Sie sind auf Seite 1von 110

http://inzomnia.wapka.

mobi

TRIO DETEKTIF ROUGH STUFF by G. H. Stone Copyright 1989 by Random House, Inc. Text by G. H. Sone. Based on characters created by Robert Arthur. This translation published by arrangement with Random House. Inc. BISNIS KOTOR Alihbahasa: Hendarto Setiadi GM 307 91 056 Hak cipta terjemahan Indonesia Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jl. Palmerah Selatan 26-28, Jakarta 10270 Sampul digambar kembali oleh NBC. Sukma Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka utama, anggota IKAPI, Jakarta, Maret 1991 Perpustakaan Nasional : katalog dalam terbitan (KDT) Bisnis Kotor | Trio Detektif; teks oleh G. H. Stone ; alihbahasa, Hendarto Setiadi. - Jakarta : PT Gramedia Pustaka utama. 1991. 176 hal. ; 18 cm. Judul asli : Rough Stuff. ISBN 979-511-056-X. 1. Remaja - Fiksi Amerika I. Judul. II. Setiadi, Hendarto. 8X0.3K Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan PT Gramedia Djvu: syauqy_arr Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Daftar Isi 1. Terbang Tinggi di Angkasa Biru 7 2. Pendaratan Darurat 17

http://inzomnia.wapka.mobi

3. Survival di Alam Terbuka 28 4. Kesulitan Baru 42 5. Di Mana Mr. Andrews? 49 6. Pelari Misterius 60 7. Orang-orang Sakit 71 8. Wahyu dari Sang Pencipta 81 9. Nyaris Celaka 93 10. Pemburu Manusia 102 11. Mengatur Siasat 112 12. Bergelantungan di Tebing Batu Cadas 121 13. Lembah Leluhur 133 14. Bisnis Kotor 146 15. Perangkap Maut 153 16. Bertarung Melawan Tukang Sihir 162 1. Terbang Tinggi di Angkasa Biru Matahari pagi bersinar dengan cerah. Sebuah pesawat Cessna membelah angkasa biru. Di bawah pesawat kecil itu, barisan pegunungan Sierra Nevada di California nampak menghijau karena lebatnya pohonpohon cemara. Bob Andrews menikmati pemandangan lewat jendela kokpit Di sebelah Bob, ayahnya menerbangkan pesawat bermesin tunggal itu jauh di atas lembah-lembah dan puncak-puncak gunung. "Hei, ada sesuatu di bawah sana," ujar Bob. "Tuh, di lapangan rumput itu! Kelihatan, tidak?" Pete Crenshaw segera menyikut Jupiter Jones, lalu mengedipkan sebelah mata. Mereka duduk di kursi penumpang di belakang Mr. Andrews dan Bob. Kedua pemuda itu pun sejak tadi memandang ke luar jendela. Berganti-ganti mereka menggunakan teropong untuk mengamati pegunungan di bawah.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Wah, seorang gadis!" Pete berkata dengan sungguh-sungguh. "Dia cantik sekali. Sebentar lagi dia pasti akan melambaikan tangan padamu, Bob." "Dan setelah itu dia minta nomor teleponmu," Jupiter menambahkan sambil nyengir. "Lalu bertanya apakah kau sudah punya acara malam ini," Pete menyambung. "Mr. Andrews, apakah di Diamond Lake ada bioskop?" Jupe berlagak polos. "Saya rasa Bob tidak akan punya waktu untuk kami. Karena itu Pete dan saya terpaksa mencari kesibukan sendiri." Mr. Andrews hanya tersenyum simpul. Bob menurunkan teropong. "Ah, ternyata cuma seekor kucing hutan," ia berkata sambil menoleh ke arah kedua sahabatnya. Bob memang berwajah tampan, ia berambut pirang, dan bermata biru. Senyumnya memiliki daya tarik bagaikan magnet -terutama bagi gadis-gadis cantik. Ke mana pun ia pergi, gadis-gadis tiba-tiba bermunculan... dan langsung menuju ke arahnya. "Hahaha, lucu sekali," Bob menanggapi komentar Pete dan Jupe. "Tapi bagaimana pun juga, aku tidak perlu minta izin pada pemimpin kelompok cheerleaders kalau mau pergi berlibur." "Siapa yang harus minta izin?" balas Pete dengan nada dibuat-buat. Sepertinya Pete sudah lupa bahwa Kelly Madigan, pacarnya, sempat minta penjelasan panjang lebar sebelum mem biarkannya pergi. Kemudian Bob berpaling pada Jupe. "Dan kalau aku pergi dengan seorang gadis," ia berkata, "maka aku tidak akan merusak suasana dengan berceramah mengenai struktur atom." Jupe segera pasang tampang kencang. "Habis, dia mengatakan bahwa dia ingin membahas hal-hal yang paling pokok saja!" ia menjawab dengan ketus. Mr. Andrews langsung ketawa terbahak-bahak. Jupe tersipu-sipu. Baru sekarang ia menyadari apa yang dimaksud gadis itu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Ketiga sahabat itu pun ikut ketawa. Pete dan Bob karena merasa geli, Jupe karena terpaksa. Meskipun memiliki otak yang cemerlang, Jupe sampai sekarang belum bisa memahami kaum wanita. Dengan hati-hati Jupe berdiri. Penampilannya memang bukan seperti bintang musik rock. Wajahnya bulat. Rambutnya hitam dan lurus, ia selalu memakai baju-baju yang kedodoran untuk menyembunyikan perutnya. Jupe yakin bahwa diet yang dijalankannya akan membuahkan hasil di masa mendatang. Tapi sampai saat itu, ia lebih suka menggunakan kata 'gempal' untuk menggambarkan dirinya. Bunyi kata itu lebih enak didengar dibandingkan 'gendut'. Langit-langit di pesawat Cessna itu tidak begitu tinggi. Jupe terpaksa membungkuk ketika menuju ke ekor pesawat, yang digunakan sebagai tempat barang. "Hei, Jupe! Sedang apa kau?" tanya Pete. "Aku mencari teropongku," Jupe menjelaskan. "Aku ingin menemukan seorang gadis di bawah sana, yang sudah tahu apa yang dimaksud dengan E = mc2 alias teori relativitas Einstein." Sekali lagi suara tawa memenuhi kabin pesawat itu. Tapi kali ini Jupelah yang tertawa paling keras. Akhir pekan di musim panas ini dimulai dalam suasana yang menyenangkan. Matahari bersinar cerah. Langit tampak biru, tanpa awan sama sekali. Satu, dua, mungkin bahkan tiga hari penuh kebebasan menunggu mereka-tergantung pada berapa waktu yang diperlukan oleh Mr. Andrews untuk mengumpulkan bahan bagi artikelnya. Kini-setelah mengudara, setelah segala tugas dan tanggung jawab ditinggalkan di Rocky Beach-tak ada yang bisa menahan mereka. Mereka akan menikmati liburan singkat di salah satu kota wisata pegunungan terkemuka di California. Diamond Lake memiliki lapangan golf kelas dunia, kolam renang berukuran internasional, belasan lapangan tennis, sejumlah sauna (tempat mandi uap), beberapa tempat penyewaan kuda, serta lebih dari sepuluh lokasi perkemahan. Diamond Lake bahkan sudah membangun lapangan terbang untuk menyambut para eksekutif serta orang-orang terkenal yang sering melarikan diri ke sana.

http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe masih sibuk membongkar tas di ekor pesawat "Dengan bantuan teropong, aku mungkin bisa menemukan Mr. X yang harus dihubungi oleh ayahmu, Bob," ujar Jupe setengah bercanda. "Sayangnya aku lupa nama orang itu." "Saya memang belum menyebutkan namanya," Mr. Andrews langsung menjawab. "Aha!" kata Jupe. "Sumber informasi Anda ternyata seorang pria. Saya mengatakan Mr. X, dan Anda menjawab tanpa merasa perlu membenarkan ucapan saya. Ini adalah petunjuk pertama bagi kami." "Ah, ada-ada saja," Mr. Andrews berkomentar sambil tersenyum. Ini berarti tebakan Jupe memang tepat "Ayo dong, Ayah!" Bob mendesak. "Siapa sih nama orang itu? Percayalah, kami tidak akan mengatakannya pada siapa pun juga." "Sorry," Mr. Andrews menggeleng, ia berbadan langsing. Tingginya enam kaki kurang sedikit- masih sedikit lebih tinggi dibandingkan anaknya. Tapi sebentar lagi ia pasti sudah tersusul oleh Bob. Ia mengenakan kacamata hitam, topi pet bertulisan Los Angeles Dodgers (nama klub baseball), serta jaket berwarna biru tua. Di kantong jaketnya ada setengah lusin pensil. "Artikel seperti apa yang akan Anda tulis?" tanya Pete. "Barangkali mengenai seorang atlet terkenal? Seseorang yang sedang menjalani latihan di Diamond Lake?" Pete memang gemar berolahraga. Anaknya tinggi dan berbadan kekar. Kekuatan ototnya sudah sering berhasil menyelamatkan Trio Detektif dari ancaman bahaya. "Hei, saya tahu! Anda akan menulis artikel tentang seorang petinju! Bulan depan kan ada kejuaraan tingkat negara bagian!" "Pokoknya saya takkan memberikan keterangan apa pun pada kalian. Seorang wartawan harus melindungi sumber informasinya," Mr. Andrews mengingatkan mereka. "Oh ya, aku tahu!" Bob mendesah. "Tanpa sumber informasi rahasia," ia mengulangi kata-kata yang sudah sering didengarnya, "seorang wartawan kadang-kadang tidak bisa memperoleh berita secara utuh."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan jika seorang reporter mengungkapkan dari mana ia memperoleh informasinya," Pete mengakhiri kalimat yang sudah akrab di telinga mereka, "maka semua sumber beritanya akan mengering!" "Kami paham bahwa Anda harus menjaga rahasia," Jupe berusaha meyakinkan Mr. Andrews, "tapi Anda tidak perlu takut bahwa kami akan membocorkannya." Mr. Andrews nyengir lebar. "Tentu saja! Kalian memang tidak bisa membocorkan sesuatu yang tidak kalian ketahui." Ketiga sahabat hanya bisa geleng-geleng kepala. Ayah Bob ternyata benar-benar sulit ditembus. Pantas saja ia merupakan salah satu wartawan top di sebuah koran besar di Los Angeles. Biarpun didesak terus menerus, Mr. Andrews tak akan mengungkapkan berita apa yang sedang dikejarnya. Sehari sebelumnya, di rumah mereka, Bob sempat mendengar ayahnya mengurus izin pemakaian salah satu pesawat perusahaan untuk terbang ke Diamond Lake, ia tahu bahwa pesawat perusahaan hanya boleh digunakan oleh para wartawan yang akan meliput berita yang sangat penting. Namun sampai sekarang Bob belum berhasil mengorek keterangan dari ayahnya. "Aku jadi heran kenapa Ayah mengizinkan kami untuk ikut ke Diamond Lake," Bob menggerutu. "Ayah terpengaruh oleh keramahanmu," ujar Mr. Andrews. "Kau selalu bersikap seperti itu untuk mempengaruhi orang lain-terutama gadisgadis cantik dalam radius 15 meter." Ia menatap putranya dengan bangga, lalu menambahkan, "Tapi kau juga berjanji untuk tidak ikut campur dalam urusan Ayah. Ingat, yang ditugaskan bukan Trio Detektif!" Ketiga sahabat saling berpandangan. Sudah beberapa tahun mereka membuka kantor detektif secara semi-profesional-semi-profesional karena mereka masih di bawah umur dan belum memiliki surat izin usaha, sehingga belum bisa pasang tarif. Meskipun demikian mereka tidak pernah bisa diam kalau menghadapi sebuah misteri. Pada usia tujuh belas tahun, sudah banyak kasus aneh yang berhasil mereka

http://inzomnia.wapka.mobi

pecahkan, dan banyak kejadian misterius yang berhasil mereka jelaskan. Mereka bahkan berhasil meringkus sejumlah bajingan dan pencuri. "Jangan khawatir, Mr. Andrews! Kami kan lagi berlibur," ujar Pete. "R & R," Jupe menambahkan. "Rest and relaxation-istirahat dan bersantai." "Salah," Pete segera menanggapinya. 'Rest and recreation-istirahat dan rekreasi" Bob membalik dan nyengir. "Ada satu yang masih ketinggalan: Berkencan dengan gadis-gadis cantik!" ia bergurau. Pete segera mencekik leher Bob, lalu mengguncang-guncang sahabatnya. "Hei! Aku rela kehilangan gaji tiga hari bukan untuk disiksa seperti ini," Bob berseru sambil ketawa. Bob memang minta sengaja izin dari Sax Sendler-pemilik perusahaan pencari bakat Rock-Plus tempat ia bekerja-agar bisa ikut dengan ayahnya. Pete meninggalkan sebuah sedan kuno yang sedang diperbaikinya untuk dijual kembali. Tugas itu ia serahkan pada Ty Cassey, sepupu Jupiter dan montir mobil jempolan. Sedangkan Jupe baru saja selesai membuat daftar barang yang ada di Jones Salvage Yard. Tempat penimbunan barang bekas itu merupakan usaha keluarga yang dijalankan oleh Paman Titus dan Bibi Mathilda-paman dan bibi Jupe. Jupe sebenarnya sudah pernah mendaftar semua barang yang ada di sana dengan bantuan komputer. Tapi setiap kali paman atau bibinya memakai komputer Jupe, pasti ada file yang terhapus. Dengan uang simpanan hasil bekerja samping-an selama liburan musim panas, ketiga sahabat itu bisa membayar tempat tidur tambahan di ruang hotel Mr. Andrews. Mereka juga bisa membeli makanan sendiri tanpa perlu membebani ayah Bob. "Hei, anak-anak muda," ujar Mr. Andrews. "Ada sesuatu yang menarik untuk kalian. Kalian lihat lembah itu?" ia bertanya sambil menunjuk ke depan. Bob memandang melalui teropong, lalu menyerahkannya pada Pete. "Saya akan turun sedikit, supaya kalian bisa melihat lebih jelas," Mr. Andrews berkata. "Kita toh sudah hampir sampai di Diamond Lake."

http://inzomnia.wapka.mobi

Hidung pesawat menukik. Mesinnya mendengung secara berirama. Jupe berhenti mencari teropongnya, lalu kembali ke tempat duduk di belakang Mr. Andrews, ia pun menatap ke arah lembah sempit yang nampak di kejauhan. Lembah itu memanjang ke arah utara-selatan, dan dibatasi oleh dinding batu cadas yang terjal. Di ujung selatan ada tebing yang menghubungkan tepi kiri dan kanan lembah. Sebuah air terjun nampak berkilau-kilau. "Wow!" Jupe berseru. "Luar biasa!" "Apa nama lembah itu?" Bob bertanya. "Ayah juga tidak tahu," jawab Mr. Andrews. "Tapi pemandangannya indah sekali, bukan? Nah, coba lihat ke depan sana. Itu Diamond Lake. Jaraknya masih sekitar 40 mil dari sini." Bentuk danau itu hampir bulat. Permukaannya nampak biru. Bangunanbangunan mini memadati salah satu tepi. Sebuah jalan beton nampak berkelok-kelok di antara gunung-gunung, lalu mengelilingi danau." Bob mengangguk. "All right!" ia berseru dengan riang. "Dan kita tiba tepat pada waktu makan siang," Jupe berkomentar. "Itulah yang paling penting sekarang," Pete mendukung sahabatnya. Tiba-tiba saja pesawat mereka bergetar dengan pelan. Getaran itu hampir tidak terasa. "Apakah kalian juga...?" Jupe mulai bertanya. Kemudian waktu seakan-akan berhenti. Ketiga anggota Trio Detektif saling bertatapan, kemudian menoleh ke mesin pesawat mereka. Suara mendengung yang sejak berangkat terus terdengar, kini mendadak lenyap. "Mr. Andrews..." Mata ayah Bob langsung tertuju ke panel instrumen. Sudah dua tahun ia memiliki izin terbang. Pesawat Cessna ini pun sudah sering diterbangkannya. Tapi selama ini ia belum pernah mengalami kesulitan. ia menekan berbagai tombol, lalu mengamati jajum-jarum penunjuk. Untuk sejenak ia tertegun karena tidak ada perubahan sama sekali.

http://inzomnia.wapka.mobi

Jarum-jarum itu sama sekali tidak bergerak. Semua instrumen tiba-tiba mati. Aetitude-penunjuk ketinggian, kecepatan, bahan bakar... "Sistem elektrik tidak bekerja!" Bob berseru. "Bagaimana dengan mesin?" tanya Jupe, meskipun sudah mengetahui jawabannya. "Mati!" kata Mr. Andrews. "Tapi jangan khawatir. Yang penting kita sekarang cepat-cepat mengurangi ketinggian, sebelum kecepatan pesawat terlalu rendah untuk tetap melayang." 2. Pendaratan Darurat Tanpa tenaga mesin, pesawat Cessna itu mulai melayang-layang di udara. Suara angin menderu-deru. Mr. Andrews mencabut mikrofon dari panel instrumen, lalu menekan tombolnya. "Mayday! Mayday!" ia berkata sambil berusaha untuk tetap tenang. "Di sini Cessna November 3638 Papa. Mesin kami mendadak mati. Terpaksa mendarat darurat. Posisi kami 047 radial dari Bakersfield VOR pada 75DME!" Mr. Andrews memberikan mikrofon pada Bob, dan kembali memegang kemudi. Bob menekan tombol mikrofon, lalu mengulangi ucapan ayahnya. "Di sini Cessna November 3638..." Tiba-tiba saja wajah Mr. Andrews menjadi pucat pasi. "Lupakan saja, Bob," ia memotong. "Sudah terlambat." "Kenapa?" Bob bertanya kebingungan. "Sistem elektrik tidak berfungsi," ujar Jupe. "Jadi radionya juga tidak bekerja." "Tapi kita kan punya alat pemancar darurat," kata Bob. "Alat itu secara otomatis mulai bekerja kalau kita jatuh." "Bob," Jupe berkata dengan serius, "kalau aku boleh pilih, maka aku pilih untuk tidak jatuh." Jantungnya berdetak kencang. "Mudah-mudahan saja kita bisa mendarat dengan selamat..." "Ya, mudah-mudahan saja," Bob dan Pete berkata secara bersamaan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Sambil membisu mereka mengencangkan sabuk pengaman masing-masing. "Mr. Andrews, berapa kecepatan yang diperlukan supaya kita tetap melayang?" tanya Jupe. "Pesawat Cessna dirancang agar bisa melayang tanpa bantuan mesin, asal kecepatannya tidak kurang dari 80 mil/jam," ayah Bob menjelaskan secara singkat. "Apa artinya?" Pete bertanya dengan cemas. "Kalau kecepatan kita lebih rendah dari itu, maka pesawat kita tidak bisa melayang lagi," jawab Jupe. Wajahnya yang bulat nampak berkerutkerut "Hidung pesawat harus tetap menukik. Dengan demikian gaya tarik bumi akan membantu agar kecepatan kita tetap di atas 80 mil per jam." "Kalau tidak," Bob berkomentar dengan nada suram, "maka kita akan jatuh seperti batu." "Eh Jupe, bagaimana kalau kau duduk di hidung pesawat," Pete mencoba bergurau. Mr. Andrews beserta ketiga penumpangnya berusaha ketawa. Namun suasana di dalam kabin terasa mencekam. Hidung pesawat mengarah tepat ke puncak-puncak batu cadas di bawah. Dibandingkan dengan gunung-gunung di sekitar, pesawat mereka tak lebih dari mainan anakanak. Jika sampai membentur salah satu puncak gunung, maka pesawat itu akan hancur berkeping-keping. Begitupula orang-orang yang ada di dalamnya. Rasa takut yang luar biasa membuat perut Jupe terasa kejang. Seluruh tubuhnya bermandikan keringat dingin. Pete mengepalkan tangan. Otot-ototnya mengencang. Bob menelan ludah, dan berusaha menarik napas secara teratur. Aku takkan pernah lagi menggoda Jupe mengenai berat badannya, atau mengejek Pete karena selalu mengalah pada Kelly, Bob berjanji pada dirinya sendiri, asal saja kita semua masih bisa melihat matahari terbit besok pagi... "Kita menuju ke mana?" ia bertanya dengan suara seakan-akan sedang dicekik.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kembali ke lapangan rumput tadi," jawab ayahnya. Lapangan rumput itu cukup luas, dan terletak di lembah yang mereka lewati sebelumnya. "Berapa lama lagi?" tanya Jupe. "Tiga menit-kurang lebih..." Jupe, Pete, dan Bob menatap ke luar jendela. Mereka tidak bisa mengalihkan pandangan ketika pesawat mereka meluncur mendekati tanah. Pohon-pohon serta batu-batu cadas semakin membesar. Tebing panjang di sebelah utara lapangan rumput kelihatan semakin putih, dan semakin tinggi menjulang ke angkasa. Bob teringat pada ibunya. Sungguh menyedihkan kalau ibunya harus membaca berita mengenai kecelakaan ini di koran: Seorang wartawan dan anaknya tewas karena pesawat yang mereka tumpangi jatuh di daerah pegunungan. Semakin mendekati tanah, pesawat mereka seakan-akan semakin cepatmelaju menuju bencana! "Menunduk!" teriak Mr. Andrews. "Lindungi kepala kalian dengan tangan!" "Ayah..." "Kau juga, Bob. Jangan berlagak jadi jagoan." Bob membungkuk dan menutupi kepalanya dengan kedua belah tangan. "Paling tidak kita masih punya roda untuk mendarat," ia bergumam untuk menghibur diri. "Roda pesawat Cessna tidak bisa dilipat seperti roda pesawat lain." Tak ada yang menyinggung soal rem. Semuanya tahu bahwa rem pesawat tidak bisa bekerja tanpa sistem elektrik. Suara angin di sekitar pesawat semakin keras. Nah, ini dia! pikir Bob. Sedetik kemudian pesawat mereka menghantam tanah. Bob dan yang lain terlempar ke depan, ditahan oleh sabuk pengaman masing-masing, lalu menabrak sandaran kursi. Rasa sakit yang menusuknusuk membuat mata Bob berkunang-kunang. Pesawat mereka melompat ke udara, kemudian kembali membentur tanah dengan keras. Keempat penumpangnya terguncang-guncang tak berdaya. Kemudian pesawat Cessna itu terpental lagi.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Pegangan!" Mr. Andrews berteriak. Untuk ketiga kali mereka menghantam tanah. Pesawat mereka bergetar dengan hebat, tetapi tidak terpental melainkan meluncur seperti rudal yang kehilangan arah. Sambil berpegangan pada tepi kursi, Bob berusaha untuk tetap menundukkan kepala. Seluruh tubuhnya terasa seperti bubur. Mereka masih hidup, tapi untuk berapa lama lagi? Tiba-tiba terdengar bunyi logam sobek yang memekakkan telinga. Bob, ayahnya, Pete, dan Jupe terlempar ke depan. Kepala mereka membentur dinding pesawat. Kertas-kertas dan buku-buku berhamburan. Sebagian barang bawaan mereka melayang ke depan. Sesuatu mengenai lengan Bob, tapi ia tidak merasakan apa-apa. Anak itu nyaris tidak bisa menarik napas, ketika pesawat mereka berputar-putar dengan kencang. "Kemudian semuanya menjadi hening. Tak ada suara sama sekali. Pesawat mereka telah berhenti. Perlahan-lahan Bob mengangkat kepala. "Ayah!" Mr. Andrews bersandar pada panel instrumen. Bob mengguncangkan bahu ayahnya. "Ayah! Ayah!!!" Ayahnya tidak bergerak. "Kita harus mengeluarkannya dari sini!" Pete memutuskan sambil memanjat ke depan. Cepat-cepat Bob melepaskan head-phone yang dipakai oleh ayahnya. Pete membuka sabuk pengaman yang melingkar pada pinggang pilot yang pingsan itu. Bercak darah terlihat pada kening Mr. Andrews. Bob melompat keluar dari pintu, disusul oleh Pete. Mereka berlari mengelilingi pesawat. Bob tidak mengalami cedera. Pete dan Jupe pun kelihatan baik-baik saja, namun ayahnya terluka! Bob langsung membuka pintu di sisi pilot. Ayah masih bernapas! ia berkata pada diri sendiri. Pete muncul di samping Bob. Dengan tangannya yang kuat ia mengangkat Mr. Andrews. Pete tidak punya waktu untuk memperhatikan diri sendiri. Ia tahu bahwa Mr. Andrews membutuhkan pertolongannya.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Mana Jupiter?" Pete berseru pada Bob, ketika ia bergegas ke arah sebongkah batu besar. Bob berlari di samping Pete. Matanya terus tertuju pada ayahnya. "Aku di sini!" Jupiter berkata dengan suara lemah. Ia masih di dalam pesawat. Kepalanya terasa pening dan berdenyut-denyut. Perlahan-lahan ia menggerakkan tangan dan kakinya. Sepertinya semuanya masih berfungsi secara normal... "Keluar, Bodoh!" Pete membentaknya sambil berjalan ke balik batu besar tadi. Kemudian ia meletakkan Mr. Andrews ke atas rumput. Bob berlutut di samping ayahnya, lalu memeriksa denyut nadi di leher. "Ayah! Ayah bisa mendengarku? Ayah!!!" Pete kembali ke pesawat. "Aku pun sedang berusaha keluar dari sini!" Jupe bergumam. Dengan kesal ia memelototi sahabatnya. "Tangki bensinnya!" Pete berseru, lalu menarik lengan Jupe. Jupe langsung terbelalak "Tangki bensin!" ia mengulangi dengan panik. Mesin pesawat pasti panas sekali, dan jika tangki bensin bocor... maka... pesawat mungkin akan meledak! Jupe menjatuhkan diri dari lubang pintu, kemudian segera berdiri, ia tidak punya waktu untuk menguji keutuhan tubuhnya. Hanya ada dua pilihan: Lari atau mati! Sambil tergopoh-gopoh ia mengikuti Pete. Mereka menuju ke batu besar yang melindungi Mr. Andrews dan Bob. Jupe roboh di samping Mr. Andrews. Napasnya tersengal-sengal. Wajahnya yang bulat basah karena keringat. Pete segera duduk di sebelah Jupe. Mereka menunggu ledakan yang akan segera mengguncangkan daerah sekeliling. Bob telah melepaskan dan menggulung jaket jeans yang ia kenakan, kemudian memakai gulungan itu sebagai bantal untuk ayahnya. "Denyut nadinya stabil," ia berkata sambil menatap kedua sahabatnya. Jupe mengangguk. "Mudah-mudahan saja ayahmu segera siuman." "Ayahmu tahan bantingan," Pete menghibur Bob. ia pun membuka jaket, menyelimuti Mr. Andrews, lalu berdiri. Ia meregangkan otot-ototnya, lalu segera kembali berjongkok untuk menunggu sampai pesawat

http://inzomnia.wapka.mobi

meledak... atau sampai mesin menjadi dingin. Punggungnya terasa pegal karena berulang kali terbentur pada sandaran kursi. Dadanya agak lecet karena tergesek oleh sabuk pengaman. Tapi Pete berkata pada dirinya sendiri bahwa ia sudah sering lebih pegal dari sekarang seusai berlatih di fitness-centre. Mr. Andrews mengerang. "Ayah?" Bob langsung berkata. "Ayah, bangun!" "Anda bisa mendengar kami, Mr. Andrews?" tanya Jupe. Mr. Andrews membuka mata dan menatap Bob. Bob tersenyum lega. "Pendaratan yang mulus, Ayah!" "Ya, Anda pantas diberi angka 10 untuk pendaratan tadi," Jupe berkomentar. "Jadi kapan Anda akan mulai mengajar kami?" tanya Pete. Mr. Andrews tersenyum sambil menahan sakit. "Kalian baik-baik saja?" "Pokoknya keadaan kami lebih baik dibandingkan pesawat kita," Jupe menjawab. "Ya, Tuhan, pesawat kita!" Mr. Andrews berseru. "Apakah sayapnya copot?" "Sayapnya?" Jupe, Pete, dan Bob berdiri dan mengintip lewat bagian samping batu besar yang melindungi mereka. Sebuah alur panjang merupakan jejak pesawat pada lapangan rumput yang penuh bunga mekar. Beberapa pohon kecil nampak seperti dipancung oleh kedua sayap Salah satu daun baling-baling terlepas, dan sempat melayang sejauh beberapa puluh meter. Dua dari ketiga roda pesawat patah. Sayap sebelah kiri patah, karena tersangkut pada batu-batu besar yang akhirnya menghentikan laju pesawat. Tanpa sayap, pesawat itu tidak mungkin lepas landas lagi. "Wow!" ujar Bob. "Ini baru pendaratan!" Pete berkomentar dengan kagum bercampur ngeri. "Dan aku hanya mengalami luka memar saja," kata Jupe sambil terheran-heran.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Mana topi pet saya?" Mr. Andrews bertanya. Tanpa mempedulikan ketiga pemuda di sekelilingnya, ia meraih tepi batu, lalu berusaha bangkit. "Ayah!" "Mr. Andrews!" Mr. Andrews bersandar pada batu itu, dan memegangi kepala. Ia tersenyum getir. "Tidak apa-apa. Saya cuma agak pusing." "Sebaiknya Ayah duduk saja!" Bob berkeras. "Nanti dulu, Bung!" balas ayahnya. "Saya harus memeriksa keadaan pesawat." "Tapi mesinnya..." kata Pete. "...mungkin meledak?" tanya Mr. Andrews. "Kalau sampai sekarang belum meledak, maka kemungkinan besar memang tidak akan ada apa-apa." Dengan hati-hati ia menuju ke pesawat. "Hmm, lumayan juga," ia bergumam. Bob memegang lengan kiri ayahnya. Pete menggenggam lengan yang satu lagi. "Apakah sudah pernah ada yang mengatakan bahwa Ayah keras kepala?" Bob bertanya pada ayahnya. "Ya, atasan saya di kantor," Mr. Andrews menjawab sambil ketawa. "Setiap hari dia mengatakannya." Namun ia tidak menolak bantuan Bob dan Pete. Jupe berjalan di samping mereka. Ketika mencapai bangkai pesawat, Bob meraih ke dalam dan mengambil kacamata hitam serta topi pet ayahnya. Mr. Andrews segera memasukkan kacamatanya ke dalam kantong baju. Kemudian ia mencoba mengenakan topinya. Ternyata topinya masih bisa dipakai. Kini mereka mengamati lapangan rumput, serta hutan lebat yang mengelilinginya. Pada tiga sisi, puncak-puncak gunung nampak bermandikan cahaya matahari. Di belakang mereka ada tebing setinggi 200 kaki, yang melebar sampai ke hutan. Tebing itu menghalangi pegunungan di sebelah utara.

