Sie sind auf Seite 1von 24

INSTALASI SISTEM KEBAKARAN Sistem distrubusi air pemadam kebakaran diambil dari

groundtank/reservoir menggunakan pompa Fire Main Pump, Diesel Fire Pump dan Jocky Pump. Sistem instalasi pipa kebakaran ini bisa tersendiri (main pump hydrant dan main pump sprinkler) atau bisa menjadi satu dengan melalui pipa header (fire main pump, diesel fire pump dan jocky pump) dan instalasi ini terhubung dengan pressure tank , pada pressure tank terpasang pressure swicth yang digunakan untuk mengoperasikan pompa secara otomatis dan di-set sesuai dengan tekanan (standar instalasi pipa gedung) kemudian pipa header dibagi menjadi dua instalasi pipa yaitu pipa hydrant (warna merah) dan pipa sprinkler (warna orange). (Teknik, 2005) Hydrant Hydrant adalah suatu sistem penanggulangan kebakaran yang efektif dengan menggunakan media air. Hydrant dibagi menjadi 2 yaitu hydrant halaman (pillar) dan hydrant gedung (box). Dalam mengevaluasi perencanaan instalasi pemadam dengan sistem hydrant kebakaran diperlukan perhitungan kebutuhan air pemadam, kehilangan tekanan, jenis dan spesifikasi pipa kebakaran, debit dan head pompa yang digunakan. (Adhiatma, 2011) Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menanggulangi kebakaran secara manual dengan menggunakan hydrant box , hydrant box ini tersedia pada setiap lantai dengan beberapa zone /tempat. Pada hydrant box terdapat fire hose[ selang ] ,nozzle, valve, juga terpasang alat bantu control manual call point, alarm bell serta indicating lamp dan untuk diluar gedung [ area taman / parkir ] terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet.(Teknik, 2005) Sistem hydrant tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah, dimana terdiri atas: 1. 2.
3.

Tempat penyimpanan air (Reservoir) Sistem distribusi Sistem pompa hydrant

Berikut akan dijelaskan masing-masing dari system tersebut:

1.

Tempat penyimpanan air (reservoir) Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas tanah maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menampung air untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan hydrant dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit. Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali dari sumbersumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia dalam reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air sungai, dll.

2.

Sistem Distribusi Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan system jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:
o

Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa mengalami kerusakan. Semburan air hydrant lebih stabil, meskipun seluruh titik hydrant dibuka. Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydrant biasanya

berukuran 12-16 inch. Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter.

Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese. Sambungan ini terdiri dari satu / dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan melalui mobil pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.
3.

Sistem pompa hydrant Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta mematikan keseluruhan sistem dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa. Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan menyemburkan air. Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari:
o

Pompa Generator Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati Pompa Utama Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik hydrant (Wisaksono dan Rahayu, 2008). Bila tekanan/pressure tank turun setelah jockey pump tidak sanggup lagi mengatasi (jockey pump akan mati sesuai dengan setting pressure tank) maka main pump akan bekerja.(Teknik, 2005) Pompa Jockey Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada pipa dan pressure tank (Teknik, 2005) dan mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant (Wisaksono dan Rahayu, 2008) Pompa Diesel Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa mengalami kerusakkan atau gagal operasional [listrik padam] dan pompa main pump serta jocky pump berhenti bekerja mensupply air maka diesel fire pump akan melakukan start secara otomatis berdasarkan

pressure swicth . Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis menggunakan panel diesel stater, panel ini juga melakukan pengisian accu/me-charger accu dan dapat bekerja secara manual dengan kunci stater pada diesel tersebut . Untuk perawatan pada diesel fire pump ini dilakukan pemanasan setiap minggu [2xpemanasan] ,sebelum dilakukan pemanasan diesel dilakukan pemeriksaan pada accu, pendingin air [air radiator] dan peng-checkkan pada pelumas mesin [oli mesin].
o

Sambungan Siemense Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa [diesel fire pump, fire main pump dan jocky pump] tidak bisa di operasional / gagal bekerja pmaka dilakukan pengisian air kedalam jaringan pipa dari mobil pemadam kebakaran/ pompa yang cadangan ada lain untuk keadaan menggantikan fungsi peralatan dalam

emergency, siemese conection dipasang pada instalasi pipa sprinkler dan hydrant.
o

Sistem Fire Alarm Fire alarm adalah merupakan sistem untuk membantu pemilik gedung untuk mengetahui secepatnya suatu sumber kebakaran, sehingga sebelum api menjadi besar pemilik gedung sudah dapat mengambil tindakan pemadaman . Sistem ini memakai panel kontrol [ MCFA ] yang biasanya dikontrol dari ruang teknik dan panel Annuciator [panel kontrol tambahan] di pasang di ruang posko security agar petugas keamanan juga bisa cepat mengetahui lokasi kebakaran pada setiap lantai.

