengukuran Standar Daya Pencahayaan Maksimum = 4.2 15 = -10.8 W/m2
28
Berdasarkan perhitungan di atas, apabila selisih daya pencahayaan pada ruangan benilai negatif maka daya pencahayaan pada ruangan tersebut masih baik. Dan apabila daya pencahayaan pada ruangan tersebut bernilai positif maka daya pencahayaan pada ruangan tersebut tidak baik. Dari hasil perhitungan diperoleh tabel dan grafik yang menggambarkan selisih daya pencahayaan pada masing-masing ruangan.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Ruangan R. Rectifier EWSD R. Personil Sentral R. Sentral Dunk dan AT & T R. Rectifier AT & T dan MDP III R. Catu Daya R. Baterai I R. Baterai II R. Kasubdin ME R. Personil Catu Daya R. Dapur
Selisih Daya Pencahayaan (W/m2) -10.8 -8.1 -9.5 -11.1 -11.4 -10 -9.7 -3.6 -12.7 -0.1
Maka berdasarkan tabel tesebut diperoleh profil mengenai daya pencahyaan pada masingmasing ruangan.
BOROS
TIDAK BOROS
-8 -11 -14 Ruangan
Berdasarkan dari profil tersebut dapat dilihat bahwa pada masing-masing ruangan berada pada daerah negatif pada selisih daya pencahayaannya. Hal ini menunjukkan bahwa daya pencahayaan pada setiap ruangan di gedung PT. TELKOM dalam keadaan baik.
Audit pada Sektor Publik 29
4.1.3. Tingkat Pencahayaan Tingkat pencahayaan ini menyatakan besarnya tingkat pencahayaan pada tingkat pencahayaan pada setiap ruangan. Hal ini ditunjukkan untuk mengetahui tingkat kualitas pencahayaan pada setiap ruangan yang nantinya akan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil pengukuran didapat kualitas pencahyaan pada setiap ruangan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Intensitas Cahaya Pengukuran dan Lux Standar pada Setiap Ruangan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Ruang Ruang Rectifier EWSD Ruang Personil Sentral Ruang Sentral Dunk dan AT & T Ruang Rectifier AT & T dan MDP III Ruang Catu Daya Ruang Baterai I Ruang Baterai II Ruang Kasubdin ME Ruang Personil Catu Daya Ruang Dapur
Lux Standar (Lux) 500 350 500 500 500 150 150 350 350 350
Intensitas Cahaya Pengukuran (Lux) 187.9 350.8 207.1 87.4 292 59.2 105.5 224.8 204.8 80.7
Tabel di atas menunjukkan intensitas cahaya pada setiap ruangan, untuk memperoleh profil dari intensitas pencahayaan di atas, maka di data hasil pengukuran dikurangi dengan intensitas berdasarkan standar. Hal ini dapat lihat dari perhitungan di bawah ini dengan contoh intensitas cahaya berdasarkan pengukuran di ruangan rectifier EWSD.
Selisih Intensitas pencahayaan = Intensitas Cahaya Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Standar = 187,9 500 = - 312.1 Lux
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, tanda negatif menunjukkan bahwa intensitas cahaya pada ruangan tersebut masih kurang dari standarnya. Dari data pengukuran pada setiap ruangan diperoleh hasil perhitungan dan tersaji dalam tabel di bawah ini untuk masingmasing ruangan.
30
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Ruang Ruang Rectifier EWSD Ruang Personil Sentral Ruang Sentral Dunk dan AT & T Ruang Rectifier AT & T dan MDP III Ruang Catu Daya Ruang Baterai I Ruang Baterai II Ruang Kasubdin ME Ruang Personil Catu Daya Ruang Dapur
Lux Standar 500 350 500 500 500 150 150 350 350 350
Intensitas Cahaya Pengukuran (Lux) 187.9 350.8 207.1 87.4 292 59.2 105.5 224.8 204.8 80.7
Selisih Intensitas Komentar cahaya (Lux) -312.1 0.8 -292.9 -412.6 -208 -90.8 -44.5 -125.2 -145.2 -269.3 Kurang Ok Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Berikut ini profil dari intensitas cahaya dari setiap ruangan yang ada di Gedung Telkom.
