Sie sind auf Seite 1von 11

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN REMATOID ARTRITIS

Dosen Pengampu : Puji Suwariyah, SST. S. Kep.

Di Susun Oleh :

1. 2. 3.

Lovi Dian Kartikasari Muhammad Suraji Tri Yuyun Rujiati

AKADEMI PERAWATAN SERULINGMAS MAOS - CILACAP 2009

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi Rhematoid Artritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama foliartritis dan melibatkan seluruh organ tubuh ( Mansjoer, 1999 ). Artritis Rhematoid adalah penyakit sistemik yang ditandai terutama oleh inflamasi kronik lapisan sinofial sendi ( Carpenito, 1999 ). Arthritis Rhematoid ( AR ) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik walaupun manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh ( Noer, 1996 ). Remathoid arthtritis adalah penyakit inflamasi yang tidak diketahui penyebabnya dikarakteristikan dengan kerusakan dan poliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, relasis dan deformitas ( Doengoes, 2000 ).

2. Etiologi Penyebab utama Artritis Rhematoid belum dapat diketahui secara pasti, menurut Mansjoer ( 1999 ) menyebutkan bahwa Artristik Rhematoid dapat disebabkan : 1. 2. 3. Imunologi Factor genetic ( keturunan ) Factor infeksi Pada Artritis yang berkaitan dengan agen infeksius, Artritis, Tonosifitis, dan Bursitis dapat menyertai penyebab yang menular sebagian inflamasi pada sendi, tendon, dan bursa berhubungan langsung dengan
2

infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. Arthritis bakterialis merupakan bentuk artritis infeksiosa yang paling cepat menghancurkan sendi.

3. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik pada RA menurut Long, 1996. 1. Awitan Arthritis Rhematoid ditandai oleh gejala umum peradangan berupa demam, rasa lemah, nyeri tubuh dan pembengkakan sendi. 2. Terjadi nyeri dan kekakuan sendi, mula mula disebabkan oleh peradangan akut dan kemudian akibat pembentukan jaringan perut. Sendi metaikarfalang dan pergelangan tangan biasanya adalah sendi sendi yang pertama kali terkena. Kekakuan terjadi paling parah pada pagi hari dan mengenai sendi secara bilateral. 3. Rentang gerak berkurang. 4. Terbentuk nodus nodus rhematoid ekstrasinofium. 5. Secara umum sakit persendian di sertai kaku dan pergerakan terbatas. 6. Lambat laun membengkak, panas, merah, lemah. 7. Perubahan bentuk tangan : a. b. c. Jari membengkak seperti alat pemukul gendering Deformitas bentuk leher angsa pada jari Ulnadefiasi pada tangan

8. Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu, rahang 9. Gejala sistemik : capai, lemas, demam, takikardi, lesu, berat badan turun, anemia, bilateral yang sistemik dari persendian kecil dan besar pada sendi sendi ekstremitas

4. Patofisiologi Detruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama detruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan enzim enzim

hidrolitik lainnya. Enzim enzim ini memecahkan tulang rawan, ligamen tendon, dan tulang pada sendi, serta dilepaskan bersama sama dengan radikal oksigen dan metabolic asam arakidonat oleh leukosit

polimernuklear dalam cairan sinofial. Proses ini diduga adalah bagian dari suatu respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara local. Detruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus rhematoid. Panus merupakan jaringan granulasi vaskuler yang terbentuk dari sinofium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Sepanjang panus di dapatkan detruksi kolagen dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel sel di dalam panus tersebut. Dalam hal ini, respon autoimun terhadapa antigen yang di produksi secara local dalam factor penyebab dari factor imunologi dapat mengakibatkan pertahanan tubuh menurun. Pada antibody yang menurun akan mempermudah masuknya bakteri ataupun mikroorganisme yang lain pada jaringan tubuh yang dapat menimbulkan reaksi peradangan hingga muncul tanda tanda infeksi ( seperti kemerahan, panas, abses, atau pembengkakan ) yang mengakibatkan terjadinya ulkus atau luka dan dapat terjadi peningkatan leukosit pada tubuh.