http://inzomnia.wapka.mobi

Tak ada tanda-tanda kehidupan. Diamond Lake masih berjarak 30 sampai 40 mil dari sini-di balik tebing yang hampir tegak lurus. Bob mulai mempelajari medan. Dalam keadaan normal, ia pasti akan menikmati pemandangan di sekelilingnya. Puncak-puncak gunung menjulang tinggi di atas lembah-lembah. Tapi kini satu-satunya pikiran yang terlintas di kepalanya adalah bahwa mereka sendirian di sini. Mereka terdampar di daerah tak berpenghuni, tanpa air minum, makanan, radio, maupun perlengkapan camping. "Hmm," Mr. Andrews berkata dengan lesu, seakan-akan bisa membaca pikiran Bob. "Kelihatannya kita harus bertahan sampai ada bantuan." 3. Survival di Alam Terbuka "Seberapa dingin sih di sini kalau malam?" Bob bertanya pada ayahnya. Mereka berdua duduk sambil berjemur, sementara Pete dan Jupe mencari kotak obat serta tempat untuk menampung air minum dalam bangkai pesawat. "Ah, biasa saja," jawab Mr. Andrews. "Sepanjang bulan Agustus suhu udara jarang turun sampai ke bawah titik beku. Saya rasa kita akan mengalami suhu sekitar delapan sampai sepuluh derajat nanti malam!" "Delapan derajat!" Bob berseru. "Kita bisa mati kedinginan!" "Nah, ini kesempatan emas bagi kalian untuk menunjukkan bahwa pemuda-pemuda California zaman sekarang tidak kalah tangguh dengan para perintis yang membuka daerah ini," Mr. Andrews berkata sambil tersenyum. "Sebenarnya, California terkenal karena sinar mataharinya, bukan karena hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang sumsum," ujar Pete sambil melompat ke luar pesawat. Di tangan kanannya ada sebuah kotak logam berbentuk pipih. "Ya, betul!" Bob mendukung sahabatnya. "Secara genetik kami sudah diprogram untuk cuaca cerah!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Perut Pete berbunyi keras. "Kami juga dipro- gram untuk makan tepat pada waktunya. Saya tadi sudah membayangkan nikmatnya makan siang di Diamond Lake," Pete menyesalkan. "Makan siang sampai kenyang." Bob dan Mr. Andrews mengangguk. Mereka pun merasa lapar. "Tapi paling tidak keadaan ini bisa membantu Jupe dalam menjalankan dietnya," ujar Bob. Mr. Andrews kelihatan penuh harapan. "Hmm, dengan sedikit keberuntungan kita akan segera keluar dari sini. Pasti ada yang mendengar sinyal yang dikirim oleh alat pemancar otomatik kita. Alat itu bekerja pada frekwensi 121,5 megahertz." "Anda yakin bahwa alat itu hidup?" tanya Pete. Tiba-tiba saja ia merasa gelisah sekali. "Alat pemancar itu dijalankan dengan batere," Mr. Andrews meyakinkan Pete. "Benturan kecil sudah cukup untuk menyalakannya. Saya pernah dengar cerita bahwa alat sejenis ini mulai bekerja setelah terjatuh ke lantai." Mr. Andrews menunjuk asap putih yang nampak tinggi di langit yang biru. "Pesawat jet itu mungkin terlalu tinggi untuk melihat kita. tapi sinyal SOS yang dipancarkan dari sini pasti terekam." Bob memandang ke arah pesawat itu, lalu tersenyum pada ayahnya. Mereka memang dalam keadaan terjepit, namun ketenangan yang diperlihatkan ayahnya membuat Bob merasa agak lebih lega. ia yakin bahwa mereka akan diselamatkan. "Apa saja yang kauperoleh, Pete?" Bob lalu bertanya pada sahabatnya. "Aku menemukan kotak obat." "Sip!" Bob berseru. Mereka segera membuka kotak logam itu. Di dalamnya ada aspirin, sabun, perban, semprotan anti-nyamuk, obat merah, pil iodine untuk memurnikan air, satu kotak korek api, serta enam selimut ringan yang terbuat dari bahan mengkilap. Setiap selimut bisa dilipat sampai mencapai ukuran 7,5 x 12,5 cm. "Korek api!" Bob berkata dengan gembira.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Pil iodine," ujar Mr. Andrews. "Sekarang kita bisa minum air sungai tanpa perlu takut terserang sakit perut." "Ini sih mirip pakaian astronot," Pete berko mentar ketika memeriksa salah satu selimut, ia memakai selimut itu sebagai jubah, lalu bertingkah seperti orang kesurupan. "Hei, bagaimana pendapat kalian?" ia berseru pada kedua sahabatnya. "Apakah aku pantas sebagai bintang rock?" Bob hanya menggelengkan kepala. Kemudian ia menggunakan isi kotak obat untuk membersihkan dan membalut luka pada kening ayahnya. Luka itu tidak terlalu dalam, tetapi membengkak besar sekali. Bob mengamati benjolan itu dengan saksama. "Sebaiknya Ayah jangan terlalu banyak memeras tenaga. Luka di kepala tidak boleh dianggap enteng. Kalau Ayah merasa pusing, Ayah harus langsung duduk dan..." "Ternyata tidak sia-sia saya menyuruhmu mengikuti kursus P3K dulu," Mr. Andrews berkomentar sambil ketawa. Setelah melipat selimut tadi, Pete menyusuri tepi lapangan rumput untuk mencari dan mengumpulkan kayu kering. Ia menumpukkan semuanya di dekat batu besar. Jika mereka perlu membuat api unggun, maka mereka akan menyalakannya jauh dari pesawat-dan jauh dari tangki bensin. Sementara itu Jupe masih mencari tempat untuk menampung air. "Ya, Tuhan!" ia tiba-tiba berseru. "Mr. Andrews! Ada yang tidak beres di sini!" Bob dan Pete segera berlari ke pesawat. Mr. Andrews menyusul dengan langkah gontai. "Alat pemancar otomatis tidak bekerja," ujar Jupe dengan lesu. "Coba saya periksa dulu," kata Mr. Andrews. Jupe telah membuka kotak pemancar. "Lampu merah di bagian luar ini seharusnya berkedap-kedip. Itulah yang menunjukkan bahwa alat itu sedang bekerja. Sambungan kabel kelihatannya beres semua. Berarti baterenya yang tidak berfungsi dengan semestinya." "Baterenya?" tanya Bob sambil membelalakkan mata.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi alat ini sama sekali belum memancarkan isyarat SOS?" Pete berseru. Wajahnya nampak pucat pasi. "Sepertinya begitu," jawab Jupe. "Aduh!" kata Pete. ia mengepalkan kedua tangannya. Jantungnya berdebar-debar. Ini benar-benar suatu bencana. "Mula-mula sistem elektrik mati mendadak," ujar Bob sambil menggeleng. "Dan sekarang ini lagi!" Kepalanya terasa agak pening. "Kita kena kutukan para dewa!" Pete berkomentar. "Sistem listrik kadang-kadang memang bisa mati mendadak," kata Mr. Andrews. "Kemungkinan besar karena sambungan kabel yang tidak sempurna. Kasus seperti ini sudah beberapa kali terjadi. Sedangkan batere tidak selalu diperiksa secara berkala. Artinya, batere yang sudah mati tidak segera diganti." "Dan itu berarti bahwa kita terdampar di sini," ujar Pete lesu. Tak ada yang bisa mereka perbuat. Mereka keluar dari pesawat. Angin sore menerpa pohon-pohon cemara yang berada di sekeliling lapangan rumput. "Terdampar di tengah alam yang indah," kata Bob sambil menggeleng. "Apanya yang indah?" Jupe segera memprotes. "Ular berbisa, tanah longsor, batu cadas tajam, kebakaran hutan, petir, binatang pemangsa yang kelaparan, buah-buah yang beracun-itu baru sebagian dari ancaman-ancaman yang harus kita hadapi." Jupe memang orang kota sejati. Sejak kecil ia tidak pernah suka berkeliaran di alam bebas. "Tunggu dulu!" Bob berkata dengan nada penuh harap. "Bagaimana dengan orang yang harus Ayah hubungi di Diamond Lake? Dia pasti curiga kalau kita tidak muncul-muncul." "Dia tidak tahu bahwa kalian ikut," balas Mr. Andrews. "Saya tidak sempat memberitahunya. Hmm, memang ada kemungkinan bahwa dia akan menelepon ke kantor kalau saya tidak muncul-muncul. Tapi kalau tidak, maka kita harus menunggu selama tiga hari sebelum orang-orang di ia mulai merasa curiga." "Bagus," Pete bergumam.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Oke, Pete, kau sudah pernah berkemah sebelum ini, bukan?" ujar Mr. Andrews. "Kau pasti tahu apa yang harus kita lakukan sekarang." "Pertama-tama kita harus membuat daftar barang-barang kita," Pete menjelaskan. "Saya hanya membawa pakaian yang saya kenakan sekarang." Seperti biasa ia memakai celana jeans dan sepatu tennis. Tshirtnya berwarna hitam. Pada dadanya ada tulisan Pink Floyd (grup musik rock) dengan huruf-huruf berwarna emas. "Selain itu saya masih punya jaket, pisau lipat, dan beberapa potong pakaian dalam koper. Bagaimana dengan kalian?" "Bawaanku tidak jauh berbeda," kata Bob. Celana jeansnya bermerk Calvin Klein. "Tapi aku tidak bawa pisau." "Saya juga tidak," kata Mr. Andrews, ia mengenakan celana jeans, kemeja, jaket, serta topi pet kebanggaannya. "Coba kalau aku tahu bahwa kita akan memerlukan peralatan camping, Jupe mendesah. "Tapi kalau dipikir-pikir, tiga hari rasanya tidak terlalu lama-meskipun kita harus tidur di langit terbuka, tanpa banyak makanan..." "Sebentar, Jupe!" Bob cepat-cepat memotong. "Kenapa kau mengatakan tanpa banyak makanan? Kau pasti merahasiakan sesuatu. Kalau tidak, kau pasti akan berkata tanpa makanan sama sekalil Kau bawa perbekalan, ya!?" Jupe tersipu-sipu. "Aku tidak mau membangkitkan harapan palsu..." "Makanan!" Pete berseru. "Sini, berikan padaku! "Kau tidak perlu kalap seperti itu!" Jupe naik darah. "Kau bisa bertanya secara sopan dan..." "Sekarang aku bertanya!" kata Pete. "Saya pun tidak keberatan kalau bisa mengisi perut," Mr. Andrews mengakui. Jupiter mengangkat bahu. "Oke, tapi makanan yang saya bawa mungkin tidak seperti yang kalian bayangkan." Ia menghilang ke dalam pesawat. "Hei, Jupe!" Pete berseru. "Cepatan, dong! Kau bawa oven microwave, ya?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter kembali sambil membawa ranselnya. Ransel itu berwarna merah menyala dengan strip-strip putih. Pada bagian sampingnya ada tulisan came from pizza heaven, ia mengeluarkan kantong plastik berisi popcorn, dan beberapa batang coklat. "Sini, sini, sini! Mana bagianku?" seru Pete dengan semangat berapi-api. "Diet macam apa ini, Jupe?" Bob bertanya keheranan. "Dan kenapa kau sendiri tidak kelaparan?" "Aku lagi diet popcorn," jawab Jupe sambil menegakkan tubuh. "Setiap dua jam aku harus makan secangkir popcorn. Aku baru saja menghabiskan jatahku sesuai jadwal." ia meraih ke dalam kantong bajunya yang berukuran raksasa, mengeluarkan tiga kantong plastik berisi popcorn, lalu menyerahkan ketiga-tiganya pada Pete, Bob, dan Mr. Andrews. "Bagaimana dengan batang-batang coklat itu?" tanya Pete sambil melahap jatah popcornnya. "Silakan ambil," Jupe berkata dengan nada datar. "Batang coklat? Astaga, diet macam ini?" Bob semakin heran. Tapi ia pun makan dengan lahap. "Diet popcorn dan coklat masih mendingan dibanding diet-diet lain yang pernah dicoba oleh Jupe," Pete berkomentar. "Kau masih ingat waktu Jupe hanya makan jeruk dan buah prem?" "Atau waktu dia menjalankan diet kentang goreng?" Bob membalas. "Bagaimana dengan cairan dalam kaleng yang baunya seperti bensin?" Pete menambahkan. ia dan Bob ketawa terbahak-bahak. "Aku mengakui bahwa cairan karbohidrat itu tidak terlalu bermanfaat," ujar Jupe dengan serius, kemudian tersenyum. "Tapi diet yang kujalankan sekarang merupakan manifestasi kemajuan dunia sains dewasa ini." "Apa katanya?" Pete bertanya pada Bob. "Maksud Jupe, para pakar ilmu nutrisi akhirnya berhasil menciptakan diet yang efisien dan efektif." Dengan pandangan putus asa Pete menatap Mr. Andrews.

http://inzomnia.wapka.mobi

Mr. Andrews nyengir lebar. "Jupe yakin bahwa diet ini akan membantunya untuk menurunkan berat badannya." Pete langsung geleng-geleng kepala. "Ya, ampun, Jupe! Kenapa kau tidak berlatih olahraga saja, sih? Kau kan pernah ikut judo." ia melebarkan tangan dan menggerakkan tubuhnya yang atletis. "Dengan berlatih secara teratur, berat badanmu pasti akan berkurang. Kecuali itu kau akan merasa lebih sehat." Jupe bersandar pada bangkai pesawat, ia nampak pucat. "Setiap kali aku merasakan dorongan untuk berolahraga," katanya sambil memejamkan mata, "aku cepat-cepat membaringkan diri dan menunggu sampai dorongan itu hilang dengan sendirinya." Semuanya ketawa. Jupe membuka mata dan tersenyum lebar, ia telah melatih otaknya sampai cemerlang. Dan itu sudah cukup baginya. "Terima kasih atas makananmu, Jupe," ujar Mr. Andrews. "Sebaiknya kau menjatahkan sisanya untuk tiga hari. Tapi ingat, kita mungkin harus bertahan lebih lama lagi di sini." "Bagaimana kalau kita cari pertolongan saja?" Pete mengusulkan. "Barangkali saja ada pondok petugas kehutanan di sekitar sini. Atau tempat berkemah, atau sebuah jalan. Bagaimana pun juga kita harus mencari air minum. Ketika mengumpulkan kayu bakar tadi, aku sempat mendengar suara air mengalir di sebelah sana." ia menunjuk ke arah barat daya. "Tempat perke-mahan biasanya ada di dekat aliran sungai." "Kau bisa memakai ini untuk mengangkut air," kata Jupe. Tangannya meraih ke dalam pesawat, lalu mengambil sebuah botol berukuran dua liter yang pernah berisi sari jeruk. "Oke," ujar Pete, kemudian menyerahkan botol itu pada Bob. "Tolong bersihkan dengan sabun, isi dengan air bersih, lalu masukkan pil iodine ke dalamnya." Bob meraih botol itu. "No problem* Tapi apa yang akan kaulakukan sekarang?" "Aku lihat jalan setapak di hutan sebelah selatan dari sini. Mungkin hanya lintasan binatang liar, tapi siapa tahu?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ide yang bagus, Pete," kata Mr. Andrews. "Saya akan mencoba memanjat tebing." ia mengangguk ke arah dinding granit yang membatasi tepi utara lapangan rumput. Di bagian itu tebingnya tidak terlalu terjal. "Darj atas sana saya bisa melihat sampai jauh. Mudahmudahan saja saya menemukan menara petugas kehutanan di sekitar sini." "Ayah sanggup?" tanya Bob dengan nada khawatir. "No problem!" Kini Mr. Andrews, Pete, dan Bob menatap Jupiter. "Ehmmm..."Jupe bergumam. "Mungkin ada baiknya kalau saya tetap di sini. Siapa tahu tim penyelamat tiba-tiba muncul?" "Kita perlu lebih banyak kayu bakar," kata Pete. "Kayu yang masih basah, supaya kita bisa membuat api sinyal yang banyak mengeluarkan asap. Dan tolong ambilkan beberapa T-shirt dari koper-koper kita. Kau harus memanjat tiga atau empat pohon, lalu mengikatkan baju-baju itu seperti bendera." Begitu mendengar penjelasan Pete, Jupe langsung kelihatan letih. Bob tiba-tiba membayangkan sahabatnya yang gendut itu bertengger di puncak pohon. Langsung saja ia ketawa berderai-derai. "Dan kalau itu semua sudah selesai kaukerja-kan," Pete melanjutkan dengan riang, "kau harus menyusun batu-batu sehingga membentuk tulisan SOS di tengah lapangan. Mungkin saja ada sebuah pesawat yang terbang cukup rendah untuk membaca tulisan itu." Jupiter mendesah panjang. "Bagaimana kalau aku membangun pondok peristirahatan sekaligus?" ia menawarkan. Yang lainnya ketawa. "Oke, oke," Jupe mengalah. "Aku akan mengumpulkan beberapa potong kayu basah." "Jangan cuma beberapa," kata Pete. "Setumpuk!" Kemudian ia dan Bob berangkat. "Jangan lupa mengingat-ingat jalan yang kalian lewati!" Mr. Andrews berseru. "Di hutan seperti ini orang mudah sekali tersesat" Bob dan Pete berpencar di tepi lapangan rumput Bob menuju ke barat daya, ke arah suara aliran air yang terdengar secara sayup-sayup. Pete menyusuri jalan setapak dan menghilang ke arah tenggara.

http://inzomnia.wapka.mobi

Karena teringat pada pesan ayahnya, Bob memperhatikan jalan yang ia lalui dengan saksama, ia melewati sebuah pohon berbentuk unik-tiga batang pohon telah tumbuh menjadi satu. Beberapa waktu kemudian Bob melewati sebuah batu besar, yang menampilkan cekungan-cekungan mirip mangkok sup. Kelihatannya orang-orang Indian yang dulu pernah tinggal di sini, memanfaatkan cekungan-cekungan itu sebagai tempat menggiling gandum. Bob berusaha mengingat semua keanehan yang dilihatnya sesuai urutan, dan akhirnya tiba di sebuah jalan setapak, ia menyusuri jalan setapak itu ke arah suara aliran air. Semakin lama, suara itu semakin keras. Tidak lama kemudian Bob telah menemukan sumbernya: sebuah sungai dangkal selebar ku-rang-lebih 6 meter. Sungai itu mengalir di antara batu-batu, dan ranting-ranting pohon yang menjuntai. Di kedua tepinya terhampar batu-batu kerikil yang halus terkena erosi. Airnya jernih sekali, dan kelihatannya bisa diminum. Bob mencuci botol yang dibawanya dengan sabun dari kotak obat di pesawat. Setelah dibilas sampai bersih, ia mengisi botol itu dengan air, lalu memasukkan pil iodine. Tugas berikutnya adalah mencari pertolongan. Tapi ke mana ia harus mencari? Bob teringat pada lembah yang sempat dilihatnya dari pesawat, ia tahu bahwa lembah itu terletak di sebelah barat lapangan rumput, dan bahwa ada sungai di tengah-tengahnya. Mungkin saja sungai itu sama dengan sungai tempat ia berdiri sekarang. Jika perhitungannya tepat, maka lembah itu terletak di sebelah utara. Lembah seindah itu pasti dilengkapi dengan tempat berkemah yang terbuka untuk umum. ia menyusuri sungai ke arah yang berlawanan dengan aliran air. Hampir sepanjang waktu ia bisa berjalan di tepi sungai. Tapi kadang-kadang ia harus membelok untuk menghindari batu-batu besar, semak-semak berduri, atau genangan lumpur. Suara aliran air semakin keras. Akhirnya ia mengelilingi sekumpulan pohon besar, lalu melangkah ke suatu lapangan terbuka. Di salah satu sisi lapangan ia melihat sebuah air

http://inzomnia.wapka.mobi

terjun yang cukup tinggi. Pemandangannya benar-benar menakjubkan. Air terjun itu menderu-deru seperti dengung sejuta tawon besar. Bob menghirup udara yang penuh dengan percikan-percikan air. ia menatap ke arah air terjun, lalu memperhatikan tebing pada kedua sisinya. Aliran air telah mengikis tepi atas tebing selama ribuan tahun, sehingga menghasilkan celah yang dalam. Kalau inilah air terjun yang sempat dilihat Bob dari pesawat, maka lembahnya ada di balik tebing. Dan untuk mencapainya Bob harus memanjat dinding, granit di hadapannya. Masalahnya, dari mana ia harus mulai? Bob mempelajari dinding batu yang tegak lurus itu, dan menemukan sebuah tempat untuk menginjakkan kaki. ia meletakkan botol airnya, melewati hamparan batu-batu, kemudian mulai memanjat. Ia naik pelanpelan. Setiap tonjolan dan akar pohon digunakannya sebagai pegangan. Tiba-tiba saja beberapa batu kerikil mengenai kepala Bob. Ia mendengar suara gemuruh, dan langsung mendongak. Dengan mata terbelalak Bob melihat sebuah batu besar sedang meluncur ke arahnya! 4. Kesulitan Baru Kecepatan batu-batu longsor di atas Bob semakin tinggi. Tapi Bob tidak bisa mundur. Rasa takut seakan-akan mencekik lehernya. Ini bukan waktu untuk berpikir, ini waktu untuk bertindak! Sambil merapatkan badan pada permukaan tebing, ia langsung berusaha menghindar. Keringat dingin membanjiri keningnya. Debu halus yang menempel pada bebatuan membuat hidungnya terasa gatal. Dengan panik Bob bergerak ke kiri. Suara gemuruh tadi semakin memekakkan telinga. Batu-batu yang longsor meluncur di samping Bob. Kerikil-kerikil tajam menusuk-nusuk kulitnya seperti ribuan jarum. Longsoran batu itu menghantam hamparan batu di kaki tebing. Baru sekarang Bob menyadari bahwa tumpukan batu dan kerikil itu terbentuk

http://inzomnia.wapka.mobi

oleh puluhan tanah longsor seperti ini. Batu-batuan pada tebing ini tidak stabil. Tebing ini tidak aman untuk dipanjat! Bob memejamkan mata. Rasa ngeri akibat kecelakaan yang nyaris menimpanya membuat jantung anak itu berdetak dengan kencang. Tetapi ia tidak bisa berdiri di sini untuk selamanya. ia membuka mata dan memandang ke sekeliling. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Naik? Atau turun lagi? Kemudian ia melihat pemandangan yang aneh. Tempat pegangan tanganatau tempat untuk menginjakkan kaki. Bukan, kedua-duanya! Dan sepertinya buatan manusia! Tak ada kekuatan alam yang bisa membuat jalur pegangan tangan dan pijakan kaki dengan begitu sempurna. Dengan tubuh masih agak gemetar, Bob pindah dari celah sempit tempat ia bergelantungan ke jalur pegangan tangan dan pijakan kaki yang lebih aman. Baru sekarang ia melihat bahwa jumlahnya cukup banyak. Pegangan tangan serta pijakan kaki itu membentuk jalur memanjat yang rapi namun berbahaya. Jalur yang menuju ke bagian kiri tebing itu mungkin dibuat oleh orang-orang Indian, lebih dari seratus tahun lalu. Bob melirik jam tangannya. Hari sudah menjelang sore. Yang lain pasti sudah menunggunya. Ia terus merayap naik. Beberapa saat ia mencapai celah di atas air terjun, ia terus bergerak berlawanan dengan arah aliran air. Dan kini ia berhadapan dengan lembah indah yang sempat dilihatnya dari udara. Lembah itu tertutup hutan, dan memanjang jauh ke arah cakrawala. Tebing-tebing yang membatasinya terbuat dari granit. Sungai di bagian tengah mengalir pelan dan penuh damai, berbeda sekali dengan arus deras yang jatuh melewati tepi tebing. Namun harapan Bob tidak terkabul, ia tidak menemukan tempat perkemahan seperti yang diharapkannya. Angin yang bertiup dari sebelah utara membawa bau belerang yang tajam. Ini berarti bahwa mungkin ada sumber air panas di sini. Kedua mata Bob terasa perih sekali. Ia memalingkan kepala, kemudian menoleh lagi untuk terakhir kalinya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Rasanya sudah lama sekali sejak ia, Jupe, Pete, dan ayahnya melihat lembah ini dari pesawat. Begitu banyak yang terjadi sejak itu. Mereka beruntung bahwa mereka masih hidup sekarang. Kalau bukan karena keahlian ayahnya sebagai pilot ketika sistem elektrik tiba-tiba mati... Bob membuang pikiran itu jauh-jauh, lalu berbalik untuk kembali menyusuri jalur memanjat, ia lewat di tempat ia nyaris menjadi korban tanah longsor, kemudian menyeberang sebuah tonjolan sempit yang ditumbuhi semak-semak. Setelah beberapa belas meter, jalur memanjat mulai menurun lagi. Entah kenapa orang-orang Indian tidak ingin orang lain mengetahui jalur yang mereka buat untuk mencapai lembah tadi. Ketika jalur itu sudah cukup dekat ke kaki tebing, sehingga kelihatan dari bawah, letaknya malahan berjauhan dari ruang terbuka di sekitar air terjun. Bob segera melompat ke tanah, lalu melirik jam tangannya. Sekarang ia benar-benar terlambat! Ia bergegas ke tempat ia meninggalkan botol air, menyambarnya tanpa berhenti, lalu berlari menyusuri lintasan binatang liar yang membelah hutan. Kemudian ia meninggalkan jalan setapak itu, dan menyusuri patokan-patokan yang sempat ia hafalkan tadi-tapi kini dalam urutan terbalik. Ketika Bob sampai di lapangan rumput, matahari sudah hampir terbenam. Bob merasa letih, tapi gembira. Tunggu saja sampai yang lain mendengar apa yang baru saja dialaminya! *** Setelah berpisah dari Bob, Pete mulai menyusuri jalan setapak yang ia temukan pada waktu mengumpulkan kayu bakar. Jalan itu menuju ke hutan lebat di sebelah tenggara-sesuai dengan perkiraan Pete. Sinar matahari menyusup di antara daun-daun, dan menghasilkan pola gelap-terang di tanah. Di atas kepala Pete dahan-dahan besar nampak saling bersilangan, dan kadang-kadang menghalangi pandangan ke langit Udara berbau tanah dan daun cemara. Pete terus menyusuri jalan setapak itu selama setengah jam. Sepanjang waktu ia berusaha menemukan jejak manusia, ia melihat jejak rusa dan

http://inzomnia.wapka.mobi

kucing hutan, juga tumpukan kotoran kijang dan beruang. Namun dengan kecewa ia menyadari bahwa tak ada bekas sepatu lars atau sepatu tenis. Dalam hati Pete masih berharap untuk mencium bau asap dari sebuah api unggun, mendengar suara mesin mobil, atau melihat tiang telepon. Tapi harapannya tidak menjadi kenyataan. Tiba-tiba Pete merasa bahwa sesuatu sedang mendekatinya dari belakang-sejajar jalan setapak dan dengan kecepatan tinggi. Seseorang atau seekor binatang. Ia mendengar bunyi keresek-keresek. Pete langsung berhenti dan memasang telinga sambil berkonsentrasi penuh. Tanpa bersuara ia meninggalkan jalan setapak, lalu bersembunyi di balik sebatang pohon. Bunyi tadi semakin mendekat-hampir di depan Pete-dan kemudian berlalu begitu saja. Pete tidak sempat melihat apa-apa. Bulu kuduknya berdiri. Apa yang menimbulkan bunyi itu? "Hei!" Pete berseru keras-keras. Jika bunyi itu ditimbulkan oleh seekor binatang, maka Pete berharap agar suaranya mengusir binatang itu. "Stop!" Seorang manusia pasti akan berhenti untuk mencari tahu siapa yang berteriak, dan mengapa. Pete berdiri seperti patung. Tak ada lompatan tiba-tiba. Tak ada bunyi langkah menembus semak-semak. Namun bunyi keresek tadi tetap menjauh, seakan-akan Pete tidak pernah berteriak. Pete mulai mengejar suara itu. Ia berlari dengan sekuat tenaga. Beberapa saat kemudian ia mengurangi kecepatan, dan kembali memasang telinga. Suara keresek-keresek kembali terdengar. Pete meninggalkan jalan setapak, lalu menerobos ke dalam hutan. Kemudian ia melihat sebuah sosok-seorang laki-laki. Sosok itu nyaris tak kelihatan karena bergerak di bawah bayang-bayang pepohonan. "Stop!" Pete berseru sambil mengejar sosok misterius itu. "Saya ingin bicara dengan Anda! Kami butuh pertolongan!" Sosok itu nampak ragu-ragu. Irama langkahnya jadi kacau. Tapi kemudian ia kembali menambah kecepatan, dan menghilang di bagian hutan yang paling gelap.