31
Berdasarkan dari profil di atas diperoleh informasi bahwa intensitas cahaya (lux) yang ada di atas standar yang telah ditetapkan di Gedung Telkom ini hanya terjadi pada ruang Ruang Personil Sentral. Sedangkan pencahayaan pada ruangan-ruangan yang lainnya di gedung ini tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan yang artinya intensitas cahaya untuk penerangan di ruangan tersebut masih kurang di bawah standar penerangan. Hal ini kemungkinan bisa terjadi karena kondisi pada saat pengambilan data cuaca di luar sedang mendung sehingga berakibat pada intensitas pencahayaan pada ruangan tersebut. 4.1.4 Kondisi Temperatur dan Kelembaban Udara 4.1.4.1. Temperatur Ruangan Dalam hasil pengukuran temperature ruangan dibandingkan dengan standar yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini yang mengacu pada SNI 03-6572-2001.
Tabel 4.6. Data Pengukuran Temperatur Ruangan di Bandingkan dengan Standar
No
Temperatur Aktual (0C) 22.9 25.8 27.8 20 25.3 26.3 25.7 23.2 28.4 26.5
Temperatur Standar (0C) 21-22 251 21-22 21-22 21-22 251 251 251 251 251
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ruang Personil Sentral Ruang Sentral Dunk dan AT & T Ruang Rectifier AT & T dan MDP III Ruang Catu Daya Ruang Baterai I Ruang Baterai II Ruang Kasubdin ME Ruang Personil Catu Daya Ruang Dapur
Berdasarkan table di atas temperature yang memenuhi standar kenyamanan hanya ada 2 ruangan yaitu ruang personil sentral dan ruang baterai II. Sedangkan ruangan yang berada di bawah standar kenyamanan dan dapat pula dikatakan tidak baik adalah ruangan rectifier AT dan MDP III serta ruang Kasubdin ME.
32
4.1.4.2. Kelembaban Udara Dalam hasil pengukuran kelembaban udara pada setiap ruangan dibandingkan dengan standar yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini yang mengacu pada SNI 03-6572-2001.
Tabel 4.7 Data Pengukuran Kelembaban Udara Dibandingkan dengan Standar
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Ruang Ruang Rectifier EWSD Ruang Personil Sentral Ruang Sentral Dunk dan AT &T Ruang Rectifier AT & T dan MDP III Ruang Catu Daya Ruang Baterai I Ruang Baterai II Ruang Kasubdin ME Ruang Personil Catu Daya Ruang Dapur
Kelembaban Aktual (%) 38 56.4 50.5 48.5 57.6 52.1 55.1 56 59 53.9
Kelembaban Standar (%) 5510 5510 5510 5510 5510 5510 5510 5510 5510 5510
Berdasarkan table data kompilasi di atas, kelembaban udara pada 10 ruangan yang diamati memiliki kelelembaban memenuhi standar kenyamanan, hanya ada 2 ruangan yang merupakan kelembaban udaranya berada di bawah standar kenyamanan yaitu ruang Rectifier AT & T dan MDP III. 4.2 Audit Kelistrikan 4.2.1. Analisa THDi dan THDv Untuk menganalisa harmonisa di arus dan tegangan, hal yang harus dilakukan adalah membandingkan antara harmonisa tegangan dan arus hasil pengukuran dengan standar hormonisa tegangan dan arus berdasarkan standar SNI 04-7021.2.1-2004. Maka berdasarkan hasil pengukuran diperoleh harmonisa tegangan dan arus pada masing-masing lantai seperti berikut ini.