Diagram Fire Alarm System Bagi gedung - gedung modern sudah merupakan keharusan untuk memiliki Fire Alarm System. Beberapa peralatan dalam system Fire Alarm Control ini yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. MCFA ANNUCIATTOR PANEL PEMBAGI MANUAL PUSH BOTTOM DAN JACK PHONE PHOTO ELECTRIC SMOKE DETECTOR RATE OF RISE HEAT DETECTOR ALARM BELL INDICATION LAMP FLOW SWICTH 2008)

10. MANUAL CALL POINT DAN ALARM BELL (Isnanto,

TEORY DASAR PEMASANGAN HYDRANT Dilihat dari sisi tujuan utama penyaluran air ini, desain hidran harus didasari oleh beberapa elemen operasional. Hal-hal yang termasuk di dalamnya adalah : a. Berapa banyak air yang dibutuhkan (GPM atau L/min) untuk proses pemadam api.

b. c. d. e. f. g. h.

Berapa banyak dan dengan ukuran berapa penghubung pipa yang ingin digunakan. Penentuan ukuran pipa dan pasangan masukan pipa pada daerahnya. Arus konfigurasi (ke depan) dari alat pemadam. Kejelasan dan kenampakan. Karakteristik kinerja hidran. Besarnya head (tekanan statis) yang disediakan oleh system. Kondisi iklim daerah tersebut. Pada suatu bangunan, sistem keamanan merupakan faktor yang tidak boleh

dilupakan. Risiko yang harus ditanggung mungkin akan sangat besar bila sistem keamanan itu tidak dipasang. Salah satu sistem keamanan pada gedung adalah sistem pemadam kebakaran. Sekarang sistem pemadam kebakaran sangat banyak dan bervariasi, mulai dari menggunakan cara klasik, yaitu air, sampai dengan yang menggunakan busa (foam). Seharusnya setiap gedung memiliki sistem perpompaan untuk menanggulangi bahaya kebakaran. Namun demikian hal itu kadangkala juga tidak cukup efektif untuk mencegah agar kebakaran tidak menjadi semakin besar. Hal seperti ini bisa terjadi karena pompa tidak mampu menyediakan air dengan jumlah yang banyak dan dalam waktu singkat. Selain itu mungkin pompa justru rusak karena kebakaran itu sendiri. Bila demikian yang terjadi maka akan fatal akibatnya. Untuk itulah diperlukan adanya penyedia air tambahan guna mencegah kemungkinan buruk seperti diatas. Penyedia air cadangan ini sering disebut dengan hidran. Sumber air hidran dapat berasal dari suatu sumur tersendiri atau dari PDAM. Sistem penyedia air pada daerah pemukiman didesain utnuk menyediakan air tidak kurang dari 1000 GPM (3785 L/min) untuk masing-masing hidran. Sedangkan untuk gedung komersial dan daerah apartemen multiguna, volume air seharusnya lebih banyak karena aliran iar yang dibutuhkan ribuan GPM. Biasanya dibutuhkan 2 atau lebih hidran untuk menyediakan air secara simultan. Operasi dari pemadam kebakaran terkait dengan beberapa pertimbangan. Sebagai contoh apabila telah dipasang sistem hidran yang baru maka unit kebakaran harus mengikuti perkembangan dari sistem yang baru itu agar dapat bekerja. Desain