http://inzomnia.wapka.mobi

Pete terus mengejarnya. Orang macam apa yang tidak mau menyahut kalau dimintai tolong? Dengan gesit Pete melewati sekumpulan pohonpohon besar. Sosok misterius itu telah menghilang. Lenyap! Sikap orang-atau hantu!itu benar-benar menyeramkan. Pete berhenti untuk mengamati sekitarnya. Tapi tak ada apa-apa. "Saya hanya ingin bicara dengan Anda!" Pete berseru. "Saya dan temanteman saya tersesat di sini!" Ia menunggu. Tak ada jawaban. "Kami tidak akan menyakiti Anda..." Hening. Aku harus menemukan orang itu, pikir Pete, lalu mulai memeriksa daerah sekeliling. Tiba-tiba saja ia teringat pada waktu, ia melirik jam tangannya. Hari sudah sore. ia harus segera kembali. Tapi kembali ke mana? Dasar ceroboh! Pete memaki dirinya sendiri, ia bahkan tidak tahu di sebelah mana jalan setapak yang disusunnya tadi! Dan selama mengejar sosok misterius itu, ia sama sekali tidak ingat untuk memperhatikan patokan-patokan di sepanjang jalan. Rasa panik mulai menguasai Pete. Secara mendadak ia sadar bahwa ia telah tersesat! 5. Di Mana Mr. Andrews? Pete menarik nafas dengan pelan. Hei, santai saja! ia berkata pada dirinya sendiri. Kau berhasil sampai di sini. Sekarang tinggal cari cara untuk kembali! Sekali lagi Pete melirik jam tangannya. Kemudian ia pindah ke suatu tempat di mana ia bisa melihat posisi matahari dengan jelas. Pete mulai berpikir. Ketika menyusuri jalan setapak dan menjauh dari lapangan rumput, ia berjalan ke arah tenggara. Pada waktu itu matahari berada di atas bahu kanannya. Kini matahari sudah lebih rendah. untuk menuju ke arah barat laut, matahari harus berada di sebelah kiri, hampir setinggi dadanya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Menemukan sebuah lapangan rumput di tengah hutan lebat merupakan tugas yang hampir mustahil. Tapi mau tidak mau Pete harus mencobanya. ia bergerak dengan hati-hati. Pandangannya selalu mengawasi posisi matahari. Burung-burung berkicau. Angin menerpa puncak pepohonan. Binatang-binatang kecil berlari menjauh ketika mendengar langkah Pete. Pete berjalan selama satu jam. Sial, aku belum mengenali apa-apa, ia berkata pada dirinya sendiri. Matahari semakin rendah. Tinggal sejam lagi sampai matahari tenggelam di sebelah barat Tiba-tiba Pete kembali mendengar suara langkah di hutan, ia hendak memanggil, namun kemudian berubah pikiran. Tanpa berkata apa-apa ia berjalan mengikuti suara itu. Suara langkah ini, yang lebih berisik dibandingkan dengan yang ia dengar tadi, membawanya ke arah utara. Pete mungkin sudah kehilangan akal! Seharusnya ia berusaha kembali ke lapangan rumput, bukannya membiarkan diri semakin tersesat! Suara langkah itu berhenti. Selama sedetik Pete nampak ragu-ragu. Tapi setelah itu ia segera melesat maju-dan berhenti mendadak. "Bob!" Pete berseru dengan heran. Bob menoleh ke belakang. "Hallo, Pete! Bagaimana, kau berhasil menemukan sesuatu?" ia bertanya sambil tersenyum. Pete ketawa. ia lega sekali karena akhirnya menemukan seseorang yang mau menyahut! Sambil membungkuk ia menyeruduk ke depan. "Aduuuh!" Bob berseru, lalu ikut ketawa. Pete menabrak perut Bob, kemudian memanggul sahabatnya ke lapangan rumput. "Hei, aku baru saja bertemu dengan seseorang yang kukenal!" kata Pete. "Kau!" Tawanya meledak-ledak. Bob melepaskan diri dari cengkeraman Pete, dan menggelengkan kepala. "Dasar sinting! Apakah pernah ada yang memberitahumu bahwa kau tidak waras?" "Ada!" jawab Pete. "Kau!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Pete merangkul bahu Bob. Bersama-sama, dan sambil bertukar cerita, mereka menuju bangkai pesawat. "Tanah longsor?!" ujar Pete. "Astaga, untung saja kau tidak tergencet di bawah batu-batu itu!" "Dan kau sendiri?" balas Bob. "Kau tersesat gara-gara hantu hutan!" Kedua pemuda itu menggeleng seakan-akan tidak percaya pada kesialan beruntun yang menimpa mereka. "Eh, lihat tuh! Jupiter lebih sukses dari kita berdua," kata Bob sambil menunjuk ke depan. "Asap api itu cukup tebal untuk menarik perhatian petugas kehutanan!" Jupe duduk di samping api unggun yang mengeluarkan asap tebal. Menjelang malam suhu udara semakin turun, sehingga Jupe mengancingkan jaketnya sampai ke kerah, ia telah mengeluarkan semua ransel dari pesawat, lalu menyiapkan tempat bermalam seadanya. Tanah dalam radius 2 meter dari api unggun sudah dibersihkan dari daun kering, rumput, serta benda-benda lain yang mudah terbakar. Tumpukan daun cemara tinggal diatur sebagai tempat tidur darurat. "Sergapanmu hebat juga," Jupe berkata pada Pete, ketika melihat kedua sahabatnya mendekat. "Pete cuma gembira karena bertemu aku," Bob menjelaskan. Jupe segera menatap tubuh Pete yang penuh otot. "Mudah-mudahan saja aku tidak disambut dengan cara yang sama." "Apakah kau lebih suka kalau aku menciummu?" tanya Pete. "Coba saja!" Jupe mengancam. "Bibirmu akan mengering dan copot dari mulut!" Ketiga sahabat itu ketawa. Pete dan Bob mengenakan jaket masingmasing, lalu berdiri di dekat api. Sambil menghangatkan tangan, keduanya melaporkan hasil pencarian mereka pada Jupe. Bob memandang sekeliling. "Mana ayahku?" "Belum datang," jawab Jupe. "Seharusnya dia sudah lama kembali ke sini," ujar Bob cemas. Ia menatap ke arah tebing dan teringat pada luka memar pada kepala ayahnya. Langsung saja ia bergegas ke arah sana.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Hei, tunggu dong!" Pete berseru, lalu menyusul. Jupe mendesah, ia pun merasa khawatir. Tapi ia tidak bisa ikut, sebab salah satu dari mereka harus tetap mengawasi api unggun. Jupe tahu bahwa api unggun yang dibiarkan menyala tanpa pengawasan bisa menimbulkan kebakaran hutan. Pete mengamati langit di sebelah barat. Setengah jam lagi matahari akan menghilang di balik cakrawala. Dan tidak lama setelah itu keadaan akan menjadi gelap gulita. Bob segera mulai memanjat tebing. Batu-batu di sini ternyata cukup kokoh, karena tidak terkikis seperti tebing di sekitar air terjun. Kecuali itu lapisan-lapisan batu granit nampak bertumpuk-tumpuk seperti tangga raksasa, sehingga tidak terlalu sulit dinaiki. Namun Bob dan Pete tetap harus berhati-hati. Permukaan batu di beberapa tempat sangat licin, akibat dipoles oleh gerakan lapisan es beberapa ribu tahun silam. Ketika sampai di atas, Pete dan Bob berdiri di tepi tebing. Napas mereka tersengal-sengal. Dengan cemas Bob memandang sekitar. "Aku tidak melihatnya," ia berkata. "Barangkali ayahmu sedang duduk dan beristirahat," Pete mencoba menenangkan sahabatnya. Di bawah mereka terdapat pemandangan yang hendak dilihat oleh Mr. Andrews. Gunung-gunung berhutan menghampar sejauh ratusan mil. Matahari yang sudah hampir tenggelam membanjiri puncak-puncak gunung dengan cahaya keemasan. Lembah-lembah sebaliknya nampak hitam pekat Sejauh mata memandang tidak ada menara petugas kehutanan. Mereka berbalik, lalu mulai memeriksa bagian atas tebing. Daerah itu datar, penuh batu-batu berserakan. Di sebelah utara dataran ini, Pete dan Bob melihat tepi hutan cemara. Hutan itu merayap sampai ke punggung bukit yang nampak melebar di kejauhan. Diamond Lake terletak di balik bukit itu. Pete dan Bob berpencar lagi. "Ayah!"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Mr. Andrews! "Ayah!" Angin dingin menyapu dataran tempat mereka berdiri. Bob mulai menggigil. Di mana ayahnya? Ayahnya tidak mungkin pergi jauh-jauh tanpa memberi tahu siapa-siapa. Dan kemudian ia melihatnya: topi pet bertulisan Los Angeles Dodgers milik ayahnya. "Ayah!" Bob memanggil dengan nyaring. Ia menghampiri topi pet yang tergeletak di samping semak-semak. "Ayah!" Mr. Andrews pasti tidak jauh dari sini. "Ayah ada di mana?" "Hei, kau menemukan sesuatu?" Pete bertanya sambil mendatangi Bob. Bob segera menunjukkan topi ayahnya. "Ini topi kesayangan ayahku. Ia tidak mungkin membiarkannya tergeletak di sini. Pasti telah terjadi sesuatu. Mungkin ia cedera. Atau pusing dan bingung. Atau tersesat." "Coba kulihat dulu," kata Pete. Ia memeriksa topi Mr. Andrews dari segala sudut. Topi itu ternyata tidak sobek, kotor, maupun berdarah. "Ayah!" Bob kembali berseru. "Jangan panik! Mungkin saja topi ini terjatuh tanpa sengaja." Bob menggeleng dengan pasti. "Tidak mungkin. Ini adalah topi keberuntungan ayahku." Pete memungut beberapa batu sebesar kepalan tangan. "Aku akan membuat tanda di sini, supaya kita bisa ingat di mana kita menemukan topi ayahmu. Kau terus saja mencari." Bob mengangguk dan kembali memanggil-manggil ayahnya. Pete melirik ke arah matahari tenggelam. Dengan cepat ia membuat tumpukan batu-sebuah tanda yang umum digunakan oleh para pencinta alam. Kemudian ia ikut mencari, ia tidak mau menunjukkan pada Bob bahwa ia pun mencemaskan nasib Mr. Andrews. Bob dan Pete membentuk corong dengan tangan masing-masing, lalu mulai memanggil. Tetapi seruan mereka tersapu oleh tiupan angin. Mereka mencari di balik batu-batu besar, di belakang pohon-pohon, serta di dalam retakan-retakan batu granit "Kita harus kembali ke pesawat," Pete akhirnya menyerah.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jangan dulu!" Bob memprotes. Sambil terus mencari, ia mendekati hutan yang membatasi dataran di atas tebing. "Ayo!" Pete mendesak. "Ayahmu pasti ingin agar kita kembali!" "Tidak!" Bob bisa merasakan bahwa ayahnya berada tidak jauh dari mereka. "Ayahmu pasti marah besar kalau tahu bahwa kita juga tersesat!" Pete berseru. Bob berhenti, ia nampak putus asa. "Ayo, Bob! Matahari sudah hampir tenggelam," Pete berkeras. "Sebentar lagi kita tidak bisa lihat apa-apa." Bob membalik. Logika Pete berhasil membujuknya. Tapi ia belum mau menyerah. Besok pagi-pagi aku mulai lagi, ia berjanji dalam hati. Mereka menyusuri tepi tebing sampai menemukan tempat di mana mereka memanjat ke atas tadi. Mereka turun lewat jalan yang sama. Bulan di langit nampak hampir bulat, tetapi pantulan cahayanya tidak cukup terang untuk meneruskan pencarian. Sambil menggigil kedinginan, Pete dan Bob bergegas ke arah camp yang disiapkan oleh Jupe. Mereka dikelilingi kegelapan. Api unggun di depan mereka merupakan satu-satunya patokan. "Belum berhasil?" tanya Jupe. "Kami hanya menemukan topi Mr. Andrews," jawab Pete. Kemudian ia melaporkan apa yang mereka lihat di atas. Bob duduk di atas sebuah batu. ia nampak sedih sekali. Sambil membisu ia menatap lidah api yang menari-nari di depannya. Jupe mengerutkan kening dan menatap Pete. Pete mengangguk. Mereka harus menghibur Bob. "Eh," Pete tiba-tiba berkata. "Katanya grup 'Hot Pistons' benar-benar hebat, ya?" Yang dimaksudnya adalah sebuah band yang ditangani oleh perusahaan pencari bakat tempat Bob bekerja. "Ya, kemampuan mereka memang di atas rata-rata," Bob menjawab lesu, sambil terbengong-gengong. "Yah," Jupe melanjutkan, "apa judul album mereka yang terbaru?" "Low to the ground'," jawab Pete. "Hei, Bob! Kau hafal liriknya?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Sudahlah, Pete. Aku tidak..." "Ayo dong, Bob! Tempat ini membuatku gelisah," Pete berbohong. "Oke, deh...'Cruisin' in my Chevy down the Coast Highway...'" Bob mulai bernyanyi. Kedua sahabatnya segera bergabung. Dalam waktu singkat nyanyian mengenai mobil-mobil kencang telah memenuhi udara malam. Pete memungut sepotong kayu, lalu mulai berlagak seperti pemain gitar. Namun Pete pun sempat terkejut ketika Jupe tiba-tiba berdiri, lalu bergoyang seirama dengan lagu yang mereka dendangkan. Kemudian, dengan wajah merah padam, ia berganti peran dan mulai meniru tingkah pemain drum. Mau tidak mau Bob terbawa arus kegembiraan, sehingga untuk sesaat ia melupakan pikiran suram mengenai nasib ayahnya. Setelah menyanyikan beberapa lagu, ketiga sahabat itu bersiap-siap untuk tidur. "Buka baju yang kalian pakai sekarang," Pete berkata pada Jupe dan Bob, "lalu pakai svmua baju lain yang ada. Tidak baik tidur dengan baju lembap di alam terbuka." Jupe menggerutu, tapi ia sadar bahwa Pete benar. Suhu udara pasti turun lagi menjelang subuh, sedangkan api unggun mungkin sudah padam pada waktu itu. Setelah kedua sahabatnya mengancingkan jaket masing-masing, Pete kembali mengatur. "Sekarang lakukan hal yang sama dengan kaos kaki kalian. Jangan pakai sesuatu yang sudah kalian pakai tadi. Kaos kaki yang basah akan menyedot panas tubuh kalian." Sambil menyeringai karena terpaksa mencium bau jempol, Bob dan Jupe menuruti anjuran Pete. Jupe mengambil jatah makanan untuk malam ini dari pesawat, lalu membagi-bagikannya. Mereka makan dengan lahap. Kemudian mereka membuat tempat tidur dengan daun-daun cemara. Pete membawa kantong-kantong popcorn yang telah kosong kembali ke pesawat. "Jika kita membiarkan sampah bekas makanan tergeletak," katanya, "maka kita akan kedatangan tamu tak diundang. Binatangbinatang liar memiliki penciuman yang sangat tajam. Mereka akan

http://inzomnia.wapka.mobi

datang untuk berfoya-foya. Apa jadinya kalau seekor puma menyangka bahwa kita hidangan utamanya?" Ketiga sahabat itu membungkus diri dengan selimut, lalu berbaring mengelilingi api unggun. Lidah api yang biru dan Jingga kekuningkuningan nampak menari-nari. Mereka memejamkan mata. Mereka perlu istirahat agar tenaga mereka pulih kembali besok. Begitu bangun mereka akan segera meneruskan pencarian atas Mr. Andrews! Tiba-tiba saja Jupe teringat pada sesuatu. "Hei, Bob!" ia bergumam sambil terkantuk-kantuk. "Bagaimana dengan lensa kontakmu?" "Jangan khawatir, Jupe," jawab Bob. "Aku menggunakan lensa jenis baru, yang bisa dipakai terus menerus selama seminggu." "Dan kita pasti sudah pergi dari sini sebelum lensa kontak yang kaupakai mulai menempel di bola matamu," Pete berkomentar. Sambil ketawa ketiga anggota Trio Detektif bersiap-siap untuk tidur. Pete dan Jupe segera terlelap. Namun lain halnya dengan Bob. Ia tetap membuka mata dan menatap bintang-bintang yang gemerlapan di langit malam. "Ayah tidak perlu khawatir," ia berbisik dengan lembut. "Kami pasti datang!" Bob memejamkan mata. Seekor burung hantu berteriak. Beberapa anjing hutan melolong bersahut-sahutan. Bob seperti mendengar suara mobil di kejauhan. Tapi pada malam hari di tengah alam bebas memang sukar untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan. Ia menarik napas panjang. Tak ada gunanya untuk tetap terjaga. Perlahan-lahan otot-otot Bob mulai mengendur. Rasa kantuk mulai menyerang, dan Bob pun tenggelam dalam alam mimpi. 6. Pelari Misterius Matahari nampak pucat di atas lereng-lereng gunung di sebelah timur lapangan rumput. Ketiga anggota Trio Detektif segera berdiri, lalu menggerak-gerakkan badan. Api unggun telah lama padam. Sepanjang

http://inzomnia.wapka.mobi

malam tidak ada yang menambahkan kayu bakar. Untung saja tubuh anak-anak itu terbungkus selimut serta pakaian tebal. "Semalam suhu tidak jatuh ke bawah titik beku," Bob berkata sambil memperhatikan air dalam botol minum yang tidak berubah menjadi es. "Mudah-mudahan saja ayahku tidak terlalu kedinginan." Ketiga detektif muda menghabiskan sisa popcorn sebagai sarapan. Batang-batang coklat mereka simpan untuk makan malam. Mereka menjemur selimut masing-masing, lalu membuka baju serta kaos kaki tambahan. Bob keluar dari pesawat sambil membawa sebuah buku catatan. "Catatan ayahku," ia menjelaskan. "Pada halaman pertama ada tanggal kemarin, dan nama seorang pria: Mark MacKeir. Kalian pernah dengar namanya?" "Belum," Pete dan Jupe menjawab berbarengan. "Barangkali orang inilah yang seharusnya ditemui oleh ayahku," Bob menduga-duga. "Tanggalnya cocok, dan ayahku tidak membawa buku catatan lain." Ia menyelipkan buku kecil itu ke dalam kantong dada. Kemudian ketiganya menuju ke tebing. Bob yang pertama naik. Setelah sampai di atas, ia menunggu yang lain di dekat tanda yang dibuat Pete. Sambil bertolak pinggang ia mengamati dataran yang penuh dengan batu berserakan. Karena memakai topi pet ayahnya, ia kelihatan seperti Mr. Andrews pada waktu masih muda. "Oke," Bob berkata dengan tegas, "kita akan berpencar lagi sekarang. Semalam Pete dan aku sudah memeriksa daerah sekitar sini. Aku akan menuju lebih ke utara, ke arah tepi hutan. Kalian mencari di sebelah kiri dan kanan. Dalam satu jam kita ketemu lagi di sini, oke?" Ketiga sahabat itu mencocokkan jam tangan, kemudian berpencar untuk meneruskan pencarian di antara batu-batu besar. Mereka memanggilmanggil Mr. Andrews, dan memeriksa setiap celah serta retakan pada permukaan batu cadas-tanpa hasil. Dalam waktu singkat mereka telah menyapu daerah yang cukup luas. Ketika kembali, masing-masing berharap agar temannya lebih beruntung dan berhasil menemukan Mr. Andrews.

http://inzomnia.wapka.mobi

Namun rupanya mereka masih saja dibuntuti oleh nasib buruk. Tumpukan batu yang menunjukkan tempat Bob menemukan topi ayahnya telah lenyap. "Mana tanda yang kita buat?" Pete keheranan. Perlahan-lahan mereka berjalan di atas batu granit yang berwarna abuabu. "Seharusnya ada sini," kata Bob. "Bukan, di sini," ujar Pete. "Dua-duanya bukan," Jupe berkata dengan yakin. "Tanda itu mestinya berada di sini. Aku ingat bercak bekas lumut pada permukaan batu ini. Aku tahu bahwa kita tadi mulai mencari dari sini." Ia membungkuk, memungut sebuah puntung rokok, kemudian mengamatinya dengan saksama. "Coba perhatikan puntung rokok ini," katanya. "Warnanya masih putih bersih. Berarti puntungnya belum lama tergeletak di sini. Aku yakin, puntung ini belum ada di sini waktu kita berpencar tadi. Aku pasti melihatnya, begitu juga kalian." "Apa maksudmu?" tanya Pete. "Jupe hendak mengatakan bahwa ada orang yang datang ke sini," ujar Bob sambil merenung. "Seorang perokok. Orang itulah yang menyingkirkan tanda kita. Dia juga mengawasi segala gerak-gerik kita." "Paling-paling anak-anak iseng," kata Jupe sambil memperhatikan puntung rokok di tangannya. Sebuah pita berwarna hijau melingkari filter puntung itu. "Kelihatannya seperti rokok mahal." Ia memasukkan puntungnya ke dalam kantong baju. "Kita harus meneruskan pencarian," Bob memutuskan. "Ayahku tidak ada di Sini. Aku rasa kita sebaiknya pindah ke daerah yang didatangi Pete kemarin. Pete sempat melihat seseorang. Mungkin saja ayahku." "Rasanya sih bukan," kata Pete. "Belum tentu," Bob berkeras. "Kau tidak sempat melihat orang itu dengan jelas, bukan? Jika kepala ayahku terbentur lagi. maka ada kemungkinan bahwa ia kehilangan arah dan tersesat sampai ke sana." "Tapi kalau itu memang ayahmu," ujar Pete, "kenapa dia tidak menyahut ketika aku memanggilnya?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu. "Paling tidak kita bisa mencari tahu siapa yang kaulihat di sana," Bob menanggapi pertanyaan Pete. "Dan siapa tahu di sana juga ada pos petugas kehutanan. Mereka pasti bisa membantu kita." Jupe dan Pete saling bertatapan, lalu mengangguk Usul Bob memang masuk akal. Dinas kehutanan memiliki semua perlengkapan yang diperlukan untuk melancarkan pencarian besar-besaran. *** Mereka kembali ke camp. Bara api kelihatannya sudah padam. Tetapi untuk berjaga-jaga, Jupe menimbunnya dengan tanah. Pete dan Bob mengatur batu-batu sehingga membentuk tulisan SOS di tengah lapangan rumput. Kemudian mereka mengisi kantong masing-masing dengan beberapa batang coklat. Bob membawa botol berisi air minum. "Jangan lupa bawa selimut," Pete mengingatkan kedua sahabatnya. "Dan kotak obat. Aku sempat kesasar kemarin. Sebaiknya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk." Bob dan Jupe mengangguk. Dalam hati Bob menyesalkan bahwa ayahnya tidak punya selimut semalam. Sinar matahari menembus puncak pepohonan, dan membentuk kerucutkerucut terang di antara bayang-bayang hutan. Sambil beriring-iringan, Bob, Pete, dan Jupe menyusuri jalan setapak yang dilewati Pete kemarin sore. Pandangan Bob, yang masih mengenakan topi ayahnya, terus beralih dari kiri ke kanan. Mereka baru saja sampai di tepi suatu lapangan terbuka, ketika mereka mendengar suara pesawat. "Ya, Tuhan!" Jupe berseru. Ketiga sahabat itu langsung berlari ke tengah lapangan. Mereka melambaikan tangan ke arah pesawat yang terbang tinggi di atas hutan. Mereka berteriak-teriak. Pete mengeluarkan selimut, lalu mengayunkannya dengan liar. Bob dan Jupe melakukan hal yang sama. Dalam keputus-asaannya, Bob sampai melompat-lompat di tempat. Ia memerlukan bantuan untuk menemukan ayahnya. "Hei, kami ada di sini!"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Lihat ke bawah!" Namun pesawat itu meneruskan perjalanan, dan akhirnya menghilang di balik gunung. "Mudah-mudahan saja mereka lihat tanda SOS kita!" ujar Bob penuh harap. Tapi semuanya sadar bahwa pesawat itu terbang terlalu tinggi. Bob kembali menyusuri jalan setapak. "Kita harus menemukan ayahkubiarpun tanpa bantuan mereka." Dengan tekad bulat ketiga sahabat itu berangkat lagi. Perut Pete berbunyi. Begitu juga perut Jupe. "Wah, suaranya stereo!" Pete bergurau. "Dasar sinting!" Bob menanggapinya sambil tersenyum. Tiba-tiba Pete berhenti, dan menempelkan jari telunjuk pada bibir. Ia memandang ke sebelah kiri. Bob sepera menoleh ke arah yang sama. ia melihat dahan-dahan semak belukar di antara pohon-pohon bergerak-gerak. Ayah! langsung terlintas kepalanya. Sayup-sayup terdengar suara langkah. Dan kemudian Bob melihat penyebabnya-sebuah sosok langsing, berpakaian rompi dan celana kulit, bergerak dengan gesit di antara bayang-bayang pohon. Bob kecewa sekali. Ternyata bukan ayahnya. Pete menunjuk ke arah jalan setapak. Jupe dan Bob segera paham bahwa Pete menginginkan mereka tetap di tempat. Sedetik kemudian pemuda itu telah menghilang di hutan. Jupe dan Bob bergegas menyusuri jalan setapak. Mereka berusaha untuk mengimbangi kecepatan Pete. Mereka mendengar bunyi dahan patah, dan beberapa kali melihat Pete. Namun orang yang sedang dikejarnya tidak menampakkan diri lagi. Pete melesat di antara batang-batang pohon. Ia yakin bahwa orang di depan adalah orang yang sempat ia lihat pada hari sebelumnya. Tetapi hari ini langkah Pete lebih ringan dibandingkan kemarin. Sang pemburu dan buruannya terus beradu cepat, sampai Pete menyadari bahwa irama langkah orang itu mulai berubah. Rupanya dia sudah mengetahui kehadiran Pete.

