Sie sind auf Seite 1von 11

D

OLEH

NURH AP NI

NIM: 0853022 4

UNIVERSI TAS L ABU HAN BA TU

RAN TAU PR AP AT

20 08
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kita panjatkan kehadirat Allah Swt, karena

limpahan taufiq dan hidayahnya,tulisan yang berikut ini tentang

kebenaran-kebenaran dapat saya persembahkan. Sekalipun telah

banyak buku yang telah disusun dengan berbagai variasi. Tulisan ini

saya persembahkan kepada pembaca, terutama para mahasiswa

yang membutuhkannya.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pengarang yang karyanya telah saya pakai sebagai panduan

dalam penyelesaian makalah ini.sehingga dapat menambah

wawasan dan pengetahuan bagi saya.

Saya yakin makalah ini masih jauh dari sempurna.saya sebagai

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk

kesempurnaan makalah ini.Atas saran dan kritiknya saya ucapkan

terima kasih.

Kepada para guru pengajar yang arif dan bijaksana, penulis

sangat mengharapkan tegur sapa guna perbaikan tulisan ini.

Semoga Allah Swt. Meridhoi kita semua dan kiranya juga tulisan

ini berguna atau pun bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Penulis

Nurhapni

PENDAHULUAN
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara

ditempuh untuk memperoleh kebenaran antara lain dengan

menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman

atau secara empiris.Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia

membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional agar

kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan

dalam hal menangkap kebenaran.Setiap tingkat pengetahuan dalam

struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang

berbeda.Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan

rasional dan intuitif.Sedangkan tingkat yang lebih rendah dalam

menangkap kebenaran adalah pengetahuan indra dan naluri karena

tidak terstruktur dan pada umumnya kabur.Oleh sebab itu

pengetahuan harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.

Proses pencarian kebenaran tentu bukan hal yang mudah dan

dapat dikatakan merupakan proses yang sangat melelahkan,bahkan

bukan tidak mungkin akan mendatangkan keputusasaan.Manusia,yang

pada dasarnya adalah makhluk yang selalu bertanya dan selalu

merasa ingin tahu pada akhirnya memutuskan untuk tetap selalu

mencari kebenaran,tidak peduli betapa keputusasaan telah

mengepungnya dari berbagai sudut penjuru.Tujuan akhirnya adalah

kebenaran harus ditemukan.

Dan akibat dari keputusasaan itu,pada akhirnya manusia mulai

berani berspekulasi tentang kebenaran dan mulai mengurai defnisi-

definisi tentang kebenaran “Inilah kebenaran! Inilah kebenaran!Marilah

bergabung dalam barisan kami, maka kalian akanmenemukan cahaya

kebenaran!”. Maka mau tidak mau, sukla tidak suka, like or dis like

kebenaran pun terkurung dalam penjara defenisi yang tentu saja

sangat subjektif.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………

….i

Pendahuluan …………………………………………………….ii

Daftar Isi …………………………………………………

….iii

Bab I

Kebenaran Absolut …………………………………………………….1

Kebenaran Universal …………………………………………………….1

Kebenran Relatif …………………………………………………

….2

Bab II

Defenisi Agama …………………………………………………

….4

Daftar Pustaka …………………………………………………

…6
PENDAHULUAN

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara

ditempuh untuk memperoleh kebenaran antara lain dengan

menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman

atau secara empiris.Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia

membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional agar

kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan

dalam hal menangkap kebenaran.Setiap tingkat pengetahuan dalam

struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang

berbeda.Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan

rasional dan intuitif.Sedangkan tingkat yang lebih rendah dalam

menangkap kebenaran adalah pengetahuan indra dan naluri karena

tidak terstruktur dan pada umumnya kabur.Oleh sebab itu

pengetahuan harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.