hidran harus mampu dan dapat dengan mudah menyediakan kebutuhan air untuk mesin pemadam. Sebaiknya digunakan mesin pemadam yang lebih modern, contohnya, bila brigade pemadam memiliki mesin pemadam kecil yang dilengkapi dengan pipa berdiameter sedang dan debit pompa 750 GPM (2850 L/min), namun bila juga dilengkapi dengan sistem water supply yang tepat guna (sustainable) mesin tersebut dapat diganti dengan mesin yang dilengkapi dengan pipa yang berdiameter lebih besar dan kapasitas pompa 1250 GPM (4732 L/min) atau bahkan lebih. Untuk keperluan darurat, lembaga pemadam kebakaran membuat beberapa peraturan di luar peraturan standar operasi. Lubang output hidran harus mengikuti standar regional yang sesuai dengan seluruh mesin pemadam api. Jika ukuran diameter output tidak luas dan lubangnya telah ditentukan, maka disarankan untuk menggunakan konfigurasi storz 5. Hidran harus mudah dikenali dan mudah dicapai. Instalasi dan penempatan harus memperhitungkan bentuk hidran dan sesuai dengan posisi dari pipa dan outputnya. Saran untuk penempatan hidran akan dijelaskan kemudian. Hidran oleh orang harus yang sederhana, tidak dapat bekerja dan pipa beroperasi. harus Bagian pengoperasian seharusnya segi lima atau segitiga untuk menghindari pemalsuan kompeten. Pelepasan dikhususkan pembukaannya, dengan cara counter-clockwise dan close clockwise. Pipa air utama bawah tanah dan saluran cabang hidran harus beroperasi berdasarkan standar lokal atau regional. Desain hidran harus menyeiakan untuk rata-rata yang akan diterapkan padanya. Tekanan kerja minimum dari fire hydrant berkisar pada 150 psi. Instalasi hidran pada instalasi bertekanan lebih tinggi harus dirata-rata secara cermat. Semua hidran harus diuji statik pada tingkat kedua tekanan kerja. Pada iklim sedang di mana pembekuan bukan suatu masalah, mayoritas perancangan hidran yang rapi (efficient hydrant) adalah hidran tong basah di mana pipa ditempatkan di atas tanah dan dapat dikendalikan secara terpisah. Pada iklim dingin, hidran tong kering dibutuhkan dengan menggunakan pipa operasi tunggal yang ada di bawah tanah pada dasar dari bangunan dan dengan menyediakan keseluruh output ketika dihidupkan.

Penempatan Hidran Ada berbagai hal yang harus diperhatikan di dalam menempatkan hidran agar hidran itu dapat digunakan dengan baik pada saat diperlukan. Penjelasan selengkapnya adalah seperti dibawah ini : Standar Ruang Hidran. Standar penempatan hidran yang sering digunakan adalah dengan meletakkan hidran setiap 500 ft. Untuk aplikasinya, standar ini merupakan penunjuk jalan dan memerlukan sedikit penyimpangan pada ruang yang harus disediakan. Ketika menentukan aplikasi penempatan hidran, hal yang seharusnya dipertimbangkan adalah penempatan, rintangan, kedekatan dengan struktur yang dilindungi, jalan ke lokasi dan keadaaan lain dimana pengaturan peletakan hidran harus diperhatikan. Pada kondisi dimana semua mesin pemadam dilengkapi dengan 4 in (100mm) atau lebih luas dari diameter selang (LDH), jarak maksimum antar hidran dapat disamakan dengan panjang layanan dari pembawa LDH. Sebagai contoh, jika panjang layanan terkeciol dari pembawa LDH pada mesin adalah 900 ft, maka diperbolehkan untuk menambah jarak hidran. Bilamana perlu hingga 900 ft, hal ini diijinkan karena akan menghasilkan penghematan biaya yang dignifikan. Pada kondisi dimana mayoritas hidran ditempatkan pada jarak 800 ft maka perlu ditempatkan 3 hidran berjarak 400 ft. Jika pemadam kurang dari 800 ft pada setiap mesin, maka 2 hidran berjarak 800 ft sudah cukup layak. Dengan alasan keamanan umum, adalah sangat tidak obyektif bagi perancang sistem hidran untuk memaksimalkan jarak antar hidran. Khususnya lokasi dimana struktur berada jauh dari jalan umum. Beberapa alasan harus diberikan untuk menjamin bahwa semua struktur berada dalam jangkauan dari peralatan standar pembagian selang hidran. Oleh karena itu hidran sangat dianjurkan untuk ditempatkan pada jalan masuk atau di sisi-sisi jalan utama hingga ke cabang-cabangnya sehingga hidran dekat dengan struktur yang akan dilindunginya.