http://inzomnia.wapka.mobi

Orang itu membelok ke kanan, melewati sekelompok pohon besar, dan berusaha untuk melepaskan diri dari kejaran Pete-persis seperti kemarin. Namun kali ini Pete tidak mau tertipu Ia segera membelok ke kiri, dan melewati kelompok pohon itu pada sisi berlawanan. Ketika hampir mengelilinginya, ia berhenti secara mendadak. Perlahan-lahan ia membalik badan. Matanya nyaris copot dari kepala. Pete menatap sepasang mata berwarna hitam milik seorang pemuda yang sebaya dengannya. Pemuda Indian itu mengenakan rompi kulit dan celana jeans. Ia berdiri seperti patung. Bahkan matanya pun tidak berkedip. Pete menarik napas. "Hei, kami butuh pertolongan..." ia mulai berkata. Mulut pemuda Indian itu tetap tertutup rapat. Secepat kilat ia berbalik, lalu berlari menjauh- nyaris tanpa bersuara. Pete berusaha mengejarnya, tetapi pemuda itu telah menghilang. Belum pernah Pete bertemu dengan pelari secepat itu. Pete tetap berlari. Namun akhirnya ia sadar bahwa usahanya sia-sia. Ia kesal sekali karena pemuda Indian itu menolak untuk bicara dengannya, serta tidak bersedia membantu. Sementara itu Bob dan Jupe terus menyusuri jalan setapak. Bob berlari di depan. Jupe berusaha keras agar tidak ketinggalan terlalu jauh. Jalan setapak itu seakan-akan tak berujung, terutama pada saat-saat Pete menghilang di antara pepohonan. Tiba-tiba saja Pete muncul beberapa puluh meter di depan mereka. Napasnya tersengal-sengal. Rambutnya nampak acak-acakan, dan wajahnya basah karena keringat "Kalian sempat lihat orang itu?" tanya Pete, ketika Bob dan Jupe menghampirinya. "Siapa?" "Pemuda Indian itu!" "Apa?" Bob berseru keheranan. "Brengsek! Berarti dia lolos lagi," ujar Pete. "Ayo, kita jalan."

http://inzomnia.wapka.mobi

Rombongan kecil itu mengikuti jalan setapak yang naik-turun sesuai keadaan medan. Pete menceritakan apa yang baru saja dialaminya. "Hmm, jadi dia kabur ke arah ini," kata Bob sambil mengerutkan kening. "Aku jadi ingin tahu apa yang ada di depan kita," Pete berkomentar. "Aku tidak peduli apa yang menunggu kita di sana," Jupe mengeluh, "asal jaraknya tidak terlalu jauh dari sini." Karena merasa kasihan pada Jupe, Bob memutuskan untuk beristirahat selama lima menit. Kemudian mereka kembali berjalan. Matahari semakin tinggi di langit. Perlahan tapi pasti sinarnya mengusir kabut tipis yang menggantung di atas lembah-lembah. Kupu-kupu mulai beterbangan. Burung-burung berkicau. Bau cemara dan keringat bercampur baur menjadi satu. Pete berjalan dengan cepat, ia mendahului Bob dan Jupe, kemudian menunggu sampai mereka menyusul. Setelah tiga kali, ia berseru pada mereka agar bergegas. "Ada apa, sih?" tanya Bob. "Awas kalau tidak ada apa-apa!" Jupe menambahkan dengan geram. "Ayo, cepat!" Pete mendesak. "Apa kalian tidak tertarik melihat jalan ini?" Bob dan Jupe langsung mempercepat langkah. Pete ternyata berdiri di tepi jalan tanah yang sempit. Jalan itu muncul di antara pohon-pohon di sebelah timur-laut, kemudian kembali menghilang di tengah-tengah hutan di sebelah barat-daya. Di tengah jalan ada jejak ban yang kelihatannya masih baru. "Rasanya aku tidak melihat jalan ini dari pesawat," kata Bob. "Ketika kita terbang di atas daerah ini," Jupe mengingatkan, "kita tidak sempat melihat-lihat pemandangan. Kita sedang bersiap-siap untuk mendarat darurat!" Mereka menatap ke kiri dan kanan. Jalan tanah itu dibatasi oleh semak belukar. Lebarnya hanya cukup untuk satu setengah mobil. "Kita turun bukit saja," ujar Jupe, sesuai kehendak kakinya yang pegal. "Aku tidak keberatan," kata Pete.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ayo!" Bob mendesak. Tidak jauh dari sini pasti ada bantuan untuk menemukan ayahnya. Dan ia harus mencari bantuan itu. Mereka menuruni bukit. Tiga perempat kilometer kemudian jalan itu membelok dan menuju ke arah barat. Permukaan tanahnya kering dan keras. Mereka menduga bahwa selokanselokan yang dalam terbentuk oleh hujan deras di musim gugur dan musim semi. Pada musim dingin jalan ini pasti tersembunyi di bawah lapisan salju tebal. Ketiga anak itu berjalan dengan hati-hati, agar tidak terperosok ke dalam selokan. Mereka letih dan lapar. Mereka membisu hampir sepanjang jalan. Sementara itu matahari semakin terik. Bunyi itu mula-mula hanya terdengar secara sayup-sayup. Ketiga anggota Trio Detektif saling berpandangan dengan heran. Baru ketika mendekat, mereka mengenali bunyi itu sebagai suara orang, anjing, dan anak-anak. Semangat mereka timbul kembali. Bob tersenyum lebar. Mereka melewati sebuah tikungan panjang. Di ujungnya ada sekelompok pondok kayu dan karavan-karavan tua. Di luar rumah-rumah itu ada jala ikan, peralatan berburu, kandang ayam, serta beberapa jeep dan mobil pick-up tua yang seharusnya sudah lama dipensiun. Sebuah perkampungan Indian! Dua anak kecil berpakaian celana pendek dan T-shirt berhenti bermain, dan menatap Bob, Jupe, dan Pete. Mata mereka nampak merah. Anjing coklat di samping mereka langsung mendengus-dengus. Suasana di perkampungan itu kelihatan sibuk sekali. Wanita-wanita dan anak-anak berkumpul di tengah desa. Kemudian terdengar suaragenderang. "Hei!" Pete tiba-tiba berseru. "Berhenti!" Pete melesat maju, dan menghilang di balik salah satu pondok. Ia menggenggam bahu seorang pemuda Indian yang mengenakan rompi kulit dan celana jeans. Pemuda itu membalik, dan menatap Pete dengan tajam. "Kau!" Pete membalas tatapannya. "Kau yang sejak kemarin mempermainkan aku!"

http://inzomnia.wapka.mobi

7. Orang-orang Sakit "Kenapa kau kabur begitu saja?" Pete menghardik pemuda Indian itu. Pemuda di depannya melepaskan diri dari cengkeraman Pete. Dengan rambutnya yang hitam dan lurus, serta sepasang mata yang berapi-api, pemuda itu tampak garang. Namun kemudian ia mengenali Pete, dan membelalakkan mata dengan heran. Tampangnya mengendur. Ia tersenyum. "Bagaimana kalian bisa sampai ke sini?" ia bertanya pada Pete. "Kalian melacak jejakku? Ah, tentu saja tidak. Tapi kalian berhasil menemukan perkampungan kami! Sebenarnya aku ingin mencari kalian begitu aku punya waktu. Maaf, aku terpaksa meninggalkanmu begitu saja." Sekarang giliran Pete merasa heran. "Apa maksudmu?" ia bertanya. "Aku akan menjelaskan semuanya," pemuda Indian itu melanjutkan dengan ramah, ia merapikan rompi yang dikenakannya. Ikat pinggangnya berbentuk unik-sebuah bulatan perak dengan batu berwarna hijau di tengahnya. Pemuda Indian itu menyentuh batu itu, lalu berkata, "Aku mendapat tugas untuk mencari wahyu..." Baru sekarang Jupe dan Bob berhasil menyusul sahabat mereka. "Namaku Daniel Grayleaf," pemuda Indian itu memperkenalkan diri dengan sopan. "Aku..." "Apakah ada telepon di sini?" Bob segera mengajukan pertanyaan. "Kami harus menghubungi Dinas Kehutanan. Pesawat kami jatuh, dan ayahku hilang. Kami belum berhasil menemukannya!" Daniel menggeleng. "Sorry, kami tidak punya telepon maupun radio. Kami selalu pergi ke kota kalau perlu sesuatu." "Kalau begitu, tolong antarkan kami ke pos kehutanan terdekat," Bob memohon. "Tidak ada yang pergi dari sini," sebuah suara berat berkata dari belakang Trio Detektif. "Siapa orang-orang asing ini?" Ketiga detektif muda berbalik, dan melihat seorang laki-laki kekar. Matanya nampak merah dan berair.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Paman, inilah orang-orang yang kuceritakan padamu," ujar Daniel. "Kau bicara dengan mereka?" "Baru sekarang." "Bagus." Pria itu tersenyum ke arah Daniel. Tetapi wajahnya kembali kaku ketika menatap 'orang-orang asing' di hadapannya. Pete, Jupe, dan Bob segera memperkenalkan diri. Daniel memperkenalkan laki-laki itu sebagai Amos Turner, kepala kampung mereka. "Ayah saya hilang," ujar Bob. Dengan nada putus asa ia menjelaskan musibah yang menimpa mereka. "Paman, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka?" tanya Daniel. Penuh harap Bob memperhatikan si kepala kampung. "Ini masalah yang rumit," pria itu berkata. "Belum pernah ada kejadian seperti ini. Paman harus berunding dulu." Tanpa bersuara ia membalik dan melangkah pergi. Bob nampak kecewa sekali. "Tak ada yang bisa kita lakukan sekarang," Daniel Grayleaf berusaha menghibur Bob. "Mudah-mudahan saja pamanku akan membawa kabar baik nanti." Bob mengangguk dengan cemas. "Tadi kau mengatakan bahwa kau ditugaskan untuk mencari wahyu," Jupiter berkata untuk mengisi waktu, sekaligus untuk mengalihkan perhatian Bob. "Apa maksudnya?" Namun sebelum Daniel sempat menjawab, perut Jupe berbunyi dengan keras. Di dekat tempat mereka berdiri, seseorang sedang memasak sesuatu yang lezat. Dan Jupe bisa mencium baunya yang merangsang selera. "Nanti kujelaskan," jawab Daniel. "Tapi sebelumnya aku akan menyiapkan makanan dulu. Kalian pasti lapar sekali." "Betul!" Jupe membalas dengan spontan. "Kau kan masih bawa?" Pete bergurau. Kemudian perutnya ikut berbunyi. "Kalian tunggu saja di sini," ujar Daniel. "Aku akan segera kembali." Langsung saja ia bergegas ke tengah perkampungan.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Wow!" Pete bergumam dengan kagum. "Gerakannya benar-benar lincah." Hanya ada satu pikiran di kepala Bob. "Mereka harus mengantar kita ke pos kehutanan terdekat!" "Jangan khawatir, mereka pasti akan membantu," kata Jupe dengan yakin. Namun dalam hati ia merasa ragu-ragu. ia menatap sekeliling sambil bertanya-tanya apa artinya suara genderang yang sejak tadi terdengar. Tidak lama kemudian Daniel sudah muncul lagi. "Ayo, ikut aku. Makanan sudah ada di atas meja. Pertama-tama kami akan menari, lalu makan, dan kemudian menjalankan upacara. Kalian adalah tamu kehormatan, jadi kalian dipersilakan makan duluan." "Maksudmu, kalian harus menunggu sampai nanti?" Bob bertanya kebingungan. "Itu tidak benar!" "Kami akan menunggu," Pete berkeras. Jupe menelan ludah. "Ya, tentu saja!" katanya dengan berat hati. Namun Daniel malah ketawa. "Jangan macam-macam. Makanan sudah disiapkan. Dan kalian lapar. Bagi kami justru suatu kehormatan kalau kalian makan duluan." Ketiga detektif muda saling berpandangan. "Kita tidak boleh mengecewakan tuan rumah," ujar Jupe. "Betul," Pete mendukung. "Terima kasih, Daniel," kata Bob. Dalam hati ia berharap bahwa ayahnya juga bernasib baik seperti mereka. Mereka mengikuti Daniel melalui perkampungan. Orang-orang dewasa dan anak-anak memperhatikan mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Kaum pria mulai bergabung dengan para wanita dan anak-anak yang telah berkumpul di tengah desa. Mereka berdada telanjang dan mengenakan hiasan kepala berupa bulu burung, serta kalung yang terbuat dari bulu burung dan batu-batu berwarna. Kaum wanita mengenakan kalung dan baju yang dihiasi dengan manik-manik. Beberapa laki-laki nampak menggoyangkan tongkat sambil melangkah seirama dengan pukulan genderang. Tongkat-tongkat mereka mengeluarkan bunyi berderakderak.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Mereka sedang melakukan pemanasan," Daniel menjelaskan. "Nah, ini piring-piring untuk kalian. Silakan ambil makanan sendiri. Kalian bisa makan sambil nonton. Aku akan mencoba menegangkan semuanya." Jupe, Pete, dan Bob, mengisi piring masing-masing dengan daging, kentang rebus, kacang polong, dan roti. Jupe begitu gembira melihat makanan sungguhan, sehingga langsung mengambil porsi raksasa. Peduli amat dengan dietnya! "Daging rusa?" Pete bertanya pada Daniel sambil menunjuk salah satu piring besar. "Ya, dan itu daging kelinci, dan itu daging tupai. Di sebelah sana ada ikan. Kami menangkapnya di truoc. Dalam bahasa kami truoc berarti sungai." Mereka menduduki bangku panjang di bawah pohon-pohon raksasa. Sebuah peti bertulisan SUKU CADANG MOBIL - Nancarrow Trucking Company berfungsi sebagai meja makan. Di sebelah kanan, sebuah pickup tua sedang didongkrak. Bagian-bagian dari mesinnya tergeletak di atas peti lain. Di sebelah kiri, mereka melihat truoc-sungai kecil yang mengalir di pinggir perkampungan. "Apakah sungai ini berasal dari lembah besar di sebelah utara?" tanya Bob. "Kau tahu lembah itu?" Daniel balik bertanya. Ia nampak agak curiga. Bob langsung bersikap hati-hati. "Aku melihatnya dari jauh," katanya sambil menggigit sepotong daging rusa. "Tak ada yang boleh pergi ke sana," ujar Daniel. "Lembah itu adalah tempat keramat bagi kami. Kami menyebutnya Lembah Leluhur. Orangorang kami dimakamkan di lembah itu. Kadang-kadang kami juga mengadakan upacara di sana." "Aku pun tidak memasuki lembah itu," Bob meyakinkan lawan bicaranya, ia kembali menggigit sepotong daging. "Suku-mu pasti sudah lama sekali tinggal di sini." "Dari mana kau tahu?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku melihat tempat pegangan tangan dan pijakan kaki pada tebing yang membatasi Lembah Leluhur. Sepertinya tempat pegangan tangan dan pijakan kaki itu sudah lama sekali ada di sana." "Sudah sejak semula, ketika Sang Pencipta menciptakan orang-orang kami." kata Daniel. "Dia juga menciptakan tanah longsor untuk menghalau orang-orang yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu adalah ciptaan-Nya." Ia tersenyum. "Aku mengerti sekarang. Kau berusaha mencari ayahmu. Para leluhur kami tidak akan marah karenanya." "Tapi mereka pasti marah kalau didatangi oleh para pelancong." "Ya, jangan sampai ada turis yang mengotori kesucian lembah itu," ujar Daniel dengan tegas. Jupiter sudah menghabiskan setengah piring. Ia mulai merasa sehat lagi. "Pasti ada sesuatu yang sangat penting sehingga tidak ada yang boleh meninggalkan perkampungan." "Orang-orang kami sedang menderita sakit," Daniel menjelaskan. "Mata kami menjadi merah, sejumlah orang menderita batuk, dan dada kami terasa sesak. Beberapa orang bahkan diganggu oleh roh-roh jahat yang membuat api di perut mereka. Para tetua desa memutuskan untuk mengadakan upacara adat untuk mengatasi penyakit ini. Untuk itu desa kami dinyatakan tertutup sampai besok siang. Tak ada yang boleh pergi." "Apakah tidak lebih baik kalau kalian pergi ke dokter?" Pete bertanya dengan polos. Di bawah meja, Jupiter segera menendang kaki sahabatnya. Pete langsung tersentak. "Tidak apa-apa," kata Daniel. "Kalian punya dokter, kami punya shaman. Dia telah mengurus kami sebelum aku lahir. Orangnya sangat bijaksana. Kadang-kadang dia menyuruh kami ke rumah sakit di Bakersfield. Tapi itu jarang terjadi. Biasanya kami selalu sehat, atau cepat sembuh lagi. Sampai beberapa bulan yang lalu."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apakah peraturan adat kalian juga berlaku untuk kami?" tanya Bob. "Maksudnya, apakah ada yang bisa mengantarkan kami dalam keadaan darurat?" "Itulah yang sedang ditanyakan oleh pamanku." Tiba-tiba suara genderang bertambah keras. Tongkat-tongkat di tangan para laki-laki dibunyikan secara serempak. Sebuah teriakan yang bisa membuat bulu kuduk berdiri menggema di udara. Para penari mulai menari sambil membungkuk dan menegakkan badan. Kaki-kaki mereka bergerak ringan. "Coba perhatikan," ujar Daniel, "mereka naik turun pada saat yang tidak bersamaan. Itu dilakukan karena dunia tak ubahnya seperti sebuah perahu. Jika semua orang bergerak secara serempak, maka perahu menjadi oleng, lalu terbalik. Itu tidak baik." Beberapa saat kemudian sejumlah penari melompat ke tengah-tengah lingkaran. Mereka melompat-lompat dengan gerakan aneh dan terpatahpatah. "Ketika dunia dilahirkan kembali," Daniel menjelaskan, "Sang Pencipta menugaskan burung pelatuk untuk melaporkan bagaimana perkembangannya. Karena itu para penari meniru gerakan burung pelatuk. Mereka melebarkan tangan, dan meniru kicauan burung itu. Ini memberi tahu roh burung pelatuk bahwa ada yang sakit, dan bahwa ia harus melaporkan hal ini pada Sang Pencipta. Jika Sang Pencipta sudah diberi tahu, maka Dia akan memberikan kekuatan besar pada Shaman. Dengan demikian Shaman bisa menyembuhkan orang-orang kami." Tarian itu terus berlanjut. Para penari bermandikan keringat. Mereka terus berganti-ganti tempat pada lingkaran. Kaum wanita dan anak-anak duduk sambil menonton. Kadang-kadang mereka bertepuk tangan serta ikut menyanyi. Orang-orang yang sakitnya paling parah dibaringkan di tikar-tikar. Kepala-kepala mereka diganjal dengan selimut, sehingga mereka pun bisa mengikuti jalannya upacara. Tiba-tiba semuanya berakhir.

http://inzomnia.wapka.mobi

Suara genderang berhenti. Para penari dan penonton menghampiri meja makan. Jupe memperhatikan bahwa semua penari bermata merah. Dan beberapa orang di antara mereka sempat terbatuk-batuk. Si Kepala Kampung, yang dipanggil Paman" oleh Daniel, muncul lagi. Ia ditemani seorang laki-laki tua berwajah tegang. Pakaian kebesaran yang mereka kenakan nampak menonjol di tengah-tengah kerumunan. Berdasarkan sikap para penghuni desa yang penuh hormat, Jupe menebak bahwa pria tua itu adalah sang Shaman. Akhirnya mereka berhenti di depan Daniel dan ketiga anggota Trio Detektif. "Kami tidak dapat membantu kalian," ujar Amos Turner, si Kepala Kampung. "Kalian harus berangkat sendiri. Inilah keputusan kami." 8. Wahyu dari Sang Pencipta "Risikonya terlalu besar," sang Shaman berkata. "Kesucian upacara harus dijaga dengan ketat Terlalu banyak orang yang menderita sakit." Bob, Jupiter, dan Pete merasa bahwa sang Shaman benar-benar menyesal karena terpaksa mengambil keputusan ini. Namun ini tidak membantu Mr. Andrews. "Saya rasa kalian lebih baik tinggal di sini saja," Amos Turner, si Kepala Kampung, berkata. "Besok siang kami bisa mengantarkan kalian." "Kami harus berangkat hari ini juga," kata Bob. "Ayah saya mungkin cedera berat" "Daerah ini luas sekali," Amos kembali berkata, "jauh lebih luas dari yang kalian bayangkan. Bagaimana kalian akan menemukan Diamond Lake?" ia kelihatan tidak setuju dengan rencana Bob. "Kami akan menyusuri jalan tanah yang melewati desa ini," jawab Pete. "Kalau begitu kalian harus menempuh 40 mil!" si Kepala Kampung menanggapinya. "40 mil!" Pete segera menelan ludah. Jupe nyaris ambruk ketika mendengarnya-tapi kemudian ia mendapat akal.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Barangkali kami bisa menyewa salah satu mobil pick-up Anda," ia mengusulkan. Gntuk pertama sejak tiba di perkampungan ini, wajah Bob yang tampan nampak agak cerah. Jupe memang bisa diandalkan, katanya dalam hati. Jupe selalu menemukan pemecahan yang luput dari perhatian orang lain. "Kami semua punya SIM," Bob cepat-cepat berkata. "Dan uang," Pete menambahkan sambil mengeluarkan dompet. Dompet itu berisi seluruh uang yang hendak dibelanjakannya di Diamond Lake. "Kami akan membayar tunai." "Dan kami akan mengantarkan mobil itu sesuai dengan permintaan Anda," ujar Jupe. "Kami akan menjaganya dengan cermat. Ini kartu nama kami. Biasanya orang mempercayakan masalah mereka pada kami. Tapi kali ini kami yang memerlukan bantuan." Jupe menyerahkan dua buah kartu nama pada Shaman dan Kepala Kampung. Kartu-kartu itu merupakan desain baru yang dirancangnya sendiri. Si Kepala Kampung memegang kartunya dengan kaku. Sang Shaman bahkan tidak membacanya sama sekali. Ia langsung menyerahkan kartu itu pada Daniel. Daniel membacakannya untuk semua. TRIO DETEKTIF "Kami Menyelidiki Segala Sesuatu" Jupiter Jones, Pendiri Pete Crenshaw, Rekan Bob Andrews, Rekan Si Kepala Kampung menggelengkan kepala. "Rencana kalian tidak akan berhasil," katanya. Sang Shaman mengerutkan kening. "Mungkin saja, tapi saya rasa tidak ada salahnya kalau mereka mencobanya." Ia menatap ketiga detektif muda dengan tajam. "Bagaimanapun juga mereka akan berangkat. Karena itu lebih baik kalau kita membantu mereka sebisa kita."