33
Panel SDP Penerangan SDP P.P R. Rectifier SDP P.P 1/1 R. Rectifier SDP LP 1.4 (SDP Koridor Dalnet) SDP MDF SDP LP 1/3
THDv (%) R S T 3.4 3.5 3.8 3.3 3.1 3.2 3.4 3.2 3.1 3.5 3.5 3.3 3.5 3.6 3.2 3.6 3.5 3.6
Standar THDv(%)
<5%
Panel SDP Penerangan SDP P.P R. Rectifier SDP P.P 1/1 R. Rectifier SDP LP 1.4 (SDP Koridor Dalnet) SDP MDF SDP LP 1/3
THDi (%) R S T 14.3 35.8 51.9 11.6 13.3 42.3 12.7 53.3 18.9 11.7 20.9 25.5
Standar THDi(%)
<10%
Panel SDP R Genset SDP II/3 R. Sentral SDP LP II/2 R. Sentral SDP Penerangan 1 SDP AC (2.5 Pk) SDP AC (5 Pk) SDP Penerangan 2
THDv (%) R S T 3.5 3.8 3.6 3.7 3.4 3.7 3.5 3.6 3.6 3.3 3.6 3.4 3.4 3.5 3.7 3.5 3.3 3.5 3.3 3.5 3.7
<5%
34
Panel SDP R Genset SDP II/3 R. Sentral SDP LP II/2 R. Sentral SDP Penerangan 1 SDP AC (2.5 Pk) SDP AC (5 Pk) SDP Penerangan 2
Komentar
Over
<10%
THDv (%) Panel SDP R Genset SDP II/3 R. Sentral R 3.6 3.3 S 3.4 3.1 T 3.6 3.2
THDi (%) S T
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh informasi bahwa nilai dari THDv pada hasil pengukuran memenuhi standar yang berlaku. Akan tetapi, pada THD arus atau THDi nilai dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai THDi nya tidak semuanya memenuhi standar hanya beberapa SDP yang memenuhi standar nilai THDi yang telah ditetapkan yaitu pada panel SDP AC (5Pk) dan SDP Penerangan 2 pada lantai 2. Ini menunjukkan untuk THD arus harus adanya penanganan lebih lanjut. 4.2.2. Analisa Faktor Daya Untuk menganalisa nilai dari faktor daya ini, maka dapat dilakuakan dengan cara membandingkan nilai faktor daya pada masing-masing SDP dengan nilai faktor daya yang telah ditetapkan oleh standar SNI 04-7021.2.1-2004 yang bernilai 0.85. Sedangkan hasil dari pengukuran nilai faktor dayanya adalah sebagi berikut.
35
Panel SDP Penerangan SDP P.P R. Rectifier SDP P.P 1/1 R. Rectifier SDP LP 1.4 (SDP Koridor Dalnet) SDP MDF SDP LP 1/3
Cos q R S T 0.83 0.81 0.82 0.94 0.89 0.96 0.97 0.94 0.89 0.87 0.52 0.94 0.68 0.96 0.89 0.92 0.87 0.93
Standar Cos q
Komentar Kurang Ok Ok Ok Ok Ok
0.85
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari faktor daya dari masingmasing panel di lantai 1. Untuk nilai faktor daya pada lantai 1 yang tidak memenuhi standar hanya terjadi pada SDP Penerangan. Hal ini dikarenakan SDP Penerangan memiliki nialai cos q lebih kecil dari standar yang digunakan. Akibatnya akan mendapatkan denda dari PLN. Sedangkan untuk nilai factor daya pada lantai 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10 Nilai Faktor Daya Hasil Pengukuran pada Lantai 2
Panel SDP R Genset SDP II/3 R. Sentral SDP LP II/2 R. Sentral SDP Penerangan 1 SDP AC (2.5 Pk) SDP AC (5 Pk) SDP Penerangan 2
Standar Cos q
0.85
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai faktor daya yang tidak memenuhi standar pada lantai ini hanya terjadi pada SDP R Genset dan SDP Penerangan. Sedangkan untuk SDP lainnya nilai faktor dayanya memenuhi standar yang berlaku.
Tabel 4.11 Nilai Faktor Daya Hasil Pengukuran pada Lantai 3
Komentar Kurang Ok
Untuk lantai 3, faktor daya yang memenuhi standar itu hanya terjadi pada SDP II/3 R. Sentral, sedangkan SDP R Genset nilai cos q nya tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.
36
4.2 Audit Chiller 4.2.1. Analisis Perhitungan Pada Chiller a. Penyerapan Kalor di Evaporator Penyerapan kalor yang dilakukan oleh evaporator dilakukan dengan cara menyerap energiyang terkandung dalam air oleh refrigran. Sehingga terjadi pertukaran panas diantara refrigran dengan air.
45.50F
55.40F
552 GPM
Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan pada tanggal 04 mei tahun diperoleh sebagai berikut: Qe = ve x rho x Cp x (Tei Teo) = 552 GPM x 1000 kg/m3 x 4.1855 kJ/kg K x (55 0F 46 0F) = 0.0348 m3/s x 1000 kg/m3 x 4.1855 kJ/kg K x (311.4 K 301.5 K) =1443.05 kW b. Pelepasan kalor yang berlangsung di kondensor Pelepasan kalor ini berlangsung di kondensor dimana kalor yang dilepaskan berasal dari R11 (refrigran primer) ke air dingin yang berasal dari cooling tower. Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan temperatur dan mengubah fasa R11 dari uap menjadi cair.