Risiko Dasar dan Penempatan Hidran Hidran sangat perlu disediakan dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air untuk struktur dengan risiko yang besar atau tinggi. Kombinasi aliran dari dua atau lebih hidran mungkin dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan air dan masing-masing hidran harus berada dalam jarak 500ft atau dalam jarak selang LDH dari struktur. Pertimbangan lainya adalah pemeliharaan dari akses kendaraan. Jika dimungkinkan, hidran harus diletakkan pada lokasi dimana mesin dan jalur selang dapat dihubungkan tanpa harus menutup jalur akses kritis. Pemeliharaan akses hidran merupakan persoalan yang penting. Sebuah hidran tidak akan berguna jika tujuannya tidak terpenuhi karena terisolasi oleh pagar, gerbang atau gangguan lain yang membuatnya tidak dapat digunakan sebagai alat untuk melindungi struktur yang dikehendaki. Bila dinding gerbang, pagar, dan gangguan lain dibangun belakangan dan hal itu mempengaruhi kegunaan dari hidran maka harus dilakukan relokasi hidran. Penempatan hidran tambahan juga harus dipertimbangkan. Jika dimungkinkan, hidran jangan ditempatkan terlalu dekat dengan struktur yang mungkin akan mengakibatkan hidran tersebut tidak dapat digunakan jika struktur itu terbakar oleh api yang sangat besar. Pada keadaan dimana struktur dibangun disisi jalan, aturan 500 ft seharusnya digunakan, dimulai dari posisi yang aman dari struktur yang dilindungi, dan hidran itu tetap digunakan. Sebelum menentukan lokasi yang spesifik untuk sebuah hidran, kepala pemadam atau wakilnya harus membicarakannya untuk menjamin bahwa semua pekerjaan (operasi) dan permasalahan lapangan telah dipikirkan dahulu hingga penempatan final hidran ditentukan. Instalasi Hidran Ada beberapa kesalahan yang umum dilakukan saat instalasi hidran baru yang bervariasi dari saat perancangan awal hingga pengaturan akhir. Berbagai pertimbangan lain digunakan berkaitan dengan lokasi pemasangan hidran. Jika pemasangan hidran ini tidak diperhatikan dengan

semestinya, hidran mungkin hanya akan tampil kokoh dan kuat, namun bila keadaan memburuk justru sulit atau bahkan tidak dapat digunakan. Instalasi hidran harus diatur secara detil dengan semua bagian yang terkait fungsi dan konstruksinya. Jika hidran dipasang pada daerah yang tidak datar maka hidran harus disesuaikan penempatannya sehingga sesuai dengan tingkat ketinggian yang seharusnya. Pemasangan hidran sebaiknya dilakukan bersama perusahaan pelengkapnya untuk menjamin kecocokan dan menghindari kesalahan. Jangan sampai terjadi ada bagian yang tidak disambungkan dengan hidran atau terjadinya hambatan pada pengoperasian hidran. Tidak boleh ada perlengkapan atau fasilitas lain dengan jarak 1 meter dari badan hidran, dan tidak boleh ada yang diletakkan di depan outlet hidran, juga tidak boleh ada yang diletakkan diantara jalan raya. Berikut ini adalah gambargambar penempatan instalasi hidran yang tidak tepat. Diluar negeri, khususnya Eropa, perusahaan hidran direpotkan oleh penggunaan hidran dibawah tanah dengan lokasi yang sempit, yaitu seperti di trotoar atau di pinggir jalan. NPFA Standard Bagian tengah (diameter) dari keluaran pipa air tidak boleh kurang dari 18 in(457 mm) diatas rata-rata akhir atau saat di rumah, pipa 12 in (305 mm) di atas lantai. Hidran hidran. Pemasangan dan instalasi dari hidran harus disesuaikan dengan ketentuan pemerintah dengan aturan-aturan hukum yang berlaku. Pengecualiannya, hidran milik umum dianggap sebagai pertemuan dari semua atau sebagian dari syarat-syarat. Hidran harus diletakkan dengan ketinggian minimum 40 ft (12,2 m) dari gedung. Pengecualiannya, jika tinggi minimum diatas tidak dapat terpenuhi, peletakan dengan ketinggian minimum di atas tidak dapat terpenuhi, peletakan dengan ketinggian kurang dari 40 ft (12,2 m) dari gedung atau dinding diperbolehkan. harus dilindungi dari gangguan secara mekanis. Perlindungan ini tidak boleh sampai menggangu hubungan atau kerja dari