http://inzomnia.wapka.mobi

Si Kepala Kampung menggigit bibir. Ia tidak setuju, namun sang Shaman telah mengambil keputusan. "Baiklah, saya akan mengatur semuanya," ia berkata lalu melangkah pergi. "Terima kasih banyak," ujar Bob sambil tersenyum dengan lega. Sang Shaman mengangguk pelan. Untuk sesaat kedua matanya nampak bersinar-sinar. "Anak-anak muda," ia bergumam. "Selalu saja dilanda kesulitan." Kemudian ia berpaling pada Daniel. "Bagaimana?" "Aku sudah melaksanakan tugas yang diembankan padaku." "Ceritakanlah apa yang telah kaukerjakan," sang Shaman menyuruh Daniel. "Ketiga temanmu ini pasti tertarik." Daniel menghadapi Jupe, Pete, dan Bob. "Aku ditugaskan mencari wahyu. Selama 24 jam aku berpuasa dan berlari menembus hutan. Aku hanya berhenti untuk berdoa. Pada malam hari aku tidur, agar Sang Pencipta bisa menyampaikan pesannya." "Apa yang kaulihat ketika bermimpi, cucuku?" sang Shaman bertanya. "Cucu?" Pete bertanya dengan heran. "Apakah kau punya hubungan saudara dengan semua orang di sini?" Daniel dan sang Shaman langsung ketawa. "Ini adalah kebiasaan kami untuk menunjukkan rasa hormat," Daniel menjelaskan. "Berarti si Kepala Kampung bukan pamanmu?" Bob menduga-duga. "Dan aku juga bukan cucu sang Shaman. Tetapi ia seperti kakek bagi kami semua." Ketiga anggota Trio Detektif mengangguk. "Mimpiku sungguh aneh, Kakek," Daniel lalu berkata dengan serius. "Aku berada di danau yang luas. Ketika aku melangkah ke air yang berwarna hijau, tiba-tiba saja seekor ikan melompat ke tanganku. Aku merasa beruntung sekali- ikan itu merupakan makanan lezat. Karena itu aku berterima kasih pada Sang Pencipta. Tapi kemudian banyak sekali ikan yang melompat ke tanganku. Aku tidak bisa menangkap semuanya. Ikanikan itu terus menabrak punggungku, dadaku, wajahku-makin lama makin keras."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan kau khawatir bahwa mereka akan menabrakmu sampai mati?" sang Shaman bertanya. Daniel mengangguk. "Aku melemparkan semua ikan yang sempat kutangkap, kemudian meninggalkan danau itu." "Tindakanmu tepat sekali. Pelajaran apa yang bisa diambil dari kejadian itu?" "Sesuatu yang diperoleh tanpa usaha seringkali tidak berguna, bahkan bisa merugikan," Daniel segera menjawab. Sang Shaman mengangguk. "Dan pesan apa yang disampaikan oleh Sang Pencipta?" "Di tempat yang benar, namun tanpa diberkati." "Ahhh!" Sang Shaman mengulangi kata-kata itu sambil bergumam. "Apakah itu menjawab pertanyaanmu?" Ketiga detektif muda menatap Daniel dengan pandangan bertanyatanya. "Aku tidak memahami artinya," pemuda Indian itu berkata sedih. "Aku takkan pernah bisa menemukannya." "Sang Pencipta telah memberikan jawaban padamu," sang Shaman menyanggah. "Kau harus bisa mempergunakan jawaban itu." Daniel menunduk malu. "Baik, Kakek." "Sekarang kau harus berganti pakaian untuk upacara berikut." "Ya, Kakek." Daniel berpaling pada Jupiter, Bob, dan Pete, lalu tersenyum. "Aku akan berdoa agar kalian berhasil." Sedetik kemudian ia telah pergi. "Selamat jalan, prajurit-prajurit muda," ujar sang Shaman. "Jangan percaya pada siapa pun selain diri kalian sendiri." Ia segera bergabung dengan anggota suku yang lain. "Coba perhatikan kepala kampung," kata Pete sambil melirik ke sebuah pondok seng yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat mereka berdiri. Amos Turner berdiri di depan pondok itu. Ia sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang terus menerus menggosokkan kedua tangan pada celana jeansnya. Orang itu mengangguk-angguk, seakan-akan sedang

http://inzomnia.wapka.mobi

diberi perintah oleh lawan bicaranya. Kemudian si Kepala Kampung menuju ke meja makan, sementara laki-laki itu menghilang ke dalam pondok. Beberapa peti dengan ukuran berbeda-beda nampak ditumpuk di satu sisi bangunan kecil itu. Masing-masing bertulisan Nancarrow Trucking Company. Jupe kembali duduk untuk menghabiskan makanannya. Ia meraih garpunya, lalu menunduk agar lebih mudah menyuap. Pada saat itulah ia melihat sebuah puntung rokok tergeletak di tanah. Ia segera memungut puntung yang sudah mulai menguning itu. Filternya dihias dengan pita berwarna hijau-persis seperti puntung rokok yang ditemukannya tadi pagi. "Hei, Jupe," kata Pete. "Ada apa?" "Lihat ini," Jupe menjawab dengan singkat. "Wow!" Pete berseru dengan suara tertahan. "Apa artinya?" tanya Bob. "Aku pun tidak tahu," Jupe mengakui, "tapi aku akan menyimpan puntung ini. Siapa tahu ada gunanya nanti." Seorang wanita muda muncul dari kerumunan orang dan menghampiri Jupe, Pete, dan Bob. "Aku Mary Grayleaf, adik Daniel," ia memperkenalkan diri. Matanya terarah pada Bob. "Ini!" ia menjatuhkan sebuah kunci ke tangannya. "Kepala Kampung menitip pesan bahwa mobil untuk kalian sedang disiapkan. Apakah kalian sudah kenyang?" "Sudah," jawab Bob sambil membalas tatapan gadis itu. Wajah Mary cantik sekali. Rambutnya hitam dan lurus. Ia mengenakan kalung yang terbuat dari batu-batu berwarna turkis. Bob melihat bahwa mata gadis itu pun nampak merah. "Apakah kau benar-benar adik DanieP" Bob bertanya, "Ataukah ini juga hanya salah satu cara untuk memperlihatkan rasa hormat?" Untuk sesaat Mary Grayleaf agak kebingungan. Tetapi kemudian ia ketawa. "Betul, kok! Daniel adalah kakak kandungku."

http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter dan Pete saling bertatapan. Jupe mengangkat alis. Pete tersenyum simpul. Bob telah beraksi lagi. Ke mana pun ia pergi, ia selalu menjadi magnet bagi gadis-gadis cantik. "Apakah masih ada upacara lagi setelah ini?" Bob bertanya pada Mary. "Shaman akan menari dan menyanyi," jawab Mary sambil menatap mata Bob. "Kemudian ia akan berdoa, ia sedang mempersiapkan diri untuk menerima pesan dari Sang Pencipta. Sang Pencipta akan memberitahunya apa yang menyebabkan penyakit yang menyerang orang-orang kami. Setelah itu, Shaman akan menggunakan kekuatan gaib yang dimilikinya untuk mengobati para penderita." "Kekuatannya pasti ampuh sekali," Bob berkomentar sambil tersenyum. "Kami selalu disembuhkan oleh kekuatan Shaman," Mary berkata dengan serius. Jupiter tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. "Bagaimana dengan usaha pencarian wahyu oleh Daniel?" Pertanyaan ini segera menarik perhatian gadis itu. "Kalian sempat mendengar pesan yang disampaikan pada Daniel? Bagaimana bunyinya?" Jupe mengulangi pesan itu. "Di tempat yang benar, namun tanpa diberkati." Mary merenung sejenak, kemudian menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu apa maksudnya. Apakah Daniel bisa mengartikan pesan itu?" "Tidak. Tapi Shaman menyuruh Daniel untuk memikirkannya," ujar Bob. "Pesan itu rupanya penting sekali bagi kalian." Mary mengerutkan kening, lalu memejamkan mata selama beberapa detik. "Paman kami hilang," ia menjelaskan. "Dia membantu ibu kami untuk membesarkan Daniel dan aku setelah ayah kami pindah dari sini. Sudah bertahun-tahun ayah kami menghilang. Dan kini paman kami juga lenyap. Sudah satu bulan dia tidak kelihatan, dan Daniel terus mencarinya di hutan." "Ada sesuatu yang tidak beres di sini," kata Bob. "Ayahku juga hilang." Mary mengangguk dengan sedih. Perhatiannya beralih pada seseorang yang berdiri di tengah kerumunan. Orang itu adalah laki-laki yang

http://inzomnia.wapka.mobi

sempat berbicara dengan Kepala Kampung tadi. Ketiga detektif muda tidak melihat dia meninggalkan pondoknya. Namun kini orang itu mengangkat tangan dan memberi isyarat pada Mary. "Mobil kalian sudah siap," gadis itu berkata sambil menggosok-gosok matanya yang merah. ia mengantarkan Jupe, Pete, dan Bob mengelilingi perkampungan, melewati anjing-anjing kudisan, serta setumpuk tanah sebesar rumah. "Itu tempat di mana para pria mensucikan badan mereka," Mary menjelaskan. "Ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan," ujar Jupe. Tangannya meraih ke dalam kantong baju, lalu mengeluarkan dua puntung rokok. "Apakah kau tahu siapa yang mengisap rokok merk ini?" "Tidak," jawab Mary sambil terheran-heran. Dengan kecewa Jupe mengembalikan puntung-puntung itu ke kantong bajunya. Mereka melewati sebuah pick-up Ford berwarna merah yang masih baru. Mobil itu nampak menonjol di antara kendaraan-kendaraan lain. "Mobil itu milik Kepala Kampung," kata Mary. "Orangnya baik sekali. Dia penembak paling jago di desa kami. Dia sering membelikan pakaian, alatalat, serta suku cadang untuk mobil-mobil yang rusak." "Dari mana dia memperoleh uang untuk itu?" tanya Jupe. Mary mengangkat bahu. "Entahlah. Mungkin dengan bekerja sambilan di Diamond Lake. Itu bukan urusanku." Ia menepuk bemper sebuah pick-up yang penuh karat. "Ini mobilnya yang lama. Dia meminjamkannya pada kalian. Tapi kalian harus menjaganya baik-baik. Dia minta agar kalian menitipkan mobil ini di pos kehutanan di Diamond Lake setelah kalian tiba di sana." Setelah memasukkan barang-barang mereka ke bak, ketiga anggota Trio Detektif naik ke mobil. "Ikuti jalan tanah ini sampai mencapai jalan yang digunakan untuk mengangkut batang-batang pohon yang habis ditebang," Mary berkata. "Kemudian belok ke arah barat. Jalan itu akan membawa kalian ke jalan

http://inzomnia.wapka.mobi

bebas hambatan. Kalian tinggal belok ke kanan, sebab jalan bebas hambatan itu menuju ke Diamond Lake." Jupe, Pete, dan Bob mengucapkan terima kasih. Pete menghidupkan mesin. Mary tersenyum ke arah Bob dan melambaikan tangan. Mereka berangkat. Debu beterbangan. Anjing-anjing menyalak. "Akhirnya kita bisa naik mobil," Pete berkata dengan gembira. "Yah!" ujar Jupe. "Ini hampir cukup untuk melupakan keampuhan daya tarik Bob." "Sorry, Jupe," Bob berkomentar dengan riang. "Kita harus memanfaatkan semua kelebihan yang kita miliki." Jupe dan Pete menoleh dan meringis. Bob duduk di bangku belakang sambil memikirkan Mary. Pete menggenggam kemudi dengan erat-erat, lalu berkonsentrasi penuh. Jalan tanah itu berbelok-belok, dan mengikuti naik-turunnya bukit. "Kelihatannya si Kepala Kampung tidak menyukai kita," ujar Pete. "Lain halnya dengan Shaman," Jupe menanggapinya. "Berkat dialah kita memperoleh pick-up ini. Apakah kalian sempat memperhatikan tampang Shaman ketika Daniel menceritakan wahyu yang ia peroleh? Laki-laki tua itu tahu apa arti wahyu itu, dan ia tidak gembira karenanya." "Maksudmu, pamannya Daniel...?" "Satu bulan merupakan waktu yang cukup lama untuk menghilang tanpa berita," kata Jupe. "Dan penyakit apa yang diderita oleh orang-orang Indian itu? Mereka mungkin terserang sejenis virus, tapi rasanya..." ia terdiam sambil menggigit bibir, ia selalu bersikap seperti itu kalau sedang memeras otak. Beberapa mil kemudian, jalan tanah yang mereka lalui mulai menanjak. Matahari sore bersinar cerah. Di puncak bukit, pick-up tua itu sempat mengeluarkan bunyi mirip tembakan dari knalpot Kecepatannya mulai bertambah, karena jalanan menurun curam. Pete menginjak rem. Mobil tua itu menggelinding pelan. Pete melepaskan rem, dan mobil mereka kembali melaju dengan kencang. Mereka meluncur melewati semak belukar dan pohon-pohon.

http://inzomnia.wapka.mobi

Sekali lagi Pete menginjak rem. Untuk sesaat kecepatan mereka berkurang. Namun tiba-tiba rem berhenti bekerja. Pete langsung kalang kabut. "Ya, Tuhan!" ia berseru. "Remnya blong!" 9. Nyaris Celaka Semakin cepat pick-up tua itu meluncur menuruni bukit yang curam. Pete menggenggam kemudi dengan erat. Di sebelahnya, Jupe terlemparlempar dari kiri ke kanan. Bob berpegangan pada sandaran tangan yang terpasang di pintu. Ketiga sahabat itu terguncang-guncang. Berkali-kali kepala mereka membentur atap mobil dengan keras. "Rem tangannya!" Jupe berseru. "Percuma, kita terlalu kencang," balas Pete. "Lalu apa yang harus kita lakukan?" Bob berteriak. "Mudah-mudahan saja jalan ini kembali datar!" Jupe berharap dengan cemas. "Aku akan menurunkan gigi," Pete berkata. "Kalau bisa!" Pete mulai bermandikan keringat ketika meraih tongkat persnelling. ia ragu-ragu sejenak, lalu menurunkan gigi dari tiga ke dua secara paksa. Mesin mobil mereka meraung-raung. Pick-up tua itu bergetar, kemudian bertambah pelan. Namun itu masih belum cukup. Mereka tetap saja meluncur dengan kencang. "Awas!" teriak Bob. "Di depan ada tikungan!" Jalanan di depan mereka membelok ke kanan, lalu menghilang di balik bukit. Ketiga sahabat itu berteriak, "Wuaduuuh!" ketika mobil mereka melewati tikungan yang panjang dan menurun itu. Akar-akar pohon nampak di tempat-tempat di mana tanah termakan oleh erosi. Pete memutar kemudi ke kanan, mendekati tebing. "Aku akan merapat ke tebing," ia berseru. "Itu akan mengurangi kecepatan kita." "Awas!" Jupe berteriak.

http://inzomnia.wapka.mobi

Tumpukan tanah, kerikil, serta bongkahan batu dari tebing tergeletak di sepanjang jalan. Pick-up mereka segera menerjang tumpukan itu. Pete berjuang keras agar tidak kehilangan kendali. Namun akhirnya kemudi terlepas dari tangannya dan berputar dengan liar. Mobil mereka meronta-ronta dan bergetar dengan hebat, persis seperti sebuah mesin cuci tua. Sekali lagi Pete membelokkan kemudi ke arah tebing. Terlambat-pick-up mereka sudah mulai selip! Keempat rodanya terperosok ke selokan yang dalam. "Mulai lagi, deh," Pete berkata dengan geram. Karena terperangkap dalam selokan, mobil mereka melewati tikungan berikut dengan kecepatan tinggi, lalu hampir keluar dari jalan. Namun dengan sigap Pete berhasil mencegahnya "Ya, Tuhan!" teriak Bob. "Kita akan kebalik!" Di depan jalanan mulai mendaki bukit kecil yang landai. "Wah, akhirnya!" kata Jupe. Wajahnya yang bulat nampak basah karena keringat. Pick-up mereka meluncur ke kaki bukit yang curam, lalu mulai naik ke bukit kecil-persis seperti rollercoaster di taman ria. Dengan mesin meraung-raung, mobil itu tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Lengan Pete nyaris kejang karena terus menggenggam kemudi erat-erat. Bob berpegangan pada pintu. Sementara Jupe, yang duduk di tengah, hanya bisa menopang dirinya pada dashboard dan atap. Tebing yang membatasi jalan sudah tertinggal jauh di belakang. Di kedua sisi jalan kini hanya ada semak belukar. Kecepatan mobil mereka agak berkurang ketika jalanan mulai menanjak. Ketiga sahabat bisa menarik napas panjang. Kalau saja ada jalan datar di atas bukit, maka pick-up mereka bisa menggelinding sampai berhenti... "Ya, ampun!" Jupe berseru ketika mobil mereka mencapai puncak bukit. Meskipun kecepatannya telah berkurang, pick-up itu tetap saja meluncur dengan kencang. Mobil tua itu melompat melewati puncak bukit, lalu mendarat dengan keras pada roda belakang. Roda depannya menyusul.

http://inzomnia.wapka.mobi

Dan kemudian perjalanan gila-gilaan menuruni bukit dilanjutkan lagi. "Pegangan!" teriak Pete sambil berusaha untuk menahan mobil mereka dalam posisi lurus. Tanpa mengenakan sabuk pengaman, ketiga sahabat itu tak berdaya menghadapi guncangan-guncangan hebat yang membuat mereka terlempar ke segala arah. "Mobilnya sudah mau rontok!" teriak Bob sambil menatap ke luar jendela. Semak belukar di sebelah kanan jalan telah lenyap. Bob hanya melihat puncak pepohonan. Sambil membelalakkan mata ia menyadari bahwa bagian kanan jalan kini diapit oleh jurang sedalam puluhan meter. Pete berusaha agar ban mobil mereka tetap berada di dalam selokan. Dengan ngeri ia mem- bayangkan apa akibatnya kalau mereka sampai masuk ke jurang itu. "Lihat!" Pete tiba-tiba berseru. Tepat di depan ada sebuah tebing granit yang memanjang ke arah timur-barat Jalan membelok ke kanan, dan menyusuri tebing yang mungkin merupakan akhir dari mimpi buruk mereka. Kalau saja Pete bisa merapatkan mobil mereka ke dinding batu cadas itu... "Pete, jangan nekat!" Jupe berkata dengan cemas. "Mobil kita bisa hancur berantakan!" "Tangki bensinnya bisa meledak kalau ada per-cikan api!" Bob pun mengemukakan keberatannya. "Apakah kalian punya ide yang lebih baik?" balas Pete. Jupe dan Bob terdiam. Pandangan mereka terpaku pada tebing granit yang kini membatasi tepi kiri jalan. Mobil mereka masih meluncur dengan kencang. Pete kembali membelokkan kemudi, agar ban mobil bisa keluar dari selokan. Pick-up tua itu menabrak tebing. Percikan-percikan api beterbangan ke segala arah. "Ya, Tuhan!" Bob bergumam. Seluruh perhatian Pete tercurah pada tebing di sebelah kirinya. Dengan hati-hati ia memutar kemudi. Sekali lagi mobil mereka menyentuh permukaan batu cadas. Sekali lagi. Dan sekali lagi.

http://inzomnia.wapka.mobi

Suasana di dalam mobil benar-benar tegang. "Tahan!" kata Jupe. "Kau pasti bisa, Pete!" Bob menyemangati sahabatnya. Sekali lagi Pete membelokkan setir. Pick-up mereka menempel pada tebing, tapi kali ini Pete bertahan pada posisi ini. Bunga api memercik dengan hebat. Ketiga sahabat bermandikan keringat Dan akhirnya kecepatan mobil mereka mulai berkurang. Sesaat kemudian mereka telah berhenti. Pete segera mematikan mesin. Bemper mobil mereka menempel pada tebing. Pete, Jupe, dan Bob duduk sambil memejamkan mata. Debu beterbangan di udara. Selama setengah menit tidak ada yang bergerak atau membuka mulut. "Pete, kau telah menghancurkan mobil ini," Jupe lalu berkata dengan serius. "Kau harus membayar ganti rugi," Bob menambahkan. "Reputasimu sebagai pengemudi terampil telah tercoreng." Perlahan-lahan Pete menoleh. Ia menatap kedua sahabatnya sambil terheran-heran. "Tapi bagaimana kami bisa membalas jasamu ini?" ujar Jupe sambil menepuk bahu Pete. "Kau benar-benar pengemudi jempolan," Bob berkata sambil nyengir. Pete mulai ketawa. "Dasar sinting semua! Ayo, keluar! Sampai kapan kalian mau duduk di sini, heh? Aku ingin lihat bagaimana keadaan mobil ini. Mungkin kalian belum sadar, tapi aku tidak bisa buka pintu sebelah sini." Mereka turun dari mobil, lalu berjalan ke bagian belakang. Pete menggelengkan kepala. "Astaga! Ty pasti tidak percaya kalau mendengar cerita ini!" Seluruh lapisan cat pada sisi sopir telah terkelupas habis. Pinggiran pintu telah bersatu dengan body mobil. Dan pegangan pintu telah lenyap. "Aha!" kata Pete. ia kembali ke depan. "Aha?" Jupe menirunya, lalu menyusul.

http://inzomnia.wapka.mobi

Pete masuk ke kolong mobil. Kepala dan tangannya berada di bawah pedal gas, rem, dan persnelling. ia memungut sesuatu dari tanah. "Ada apa, sih?" Jupe bertanya tak sabar. Pete berdiri lagi. ia memegang ujung sebuah baut, Jupe segera memeriksanya. Ulir baut itu nampak seperti habis digergaji. Jupe langsung menyerahkannya pada Bob. "Ini pasti ada hubungannya dengan kerusakan rem yang kita alami," ujar Jupe. "Betul sekali," Pete menanggapinya. "Pedal rem menggerakkan sebuah tangkai pendorong yang dihubungkan dengan booster rem. Kalau pedal rem diinjak, maka sebuah piston di dalam booster akan menekan oli rem ke saluran..." "Jangan berbelit-belit, deh!" ujar Bob. "Oke, oke," Pete menggerutu. "Baut itu yang menghubungkan pedal rem dengan tangkai pendorong." "Dan seseorang telah menggergajinya sehing-" ga langsung patah pada saat mengalami tekanan," Jupe menyimpulkan. "Tepat sekali!" Bob mendesah panjang. Harapan untuk menemukan ayahnya semakin menipis. Ketiga sahabat itu saling berpandangan. Sekali lagi mereka berada dalam kesulitan besar. "Ini pasti ulah salah satu orang Indian," kata Jupe. "Barangkali si Kepala Kampung?" Pete menduga-duga. "Dia tidak menyukai kita. Tapi apakah alasan itu cukup kuat sehingga dia tega membunuh kita?" "Yang pasti, pelakunya bukan Daniel," ujar Bob sambil merenung. "Atau Mary," Jupe menambahkan. "Atau pun Mary," Bob mengulangi dengan yakin. "Kita tidak bisa kembali ke sana untuk minta bantuan," kata Pete. "Ya, salah satu penghuni perkampungan itu baru saja mencoba untuk membunuh kita," Jupe pun sependapat "Aku rasa lebih baik kalau kita

http://inzomnia.wapka.mobi

teruskan perjalanan ke Diamond Lake. Apakah kau bisa membetulkan remnya, Pete?" "Bisa, tapi untuk itu aku memerlukan baut baru. Di mana kita bisa mendapatkan baut?" Pete dan Bob memeriksa pick-up. Tetapi mereka tidak menemukan apaapa. Bahkan dongkrak pun tidak ada. "Barangkali di pesawat kita ada baut yang cocok," ujar Jupe. "Kalau tidak salah, aku sempat melihat kotak peralatan di ekor pesawat." ia mulai menyusuri tebing ke arah barat Pete dan Bob saling berpandangan, kemudian menatap ke arah Jupe. "Hei, ini kan tebing yang membatasi lapangan rumput!" Pete tiba-tiba berseru. "Kelihatannya begitu," kata Jupe. "Kita bisa menyusuri tebing ini sampai ke tempat kita mendarat darurat, mengambil baut, kembali ke sini, membetulkan mobil, lalu meneruskan perjalanan ke Diamond Lake." Jupe mendesah tertahan. Dalam hati ia merasa puas dengan rencana ini. Namun bayangan mengenai usaha yang dibutuhkan untuk mencapai pesawat hampir membuatnya patah semangat. Bob mengambil botol air dari bak. Ketiga sahabat itu mengikat jaket masing-masing mengelilingi pinggang, kemudian mulai menyusuri tebing. Ketika jalanan membelok ke arah perkampungan orang Indian, mereka tetap mengikuti tebing dan masuk ke hutan. Dalam waktu singkat mereka telah dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Kicau burung terdengar merdu. Daun-daun berdesir karena digerakkan oleh angin lembut. Puncak pepohonan memberi perlindungan terhadap sengatan matahari. Tiba-tiba saja terdengar bunyi tembakan. Sebuah peluru berdesing dan mengenai batang pohon cemara di depan Pete. Jupe, Pete, dan Bob langsung tiarap. Peluru kedua lewat di atas kepala mereka. Seseorang sedang menembak ke arah mereka!

http://inzomnia.wapka.mobi

10. Pemburu Manusia "Mana mereka?" seseorang berseru dengan suara serak. Suara itu berasal dari balik pepohonan di belakang Trio Detektif. "Ayo, Biff!" orang lain membalas. "Kita harus menemukan mereka!" Kata-kata yang diucapkan kedua orang itu terdengar menggema. Sukar sekali untuk memastikan dari mana sumbernya. "Kenapa mereka menembaki kita?" bisik Bob sambil menempelkan kepala ke tanah. "Entahlah," balas Jupe, "tapi aku rasa akibatnya pasti kurang menyenangkan kalau kita bertahan di sini untuk memperoleh jawabannya." Mereka saling berpandangan, mengangguk, lalu bangkit tanpa mengeluarkan suara. "Ayo!" Pete mendesak, ia segera lari ke arah semak belukar. Bob dan Jupe menyusul. Mereka berlari sejajar dengan tebing, dan menuju lapangan rumput Sekali lagi suara tembakan terdengar. Sebuah dahan rontok dan jatuh ke tanah. Jupe, Pete, dan Bob segera menjatuhkan diri, lalu merangkak ke balik sebongkah batu sebesar rumah. "Brengsek! Ke mana mereka?" suara pertama berseru dari tengah hutan. "Dasar anak-anak berandal!" rekannya berkomentar dengan kesal. "Bikin repot saja!" Kedua orang itu semakin mendekat. Jupe mendengar suara dahan patah terinjak. Kelihatannya orang-orang itu tidak peduli apakah kedatangan mereka diketahui atau tidak. Pete dan kedua sahabatnya kembali menerobos semak-semak. "Itu mereka!" penembak pertama berseru. "Ayo, Biff! Sikat saja!" Peluru-peluru berdesingan. Tanah dan debu tersembul ke atas di sekitar Trio Detektif. "Cepatan!" Pete memacu Bob dan Jupe.

http://inzomnia.wapka.mobi

ia memasuki daerah bayangan pepohonan. Bob dan Jupe berada tidak jauh di belakangnya. Agar tidak kehilangan arah, mereka tetap berlari sejajar dengan tebing. Jupe sudah terengah-engah. Namun ia berusaha keras agar tidak ketinggalan. Akhirnya mereka berhenti di balik semaksemak. "Apakah kalian sempat melihat tampang mereka?" tanya Jupe di sela sela tarikan napas. "Tidak," jawab Bob. ia mencopot topi ayahnya dan menyeka keringat. "Kau masih tahan, Jupe? Wajahmu kelihatan seperti tomat matang." "Jangan takut," jawab Jupe sambil tersengal-sengal. "Aku masih kuat." "Ayo, kita jalan lagi," ujar Pete. Mereka segera menjauh dengan langkah panjang. "Apakah kita berhasil mengelabui mereka?" Bob bertanya. "Mudah-mudahan saja," kata Jupe. "Aku tidak yakin bahwa mereka mau menyerah begitu saja," Pete memudarkan harapan kedua sahabatnya. Ketiga detektif itu terus menuju ke arah barat. Mereka sebisa mungkin berjalan sambil berlindung di balik pepohonan. Dalam waktu singkat mereka telah menempuh beberapa mil. Mereka melewati bunga-bunga liar, tumpukan batu besar, serta sebuah kali dengan air bening. "Berapa lama lagi?" tanya Pete ketika mereka berhenti untuk mengisi botol air. "Kalau arahnya tepat, maka seharusnya kita sudah hampir sampai," kata Jupe. Mereka berangkat lagi. "Itu dia!" Pete tiba-tiba berseru. Mereka muncul di sisi selatan dari lapangan rumput yang sudah akrab bagi mereka. "Lho, mana pesawat kita?" Jupe langsung bertanya. Sambil terbengong-bengong ketiga sahabat itu menatap ke tengah lapangan. Pesawat mereka tidak kelihatan. Bahkan sayapnya yang patah pun sudah lenyap! Bagaimana mungkin?