Proses pencarian kebenaran tentu bukan hal yang mudah dan

dapat dikatakan merupakan proses yang sangat melelahkan,bahkan

bukan tidak mungkin akan mendatangkan keputusasaan.Manusia,yang

pada dasarnya adalah makhluk yang selalu bertanya dan selalu

merasa ingin tahu pada akhirnya memutuskan untuk tetap selalu

mencari kebenaran,tidak peduli betapa keputusasaan telah

mengepungnya dari berbagai sudut penjuru.Tujuan akhirnya adalah

kebenaran harus ditemukan.

Dan akibat dari keputusasaan itu,pada akhirnya manusia mulai

berani berspekulasi tentang kebenaran dan mulai mengurai defnisi-

definisi tentang kebenaran “Inilah kebenaran! Inilah kebenaran!Marilah


bergabung dalam barisan kami, maka kalian akanmenemukan cahaya

kebenaran!”. Maka mau tidak mau, sukla tidak suka, like or dis like

kebenaran pun terkurung dalam penjara defenisi yang tentu saja

sangat subjektif.

BAB I

KEBENARAN

A. Kebenaran Absolut

Kebenaran Absolut adalah kebenaran yang logis / tidak logis atau

rasional / tidak rasional.

Misalnya adalah :

1. Kebenaran meletakkan Tuhan sebagai titik terakhir atau

kesimpulan seluruh pengkajian

2. Kebenaran untuk memahami Tuhan sebagai sebagai penyebab

pertama dalam semesta, penyebab pertama semua

kesempurnaan yang ditemukan didunia.

3. Kebenaran untuk menjelaskan Tuhan sebagai zat yang

impersonal.

4. Dalil dari suatu kebenaran yang ada buka untuk

memepertahankan keyakinan suatu agama tertentu, tetapi

bermaksud menyatakan kebenaran dasar dari semua agama

atau ketidakbenaran dasar-dasar tertentu.

5. Kebenaran yang selalu membahas segala sesuatu akan tetap

membahas eksitensi Tuhan.

6. Objek dari kebenaran tersebut adalah yaitu tentang wujud Tuhan

sebagai zat yang yang paling dan abadi.

7. Tuhan adalah sumber dari segala yang ada.

B. Kebenaran Universal

Kebenaran universal adalah kebenaran yang selain logis / tidak logis

juga menyangkut masalah imam/kafir dan halal atau haram.


Misalnya adalah :

1. Kebenaran memandang tuhan sebagai titik awal pembahasannya

2. kebenaran menjelasakan Tuhan dengan segala misterinya

berdasakan wahyu.

3. Kebenaran melihat tuhan sebagai zat yang personal. Yaitu tuhan

yang mencipta sekaligus disembah serta dapat berhubungan

dengan makhluk.

4. Kebenaran yang bertujuan untuk mempertahankan keyakinan

agama tersebut.

5. Kebenaran yang selalu membahas segala sesuatu akan tetap

membahas eksitensi Tuhan.

6. Objek dari kebenaran tersebut adalah yaitu tentang wujud Tuhan

sebagai zat yang yang paling dan abadi.

7. Tuhan adalah sumber dari segala yang ada.

C. Kebenaran Relatif

Kebenaran Relatif adalah kebenaran yang hanya didasarkan dari

pemikiran personal maupun secara tidak personal. Dalam arti kata

dapat memilih kebenaran yangf bagaimana saja dengan maksud

untuk ketenangan dalam diri seseorang dan merasa damai dalam

menjalankannya. Dengan kata lain memikirkan dasar-dasar agama,

seseorang tidak lepas dari perasaan agamanya.

Salah satu tokoh seperi Al-Gazali mencari kebenaran yang hakiki,

yaitu kebenaran yang tidak diragukan lagi, seperti sepuluh banyak

dari pada tiga. Sekiranya ada orang yang mengatakan bahwa tiga

lebih banyak dari pada sepuluh dengan mengatakn tongkat bisa

dijadikan ular, dan hal itu memang ia lakukan. Al-Gazalai kagum

akan kemampuannya, tetapi sungguhpun demikian keyakinan nya

sepuluh lebih besar dari pada tiga tidak akan goyah.


Akhirnya Al-Gazali sampai pada kebenarannya yang demikian

dalam tasawup setelah dia mengalami proses yang amat panjang

dan berbelit-belit. Tasawuflah yang menghilangkan keraguannnya.

Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan

kesesatan terletak didalam ide dan bukan didalam diri sesuatu. Jika

kebenaran mengandung makna ide yang sesuai dengan atau yang

menunjuk pada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada

didalam pikiran seseorang dan hanya bisa diperoleh dengan akal

budi saja.

Dari ketiga jenis kebenaran tersebut yang telah di jelaskan diatas

juga ternyata terdapat empat macam kebenaran yang bersifat

Korespon

densi, Koherensi, Pragmatisme, dan Hudhuri.

1. Kebenaran Korespondensi

Yaitu kebenaran yang menarik kesimpulan umum dari hal-hal

yang khusus. Sebagai sarana utamanya adalah akal yang sehat.

2. Kebenaran Koherensi

Yaitu kebenaran yang pernyataannya dianggap benar bila

Pernyataannya itu bersifat koheren atau konsisten dengan

pernyataan pernyataan sebelumnya dianggap benar.

3. Kebenaran Pragmatisme

Yaitu kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah

pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis

atau tidak. Agama bisa dianggap benar karena memberi kan

ketenangan pada jiwa dan ketertiban dalam masyarakat.

Kebenaran Hudhuri

4. Yaitu kebenaran yang dikethui dengan kehadiran karena ia

ditandai oleh keadaan neotic dan objek yang memiliki imanen

yang menjadikannya pengetahuan swaobjek.

Dalam bukunya The Meaning Of Truth (Arti Kebenaran )

James menjeaskan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak


yang berlaku umum ,tetap, berdiri sendiri,dan terlepas dari akal

yang mengenal . p[engalaman seseorang selalu berubah karena

dalam praktiknya apa yang diangggap benar bisa dikoreksi oleh

pengalaman berikutnya.oleh karena itu tidak ada kebenaran

yang mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran,yaitu apa

yang benar dalam pengalaman-pengalamnnya yang khusus

BAB II

PANDANGAN AGAMA ISLAM TERHADAP

KEBENARAN ABSOLUT, UNIVERSAL

DAN RELATIF

A.Defenisi Agama

Agama adalah suatu system kepercayaan Tuhan yang dianut

oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan dengannya

pokok persoalan. Yang dibahas dalam agama adalah eksistensi

tuhan manusia dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Dalam kesimpulannnya, pandangan agama islam terhadap

kebenaran-kebenaran tersebut pada hakikatnya didasari pada

keimanan dan ketaqwaan pada diri kita masing-masing.

Berpikir secara bebas dalam membahas dasar-dasar agama

dapat diambil dalam dua bentuk :

1. Membahas dasar-dasar agama secara analistis dan kritis tanpa

terikat ajaran-ajaran dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan

kebenaran suatu agama.

2. Membahas dasar-dasar agama secara analistis dan kritis dengan

maksud untuk menyatakan kebenaran ajaran agama, atau

sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang

diajarkan agama tidak bertentangan dengan logika.

Ibnu Rusyd, Filosop Muslim dari Andalusia, berpendapat

bahwa menghilangkan keraguan naturalis terhadap agama,maka


pengertian mukjizat perlu diperluas. Selama ini mukjizat hanya

terfokus pada hal-hal supernatural. Mukjizat adalah bukti-bukti

kebenaran seorang utusan Allah. Misalnya tidak terbakarnya

nabi Ibrahim oleh api bukan sebagai bukti kenabian, tetapi

sebagai bagian dari keyakinan yang ditujukan untuk orang

awam. Adapun kita sebagai orang yang beriman harus meyakini

mukjizat yang lain dari pada suatu peristiwa itu, yaitu

kandungan rsisalah nya para nabi-nabi.


DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Zar Sirajuddin. M.A. Filsafat Islam. PT. Raja Grafindo, Jakarta.2007

Prof. Dr. Bakhtiar Amsal, M.A. Filsafat Agama. PT. Raja Grafindo, Jakarta.2007

http/www.hakekat kebenaran,co.id.

Das könnte Ihnen auch gefallen