KODE WARNA DAN JARAK Ada aturan tertentu didalam memberi warna hidran. Penggunaan warna tertentu ini untuk menjamin bahwa hidran dapat dengan mudah dikenali oleh dinas pemadam kebakaran dalam kondisi darurat. Warna Dasar Karena hidran hanya dibutuhkan pada keadaan darurat, hidran kebakarn harus dapat dikenali oleh petugas kebakaran atau masyarakat umum. NFPA (National Fire Protection Association) telah menentukan bahwa hidran untuk pemadam kebakaran harus berwarna kuning krom. Setelah peraturannya diadopsi tahun 1970, warna selain kuning krom dapat digunakan. Warna yang sering digunakan adalah putih merah terang, perak krom, dan kuning lemon. Dengan tidak adanya aturan yang mengikat penggunaan warna, aspek yang sangat penting adalah konsistensi dari penggunaan warna pada suatu daerah. NFPA juga mendeskripsikan adanya perbedaan spesifikasi fungsi yang disediakan oleh hidran untuk umum dan hidran milik pribadi. Oleh karena itu, NPFA mengklasifikasikan bahwa hidran milik pribadi harus dibedakan warnanya dengan hidran milik umum. Selanjutnya warna lembayung ditetapkan sebagai kode warna internasional untuk hidran yang bukan untuk air minum. Dengan hidran demikian hidran yang sumbernya bukan untuk air minum harus berwarna lebayung (ungu muda). Organisasi pemadam kebakrana merekomendasikan warna dasar dari hidran kebakaran sebagai beikut : Tabel 2.5 Warna dasar dan kepemilikannya KEGUNAAN Milik pemerintah Milik pribadi Bukan untuk air umum Pembacaan Label Standar NPFA. Hidran dengan tekanan rata-rata 20 psi (1.4 bar), dibagian atas hidran harus tertera tekanan standarnya. Pada bagian atas dan tutup pipa keluaran juga tertera kapasitas rata-rata dari volume maksimum hidran. WARNA DASAR Kuning krom Merah Lembayung

Klasifikasi dan penilaian dari hidran pada bab ini didasarkan pada hasil uji aliran. Bila hidran digunakan pada saat kebakaran, nilai dai kapasitas aliran yang tertera sangat berguna bagi petugas pemadam kebakaran. Hidran pemadam kebakaran yang tidak digunakan lagi atau tidak dapat berfungsi harus diwarnai dengan warna hitam pada bagian pipa keluaran, katup, bagian atas serta bagianbagian yang tampak. Hidran yang tidak berfungsi sementara harus diberi tanda peringatan sementara dengan keterangan keadaan hidran tersebut. NPFA telah memberi kode warna pada tutup atau sumbat dari hidran sebagai kode standar dari aliran yang digunakan dengan tekanan standar 20 psi.

Tabel 2.6 warna kode standar KELAS C B A AA TEKANAN Kurang dari 500 GPM 500-999 GPM 1000-1499 GPM 1500 ke atas WARNA Merah Jingga Hijau Biru muda

Pelaksanaan dan Aplikasi Walau kelihatannya tidak terlalu penting, orientasi keluaran sangat berpengaruh pada efektivitas petugas pemadam kebakaran di dalam menggunakan hidran. Tekanan aliran yang diperlukan dari mesin pemadam kebakaran menuju lokasi kebakaran ditentukan oleh orientasi keluaran hidran. Lokasi keluaran hidran merupakan kendala utama dalam penentuan efektivitas waktu dan penempatan mobil pemadam. Saat tekanan utama rendah dan mesin harus memompa langsung dari hidran. Orientasi dari keluaran dapat mempengaruhi kecepatan dan efektivitas sambungan yang memiliki prosedur yang rumit. Ketentuan yang umum, keluaran pompa hidran harus tegak lurus terhadap pinggir jalan, menghadap ke jalan, atau dipasang dengan sudut 45o terhadap jalan. Pemilihan arah keluaran pompa, baik tegak lurus atau membentuk sudut 45o, tergantung dari jenis hidran yang digunakan. Proses kerja dari dinas pemadam kebakaran, dan kondisi lingkungan di mana hidran itu dipasang. Banyak perlengkapan pemadam kebakaran yang telah dilengkapi sambungan tambahan pada bagian depan penghisap yang dapat disambungkan langsung pada hidran. Sambungan ini biasanya terletak di bagian kanan depan dari mobil hidran. Desain ini sesuai dengan hidran yang memiliki pompa keluaran yang menghadap ke mesin pompa dengan sudut 45o. Konfigurasi ini memudahkan pemasangan selang pemadam, dengan hidran yang dekat dengan pinggir jalan, dengan tidak menghalangi jalan (yang akan digunakan peralatan pemadam yang lain), dan pada waktu yang sama tidak akan membuat selang terbelit dan tersumbat sehingga menghalangi aliran ait. Hidran dengan keluaran yang menghadap ke sambungan selang pemadam dengan sudut 45o memiliki beberapa kelebihan. Saat selang dipasang pada hidran,