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tunggu dulu," Pete berkata sambil mengintai. "Pesawat kita ditutupi dengan semak-semak." "Dan lihat, tuh!" Bob berseru. "Tanda SOS yang kita buat juga sudah tidak ada! "Berarti tidak ada yang bisa menemukan lapangan rumput ini," kata Pete. "Sepertinya ada seseorang yang tidak menyukai kita," Jupe berkomentar dengan suara tertahan. "Yah... tapi siapa?" tanya Bob. "Dan kenapa?" "Apakah kalian tersesat?" seseorang bersuara berat tiba-tiba berkata. Jupe, Pete, dan Bob langsung membalik. Seorang pria berbadan besar dan berambut pirang sedang berjalan ke arah mereka. "Ada yang bisa saya bantu?" ia mengenakan kacamata hitam, celana serta kemeja berwarna serba coklat, dan membawa ransel. Sebuah sarung senapan yang terbuat dari kulit menggantung pada bahu kirinya. "Siapa Anda?" Pete langsung bertanya. "Nama saya Oliver Nancarrow. Tapi teman-teman saya biasa memanggil saya Ollie," pria itu memperkenalkan diri. Sambil tersenyum lebar ia bersalaman dengan Jupe, Pete, dan Bob. "Saya datang ke sini untuk berburu. Tapi kelihatannya hari ini bukan hari keberuntungan saya. Ini memang baru pertama kalinya saya berburu di sini." Bob tersenyum penuh harap. "Apakah Anda bawa mobil, Mr. Nancarrow... ehm... Ollie?" "Ya, tapi saya meninggalkannya di atas sana," si pemburu menjawab. Ia menunjuk ke arah tebing. "Jaraknya lumayan jauh dari sini, di pinggir jalan tanah yang menuju ke jalan bebas hambatan." "Kita tidak keberatan kalau harus jalan kaki ke sana, bukan?" Bob bertanya pada teman-temannya. "Ayo, kita berangkat." "Nanti dulu," ujar Nancarrow. "Kalau saya akan mengajak kalian naik mobil, paling tidak saya harus tahu dulu kenapa kalian cari tumpangan." Bob menjelaskan bahwa pesawat mereka jatuh, dan bahwa ayahnya menghilang. Kemudian ia menambahkan, "Kami harus cepat-cepat ke

http://inzomnia.wapka.mobi

Diamond Lake untuk minta bantuan petugas kehu-tanan. Saya khawatir ayah aya pasti memerlukan pertolongan. "Apakah ada kejadian lain kecuali itu?" Nancar-row kembali bertanya. "Saya mendengar suara tembakan kira-kira sejam yang lalu." Bob menatap kedua sahabatnya. Jika mereka berterus terang pada Nancarrow, maka pria itu mungkin tidak bersedia membantu. "Saya rasa hanya pemburu seperti Anda," kata Jupe. "Kami tidak bisa membuang-buang waktu lagi," Bob mendesak. Nancarrow berpikir sejenak. "Oke. Sepertinya ada yang kalian rahasiakan. Tapi tidak apa-apa. Itu toh bukan urusan saya. Saya akan membantu kalian." Nancarrow mengajak mereka menyeberang lapangan rumput, ke arah tebing-Bob di sebelah kiri, Jupe di sebelah kanan, dan Pete di belakang. "Rasanya saya pernah mendengar nama Anda," ujar Jupe sambil berjalan. "Apakah Anda orang terkenal?" "Wah, rasanya saya belum pantas disebut terkenal," jawab Nancarrow sambil tersenyum. "Saya hanya memiliki beberapa restoran kecil di Bakersfield. Ngomong-ngomong, Bob, apa tujuan ayahmu datang ke sini?" Bob bercerita bahwa ayahnya bekerja sebagai wartawan koran, dan bahwa ia datang ke Diamond Lake untuk bertemu dengan seorang sumber berita. Sambil mendengarkan penjelasan Bob, Nancarrow mengeluarkan sebungkus rokok. Pete langsung mengerutkan kening, ia tahu bahwa puntung rokok yang dibuang sembarangan merupakan penyebab utama kebakaran hutan yang sering terjadi di musim kemarau seperti sekarang. Namun Jupe segera menoleh ke belakang, dan memberi isyarat agar Pete jangan mengatakan apa-apa. Rokok yang sedang dinyalakan oleh Nancarrow memiliki filter yang dihiasi dengan pita hijau-persis seperti puntung rokok yang ditemukan oleh Jupe di perkampungan orang Indian, dan di tempat di mana mereka menemukan topi pet Mr. Andrews. Jupe yakin bahwa ia pernah mendengar atau

http://inzomnia.wapka.mobi

melihat nama Nancarrow sebelumnya. Tapi di mana? Di perkampungan orang Indian? "Kami menduga, ayah saya hendak menemui seseorang bernama Mark MacKeir," Bob mengakhiri penjelasannya. Ia mengeluarkan buku catatan ayahnya dan membuka halaman pertama. "Ya, Mark MacKeir. Apakah Anda pernah mendengar nama itu?" "Aneh sekali," ujar Nancarrow. "Benar-benar aneh. Saya tidak mengenal orang itu, tapi berita radio tadi pagi mengatakan bahwa seseorang bernama Mark MacKeir tewas dalam kecelakaan lalu lintas ketika sedang dalam perjalanan menuju Diamond Lake. Mungkin dia ingin berlibur. Dia kehilangan kendali atas mobilnya, lalu masuk ke jurang. Mobilnya meledak. Dia tewas seketika." "Ya, Tuhan!" Bob mendesah. Mereka membisu selama beberapa saat. Masing-masing memikirkan kematian MacKeir yang mengerikan. Pandangan Jupe tertuju pada penutup sarung senapan Nancarrow, yang terkepak-kepak setiap kali pria itu melangkah. Setiap kali Jupe melihat sepotong logam berwarna gelap di dalamnya. Belum lama ini Jupe sempat membaca sebuah buku mengenai senjata api. Senapan yang disandang Nancarrow memiliki bentuk yang tidak lazim-bagian tengahnya nampak menggembung. Ini berarti bahwa sarungnya pun harus dipesan secara khusus, agar bisa menampung senapan yang aneh itu. "Sekarang ini kau dan ayahmu merupakan orang penting di sini," Nancarrow berkata pada Bob. "Siapa saja yang tahu bahwa kalian datang ke sini?" "Hanya beberapa orang," Jupe cepat-cepat berkata sebelum Bob sempat menjawab bahwa tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka. "Orang-orang di kantor ayah Bob." "Betul itu, Bob?" Nancarrow bertanya sambil menoleh ke arah anak itu. Jupe segera mencoba untuk mengangkat penutup sarung senapan Nancarrow. Ia ingin mengintip ke dalamnya. Ada sesuatu pada diri pria itu yang membuat Jupe merasa cemas. Peti yang mereka gunakan sebagai meja ketika makan di perkampungan orang

http://inzomnia.wapka.mobi

Indian mempunyai cap Nancarrow Trucking Company pada sisinya. Cap yang sama juga terdapat pada semua peti yang ditumpuk di luar pondok seng. Pondok itu milik laki-laki Indian yang memberi isyarat pada Mary bahwa mobil Kepala Kampung sudah siap dipakai. Jupe yakin bahwa Nancarrow telah berbohong. Dia sudah pernah datang ke sini-dan lebih dari satu kali. Bob memandang ke arah Jupe. Ia nampak terkejut ketika menyadari bahwa Jupe hendak mengintip ke dalam sarung senapan Nancarrow. Namun Bob langsung bisa menguasai diri. ia tahu apa yang diinginkan oleh Jupe. Tanpa berpikir panjang Bob tersenyum ke arah Oliver Nancarrow. "Betul," Bob berkata pada pria itu. "Ayah saya memberi tahu atasannya bahwa kami akan datang ke sini. Selain itu dia juga menghubungi bagian keuangan, sebab merekalah yang harus membayar ongkos hotel selama ayah saya tinggal di Diamond Lake." Ketika Jupe agak membungkuk ke depan untuk mengintip ke dalam sarung senapan, Nancarrow tiba-tiba berhenti. Jupe segera menarik tangannya, lalu berlagak mengikat tali sepatu. Nancarrow mengisap rokoknya untuk terakhir kali, kemudian menginjaknya sampai mati. Pete tidak suka melihat alam bebas digunakan sebagai tempat sampah. Karena itu ia menunggu sampai Nancarrow melihat ke arah lain. Kemudian ia cepat-cepat berjongkok, dan memungut puntung rokok itu. "Kapan ayahmu harus kembali ke kantornya?" Nancarrow bertanya sambil jalan. Mereka kini sudah di kaki tebing. "Saya tidak tahu pasti. Tepi seharusnya dia menelepon ke sana kemarin," ujar Bob. Ia menduga bahwa Jupe tidak percaya pada Nancarrow. Dan pengalaman di masa lalu menunjukkan bahwa indra keenam yang dimiliki Jupe lebih sering tepat daripada meleset Karena itulah ia sengaja memberikan keterangan palsu pada Nancarrow. Sementara Nancarrow berbincang-bincang dengan Bob, Jupe-dengan keterampilan pencopet ulung-membuka penutup sarung senapan.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kalau begitu mereka pasti akan mengirim orang untuk mencari kalian?" Nancarrow kembali bertanya. "Saya yakin, tim pencari sudah dalam perjalanan ke sini," kata Bob. "Tapi kami tidak bisa menunggu sambil berpangku tangan," Pete menambahkan. Di bawah penutup sarung senapan, Jupe melihat pegangan tangan di atas laras. Dan tiba-tiba saja ia mengenali bentuk senjata yang aneh itu. Tapi mendadak Nancarrow berhenti lagi. "Hei!" ia berseru dengan geram. "Sedang apa kau?" Dengan satu gerakan cepat ia menepis tangan Jupe. Ia mundur selangkah, lalu menghadap ke arah ketiga detektif muda. Kemudian ia mengeluarkan senapan besar dan mengarahkannya pada mereka. "Ternyata memang M-16," Jupiter bergumam. Tonjolan pada sarung senapan Nancarrow dibuat agar bisa menampung pegangan tangan, gagang, serta tempat peluru. "Apa-apaan ini?" tanya Bob dengan heran. "Senapan M-16 pertama kali diperkenalkan dalam Perang Vietnam," Jupe berkata. Jantungnya berdebar-debar. "Dan kini senapan itu termasuk jenis yang paling populer di seluruh dunia. Tapi kegunaannya terutama untuk memburu manusia, bukan binatang. Siapa Anda sebenarnya, Mr. Nancarrow? Dan apa yang Anda kehendaki dari kami?" "Oke, jagoan-jagoan," Nancarrow menjawab sambil tetap membidikkan senapannya ke arah mereka. "Saya sudah berusaha untuk menyelesaikan urusan ini secara baik baik. Tapi sekarang kita akan menempuh jalan yang lebih praktis. Cepat, naik ke tebing itu! Kalian harus ikut dengan saya!" 11. Mengatur Siasat "Ayo, Bob! Pete!" Jupiter berkata sambil menundukkan kepala. "Jangan sampai Mr. Nancarrow marah." ia mulai berjalan ke arah tebing. Pete dan Bob menatap Jupe dengan heran. Mereka agak terkejut melihat perubahan yang begitu tiba-tiba. Dulu, ketika masih kanak-

http://inzomnia.wapka.mobi

kanak, Jupe pernah jadi aktor film. Pada waktu itu ia memainkan peran Baby Fatso dalam seri TV berjudul The Wee Rogues alias Berandal Cilik. Jupe tidak suka mengenang peran itu, tetapi sampai sekarang pun ia belum lupa cara berakting. Bakat itu memang sudah mendarah daging dalam dirinya. Bob dan Pete mendadak menyadari bahwa sahabat mereka sedang bersandiwara. "Ayo, jalan!" Nancarrow memerintah dengan tegas. "Apakah Anda akan membawa kami ke tempat Mr. Andrews?" Jupe bertanya dengan nada mengibakan. "Hah, jangan berharap yang aneh-aneh," balas Nancarrow, lalu ketawa dengan sinis. "Itu urusan saya. Kau tidak perlu repot-repot memikirkannya." "Jadi Anda yang menculik ayah saya!" kata Bob sambil membelalakkan mata. "Kenapa?" "Karena dia sok ingin campur urusan orang lain," Nancarrow menjawab dengan geram. "Sama seperti temanmu yang gendut ini. Sudah, jangan banyak omong!" Mereka menyusuri tebing ke arah barat untuk mencari tempat yang cocok untuk memanjat naik. Jupe sengaja menarik napas sambil tersengal-sengal. "Saya tidak kuat kalau harus terus jalan secepat ini," ia mengeluh. "Dasar cengeng!" kata Nancarrow. "Aduh!" Jupe mengerang, ia membiarkan kakinya terpeleset pada sebuah batu yang ditumbuhi lumut, ia jatuh terjengkang, dan menimpa Bob. Bob terdorong mundur. Tapi dengan sengaja ia tidak membentur Pete. Mata Pete nampak bersinar-sinar, ia memahami apa maksud Jupe dan Bob. Nancarrow mengerutkan kening. Meskipun curiga, ia belum memahami apa yang sedang terjadi. Pete tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Secepat kilat ia berbalik badan dan menghampiri Nancarrow. Dengan menggunakan sikut,

http://inzomnia.wapka.mobi

Pete melancarkan haishu-uke ke arah laras senapan M-16 di tangan pria itu. "Lariii!" ia berteriak pada Bob dan Jupe. Kedua anak itu cepat-cepat berdiri, lalu menyeberangi lapangan rumput ke arah tepi hutan sebelah barat. Pada saat yang sama, Pete kembali beraksi. Kali ini sasarannya adalah dada Nancarrow. Nancarrow terhuyung-huyung, ia kehilangan keseimbangan, namun tetap menggenggam senapannya erat-erat. Pete berlari menyusul kedua sahabatnya. Peluru-peluru berdesingan di sekitar mereka. Daun-daun cemara, debu, serta kulit pohon beterbangan di udara. Burung-burung bercuit-cuit, lalu terbang menjauh. Ketiga detektif muda segera merebahkan diri. untuk sementara mereka cukup terlindung di balik semak belukar. "Biff! George!" Nancarrow memanggil. "Di mana kalian? Dasar pemalas! Cepat ke sini! Anak-anak itu mencoba melarikan diri." Pete mengangkat kepala. Ia melihat Nancarrow berdiri di lapangan rumput. "Nancarrow bawa walkie-talkie. Dia memanggil bantuan." "Biff adalah salah satu dari kedua orang yang mengejar kita tadi," bisik Bob. "Dialah yang bersuara serak." "Berarti yang satu lagi bernama George," ujar Jupe-juga dengan suara tertahan. "Sepertinya mereka tadi hanya berusaha menggiring kita ke tangan Nancarrow. Pantas saja mereka tidak terlalu ngo-tot" Jupe lalu bercerita bahwa ia telah menemukan hubungan antara rokok yang diisap Nancarrow dengan peti-peti di perkampungan orang Indian. "Tapi aku tidak yakin bahwa Nancarrow yang menyabot pick-up kita," ujar Bob. "Dia tidak punya kesempatan untuk itu." "Aku rasa, itu ulah si Kepala Kampung," Pete berpendapat. "Nanti saja kita pikirkan soal ini," kata Jupe. "Sekarang kita harus pergi dulu dari sini." "Bagaimana dengan ayahku?" tanya Bob.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kalau mendengar ocehan Nancarrow tadi," jawab Jupe, "aku yakin, ayahmu masih hidup. Tapi pertama-tama kita harus menyelamatkan diri dulu. Baru setelah itu kita bisa menyelamatkan ayahmu." Mereka memandang ke lapangan rumput. Nancarrow masih berdiri di tempat yang sama. Pandangannya terarah ke tepi hutan. "Dia tidak mau menghambur-hamburkan amunisi," Jupe berkata. "Dia tidak akan melepaskan tembakan sebelum melihat kita." Ketiga sahabat itu berdiri tanpa bersuara, lalu bergerak menjauh melalui hutan. "Itu mereka!" suara Biff yang serak terdengar. Jupe, Pete, dan Bob masih sempat berlari beberapa langkah. Kemudian mereka berhenti. Tiba-tiba saja mereka berhadapan dengan laras M-16 kedua.' Seorang pria berambut gelap, bermata biru, dan dengan kulit terbakar oleh matahari, mengarahkan senjatanya pada mereka. Secara bergantian ia membidik Jupe, Pete, dan Bob. ia nampak tersenyum, tetapi wajahnya tidak memancarkan keramahan. "Nah, akhirnya kena juga!" ia berkata dengan puas. Mendengar suaranya, orang itu mestinya George. "Hei, Biff! Di mana kau?" Pria bernama Biff muncul di sebelah kiri Trio Detektif, ia pun membawa senapan M-16. "Bagus, George! Tepat di mana kita menghendaki mereka." Biff berbadan pendek dan kurus. Rambutnya berwarna coklat. Ia memiliki alis yang tebal. "Anak-anak ini memang tidak punya otak." Suara Oliver Nancarrow yang angkuh kini terdengar dari belakang. "Oke, giring mereka lewat sini. Cepat, perjalanan kita masih panjang." "Kalian dengar apa kata Bos," ujar Biff. "Ayo, jalan!" Jupe, Bob, dan Pete saling berpandangan. Pete mengangkat bahu. ia sadar bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa. "Jalan!" Biff menggeram. Kemudian ia membuat kesalahan fatal. Si kerdil itu mendorong punggung Pete dengan menggunakan moncong M-16-nya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Pete segera membalik. Ia menggenggam laras senapan, kemudian mendorongnya dengan keras sehingga popor senjata itu menghantam perut Biff. Biff jatuh ke tumpukan dahan-dahan kering. Seketika Bob melancarkan tendangan yoko-geri-keage. Kakinya tepat mengenai dagu George. George terhuyung-huyung ke belakang. Bob segera maju dan melayangkan tendangan susulan. Kali ini George ambruk. Jupe berlindung di balik pohon cemara, ia hendak memanfaatkan kemampuan judo-nya untuk melumpuhkah Nancarrow. Pria itu sedang bergegas ke arah mereka. Tetapi pada detik-detik terakhir Jupe memilih cara yang lebih mudah. Langsung saja ia menjulurkan kaki. Nancarrow tersandung dan kehilangan keseimbangan. Pria itu berusaha agar tidak terjatuh. Tapi secepat kilat Pete menghantam tengkuknya dengan gerakan otoshi hiji-ate. Nancarrow tumbang. Ketiga detektif muda tidak membuang-buang waktu. Mereka langsung kabur ke hutan. Mereka mendengar Nancarrow menyumpah-nyumpah, dan memaki-maki kedua rekannya. "Dasar Tolol semua! Kejar mereka, cepat! Tapi jangan main tembak. Aku menginginkan mereka hidup-hidup." Jupe, Pete, dan Bob menembus hutan ke arah selatan. Sambil berlari, mereka menghindari pohon-pohon dan batu-batu yang menghalangi jalan. Suara langkah para pengejar lerdengar dengan jelas di belakang mereka. Mereka terus bergegas. Namun tenaga mereka semakin berkurang. Langkah-langkah mereka semakin berat. Pete menemukan sebuah jalan setapak dan langsung membelok ke kanan. Bob seqera mengenali jalan setapak itu-kemarin, setelah mengisi botol air, ia sempat menyusurinya. "Kita harus susun siasat," Jupe berkata sambil terengah-engah. "Kita tidak bisa terus-menerus main kucing-kucingan seperti ini."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Selain itu kita juga masih harus menyelamatkan ayahku!" ujar Bob. Dari belakang terdengar teriakan garang, yang membuat mereka menambah kecepatan. "Mereka telah sampai di jalan setapak!" Pete berseru. "Mereka akan menyergap kita di sini!" Bob mengingatkan. "Sebaiknya pick-up si Kepala Kampung kita lupakan saja," ujar Jupe sambil terus berlari. "Pete, apakah kau bisa menemukan jalan yang dibicarakan oleh Nancarrow tadi?" "Jalan untuk mengangkut pohon-pohon yang baru ditebang? Jalan itu kan berhubungan dengan jalan bebas hambatan," Pete mengingat-ingat. "Mary Grayleaf juga sempat menyinggungnya. Jalan tanah dari perkampungan orang Indian juga menuju ke sana." "Ya, jalan itu yang kumaksud," kata Jupe. Napasnya tersengal-sengal. "Pete, kaulah yang paling kuat dan paling cepat di antara kita. Kaulah yang punya kesempatan terbesar untuk bisa mencapai Diamond Lake." "No problem," balas Pete dengan yakin. "Sementara itu Jupe dan aku harus berusaha agar Nancarrow mengejar kami," Bob menanggapinya. "Betul tidak, Jupe?" "Betul!" Pete segera berangkat. Ia meninggalkan jalan setapak dan masuk ke hutan. Setelah Nancarrow dan kedua anak buahnya lewat, Pete akan kembali ke jalan setapak lalu menuju ke Diamond Lake. Jupe dan Bob terus berlari. "Kita perlu tempat untuk bersembunyi," Jupe berkata pada Bob. "Bagaimana dengan sebuah lembah rahasia?" Bob mengusulkan. "Aku rasa dalam keadaan seperti ini para Leluhur Indian takkan keberatan." "Oke!" Jupe menyetujui gagasan sahabatnya. Bob berhenti sejenak ketika mereka mencapai tempat yang agak lebar. "Tapi kita harus pastikan dulu bahwa Nancarrow memang mengejar kita." Jupe tersenyum, ia menarik napas dalam-dalam, lalu berseru, "Bob, aku capek! Aku harus istirahat sebentar!"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau selalu capek!" balas Bob dengan sengit. "Aku bosan dengan kecengenganmu!" Meskipun sadar bahwa Bob hanya bersandiwara, Jupe sempat kaget juga. "Aku tidak peduli! Berhenti dulu, deh!" Mereka berdiri sambil memasang telinga. Nancarrow dan kedua anak buahnya sedang menuju ke arah mereka. Langkah ketiga pemburu itu terdengar seperti gerombolan gajah liar yang sedang mengamuk. "Ya, Tuhan!" Bob tiba-tiba berseru. "Lihat!" ia mengangkat tangan, ia masih membawa botol air. "Seharusnya kita berikan ini pada Pete!" ujar Jupe. "Yah, di tempat yang kita tuju ada kali kecil. Tapi siapa tahu apa yang dihadapi oleh Pete?" 12. Bergelantungan di Tebing Batu Cadas Seruan-seruan Jupe dan Bob menggema di hutan, dan juga sampai ke telinga Pete. Beberapa saat kemudian ia mendengar suara langkah berat lewat di depan tempat persembunyiannya. Pete membayangkan senapan-senapan M-16 yang dibawa oleh Nancarrow dan kedua anak buahnya, ia berharap bahwa Jupe dan Bob berada dalam keadaan aman. Kemudian Pete menyingkirkan kecemasan yang berada dalam hatinya, ia harus memusatkan segala daya untuk mencapai Diamond Lake. Keselamatan Mr. Andrews tergantung padanya sekarang. Ia mengencangkan otot-ototnya, lalu mulai berlari dengan langkah ringan. Dengan demikian ia bisa menempuh jarak yang jauh tanpa terlalu memeras tenaga. Suhu udara di hutan sudah menurun. Angin sore mulai bertiup. Pete mengikuti jalan setapak kembali ke lapangan rumput, kemudian menuju ke tebing batu cadas. Sejauh ini ia belum melihat tanda-tanda bahwa Nancarrow masih membawa orang selain Biff dan George. Namun Pete tetap berhati-hati. ia tidak berani mengambil risiko. Karena itu ia terus berjalan di bawah lindungan pohon-pohon.

http://inzomnia.wapka.mobi

Setelah sampai di bawah tebing, Pete mulai memanjat naik. Dalam beberapa menit ia telah mencapai dataran di atas tebing, lalu berhenti sejenak untuk menarik napas. Di sinilah mereka menemukan topi Mr. Andrews tergeletak. Jadi, kemungkinan besar di tempat inilah ayah Bob disergap dan diculik. Tapi kenapa? Tindakan seperti itu rasanya tidak masuk akal. Pete menatap gunung-gunung yang ditumbuhi hutan lebat. Angin bertiup dengan kencang di dataran puncak tebing, dan menembus T-shirt Pete yang tipis. Jaketnya masih terikat mengelilingi pinggang, dan selimutnya berada dalam kantong jaket. Pete sadar bahwa ia akan membutuhkan keduanya nanti, ia menyesal karena lupa mengambil botol air, namun sekarang sudah terlambat untuk kembali lagi. Gntung saja ia masih menyimpan beberapa batang coklat yang diberikan oleh Jupe. ia menuju ke utara, sambil mengingat-ingat dari arah mana matahari mengenai bahu dan punggungnya. Matahari kini merupakan satu-satunya penunjuk arah yang dimiliki Pete. ia menyeberangi hamparan batu cadas yang mulai menanjak ke arah pepohonan lebat Ketika tiba di hutan, Pete segera mencari jalan setapak. Setelah menemukan satu, ia menembus semak-semak dan meneruskan perjalanan. Jalan yang dilewati Pete semakin curam. Ia berlari dan berjalan cepat secara bergantian. Matahari semakin condong ke barat. Tapi Pete terus memacu dirinya. Ia telah bermandikan keringat Menjelang malam, Pete sampai di sebuah punggung bukit, lalu berhenti, ia melihat ke bawah, dan nyaris tidak percaya pada pandangan matanya. Di kaki bukit ada sebuah jalan tanah yang memanjang ke arah timurbarat Jalan itu penuh jejak ban kendaraan berat, tetapi dua kali lebih lebar dari jalan yang menuju ke perkampungan orang Indian-persis seperti yang digambarkan oleh Mary Grayleaf. Pete meluncur menuruni lereng bukit, lalu berhenti sejenak untuk beristirahat dan menikmati keberhasilan ini. Kalau saja sebuah mobil lewat dan mau menawarkan bantuan...