5. Pathway Penyakit autoimun Perubahan musculoskeletal Sendi Bakteri,virus ,miko plasma

Terjadinya proses imunologi Penurunan elastisitas sendi Destruksi jaringan sendi Tendon,Ligamen Radikal O2 Metabolik Asam bikarbonat

Menginfeksi sendi secara antigenesis

Degenerasi,erosi,klasifikasi Respon antibody ter Kartilago dan kapsul sendi hadap mikroorganime Berkurang

Fleksibilitas sendi hilang

Penurunan luas gerak sendi

REMATHOID ARTRITIS Peradangan Pembengkakan sendi Deformitas sendi lemah peradangan akut Pembentukan jaringan akut

Rentang gerak berkurang sendi

kekakuan

Mk.Resiko truma fisik Mk.Kurang


diri

terjadinya

Mk.Nyeri

Mk.gangguan citra tubuh perawatan

6. Pemeriksaan Penunjang 1. Protein C reaktif biasanya positif 2. LED meningkat 3. Leukosit normal atau meningkat sedikit 4. Anemia normasitik hipokrom akibat adanya inflasi yang kronik 5. Trombosit meningkat 6. Kadar albumin serum turun dan globulin meningkat 7. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi dan subluksasio

7. Penatalaksanaan Medis 1. Istirahat 2. Latihan 3. Panas 4. Diet seimbang 5. Farmakoterapi : a. Obat obat anti inflamasi non steroid ( contoh : aspirin, ibuprofen ) b. Kortikosteroid ( contoh : prednisone ).

8. Pertimbangan Gerontologi 1. Masa puncak dari masa tulang atau matrik tulang ada berumur 35 tahun yang kemudian berangsur-angsur akan menurun seiring dengan terjadinya perubahan penurunan estrogen pada menopause serta saat penurunan aktifitas tubuh. Pada lansia struktur kolagen kurang mampu menyerap energy, kartilago sendi mengalami degenarasi didaerah yang menyangga tubuh akibatnya proses penyembuhan lebih lama. Bila terdapat trauma hal tersebut dapat menyebabkan remathoid arthritis. Begitu pula terjadi penurunan masa otot dan kekuatan otot. 2. Pada lansia juga terjadi pemendekan diskus intervertebralis, hal ini menyebabkan lansia terlihat lebih pendek.

9. Komplikasi Menurut Mansjoer, 1999 komplikasi dari RA meliputi : 1. Dapat terbentuk nodus rhematoid ekstrasinofium di katup jantung, paru, mata atau limpa, fungsi pernafasan / jantung dapat terganggu. Dapat timbul glaucoma. 2. Vaskulitis system pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkuspeptik.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Data biografi b. Alasan masuk panti c. Riwayat kesehatan d. Pemeriksaan fisik e. Pengkajian fungsional f. Pengkajian status mental gerontik (S, d, M, Q.).

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. a. Nyeri akut atau kronis b. Gangguan mobilitas fisik c. Defisit perawatan diri d. Diagnosa keperawatan keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronik sekunder akibat atritis ( Carpenito , 2000 ) e. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

3. Fokus Intervensi a. Nyeri akut atau kronis Intervensi :

1) Mandiri a) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas nyeri ( skala nyeri 0 10 ), catat faktor faktor yang mempercepat dan tanda tanda rasa sakit nonverbal. b) Beri matras / kasur keras, bantal kecil ditinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan c) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat ditempat tidur sesuai indikasi d) Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu paien bergerak ditempat tidur, sokong sendi yang sakit diatas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. e) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran waktu bangun tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi dan sebagainya. f) Berikan masase yang lembut g) Dorong penggunaan teknik managemen dan setres h) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. i) Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. 2) Kolaborasi a) Berikan obat obatan sesuai petunjuk b) Bantu dengan terapi fisik c) Siapkan untuk intervensi operasi b. Gangguan mobilitas fisik Intervensi : 1) Mandiri a) Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi rasa sakit pada sendi

b) Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak mengganggu c) Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif. d) Ubah posisi dengan sering gerakan personal cukup

demonstrasikan atau bantu teknik pemindahan dan pemegangan bantuan mobilitas. e) Gunakan bantal kecil atau tipis dibawah leher. f) Dorong pasien mempertahankan postur tegap dan duduk tinggi berdiri berjalan g) Berikan lingkungan yang aman 2) Kolaborasi a) Konsul ulang ahli terapi fisik b) Berikan matras busa atau pengaruh tekanan c) Siapkan untuk intervensi bedah c. Defisit perawatan diri Intervensi : 1) Mandiri a) Rujuk ke terapi ekskupasi untuk teknik penghematan energy dan penggunaan alat bentu. b) Berikan penghilang rasa nyeri sebelum klien melakukan aktivitas perawatan diri ( rujuk ke diagnosa perawatan nyeri kronis ) c) Berikan privasi dan lingkungan kondusif untuk melakukan setiap aktivitas d) Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat adekuat e) Ajarkan tentang berbagai alat bantu yang tersedia untuk digunakan di rumah d. keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronik sekunder akibat atritis ( Carpenito , 2000 ) Intervensi :

1) Mandiri a) Diskusikan penyebab keletihan 1) Nyeri sendi 2) Penurunan efisiensi tidur 3) Peningkatan upaya yang diperlukan untuk aktivitas b) Ijinkan ekspresi perasaan tentang efek efek keletihan pada hidupnya 1) Identifikasi aktivitas yang sulit 2) Mempengaruhi tanggungjawab peran 3) Frustasi c) Kaji kekuatan individu untuk mengidentifikasi kemampuan dan minta : 1) Identifikasi nilai dan minat klien 2) Identifikasi area keberhasilan dan manfaat klien : tekankan keberhasilannya pada masa lalu 3) Gunakan informasi ini untuk mengembangkan tujuan bersama klien 4) Bantu mengidentifikasi sumber pengharapan 5) Bantu untuk mengembangkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis d) Bantu klien menjadwalkan dan mengkoordinasikan prosedur dan aktivitas untuk mengatur pola energy e) Jelaskan tujuan untuk mencetuskan dan mempreoritaskan 1) Bantu individu untuk mengidentifikasi prioritas untuk menghilangkan aktivitas yang tidak penting 2) Rencanakan setiap hari untuk menghindari pembuatan keputusan yang membuang energy yang tidak perlu 3) Atur kerja dengan bagian bagian yang mudah dicapai 4) Bagi tugas sulit dalam seminggu 5) Istirahat sebelum melakukan tugas yang sulit dan berhenti sebelum terjadi keletihan

10

f) Ajarkan teknik konservasi energy 1) Modifikasi lingkungan a) Ganti tangga dengan jalan yang landai b) Pasang pager pengaman c) Tinggikan kursi 7,5 cm 10 cm d) Atur dapur atau area kerja e) Kurangi berjalan menaiki atau menuruni tangga f) Rencanakan makan sedikit tapi sering untuk menurunkan kebutuhan energy untuk pencernaan e. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan Intervensi : 1) Mandiri a) Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan b) Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses akut melalui diet, obat obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat c) Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat perawatan pribadi, pemberian obat obatan, terapi fisik dan manajemen stress d) Tekankan pentingnya melanjutkan menejemen farmakoterapi e) Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat obatan yang dijula bebas tanpa persetujuan dokter f) Dorong pertahankan posisi tubuh yang benar pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas. Missal : menjaga agar sendi beban tetap untuk meregang periode tidak fleksi,

menggunakan

yang

ditentukan,

menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh.

11

Das könnte Ihnen auch gefallen