posisi yang benar didapat saat hidran terletak dibagian depan sebelah kanan dari kaca depan pengemudi. Dengan meletakan hidran di sebelah kanan jalan (dengan keluaran pompa menghadap keluar) akan menghasilkan selang yang berbentuk setengah tapal kuda sehingga selang tidak terbelit atau tersumbat. Pada hidran yang diletakkan di sebelah kiri jalan (dengan keluaran pompa menghadap ke selang), hidran yang terletak di sebelah kiri kaca depan pengemudi akan menyebabkan jarak yang sangat besar antara sambungan penyedot bagian depan mesin pemadam dengan hidran. Akibatnya, selang terbelit dan tersumbat. Jika hidran terletak di sebelah kiri jalan maka akan menyebabkan sambungan menjadi pendek. Selang penyedot di bagian depan mingkin tidak akan sampai ke keluaran pompa sehingga diperlukan sambungan dari samping mobil pemadam kebakaran. Jika suatu mesin pemadam tidak dapat menyambung dengan hidran karena posisi kendaraan saat diparkir, orientasi sudut 45o masih memungkinkan untuk memperpanjang sambungan selang air dari mobil pemadam ke mesin pompa. Jika ada mobil yang menghalangi hidran, keluaran dengan sudut 45o menyediakan ruang cukup besar untuk menyambung selang air dengan diameter yang besar, penyesuaian sambungan, dan peralatan lain seperti katup 4 saluran. Peralatan yang lebih kuno, yang tidak memiliki penyedot bagian depan, keluaran dengan orientasi 45o bekerja lebih efisien dibanding orientasi tegak lurus untuk kebanyakan sambungan samping. Jarak sambungan antara mesin pompa dengan hidran pendek sehingga mengurangi efek pembelitan pada selang air. Jika keluaran pompa menghadap ke selang air, mesin dapat menyedot air dari hidran walaupun hidran terletak di samping mobil pemadam. Melihat kenyataan di lapangan itu maka diperlukan referensi standar di dalam penempatan hidran aar diperoleh keuntungan yang lebih besar. Tabel 2.7 warna dan kapasitas hidran WARNA Biru Hijau Jingga Merah KELAS AA A B C KAPASIATAS ALIRAN @ 20 PSI 1500 GPM atau lebih 1000-1499 GPM 500-999 GPM Dibawah 500 GPM

Perancangan dan Instalasi Hidran

Cara pemasangan sistem hidran untuk gedung menurut SNI 03-1745-1989 adalah sebagai berikut : a. Peralatan dan komponen sistem hidran gedung : hidran terdiri dari kotak hidran dan kopling pengeluaran air, pompa dan instalasinya, serta perpipaan. b. c. d. e. f. g. Jumlah dan perletakan hidran gedung disesuaiakn dengan klasifikasi bangunan dan luas lantai ruangan yang dilindungi oleh hidran. Debit air minimum 400 liter/menit dan minimum tekanan pada titik tertinggi sebesar 4,5 kg/cm2. Diameter selang minimum 3,75 cm (1,5 inch) Diameter pipa tegak untuk klasifikasi A,B,(5 cm), klasifikasi D (6,25 cm). Ukuran kotak hidran : panjang 52 cm, lebar 15 cm dan tinggi 66 cm. Kopling pengeluaran aliran air : Hidran gedung dengan pipa tegak yang berdiameter minimum 10 cm harus mempunyai kopling pengeluaran aliran air berdiameter minimum 6,25 cm yang sejenis dengan kopling peralatan unit mobil pemadam kebakaran. h. Persyaratan bahan : harus baru, berkualitas baik, minimum klas medium, memnuhi spesifikasi bahan bangunan dalam SKBI dan SII, bahan pipa dan fitting terdiri dari baja, baja galvanis, besi tuang dan tembaga. Bahan kompnen hidran terdiri dari kotak hidran, selang gulung, pipa pemancar, pipa hidran. i. j. k. l. Kotak hidran dipasang pada ketinggian 75 cm dari permukaan lantai. Sumber air dapat berasal dari PDAM, BPAM, sumur artetis, sumur dalam, persediaan air minimum 30.000 liter. Pompa menggunakan pompa kebakaran, minimal 1 buah, sumber tenaga berupa generator darurat. Instalasi hidran gedung : pipa induk (15 cm), pipa cabang (10 cm). Cara pemasangan sistem hidran halaman sama dengan cara pemasangan sistem hidran untuk gedung, terkecuali hidran yang hanya terdiri dari kopling pengeluaran aliran air, debit air 1000 1/menit, diletakkan 10 m dari jalan lingkungan, dipasang dengan ketinggian 50 m dari permukaan tanah, panjang selang 30 m dan diameter 6,25 cm.