http://inzomnia.wapka.mobi

Otot-otot Pete terasa gemetar. Jarak yang sudah ditempuhnya memang cukup jauh. Tapi ia masih harus berjalan sejauh 25 mil, mungkin bahkan 30 mil. Mudah-mudahan saja aku dapat tumpangan setelah sampai di jalan bebas hambatan, ujar Pete dalam hati. ia menuju ke barat, ke arah matahari yang sedang tenggelam. Sambil jalan ia mengenakan jaketnya, sebab suhu udara turun dengan cepat. Matahari menghilang di balik cakrawala, dan digantikan oleh bulan purnama. Pete melewati jembatan yang menyeberangi pertemuan antara dua sungai beraliran deras. Kabut menggantung di udara. Bau cemara tercium dengan jelas. Pete sebenarnya merasa haus, tapi ia tidak berani minum air sungai tadi. ia berhenti di seberang jembatan. Di depannya ada percabangan jalan. Jalan yang lebih kecil menuruni bukit-sejajar dengan aliran sungaisampai akhirnya menghilang di sebuah ngarai sempit. Melihat palang yang menghalangi ujung jalan, Pete menyimpulkan bahwa jalan itu digunakan oleh petugas kehutanan untuk memerangi kebakaran yang sering terjadi di musim kemarau. Pertama-tama Pete merasa gembira. Namun kemudian ia teringat bahwa jalan-jalan seperti itu seringkali terletak di daerah terpencil dan jarang dilewati. Para petugas kehutanan tidak akan datang ke sini-kecuali jika ada pemberitahuan mengenai kecelakaan atau kebakaran. Akhirnya Pete kembali menyusuri jalan semula, ia makan sebatang coklat. Badannya semakin letih dan semakin kedinginan. Di kejauhan terdengar lolongan coyote (anjing hutan). *** Setelah Pete berpisah dari mereka, Jupe dan Bob kembali berlari. Nancarrow dan kedua anak buahnya masih terus mengejar dengan langkah berat Mereka semakin mendekat, sehingga Jupe dan Bob. terpaksa menambah kecepatan. Suara langkah di belakang mereka merupakan kabar baik, sekaligus kabar buruk. Suara itu menunjukkan bahwa ketiga laki-laki itu melewati tempat pesembunyian Pete tanpa melihatnya. Tetapi kini Jupe dan Bob

http://inzomnia.wapka.mobi

harus mencari jalan untuk meloloskan diri dari para pembunuh, serta senapan-senapan M-16 yang mereka bawa. Sambil membisu Bob dan Jupe mencapai sungai yang disebut truoc oleh orang-orang Indian. Mereka segera menyusurinya ke arah yang berlawanan dengan aliran air. Angin yang bertiup di atas air yang bening menyebarkan bau belerang, dan membuat mata kedua detektif muda terasa perih. Bob berjalan di depan. Ia mengikuti jalan setapak yang telah dilewatinya kemarin. Baik Bob maupun Jupe sudah lelah dan kehabisan napas ketika mencapai jalan masuk ke Lembah Leluhur. Air terjun di hadapan mereka menderu-deru. "Wow!" Jupe berseru sambil memandang air terjun itu. "Di sinikah kau hampir jadi korban tanah longsor?" "Di sekitar sini," kata Bob. ia menoleh ke belakang. "Itu mereka!" Jupe mengikuti arah pandangan sahabatnya. Kurang lebih setengah mil dari tempat mereka, Nancarrow, Biff, serta George sedang mengelilingi sebongkah batu besar. Nancarrow berjalan di depan. Senapan M-16 ketiga laki-laki itu tergantung pada bahu masing-masing. Mereka menatap ke arah air terjun, lalu melihat Bob dan Jupe. Biff, si Pendek bersuara serak, meneriakkan sesuatu dan mengacungkan tinju. "Ayo, Bob!" Jupe mendesak. "Kita tidak bisa berlama-lama di sini." Bob segera memasuki hutan, dan kembali menyusuri tebing. Jupe berada beberapa meter di belakangnya. Akhirnya Bob berhenti. Ia meraih ke atas, lalu mengunci jari-jarinya pada tempat pegangan tangan yang hampir tidak kelihatan. Kemudian ia menjejakkan kaki pada pijakan yang juga hampir tidak kelihatan. Tempat pegangan tangan serta pijakan kaki itu sudah selama berabad-abad dimakan erosi, sehingga sama sekali tidak menyolok. Bob mulai memanjat naik. Dengan hati-hati Jupe mengikuti contoh yang diberikan sahabatnya. "Ya, ampun!" ia mendesah tertahan. Jupe tidak menyukai perkembangan terakhir ini. Keringat mulai membasahi keningnya. Dengan susah payah ia berusaha menjaga keseimbangan.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau pasti bisa, Jupe!" Bob memberi semangat Bob memanjat dengan cepat, sekaligus menunjukkan jalur yang harus dilewati oleh Jupe. Dengan setiap langkah mereka semakin tinggi, dan semakin mendekati dinding batu cadas di atas air terjun. Lembah Leluhur terletak di balik dinding itu. Pepohonan lebat melindungi mereka dari pandangan para pengejar. Nancarrow, Biff, dan George baru bisa melihat bagian tebing ini setelah mereka berdiri di kaki air terjun. Bob berdoa bahwa ia dan Jupe sudah mencapai Lembah Leluhur pada saat itu. Jupe bergerak dengan perlahan. Lengan dan kakinya gemetar. Kenapa aku mau dibujuk oleh Bob? Anak itu bertanya dalam hati. Aku pasti sudah kehilangan akal sehat! Tiba-tiba saja kaki kanannya terpeleset. Kejadian itu begitu mendadak sehingga Jupe tidak sempat berbuat apa-apa. ia telah mencapai ketinggian sekitar 30 meter, dan percikan air dari air terjun membuat batu cadas selicin es. Sebelum Jupe sempat mejejakkan kaki, tangan kanannya juga mulai merosot. Mati-matian Jupe berusaha mencengkeram permukaan cadas. Jantungnya nyaris copot Jari-jarinya mulai kejang. Jupe memelototi tangan kanannya, seakan-akan tidak percaya bahwa tangan itu gagal melaksanakan tugas. Kemudian pegangannya terlepas sama sekali. Waktu seolah-olah berhenti. Hanya tangan dan kaki kiri Jupe yang masih menahan berat badannya. Aku akan mati di sini, terlintas di kepala Jupe. Aku akan meluncur ke bawah dan terempas ke batu karang! "Jupe!" teriak Bob. Ia seperti terpaku di tempat Wajah Jupe nampak pucat pasi. Seluruh tubuhnya terasa lumpuh. "Tundukkan kepala!" Bob kembali berseru. Ia dicekam rasa takut. Jupe harus diselamatkan! "Gerakkan bahu kananmu! Gerakkan kaki kananmu! Atur keseimbanganmu sampai kau merapat ke tebing!" Jupe tidak bereaksi. Dia tidak mendengarku, pikir Bob. "Jupe!" ia berteriak, kemudian merayap turun ke arah sahabatnya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe bisa merasakan kehadiran Bob. Namun ia tidak melihatnya. Teriakan-teriakannya juga hanya terdengar secara sayup-sayup. Tetapi perlahan-lahan perintah Bob mulai diserap oleh otak Jupe. Gunakan otakmu! Jupe berkata pada diri sendiri. Berpikirlah! Tepat pada waktu Bob tiba di sampingnya, Jupe berhasil menguasai diri. Bob memperhatikan sahabatnya dengan saksama. Ia seolah-olah bisa melihat roda-roda di kepala Jupe mulai berputar kembali. Penuh harap Bob menahan napas. Tiba-tiba saja kepala Jupe bergerak maju. Dengan gerakan kaku seperti robot, tangan dan kakinya menemukan tempat berpijak pada tebing. Sambil terengah-engah ia menempel pada permukaan batu cadas. "Kau berhasil, Jupe!" Bob berseru dengan gembira. "Ayo, kita lanjutkan pendakian. Sedikit di atas sini ada tonjolan pada tebing yang ditumbuhi semak-semak. Kita bisa beristirahat di sana. Mereka tak bakal melihat kita. Ayo, Jupe! Sedikit lagi!" Penuh rasa was-was Jupe memindahkan tangan ke tempat pegangan berikut. Kakinya menyusul. Sambil memaksakan diri untuk tetap tenang, ia merayap pada tebing-semakin lama, semakin tinggi. Bob mendahuluinya. Dalam waktu singkat ia telah mencapai tonjolan yang dimaksudnya. Semak-semak tumbuh pada tepi tonjolan, sehingga mereka bisa berlindung dengan aman. "Cepat, Jupe!" Bob mendesak. "Nancarrow dan kawan-kawannya sudah hampir sampai." Perlahan tapi pasti Jupe memanjat naik. Tak sekalipun ia menoleh ke bawah. Ia terus memanjat sampai Bob akhirnya bisa mengulurkan tangan dan menyentuh jari Jupe. "Ayo, sedikit lagi, Jupe!" Bob berkata dengan lembut. Jari Jupiter terasa basah. Jupe tidak mengatakan apa-apa. ia memindahkan kakinya ke pijakan berikut Kemudian ia menarik diri ke atas. Setelah berhasil mencapai tonjolan batu, ia segera merangkak ke balik semak-semak, ia duduk seperti patung, sambil memejamkan mata.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Berapa lama lagi mereka sampai di air terjun?" Jupe bertanya dengan suara serak. "Sebentar lagi," jawab Bob. "Lihat!" Percikan-percikan air memenuhi udara. Angin yang bertiup dari lembah menyebarkan bau belerang. Mata Jupe dan Bob terasa perih ketika mereka memperhatikan Nancarrow, Biff, dan George mendekati air terjun. "Mana anak-anak brengsek itu?" Nancarrow marah-marah. Sambil bertolak pinggang, ia me-mandang hutan dan tebing-tebing melalui kacamata hitamnya. Bob dan Jupe berusaha keras agar dapat mendengar ucapan Nancarrow. "Ini salah kalian!" Nancarrow membentak kedua anak buahnya. "Garagara kebodohan kalian mereka bisa kabur." "Mereka pasti di sekitar sini, Bos," ujar George. "Kami akan menemukan mereka," Biff berjanji. "Mereka tidak boleh lolos!" Nancarrow berkata dengan kesal. "Wartawan sok tahu itu sudah berhasil kita amankan. Dan sekarang kita juga harus menangkap bocah-bocah ingusan itu." Ketika mendengar kata wartawan, Bob dan Jupe segera bertukar pandang. "Sepertinya Nancarrow menculik ayahmu karena ayahmu hendak menyelidiki sesuatu," Jupe menduga-duga. "Barangkali ada hubungannya dengan sumber berita di Diamond Lake." "Hmm, aku jadi ingin tahu siapa Mark McKeir itu, dan apa yang diketahuinya," balas Bob. "Kita harus mengatur semuanya supaya kelihatan seperti kecelakaan," Nancarrow masih memberi kuliah pada Biff dan George. "Pertama-tama kita hajar kepala mereka," Biff menanggapinya. "Kita hajar mereka sampai pingsan-persis seperti kita menghajar McKeir!" Bob dan Jupe kembali bertukar pandang. Mereka benar-benar terkejut. Apakah McKeir menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh anak buah Nancarrow?

http://inzomnia.wapka.mobi

"Setelah itu kalian harus masukkan mereka ke dalam pesawat," Oliver Nancarrow berkata. "Kita bakar mereka bersama-sama-Andrews dan anak-anak itu. Orang-orang akan menyangka bahwa pesawat mereka meledak dan terbakar waktu jatuh. Sebuah kecelakaan-seperti yang dialami McKeir. Takkan ada yang tahu apa yang terjadi sesungguhnya." "Ya, takkan ada yang tahu," Biff meniru ucapan bosnya dengan sungguhsungguh. "Tepat sekali!" Nancarrow menepuk bahu anak buahnya itu. "Sekarang kau kembali saja, Biff. Urusan ini mungkin masih makan waktu agak lama. Malam ini ada kiriman lagi, dan harus ada orang yang menanganinya. Kaulah orang itu." "Wah, Bos!" Biff mengeluh dengan kecewa. "Kalau kau melaksanakan tugasmu dengan baik, maka kau boleh menghabisi anak-anak ini setelah mereka kutangkap," Nancarrow berjanji. Wajah Biff langsung kembali cerah. "Oke!" ia membalik dan menyusuri sungai menjauh dari air terjun. "Kiriman apa yang dimaksudnya?" Bob bertanya keheranan. "Barangkali berita yang tidak sempat disampaikan oleh McKeir berhubungan dengan kiriman ini," ujar Jupe. "Ayo, George!" Nancarrow mengajak anak buahnya. "Di atas air terjun ini ada lembah. Bocah-bocah tengil itu mungkin bersembunyi di sana." ia segera menghampiri tebing. George nyengir lebar, ia menggenggam senapannya erat-erat, kemudian mengikuti Nancarrow yang telah berdiri di kaki tebing-tepat di bawah tempat persembunyian Bob dan Jupe. Kedua detektif muda itu terbelalak. Sebentar lagi Nancarrow dan George akan menemukan tempat persembunyian mereka. Dan kali ini tidak ada kemungkinan untuk meloloskan diri! 13. Lembah Leluhur

http://inzomnia.wapka.mobi

Big Oliver Nancarrow dan George nampak amat berhati-hati ketika melewati tumpukan batu-batu di kaki tebing. Nancarrow menemukan celah yang dipanjat Bob kemarin. Ia berpegangan erat-erat, menarik badannya ke atas, dan mulai mendaki. "Kelihatannya kurang aman," George bergumam, ia menyandang senapan M-16 pada punggungnya, lalu menyusul. Mereka memanjat dengan mantap. Wajah mereka nampak merah dan basah karena keringat Tanpa menyadarinya, mereka menuju tonjolan batu tempat Bob dan Jupe bersembunyi. "Jupe!" Bob berbisik cemas. Lengan dan kaki Jupe masih gemetar, tapi otaknya bekerja dengan sempurna. Ia segera meraih akar semak-semak yang tumbuh pada tepi tonjolan, kemudian menariknya keras-keras -tanpa hasil. Jupe menarik lebih keras lagi. Kali ini ia berhasil mencabut akar dari tanah. Kerikilkerikil, debu, dan pasir ikut berhamburan. Nancarrow dan George memandang ke atas. Kerikil-kerikil itu meluncur ke bawah, dan membentur permukaan tebing. Batu-batu sebesar kepalan tangan mulai terlepas, kemudian batu-batu seukuran kepala orang dewasa. Nancarrow dan George segera menghindar. Batu-batu longsor itu lewat di samping mereka. "Bos...," George berkata dengan hati-hati. Wajahnya nampak pucat. "Sudahlah," Nancarrow memutuskan, "lebih baik kita turun lagi. Anakanak itu tidak mungkin naik dari sini. Nanti malam kita berkemah di tepi sungai saja. Dan besok pagi-pagi kita teruskan pencarian." Bob mendesah tertahan. "Thanks, Jupe!" Nancarrow dan George turun lewat celah yang sama. Kedua detektif muda segera menyelesaikan sisa pendakian. Bob berada di depan. Dalam waktu singkat Lembah Leluhur telah tampak di depan mereka. Matahari mulai tenggelam. Bayang-bayang semakin panjang. Sungai di tengah lembah mengalir tenang. Kedua tepinya ditumbuhi rumput tinggi.

http://inzomnia.wapka.mobi

Di beberapa tempat uap nampak menyembur ke udara-mungkin dari sumber air panas alami. Bob dan Jupe terus berjalan. "Hei," Jupe tiba-tiba berkata pada Bob, "matamu merah. Bagaimana dengan mataku?" Bob memperhatikan mata sahabatnya dengan saksama, kemudian mengangguk. "Sama seperti mata orang-orang di perkampungan Indian. Tapi..." Ia terdiam sejenak, dan merenung. "Hanya mata Daniel yang tidak merah. Waktu kita bertemu dengannya, dia baru saja kembali ke perkampungan setelah pergi selama satu hari. Barangkali bau ini yang membuat mereka sakit. Angin yang keluar dari lembah ini bertiup tepat ke arah perkampungan mereka." "Orang-orang Indian itu menderita sakit yang cukup parah. Aku rasa penyebabnya bukan sekadar bau belerang saja," Jupe berkata cepatcepat, ia sedang berkonsentrasi penuh. Dengan hati-hati ia memindahkan kaki dan tangannya. Ia ingin segera turun dari tebing ini. Perlahan mereka menuju ke bawah. Ketika Jupe akhirnya melompat ke tengah-tengah pakis, ia langsung mendesah lega. Jupe memandang sekeliling. Beberapa tanaman pakis nampak coklat dan layu-terutama yang dekat dengan sungai. Sedangkan air sungai yang kelihatannya bening, pada beberapa tempat tertutup oleh lapisan abuabu yang berbuih. "Hei, coba perhatikan buih itu," ia berkata pada Bob. Bob menatap permukaan air. "Jorok! Apa itu?" "Kelihatannya tidak alami," ujar Jupe. "Mungkin semacam polusi air." "Yah, mungkin saja," kata Jupe. "Ayo, kita pergi dari sini. Mataku sudah perih sekali." Matahari menghilang di balik punggung bukit yang membatasi lembah ini. Jupe dan Bob segera mengenakan jaket Kemudian mereka mulai menyusuri sungai. Di sepanjang tepi sungai mereka menemukan tanaman yang layu dan sudah hampir mati.

http://inzomnia.wapka.mobi

Lembah Leluhur ternyata menanjak dengan landai. Tanah longsor telah mengikis beberapa bagian dari dinding batu cadas pada kedua sisi lembah. "Kalau dipikir-pikir," Jupe berkata sambil mengerutkan kening, "kecelakaan pesawat yang kita alami sebenarnya agak aneh." Ia mengeluarkan sebatang coklat dan mulai mengunyah. "Maksudmu?" tanya Bob. ia mereguk air dari botol minum, lalu makan juga. "Sistem elektrik pesawat kita mendadak mati," ujar Jupe. "Kita terpaksa mendarat darurat Dan siapa yang sudah siap menunggu untuk menculik ayahmu? Oliver Nancarrow!" "Wow!" Bob membelalakkan mata. "Maksudmu, dia yang menyabot pesawat kita?" "Dia, atau salah satu anak buahnya." Mereka makan sambil membisu. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Bob akhirnya bertanya. "Kita harus menemukan ayahku sebelum terlambat" Jupiter menjawab sambil mengunyah. "Kita tidak boleh berhenti lamalama. Kalau aku tidak salah, lembah ini memanjang ke arah utaraselatan. Dan ini berarti bahwa jalan kehutanan ada di depan kita. Mungkin kita akan bertemu Pete di sana. Atau petugas kehutanan!" "Oke! Paling tidak kita sudah berhasil meloloskan diri dari kejaran Nancarrow. Dia takut naik ke tebing." "Dan barangkali kita juga menemukan apa yang membuat orang-orang Indian itu menderita sakit," Jupe menambahkan. Mereka menghabiskan batang coklat masing-masing, lalu menyimpan kertas pembungkus dalam kantong jaket Mereka ingin melestarikan alam dengan tidak membuang sampah secara sembarangan. Lembah kini telah diselimuti kegelapan. Bintang-bintang nampak bergemerlapan di langit malam. Perlahan-lahan bulan purnama muncul di atas punggung bukit Dengan tenaga sudah hampir terkuras habis, kedua sahabat itu melanjutkan perjalanan di bawah cahaya bulan. Kadang-kadang mereka

http://inzomnia.wapka.mobi

harus mengitari semak belukar serta batu-batu besar sebelum kembali ke tepi sungai. Setelah berjalan sekitar setengah mil, Jupe dan Pete terpaksa mengambil jalan putar untuk menghindari daerah rawa-rawa, dan akhirnya sampai di tebing yang membatasi lembah. Tiba-tiba Bob berhenti. Bulu kuduknya berdiri. "Ada apa?" tanya Jupe dengan suara tertahan. Tanpa berkata apa-apa Bob menunjuk ke depan. Sekitar 10 meter di depan mereka ada sesuatu berwarna putih yang memantulkan cahaya bulan. Jantung Jupe berdetak dengan kencang. "Apakah... apakah itu..." Bob tergagap-gagap. Bahu-membahu mereka melangkah maju. Pantulan cahaya di depan mereka semakin meluas. Berkas-berkas cahaya lemah menembus semaksemak. Jupe dan Bob berhenti. Bob nampak ketakutan. Jupe mengumpulkan seluruh keberaniannya, namun ia pun gemetar. Di depan kaki mereka ada sebuah tulang panjang berwarna keperakperakan. "Tulang apa ini?" Bob berbisik. "Ini tulang kering," ujar Jupe. "Tulang kering orang dewasa. Sepertinya kita telah menemukan tempat pemakaman orang-orang Indian." "Sebenarnya aku jauh lebih suka kalau kita tidak menemukannya," Bob berkata dengan sungguh-sungguh. "Tulang-belulang ini pasti diobrakabrik oleh tanah longsor. Berapa banyak jumlahnya menurutmu?" Tulang-belulang itu berserakan pada tumpukan tanah yang jatuh dari tebing di sebelah kirinya. Beberapa tulang nampak menancap di tanah. "Itu tulang kering yang satu lagi," ujar Jupe sambil menunjuk. "Dan di sana ada tulang paha, beberapa tulang iga, dan sebagian tulang belakang." Tulang-belulang itu nampak berpendar di bawah sinar bulan purnama. "Kelihatannya seperti kerangka yang lengkap." "Dan itu tengkoraknya!" kata Bob. "Ih, menyeramkan."

http://inzomnia.wapka.mobi

Dua lubang hitam, yang dulu pernah berisi sepasang mata, menghadap ke arah kedua detektif muda. Lubang yang lebih kecil merupakan bekas hidung. Mulut tengkorak itu kelihatan seperti meringis. "Tunggu dulu!" Jupe tiba-tiba berkata. Ia memungut sebuah benda yang nampak berkilau-kilau. Benda itu adalah sebuah gesper perak dengan batu berwarna turkis. Bob memperhatikannya sambil mengerutkan kening. "Persis ikat pinggang yang dipakai Daniel," katanya. "Mungkin milik pamannya," Jupe berkomentar sambil memasukkan gesper itu ke dalam kantong jaket "Tapi pamannya baru menghilang selama sebulan. Sedangkan tulangbelulang ini..." "Jangan lupa, di sini masih banyak binatang liar." Jupe menatap tengkorak di depan mereka, ia telah berhasil mengatasi rasa takutnya. Kini ia malah merasa sedih, sangat sedih. "Coba lihat ini!" ia menunjuk sebuah lubang kecil pada tempurung kepala. "Lubang peluru?" "Yah," Jupe menjawab dengan lesu. "Kelihatannya orang ini meninggal karena dibunuh." *** Pete berjalan menembus malam yang dingin. Langkah-langkahnya semakin berat Karena tidak kuat lagi, ia akhirnya meninggalkan jalan tanah dan mencari tempat untuk bermalam. Dengan tubuh terbungkus selimut, ia membaringkan diri di atas tumpukan daun cemara. Tiba-tiba Pete mendengar suara truk mendekat. Ia segera bangkit kembali. Sayangnya kendaraan-kendaraan berat itu menuju ke arah yang salah -kembali ke pegunungan dari mana ia datang. Dengan kecewa Pete duduk lagi. ia melihat dua truk lewat di depannya. Para pengemudi hanya menyalakan lampu kecil. Aneh, pikir Pete ketika ia mulai diserang kantuk, kenapa mereka tidak menyalakan lampu besar? Pete merasa seolah-olah baru saja tertidur ketika ia dibangunkan oleh suara kendaraan berat. Ia segera melirik jam digital yang melingkari pergelangan tangannya: tengah malam kurang beberapa menit.

http://inzomnia.wapka.mobi

Cepat-cepat ia berdiri. Kali ini truk-truk itu menuju ke arah yang tepatke arah jalan bebas hambatan... ke arah bantuan untuk Mr. Andrews, Bob, dan Jupe! "Stop!" ia berseru. "Stop!" Truk yang paling depan mengurangi kecepatan. Begitu juga truk yang menyusul di belakangnya. Penuh semangat Pete berlari ke arah truk pertama. Kendaraan berat itu langsung berhenti. Pintunya dibuka dari dalam. Pete segera menggenggam pegangan tangan dan menarik dirinya ke atas. Ia baru saja hendak mengucapkan terima kasih pada si pengemudi, ketika menyadari bahwa ada yang tidak beres. Laras senapan M-16 mengarah tepat pada dahinya. Pete mulai berkeringat dingin. Ia teringat pada kata-kata yang diucapkan oleh Jupe: M-16 merupakan senapan untuk berburu manusia. "Ayo, masuk!" si Pendek bernama Biff menggeram, ia nampak nyengir lebar. "Mana teman-temanmu, Bung?" *** Jupiter dan Bob memutuskan bahwa mereka harus beristirahat. Sambil membungkus badan dengan selimut, kedua sahabat itu membaringkan diri di atas tumpukan pakis. Mereka tidak berani menyalakan api unggun, karena ada kemungkinan bahwa Nancarrow atau salah satu anak buahnya melihat cahaya yang terpancar. Menjelang subuh mereka bangun lagi, kemudian langsung meneruskan perjalanan. Perut keduanya terasa keroncongan, tetapi mereka sudah kehabisan bekal. Sambil menahan lapar mereka menatap tanamantanaman liar yang tumbuh di dekat sungai. Namun baik Jupe maupun Bob telah berkali-kali diperingatkan oleh Pete: Jangan sekali-sekali makan sesuatu yang belum pasti bisa dimakan. Malah kebetulan, Jupe menghibur diri. Aku toh harus mengurangi berat badan. Mereka terus berjalan pada tepi kanan sungai. Di sini tidak ada jalan setapak, sehingga mereka hanya bisa maju pelan-pelan. Mereka melewati sumber air panas yang mengeluarkan bau belerang yang

http://inzomnia.wapka.mobi

menusuk hidung. Beberapa kali mereka menemukan lapisan berwarna abu-abu atau genangan oli yang mengambang pada permukaan sungai. Akhirnya Jupe dan Bob mencapai puncak sebuah bukit. Mereka berhenti sejenak, sambil merasakan nikmatnya sukses pertama. Mereka telah menca-j pai ujung lembah, yang dibatasi oleh punggung bukit. Sungai yang mereka susuri sejak pagi mengalir lewat ngarai sempit. "Hei, di sana ada jalan!" ujar Bob, sambil memutar topi pet yang dikenakannya ke belakang. Jalan tanah yang dimaksud Bob juga melewati ngarai sempit yang membelah punggung bukit di depan mereka. "Jalan itu sama sekali tidak mirip dengan jalan kehutanan yang digambarkan oleh Mary Grayleaf," Jupe berkomentar kemudian. "Ya, tidak ada mirip-miripnya sama sekali," ujar Bob. Mereka menyeberangi sungai. Tiba-tiba saja bau busuk memenuhi udara di sekeliling mereka. Bob dan Jupe menahan napas, lalu menatap ke bawah. Sesuatu berwarna hitam yang nampak seperti ter telah terkumpul di pinggir sungai. Tanaman-tanaman di sekitar kelihatan layu. Kedua sahabat itu mengamati air yang keruh. Lapisan minyak pada permukaannya nampak berwarna-warni seperti pelangi. Cepat-cepat Jupe dan Bob naik ke darat. "Kelihatannya seperti aspal, atau minyak, atau mungkin malah keduaduanya," kata Bob. "Dan baunya minta ampun." "Baunya mirip dengan cairan busuk yang kaubuat waktu praktikum kimia," ujar Bob sambil nyengir. "Asal tahu saja," balas Jupe dengan kesal, "cairan itu merupakan hasil akhir dari eksperimen termo-reaktif yang rumit." Namun kemudian ia ketawa. "Kau masih ingat tampang Mr. Perry waktu cairan itu meledak dan menyembur sampai ke langit-langit?" Sambil ketawa-ketawa mereka menuju ke jalan tanah di depan. Ternyata mereka menemukan sejumlah jejak kendaraan berat.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jejak truk," kata Bob. ia berjongkok dan memungut puntung rokok yang persis seperti puntung rokok yang ditemukan Jupe sebelumnya. Jupe mengangguk dengan geram. "Rupanya di sinilah tujuan akhir dari kiriman yang disinggung oleh Nancarrow." "Nancarrow Trucking Company! Mungkin ayahku ada di sekitar sini!" Bob dan Jupe memandang sungai yang telah tercemar, semak-semak, pohon-pohon, serta punggung bukit. Jalan tanah di depan mereka nampak bercabang di kejauhan. Cabang jalan itu menghilang di balik pohon-pohon cemara. "Coba lihat ke sebelah sana," ujar Jupe. Di sebelah kanan jalan tanah terdapat sejumlah gua pada tepi bukit. Beberapa pasang jejak ban menuju ke sana. Langsung saja Bob dan Jupe menghampiri gua-gua itu. Mereka menyusuri deretan mulut goa, tetapi bau yang keluar dari sana membuat mata mereka terasa seperti terbakar. Kedua anak itu terbatuk-batuk, lalu kembali ke gua pertama. "Yang ini masih agak mending dibandingkan yang lain," kata Jupe. Dengan mata setengah terpejam mereka mengintip ke gua yang paling dekat ke jalan tanah. "Aku melihat benda berbentuk kotak," ujar Bob. Mereka melangkah masuk, lalu berhenti sejenak untuk membiasakan diri dengan cahaya remang-remang. Sinar matahari mengalir masuk melalui mulut gua yang lebar. Akhirnya mereka mulai bisa melihat dengan jelas. Jupe segera memandang sekeliling. Di depannya ratusan drum tertumpuk-tumpuk. Jupe membaca label pada salah satu drum. "PCB," ia berkata. Bob membaca label yang lain. "Asam chlorida." Jupe melanjutkan, "Alkaline, lumpur belerang." Dengan mata terbelalak kedua sahabat itu bertukar pandang. "Limbah beracun!" Jupe akhirnya menyimpulkan. "Kita menemukan tempat pembuangan limbah beracun," ujar Bob.