37
94.10F
860F
783 GPM
Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan, maka berdasarkan data yang diperoleh pada kondensor di chiller 3 pada tanggal 4 mei jam 07.30 maka Qk = vk x rho x Cp x (Tok Tik) = 738 GPM x 1000 kg/m3 x 4.1855 kJ/kg K x (95 0F 87 0F ) = 0.04656 kg/s x 1000 kg/m3 x 4.1855 kJ/kg K x (351 K 342.9 K) = 1578.52 kW = 1578.52 kW
c.
Daya listrik untuk motor di compressor Daya listrik yang diperlukan untuk memutar motor di compressor berfungsi untuk mengkompresi R11 yang berfungsi sebagai fluida kerja mesin chiller sehingga dapat bersirkulasi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 4 Mei pukul 07.30 diperoleh daya motor sebesar: Qc = 1.732 x V x I x Cos q = 1.723 x 375 x 430 x 0.83 = 230602.01 W = 230.6 kW
38
d.
COP kemampuan kinerja dari mesin chiller ini. Berdasarkan pada hasil pengukuran maka diperoleh nilai COP pada chiller 3 pada tanggal 4 mei jam 07.30 sebesar: COP = Qe/ Wc = 1443.05 kW of Cooling/230.6 kW = 6.06 kW of Cooling/kW EER (Energy Efficiency Ratio) Energy efficiency ratio merupakan perbandingan ddari unjuk kinerja evaporator (TR) terhadap kinerja dari kompresor (kW) untuk melihat ratio dari efisiensi chiller ini. Berikut ini adalah perhitungan EER pada chiller 3 tanggal 4 mei 1991. EER = = = 1.58 TR/kW
e.
*Catatan : untuk nilai neraca energi pada waktu yang lainnya terlampir pada bagian lampiran. 4.2.2. Analisis Perbandingan COP Hasil Pengukuran dengan COP Standar Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diapat nilai COP pada masing chiller dengan pengukuran setiap waktu. Maka pada hasil pengukuran yang telah dilakukan pada chiller 3 tanggal 4 mei 1999 jam 07.30 diperoleh nilai COP sebagai berikut.
Tabel 4.12 Hasil Pengukuran COP pada Chiller 3 Chiller 3 Waktu 7:30 11:30 16:00 COP (kW of Cooling/kW) 6.54 6.52 7.35
Untuk melihat kinerja dari chiller tersebut, maka COP hasil pengukuran tersebut nantinya dibandingkan dengan COP standar yang dikeluarkan oleh ASHRAE. Standar COP ini berdasarkan standar yang ditetapkan oleh ASHRAE adalah sebesar 6 kW of Cooling/kW) untuk chiller jenis ini. Ini dikarenakan kapasitas chiller ini yang besarnya 350 TR dan menggunakan sistem Water ooled Electrically Operated. Untuk mempermudah dalam melihat profil dari COP chiller yang diukur. Maka dapat dilakuakn dengan cara mengurangi COP hasil pengukuran dengan COP standar. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada chiller 3 pada jam 07.30 maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut.
39
Selisih COP
Berdasarkan hasli perhitungan di atas maka diperoleh informasi bahwa pada chiller 3 dengan pengukuran pada jam 07.30 didapat nilai selisih COP yang positif. Ini menunjukan bahwa kinerja chiller tersebut di atas standar pada waktu pengukuran di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja dari chiller itu dalam keadaan baik pada waktu itu. Dari data pengukuran yang dilakukan dalam waktu sehari didapat kinerja chiller seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4.13 Tabel Selisih COP Terukur dengan Standar pada Chiller 3 pada Tanggal 4 Mei TANGGAL 4 MEI Chiller Waktu 7:30 3 11:30 16:00 COP (kW of Cooling/kW) 6.54 6.52 7.35 COP STANDAR (kW of Cooling/kW) 6 6 6 Komentar COP 0.54 0.52 1.35 Ok Ok Ok
Maka berdasarkan tabel tersebut diperoleh grafik profil dari kinerja chiller 3 pada hari itu. Berikut grafik profil kinerja dari chiller 3 pada tanggal 4 mei.
COP
Di atas Standar
TANGGAL 4 MEI
2:24
4:48
7:12
9:36
12:00
14:24
16:48
WAKTU
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh informasi bahwa dari 3 kali pengukuran yang dilakukan pada tanggal 4 mei, dapat dilihat bahwa kinerja dari chiller tersebut sangat baik. Hal ini dapat simpulkan dari COP dari chiller tersebut selalu di atas standar pada tanggal 4 mei.