Instalasi pipa 6,25 cm menggunakan sambungan ulir, pipa yang lebih kecil dari 6,25 menggunakan sambungan las, pipa horizon dalam bangunan harus diberi penggantung, pipa yang menembus beton bangunan harus diberi selongsong, pipa yang menembus beton bangunan yang mempunyai lapisan kedap air, rongga antara pipa dengan selongsong dibuat kedap air, sambungan pipa terdiri dari sambungan ulir, sambungan las dan sambungan cepat. Setelah instalasi selesai dipasang, lakukan pengujian kebocoran dengan tekanan hidrostatik 20 kg/cm2 selama 4 jam. Semua sistem hidran diuji secara berkala 3 bulan sekali. Berita acara pengujian dan sertifikat layak pakai dikeluarkan oleh instasi yang berwenang. (Adhiatma, 2010) KEBUTUHAN AIR HYDRANT Hydrant Halaman Hydrant halaman atau biasa disebut dengan hydrant pilar, adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan oleh mobil PMK untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil PMK.

Untuk menentukan kebutuhan pasokan air kebakaran menggunakan perhitungan SNI 03-1735-2000 sbb:

Pasokan air untuk hydrant halaman harus sekurang-kurangnya 2400 liter/menit, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit.

Jumlah pasokan air untuk hydrant halaman yang dibutuhkan ditunjukkan pada rumus berikut : V V Q t = Q x t.(2.1) = Volume air yang dibutuhkan hydrant (liter) = Debit aliran untuk hydrant pilar (liter/menit) = Waktu pasokan air simpanan (menit) Dimana :

Sumber: (SNI 03-1735-2000) Hydrant Gedung Hydrant gedung atau biasa disebut dengan hydrant box adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang menggunakan pasokan air dan dipasang di dalam bangunan atau gedung. Hydrant box biasanya dipasang menempel di dinding dan menggunakan pipa tegak (stand pipe) untuk menghubungkan dengan pipa dalam tanah khusus kebakaran. Untuk menentukan kebutuhan pasokan air kebakaran menggunakan perhitungan SNI 03-1745-2000 dan NFPA (National Fire Protection Association) sbb :

Pasokan air untuk hydrant gedung harus sekurang-kurangnya 400 liter/menit, serta mampu mengalirkan air minimal selama 30 menit. Jumlah pasokan air untuk hydrant gedung yang dibutuhkan ditunjukkan dalam rumus sebagai berikut: V V Q t = Q x t.(2.2) = Volume air yang dibutuhkan hydrant (liter) = Debit aliran untuk hydrant pilar (liter/menit) = Waktu pasokan air simpanan (menit) Dimana :

Sumber Air Air untuk kebutuhan instalasi pemadam kebakaran di peroleh dari: 1. 2. Sumur dalam. PDAM kota bersangkutan.

Sumber air ini sangat berpengaruh dengan debit yang dikeluarkan. Penentuan Perletakan Hydrant Hydrant Halaman Untuk menentukan jumlah dan titik hydrant halaman menggunakan acuan SNI (Standar Nasional Indonesia) no. 03-1735-2000 sbb:

Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hydrant kota. Bila hydrant kota yang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus disediakan hydrant halaman.

Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hydrant halaman, maka hydrant-hydrant tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam.

Hydrant halaman (pilar) ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari api dan penyaluran pasokan air ke dalam bangunan dilakukan melalui katup siamese.

Hydrant kota (fire hydrant) bentuknya sama dengan hydrant halaman, tetapi mempunyai dua katup atau tiga lubang untuk selang kebakaran.

Hydrant Gedung Untuk menentukan jumlah dan titik hydrant gedung menggunakan acuan SNI (Standar Nasional Indonesia) dan NFPA (National Fire Protection Association) sbb:

Lokasi dan jumlah hydrant bangunan (kotak Hydrant/box hydrant) diperlukan untuk menentukan kapasitas pompa yang digunakan untuk menyemprot air.

Hydrant ditempatkan pada jarak 35-38 meter satu dengan lainnya, karena panjang satu dengan lainnya. Selang kebakaran dalam kotak hydrant adalah 30 meter, ditambah sekitar 5 meter jarak semprotan air.

Pada atap bangunan yang tingginya lebih dari 8 lantai, perlu juga disediakan hydrant untuk mencegah menjalarnya api ke bangunan yang bersebelahan.

Hydrant/selang kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau dan relatif aman, dan pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat.

Gambar 8.4.4. Cara Pemakaian Hydrant Syarat-syarat Khusus Hydrant Kebakaran Syarat-syarat khusus ini adalah merupakan ciri hydrant dan harus dilaksanakan dalam pengerjaannya.

Komponen hydrant kebakaran terdiri dari: sumber air, pompa kebakaran, selang kebakaran, penyambung, dan perlengkapan lainnya. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik tersendiri dari sumber daya darurat. Selang kebakaran dengan diameter minimum 1,5 inci (3,8 cm) harus terbuat dari bahan yang tahan panas, dengan panjang maksimum 30 meter.

Peralatan hydrant harus dicat merah. (Adhiatma, 2011)

SPRINKLER Sistem ini bekerja secara otomatis untuk mendeteksi adanya kebakaran, mengaktifkan alarm, dan melakukan pemadaman kebakaran. Sistem ini terdiri dari beberapa pipa gantung yang dilengkapi dengan head sprinkler. Masing-masing dari head sprinkler ditutup oleh sekat yang berupa tabung gelas dimana di dalamnya terdapat cairan yang peka terhadap panas. Bila temperatur di dalam ruangan meningkat melebihi batas toleransi yang ditetapkan maka cairan tersebut akan memuai dan memecahkan tabung gelas tersebut dan air akan keluar dari pipa. Keuntungan dari sistem ini yaitu hanya beroperasi di daerah yang terjadi kebakaran dan dengan cepat dapat memadamkan api sekaligus melindungi struktur dan isi bangunan dengan efektif. Sistem ini terhubung dengan reservoir, sistem pompa kebakaran, dan sistem alarm. Tiap-tiap head sprinkler beroperasi secara sendiri-sendiri, sehingga bila terjadi kebakaran di suatu tempat maka hanya head sprinkler yang berada dalam area kebakaran saja yang bekerja, sedangkan yang lain tidak. Sehingga supply air bisa dimanfaatkan secara optimal ke wilayah yang memerlukan. Sistem ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan sistem hydrant. Air semburan dari hydrant cenderung membasahi seluruh ruangan (termasuk daerah yang tidak terbakar). Kemudian hydrant menggunakan air dengan debit yang jauh lebih banyak dan dalam operasionalnya dapat menimbulkan efek water damage yang lebih besar dari sprinkler. Sebuah studi menunjukkan bahwa bangunan yang dilindungi dengan sprinkler 76 % diantaranya dapat dipadamkan dengan 5 head sprinkler yang aktif atau kurang, dan 96% dengan aktifnya 25 head sprinkler atau kurang. (Wisaksono dan Rahayu, 2008) Pipa Sprinkler Instalasi pipa ini berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara otomatis disetiap ruangan melalui head sprinkler , pipa sprinkler dipasang pada setiap lantai [dalam flapon] dengan jarak antara 3 sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada salah satu lantai maka panas api dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler. URAIAN SYSTEM

1.

Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.

2.

Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm memerintahkannya. Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser. Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.

PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI 2. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.

Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.

Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian pompa cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja. Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya gangguan.

Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah Start otomatis dan Mati secara Manual. Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.

2. 3. 4.

Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan. Manometer : Alat untuk membaca tekanan Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.

5. 6. 7.

Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.

DIAGRAM SYSTEM

(Adhiatma, 2008)

DAFTAR PUSTAKA : Adhiatma, G. Santosa. 2010. TEORY DASAR PEMASANGAN HYDRANT. http://galihsantosa.wordpress.com/2010/02/25/teory-dasar-pemasanganhydrant/. Diambil tanggal 04 Maret 2011 Adhiatma, G. Santosa. 2011. KEBUTUHAN AIR SISTEM HYDRANT. http://galihsantosaadhiatmablog.blogspot.com/2011/02/kebutuhan-airsistem-hydrant.html. Diambil tanggal 04 Maret 2011 Isnanto. 2008. FIRE FIGHTING SISTEM SPRINKLER. http://masisnanto.blogdetik.com/2008/12/30/fire-fighting-sistemsprinkler/#more-60. Diambil tanggal 04 Maret 2011 Teknik, Skhwaner. 2005. SISTEM SPRINKLER DAN HYDRANT.

http://teknisigedung.blogspot.com/2005/09/sistem-instalasikebakaran.html. Diambil tanggal 04 Maret 2011 Wisaksono, Haryo dan Rahayu, Triana. 2008. MANAJEMEN RISIKO. http://www.asuransi.astra.co.id/index.php?page=news.read&id=100. Diambil tanggal 04 Maret 2011

Das könnte Ihnen auch gefallen