40
Untuk melihat kinerja dari ketiga chiller tersebut maka pengukuran dilakukan dalam waktu 1 bulan. Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai dari selisih COP hasil pengukuran dengan standar. Maka diperoleh grafik yang menunjukkan kinerja dari ketiga chiller tersebut apapbila dibandingkan dengan standar. Berikut profil dari masing-masing chiller selama bulan mei.
COP
TANGGAL 7 MEI TANGGAL 10 MEI TANGGAL 11 MEI TANGGAL 12 MEI TANGGAL 14 MEI TANGGAL 17 MEI Waktu TANGGAL 19 MEI
Dari grafik profil di atas, dapat dilihat bahwa tren dari performansi dari chiller 1 di bulan mei ini lebih banyak bekerja di bawah standar dibandingkan dengan kinerja chiller yang di atas standar. Ini menunjukkan kinerja performansi chiller tersebut pada bulan mei ini kurang maksimal yang artinya memerlukan tindakan untuk memeprbaiki kinerja dari chiller ini.
41
Waktu
Untuk profil kinerja pada chiller 3 pada bulan mei, kinerja chiller tersebut hanya terjadi empat titik pengukuran yang menyatakan kinerja dari chiller tersebut di bawah standar yang telah ditetapkan. Sedangkan unutk kinerja pada titik pengukuran/waktu pengukuran lainnya menyatakan bahwa kinerja dari chiller ini masih bekerja di atas standar yang telah ditetapkan.
COP
42
4.2.3. Konsumsi Energi Listrik Untuk Pengkondisian udara di PT. TELKOM Konsumsi energi listrik pada pengkondisian udara di PT. TELKOM ini meliputi mesin chiller 1, chiller 2, chiller , Oil pump 1, Oil pump 2 dan Oil Heater 1,2,3. Untuk menghitung biaya konsumsi energi listrik dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut. Konsumsi Energi Listrik = Daya terpakai x Waktu Opersi
Maka konsumsi energi listrik untuk operasi chiller pada tanggal 4 Mei adalah sebagai berikut. = 241.82 kW x 8 jam = 214.95 kW x 10 jam = 0.75 kW x 7 Jam = 0.75 kW x 10 jam = 0.75 kW x 5 jam x3 = 0.75 kW x 19 jam x 3 Total Konsusmsi Energi Total Konsumsi Energi Listrik bulan Mei Mesin Chiller 1 Mesin Chiller 2 Oil Pump 1 Oil Pump 2 Oil Heater 1,2,3 = 1934.56 kWh = 2149.5 kWh = 5.25 kWh = 7.5 kWh = 11.25 kWh = 42.75 kWh = 4150.91 kWh/hari = 128678.21 kWh/bulan
Berdasarkan total konsumsi energi tersebut maka diperoleh persentase pengaruh konsumsi energi listrik untuk pengkonsian udara di PT. TELKOM terhadap total konsumsi energi listrik di PT.TELKOM bulan mei adalah sebagai berikut Persentase (%) = = = 22.53 % Berdasarkan persentase tersebut maka diperoleh informasi bahwa konsumsi listrik untuk pengkondisian udara berpengaruh sebesar 22.53% terhadap total konsumsi energi listrik di gedung PT.TELKOM. Sedangkan untuk total konsusmsi energi listrik untuk pengoperasian sistem pendingin di gedung PT. TELKOM ini peroleh dari data table di bawah ini.
Tabel 4.12 Tabel Konsumsi Listrik Untuk Peralatan konsumsi Energi
x 100 % x 100 %
Maka persentasi unit peralatan pengkondisian udara terhadap konsumsi energi total adalah Chiller = = = 51.84 % AHU = = = 16.41 % Pompa = = = 16.56% Cooling Tower = = = 4.56 % Fan = = = 10.63% x 100 % x 100 % x 100 % x 100 % x 100 % x 100 % x 100 % x 100 % x 100 % x 100 %
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh profil konsumsi energy listrik pada setiap pelatan pengkondisian udara pada masing-masing unit peralatannya sebagai berikut.
44
Profil Konsumsi Energi Listrik Pada Setiap Unit Sistem Pengkondisian Udara di PT. TELKOM
11% 5% Chiller 16% 52% AHU Pompa Cooling Tower Fan 16%
Berdasarkan profil tersebut konsumsi energy listrik untuk chiller mencakup hampir 52 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi energi listrik paling besar pada pengkondisian udara itu ada pada chiller. 5.3. Rekomendasi 5.3.1. Daya Listrik Memasang filter aktif untuk menghilangkan distorsi harmonisa pada sistem kelistrikan 5.3.2. Penerangan Mengidupkan lampu hanya pada saat diperlukan saja. Memasang lampu penerangan dalam jarak yang tepat dengan objek yang akan diterangi. Mengatur posisi perlengkapan kantor agar tidak menghalangi penerangan. Menggunakan warna dindiing yang lebih terang. Menambah jumlah lampu yang intensitas cahya kurang memnuhi standar. 5.3.3. Chiller Mengatur suhu udara ruangan agar mengurangi beban chiller. Pemsangan alat kontrol untuk penggunaan energy di gesung seperti BAS. Membersihkan saringan filter. Mengurangi kerja kompresor. Menunda penyalaan chiller sebelum kantor gunakan oleh karyawan.
45
5.1
KESIMPULAN a. Kualitas penerangan ruangan mencakup 2 hal, yaitu intensitas cahaya (luminasi) dan daya pencahayaan. Ruangan yang memenuhi standar intensitas cahaya adalah Ruang Personil Sentral. Sedangkan untuk daya pencahayaan, ruang yang tidak memenuhi standar adalah Ruang Baterai II. b. Untuk parameter faktor daya relative sudah memenuhi standar yang direkomendasikan. Hanya terdapat beberapa SDP yang memeiliki nilai frekuensi dan faktor daya yang tidak memenuhi standar. c. Nilai faktor daya yang tidak memenuhi standar tersebut adalah terdapat pada, anatara lain: SDP Penerangan 1, SDP Penerangan 2, SDP Penerangan LP III/2, SDP R. Genset, d. Pada THD Arus, nilainya melebihi standar yang diizinkan (kurang dari 10%). Hasil pengukuran menunjukkan hanya SDP AC (5 Pk), nilai THDi memenuhu standar. e. Sedangkan pada panel lainnya, nilai THDi tidak memenuhi standar. SDP yang tidak memenuhi standar tersebut adalah SDP Penerangan, SDP P.P 1/1 Ruang Rectifier, SDP P.P 1/2 Ruang Rectifier, SDP LP 1.4 (SDP Koridor Dalnet), SDP MDF, SDP Penerangan 1, SDP Penerangan 2, SDP Penerangan LP III/2, SDP AC (2,5 Pk), dan SDP Perangkat. f. Kualitas sumber listrik untuk parameter Tegangan dan THDV pada umumnya sudah memenuhi standar. Standar untuk tegangan yaitu 220 V 5% dan standar THDV tidak lebih dari 5 %. g. konsumsi listrik untuk pengkondisian udara berpengaruh sebesar 22.53% terhadap total konsumsi energi listrik di gedung PT.TELKOM. h. Pada pengoperasian chiller selama bulan mei ini mempunyai rata-rata COP di bawah standar oleh ASHRAE dengan kapasitas di atas 350 TR. i. Akibat penurunan COP ini mengakibatkan penurunan kapasitas pendingin di bawah standar. SARAN a. Pengukuran daya listrik seharusnya dilakukan di seluruh kompleks perkantoran Gedung PT.TELKOM Bandung agar kualitas sumber listrik dan konsumsi energi listrik dapat diketahui secara keseluruhan. b. Pengukuran daya listrik sebaiknya dilakukan pada Main Distribution Panel (MDP) satu bulan penuh berturut-turut minimal 1 tahun penuh.
5.2
46
DAFTAR PUSTAKA
. SNI 03-6196-2000, Petunjuk Teknis Konservasi Energi: Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. Direktorat Pengembagan Energi, Departemen Pertambangan dan Energi. . SNI 03-6390-2000, Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan Gedung. Direktorat Pengembagan Energi, Departemen Pertambangan dan Energi. . SNI 03-6575-2001, Standar Tingkat Pencahyaan Minimum. . SNI 04-7021.2.1-2004, Standar Parameter Untuk Audit Kelistrikan. Mandasari, Maya. 2009. Audit Energi di Gedung Kandatel, Jl Lembong No. 11 Bandung. Bandung. Teknok Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung.
47