http://inzomnia.wapka.mobi

Tiba-tiba keadaan dalam gua menjadi gelap. Mereka segera berbalik dan memandang ke mulut gua. Seorang pria berdiri di sana dan menghalangi jalan keluar. Jupe dan Bob terperangkap! 14. Bisnis Kotor "Jupiter! Bob!" orang di mulut gua itu berseru dengan marah. "Sedang apa kalian di sini?" Kedua detektif muda saling bertatapan. "Daniel?" Jupiter berkata dengan ragu-ragu. "Dari mana kau tahu bahwa kami ada di sini?" tanya Bob. Daniel semakin marah. "Keluar!" pemuda Indian itu berseru. "Kalian tidak boleh berada di sini. Ini Lembah Leluhur kami!" "Tidak!" balas Jupe. "Kau saja yang masuk ke sini. Kami akan menunjukkan apa yang membuat sukumu menderita sakit." Daniel nampak ragu-ragu. Namun kemudian ia melangkah ke dalam gua. "Matamu perlu waktu sebentar untuk membiasakan diri dengan keremangan di sini," ujar Jupe. "Aku harap kalian bisa menjelaskan semua ini," kata Daniel. "Tenang saja," jawab Jupe. ia menggiring pemuda Indian itu ke tumpukan drum. Di bagian belakang gua ternyata ada salah satu drum yang sudah bocor. Uap yang dihasilkan oleh cairan di dalamnya membuat mata terasa seperti terbakar. Cepat-cepat mereka menyingkir dan keluar dari gua. Kemudian Jupiter menjelaskan apa yang ada di dalam drum-drum itu. "Limbah beracun?" Daniel mengulangi seakan-akan tidak percaya. "Itukah yang meracuni air dan tanah kami?" "Lihat, matamu sudah merah lagi," ujar Bob. "Begitu juga mata kami." Daniel menatap kedua teman barunya. "Kalau begitu, air di truoc tidak bisa diminum. Dan ikan yang ada di dalamnya tidak bisa dimakan." "Binatang-binatang yang kalian buru di hutan juga minum air dari sungai ini," Bob mengingatkannya.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Keadaan di gua-gua yang lain bahkan lebih buruk lagi," Jupe bercerita. "Kami sama sekali tidak bisa masuk. Sepertinya gua-gua itu penuh dengan drum bocor." Daniel nampak geram. Ia memikirkan bahaya yang ditimbulkan oleh limbah beracun itu. Kemarahannya meledak. "Siapa yang berani mengotori Lembah Leluhur kami?" "Oliver Nancarrow," Jupe menjawab dengan singkat "Pemilik Nancarrow Trucking Company. Kau mengenalnya?" "Tentu saja," ujar Daniel. "Kepala kampung kami kadang-kadang bekerja untuk dia. Tapi Mr. Nancarrow selalu membantu desa kami.." "Dia sering datang ke sini," kata Bob. "Kalau Nancarrow menculik ayahku, di mana dia menahannya?" "Aku tidak tahu," Daniel berkata sambil mengangkat bahu. "Aku belum pernah mendatangi bagian Lembah Leluhur ini. Tapi aku yakin kita bisa melacak jejaknya-atau jejak Mr. Nancarrow." Ketika mereka menuju ke jalan tanah, Jupiter bertanya, "Jadi kau melacak jejak kami?" Daniel berjalan sambil membungkuk, ia mengamati bekas ban yang terlihat pada permukaan jalan. "Kakek mengizinkan aku untuk meninggalkan upacara tadi pagi," ia berkata sambil berhenti untuk mempelajari bekas ban yang paling baru. "Dia mengkhawatirkan keselamatan kalian. Aku pinjam mobil Bibi, lalu menemukan pick-up yang kalian pakai dalam keadaan ringsek. Telapak sepatu kalian bergerigi, sehingga meninggalkan jejak yang mudah diikuti. Pertama-tama hanya ada jejak kalian bertiga. Namun kemudian aku menemukan jejak sepatu lars. Ada tiga orang yang mengejar kalian. Kalian berusaha kabur, lalu berkelahi dua kali dengan orang-orang itu. Kemudian Pete memisahkan diri. Kelihatannya Pete berhasil lolos, tapi ketiga orang itu tetap mengejar kalian berdua." "Kau mengetahui itu semua hanya dengan mempelajari jejak sepatu?" Jupe bertanya sambil terheran-heran. "Aku dibesarkan di hutan ini," Daniel menjelaskan. "Dan Paman mengajarkan cara membaca jejak."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apakah kau juga bisa mengetahui siapa yang menyabot pick-up kami?" tanya Jupe. "Apaaa?!" Daniel berseru sambil membelalakkan mata. Jupe lalu bercerita mengenai baut pada pedal rem. Daniel menundukkan kepala. "Siapa yang tega melakukan sesuatu yang begitu mengerikan?" ia menatap Jupe dan Bob. "Aku gembira bahwa kalian masih hidup. Pete pasti pengemudi jempolan." Jupe dan Bob mengangguk. "Ehm..." Bob berkata sambil memandang ke arah Jupe. Jupe mengangguk sambil memasang tampang serius. Tak ada jalan untuk menghindari pertanyaan berikut. "Daniel, apakah kau mengenali benda ini?" ia bertanya dengan berat hati. Tangannya memegang gesper perak dengan batu berwarna turkis di tenqah-tengahnya. Tanpa berkala apa-apa Daniel mengambil gesper itu. Bentuknya hampir sama dengan gesper yang dikenakannya. "Ini milik Paman," pemuda Indian itu menjawab, lalu menatap Jupe. "Di mana kalian menemukan ini?" "Di samping kerangka manusia di dekat tebing," ujar Jupe. "Kau pasti melihat tulang-belulang itu waktu menuju ke sini." Daniel memejamkan mata dan mengangguk perlahan. "Sekarang aku tahu apa arti wahyu yang kuterima," ia berbisik kemudian. "'Di tempat yang benar, namun tanpa diberkati'. Tubuh pamanku sudah berada di Lembah Leluhur, namun jiwanya belum memperoleh berkat untuk melakukan perjalanan dari kehidupan ini ke kehidupan berikut." Ketiga pemuda itu terdiam untuk beberapa saat. "Apakah kau sempat mengamati tulang-belulang itu?" Jupe bertanya dengan lembut. "Tidak. Aku terburu-buru karena memikirkan kalian," ujar Daniel. "Kalau begitu masih ada satu berita buruk lagi yang harus kusampaikan padamu. Kami menemukan lubang peluru pada tengkorak itu." "Pamanku dibunuh?" tanya Daniel. ia nampak terpukul sekali. "Siapa? Kenapa?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Bob bercerita mengenai 'kecelakaan' yang dialami Mark McKeir, serta rencana Nancarrow untuk membunuh Mr. Andrews dan Trio Detektif. "Jadi kalian menduga bahwa Paman menemukan... ini?" Daniel bertanya sambil menunjuk deretan gua pada tebing. "Ada kemungkinan," kata Jupiter. Daniel merenung sejenak. "Waktu menjalankan upacara, Kakek mendapat pesan dari Sang Pencipta bahwa penyakit yang kami derita adalah akibat dari ulah seorang tukang sihir asing. Menurut Kakek, tukang sihir itu teramat serakah dan hanya bisa dihancurkan jika kita memberikan sesuatu yang diinginkannya." "Tukang sihir yang dimaksud kakekmu pasti Oliver Nancarrow," kata Jupe. "Tapi apa artinya: memberikan sesuatu yang diinginkannya?" Bob bertanya dengan heran. "Aku pun tidak tahu," balas Daniel, ia memasukkan gesper pamannya ke dalam kantong celana. "Sebaiknya kita mulai mencari jawabannya." ia menunjuk sepasang jejak ban lebar pada permukaan jalan tanah. "Ini bekas ban dari karavan milik Mr. Nancarrow," ia berkata. Kemudian ia mulai mengikuti jejak itu. Bob dan Jupe segera menyusul. Mereka terka-gum-kagum pada kemampuan membaca jejak yang dimiliki Daniel. Jejak-jejak yang tak jelas pada debu jalanan bisa bercerita panjang lebar pada pemuda Indian itu. Mereka menyusuri jalan tanah sambil setengah berlari. Dalam waktu singkat bau yang keluar dari deretan gua mulai digantikan oleh bau cemara. Daniel berhenti. "Itu dia! Mobil karavan milik Mr. Nancarrow. Dia sering membawa kendaraan itu ke desa kami untuk membagi-bagikan hadiahmakanan, amunisi, mainan untuk anak-anak." Karavan mewah itu diparkir di suatu lapangan terbuka. Mobil itu tidak kelihatan dari deretan gua. Pohon-pohon besar melindunginya dari bau busuk di tempat itu. Daniel segera mendekat.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tunggu dulu!" Jupe berseru dengan suara tertahan. "Barangkali ada orang di dalamnya. Nancarrow dan anak buahnya masing-masing membawa senapan M-16." Daniel menunjuk bekas sepatu pada permukaan jalan. Jejak itu menuju ke arah karavan. "Kalian tahu siapa yang ada di sini?" Daniel bertanya. Jupe dan Bob menggeleng. "Pete! Yang lainnya pergi semua. Kalian lihat jejak-jejak itu?" Ia menunjuk beberapa bekas sepatu yang nampak menjauh dari karavan. "Mereka menangkap Pete!" Jupe berseru. Kedua detektif muda menatap Daniel. Secara mendadak kecemasan mereka jadi berlipat ganda. "Ayo, kita ke sana," kata Daniel. "Kita harus waspada!" Jupe mengingatkan. "Nancarrow mungkin berada di sekitar sini." Sambil membungkuk dan tanpa bersuara, ketiga pemuda itu menghampiri karavan. Kemudian mereka mengintip dengan hati-hati. Di dalam kendaraan itu ada dua orang. Pete diikat pada kursi makan. Di sampingnya ada satu orang lagi yang juga dalam keadaan terikat. "Ayah!" Bob memekik. 15. Perangkap Maut Jupe dan Bob melepaskan kain yang menyumbat mulut Mr. Andrews dan Pete. "Ayah baik-baik saja?" Bob langsung bertanya. Mr. Andrews menganggukkan kepala. Luka pada keningnya masih membengkak. Ia memerlukan perawatan dokter. Bob berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan segera mencari dokter-jika mereka bisa lolos dari sini. "Bagaimana kau bisa sampai ke sini, Pete?" Jupe bertanya sambil membuka tali yang mengikat lengan Pete. Sahabatnya itu tampak lelah sekali.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku capek dan bodoh dan tertangkap oleh Biff," Pete menerangkan dengan singkat. "Si Cebol itu ternyata tahu jalan potong lewat hutan. Dia lebih dulu sampai ke jalan, lalu naik mobil." Begitu bebas, Mr. Andrews dan Pete berdiri dan menggerak-gerakkan kaki dan tangan. "Terima kasih, Bung," Mr. Andrews berkata dengan gembira ketika mengambil topi petnya dari kepala Bob. "Kembali," ujar Bob sambil nyengir lebar, ia lega sekali karena sudah berhasil membebaskan ayahnya. Kemudian ia memperkenalkan Daniel. Dalam beberapa menit saja Pete sudah mulai pulih. Ia langsung menuju ke lemari es di bagian belakang karavan. "Aku hampir mati kelaparan," katanya, lalu mengeluarkan selai kacang, roti, dan sebotol orange-juice. Semuanya makan dengan lahap. Mr. Andrews mencoba berjalan sambil berpegangan pada sandaran kursi serta rak-rak yang terpasang pada dinding karavan. "Syukurlah kalian semua dalam keadaan sehat-sehat," ia berkata. "Tolong ceritakan apa saja yang telah terjadi sejak saya ditahan di sini." Bob segera melaporkan petualangan mereka selama dua hari terakhir. "Mark McKeir sudah mati, Ayah," Bob mengakhiri laporannya. "Dia dibunuh oleh Nancarrow." "Saya rasa Biff yang melakukannya," ujar Mr. Andrews. "Dia mencium bahwa ada yang tidak beres, lalu membuntuti Mark. Sementara itu George menyabot sistem elektrik di pesawat untuk melenyapkan saya. Dia memasang bahan peledak khusus pada kabel-kabel listrik di dekat mesin." "Kemungkinan besar dia juga memasang detonator elektronik," Jupe menduga-duga sambil mengunyah. "Dengan demikian Nancarrow bisa meledakkan bom mini itu dari bawah." Mr. Andrews mengangguk. "Nancarrow memang ingin agar pesawat kita jatuh di suatu tempat di mana dia bisa memastikan kematian saya. Dan seandainya saya selamat, maka dia bisa menanyakan siapa saja yang mengetahui bahwa saya pergi ke Diamond Lake. Ketika mendengar bahwa masih ada orang lain dalam pesawat-yaitu kalian bertiga-

http://inzomnia.wapka.mobi

Nancarrow langsung panik. Dia menjalankan bisnis kotor yang menghasilkan setengah juta dollar per tahun, dan tidak ingin kehilangan sumber penghasilan itu." "Saya tidak pernah menyangka bahwa orang bisa mendapat keuntungan sebesar itu dengan menyimpan limbah beracun secara ilegal," Pete berkomentar keheranan. "Begitulah kenyataannya," ujar Mr. Andrews. "Padahal usaha yang dijalankan Nancarrow masih termasuk kelas teri. Di seluruh Amerika ada banyak perusahaan yang dikenakan denda oleh Badan Perlindungan Alam. Penanganan limbah beracun secara legal memerlukan biaya besar. Karena itu perusahaan-perusahaan tertentu mau melakukan apa saja asal bisa menekan pengeluaran. Baru beberapa minggu yang lalu, BPA menangkap seorang pengusaha yang membuang cairan beracun ke gorong-gorong di Los Angeles." "Astaga!" Jupiter berseru sambil membelalakkan mata. "Berarti ada kemungkinan bahwa air tanah juga telah terkena pencemaran." "Tepat sekali," ujar Mr. Andrews. "Setelah kejadian itu terungkap, saya ditugaskan untuk mengadakan penyelidikan untuk menyiapkan artikel mengenai limbah beracun. Tidak lama kemudian Mark McKeir menelepon ke kantor, dan minta untuk bertemu dengan seorang wartawan. Mulamula dia begitu ketakutan, sehingga tidak bersedia menyebutkan namanya. Dia hanya memberitahu saya bahwa dia bekerja di sebuah bengkel mobil, dan bahwa pemilik bengkel itu menekan pengeluarannya dengan mengupah seorang pengusaha angkutan untuk menangani semua limbah yang ada-oli rem, oli transmisi, oli mesin, dan sebagainya. Ketika si pemilik bengkel tidak mau menghentikan perbuatannya, dan bahkan mengancam untuk memecat McKeir, McKeir mengikuti si pengusaha angkutan-yaitu Oliver Nancarrow-lalu menemukan usaha sampingannya. Mark McKeir adalah seorang warganegara yang baik. Dia ingin agar pembuangan limbah beracun secara ilegal dipublikasikan. Dengan demikian masyarakat luas akan menyadari bahaya limbah tersebut. Karena itulah dia akhirnya bersedia untuk menemui saya."

http://inzomnia.wapka.mobi

Daniel bersandaran pada pintu. Sejak tadi ia mendengarkan cerita Mr. Andrews tanpa berkomentar. "Mereka menghancurkan lembah kami," ia kini berkata. "Tanah, air, binatang-binatang, bahkan udara yang kami hirup. Mereka membuat kami sakit, dan mungkin juga membunuh paman saya." "Pihak pemerintah mempunyai tenaga-tenaga ahli yang akan menangani limbah beracun di lembah ini," kata Mr. Andrews. "Dan saya turut berduka cita atas kematian pamanmu. Mereka tidak pernah membicarakan dia, sehingga saya tidak tahu apa yang terjadi." Jupe pindah ke bagian depan karavan, lalu duduk di kursi sopir. "Mr. Andrews, apakah informasi yang Anda kumpulkan sudah cukup untuk menulis sebuah artikel?" "Lumayan," ujar Mr. Andrews. "Nancarrow menyimpan dokumendokumen penting di meja kerja ini. Saya tinggal membaca semuanya. Nancarrow rupanya menggunakan karavan ini sebagai kantor. Dia selalu berpindah-pindah tempat, sehingga sukar ditangkap." "Kalau begitu kita kabur saja dari sini," kata Pete. "Dan kita bawa kantor ini sekaligus. Ayo Jupe, pindah ke sebelah." Ia menuju ke depan. "Biar aku yang pegang setir." "Jangan, saya saja!" ujar Mr. Andrews. "Anda masih cedera, Mr. Andrews," kata Pete. "Pete benar, Ayah," Bob menambahkan. "Saya tidak apa-apa," kata Mr. Andrews. Tiba-tiba ia berhenti dan memegangi kepala, ia merasa pusing sekali. Ia berpegangan pada sandaran kursi, lalu duduk. "Kelihatannya kalian benar," ia akhirnya mengakui. "Kunci mobilnya tidak ada," kata Jupe. "Mr. Andrews, apakah Anda tahu di mana Nancarrow menyimpan kuncinya?" "Mungkin Nancarrow membawanya." Ketiga detektif muda langsung patah semangat. "Oke," Pete akhirnya berkata. "Kalau begitu saya terpaksa mengutakatik kabei sampai mesinnya mau menyala." ia menuju ke pintu.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tunggu dulu!" Kata Daniel tiba-tiba, penuh wibawa. Pemuda Indian itu berdiri seperti patung, persis seperti di hutan ketika Pete menyergapnya. Ia memejamkan mata. "Beberapa orang sedang menuju ke sini," ia berkata dengan yakin. Cepat-cepat semuanya berjongkok, lalu mengintip ke luar jendela. Daniel benar. Mereka melihat gerakan di antara pohon-pohon di sekeliling lapangan. Kadang-kadang ada berkas cahaya yang terpantul oleh logam senapan. "Kita masuk perangkap!" Jupiter berbisik, panik. Yang lainnya hanya bisa menelan ludah. "Itu Nancarrow!" Bob tiba-tiba berbisik. "Dan itu temannya yang haus darah," Pete menambahkan. "Kita harus berhati-hati terhadap Biff," Bob berkata dengan gelisah. "Orang itu benar-benar berbahaya." "Lho, Kepala Kampung kami ada bersama mereka," kata Daniel terheranheran. "Juga Ike Ladysmith." "Ike Ladysmith bekerja untuk Amos Turner?" tanya Jupe. Ia mengenali laki-laki kurus itu sebagai orang yang memberi isyarat pada Mary bahwa pick-up si Kepala Kampung sudah siap dipakai. "Kadang-kadang," jawab Daniel. "Lihat! Paman Kepala Kampung dan Ike membawa walkie-talkie. Dan senapan baru. Aku baru tahu bahwa di desa kami ada orang dengan perlengkapan sehebat itu! Kepala Kampung kami adalah pemburu ulung. Sebuah senapan berburu merupakan hadiah yang paling cocok untuknya." "Senapan Ruger 10/22," Jupe mengenali senjata-senjata itu. Gntuk sesaat ia dikuasai rasa panik. Bagaimana mereka bisa meloloskan diri, jika mereka dikelilingi oleh senapan-senapan dengan daya tembak yang luar biasa? "Mary sempat bercerita bahwa Kepala Kampung kalian sering membelikan barang-barang untuk orang-orang di desamu," Bob menambahkan. "Barang-barang mahal, seperti suku cadang mesin mobil. Lalu masih ada mobilnya yang baru. Barangkali ia dibayar oleh Nancarrow supaya tutup mulut mengenai tempat ini."

http://inzomnia.wapka.mobi

Daniel langsung mengerutkan kening. "Tidak mungkin!" ia memprotes. "Paman Kepala Kampung adalah laki-laki terhormat. Dia tidak mungkin merusak kesucian Lembah Leluhur." Suasana di dalam karavan terasa mencekam. Dan kemarahan Daniel semakin menambah ketegangan. "Kita berada dalam posisi terjepit," kata Mr. Andrews secara diplomatis, "tapi saya sependapat dengan Daniel. Kita tidak punya bukti yang memberatkan si Kepala Kampung ataupun Ike Ladysmith." "Kalau begitu siapa yang menyabot rem di pick-up yang kami pakai? tanya Pete. Daniel menatapnya untuk sejenak, kemudian mengalihkan pandangan. "Aku tidak tahu," ia berkata dengan nada menyesal. "Hmm," Jupe bergumam, ia kembali menuju kursi sopir. "Satu hal sudah pasti. Kita harus cari jalan untuk keluar dari sini-secepatnya." "Barangkali ada senjata di sini," ujar Pete sambil memeriksa sebuah lemari. "Lupakan saja," kata Mr. Andrews. "Nancarrow tidak pernah melepaskan senapannya. Kita harus cari jalan lain." Tangan Jupe meraba-raba bagian bawah dashboard. "Bibi Mathilda selalu mengingatkan saya agar bersiap-siap terhadap segala kemungkinan. Nancarrow pasti juga bersikap seperti itu, terutama kalau dia menggunakan karavan ini sebagai kantor.... Aha!" Jupe menarik tangannya, lalu memperlihatkan sebuah kotak magnetik. Kotak seperti itu sering digunakan untuk menyimpan kunci cadangan. Gntuk sejenak ketegangan di dalam karavan agak berkurang. Sambil tersenyum dengan puas, Jupe menyerahkan kotak itu pada Pete. Pete segera duduk di kursi sopir. "Oke, Pete," Mr. Andrews berkata, ia duduk kembali. "Buktikan bahwa kau memang pengemudi jempolan. Tancap terus, meskipun mereka menembak ban mobil. Pokoknya jangan berhenti! Kita harus mencapai Diamond Lake!" Bob segera menoleh ke arah ayahnya. Mr. Andrews jarang memperlihatkan rasa takut. Tapi kali ini ia menyadari bahwa

http://inzomnia.wapka.mobi

keselamatan mereka tergantung pada keterampilan Pete sebagai pengemudi. Pete mengangguk. "Semuanya tiarap. Cari tempat untuk berpegangan!" Mr. Andrews, Bob, Jupe, dan Daniel segera membaringkan diri di lantai. Dalam hati Bob bertanya-tanya apakah ia akan bertemu lagi dengan Jennifer, atau Amy, atau Debbie... Jupe menelan ludah, lalu mulai berdoa. Pete menarik napas panjang, kemudian memutar kunci kontak. Mesin mobil segera menyala. 16. Bertarung Melawan Tukang Sihir Karavan itu mulai menggelinding. Pete menyetir sambil membungkukkan badan. Dalam sekejap saja mereka telah meninggalkan lapangan. Pete sempat melihat bahwa Oliver Nancarrow nampak terkejut. Kemudian peluru-peluru mulai berdesingan. Butir-butir timah panas menembus dinding karavan, lalu keluar lewat dinding seberang. "Bagaimana keadaan di belakang?" teriak Pete. "Aman!!" empat suara menyahut. Kaca depan pecah diterjang peluru. Pete terus tancap gas, dan menuju ke jalan tanah yang menjauh dari lapangan. Si Kepala Kampung muncul di samping Oliver Nancarrow. ia nampak berbicara dengan sengit. Nancarrow mendengarnya, lalu memberi isyarat pada yang lain agar berhenti menembak. Kemudian ia mengatakan sesuatu melalui walkie-talkie. Ketika karavan yang dikemudikan Pete melewatinya dengan kecepatan tinggi, Nancarrow melakukan sesuatu yang aneh-ia tersenyum sinis sambil memperhatikan kendaraan itu. Pete tidak mengerti apa sebabnya. Mereka sedang melarikan diri. Tapi kenapa Nancarrow malah tersenyum? "Mereka membiarkan kita lolos!" Pete berseru pada rekan-rekannya. Karavan itu melaju dengan kencang. Pete menekan pedal gas sebatas keberaniannya. Jalan yang mereka lewati berkelok-kelok, sehingga ia

http://inzomnia.wapka.mobi

hanya bisa melihat 25 meter ke depan. Karavan itu sempat oleng, dan menyerempet dahan-dahan pohon. Kemudian ia menyadari kenapa Nancarrow bersikap tenang-tenang saja. Pete segera menginjak rem. "Ada apa?" seseorang bertanya dari belakang. Di depan mereka ada sebuah truk besar milik Nancarrow Trucking Company. Kendaraan berat itu berhenti melintang di jalan. Rupanya George atau orang lain hendak membawa kiriman baru. Pete tidak mungkin menghindari truk itu. "Kita terperangkap!" Pete memekik. Karavan itu berhenti secara mendadak. George muncul dari balik truk. Senapan M-16 yang disandangnya mengarah pada Pete. Keempat penumpang segera berdiri dan melihat ke luar. "Sekarang apa yang akan kita lakukan?" Bob mendesah. Jupe mulai menggigit-gigit bibir. "Ayo, keluar!" George berteriak. "Aku akan membiarkan kalian hiduptapi hanya karena permintaan Bos!" "Sebentar lagi Nancarrow dan yang lain sudah sampai di sini," Mr. Andrews berkata dengan waswas. "Aku punya ide," ujar Jupe tiba-tiba. "Aku akan mengalihkan perhatian George. Sementara itu kalian bisa kabur ke semak-semak." "Cepat!" George kembali berteriak. "Hati-hati!" Mr. Andrews mengingatkan. Jupe mengangguk, ia menggenggam pegangan pintu, lalu berhenti sejenak. Setelah menarik napas dalam-dalam, ia membuka pintu, ia memegangi kepala, dan berlagak kesakitan. "Ohhh," Jupe mengerang sambil melangkah keluar. "Ohhh, sakitnya!" ia terhuyung-huyung ke arah George. George mengerutkan kening, ia nampak curiga. Laras senapannya terus diarahkan pada Jupe. "Tolong!" Jupe berseru. "Saya belum mau mati!" "Jangan mendekat!" teriak George.

http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe melambaikan tangan, dan secara "tidak sengaja" menepis moncong M-16 di tangan George. "Tolong!" Dengan putus asa ia menerjang pria bersenjata itu. "Brengsek!" Pete melompat keluar lewat pintu sopir, ia disusul oleh Bob, Mr. Andrews, dan Daniel. Jupe dan George sama-sama terjatuh. Tapi Jupe berada di atas. "Lepaskan saya, Gendut!" George berteriak sambil berusaha membebaskan diri dari himpitan tubuh Jupe. "Awas! Mereka mau kabur lagi!" Nancarrow berseru dari jauh. "Hentikan mereka!" Nancarrow dan anak buahnya berlari mendekat. Jupiter segera bangkit. Bob dan Mr. Andrews bergegas ke arah hutan. Pete berlari ke arah jalan yang keluar dari lembah. Daniel menghampiri truk lain milik Nancarrow. Dan Jupe berusaha menyusul Pete. Tetapi ia dikejar oleh si Kepala Kampung. Langkah orang Indian itu jauh lebih panjang dibandingkan langkah Jupe. Karena sadar bahwa ia tak mungkin lolos, Jupe pun berganti taktik, ia membelok dan berlari ke arah deretan gua. Sebuah ide terlintas di kepalanya, ia teringat bahwa kepala kampung itu sempat marah-marah di depan Nancarrow. Jupe memasuki gua pertama. Si Kepala Kampung hanya beberapa meter di belakangnya. "Ayo, keluar!" Amos Turner berkata dengan marah, ia berdiri di mulut gua. "Kau sudah cukup banyak membuat onar di sini. Seharusnya kau tidak boleh berada di Lembah Leluhur!" "Bagaimana dengan Nancarrow dan anak buahnya?" balas Jupe. "Mereka membantu orang-orang kami! Sang Pencipta pasti bisa mengerti. Kami menjalani kehidupan yang berat. Sejak Mr. Nancarrow menyewa ujung lembah ini, segala sesuatu menjadi lebih baik." "Dan penyakit yang kalian derita?" "Itu tidak ada hubungannya dengan Mr. Nancarrow!" Amos Turner berkeras. "Ayo, keluar!"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Coba perhatikan drum-drum ini," Jupe berkata tanpa mempedulikan perintah si Kepala Kampung. "Anda bisa mencium bau busuk di dalam gua? Drum-drum ini berisi limbah beracun!" Si Kepala Kampung memperhatikan tumpukan drum di depannya. Kemudian ia menggeleng. "Mr. Nancarrow mengatakan bahwa ia menyimpan bahan peledak di sini. Saya bertugas untuk melaporkan kedatangan setiap orang asing di daerah ini. Mr. Nancarrow punya banyak saingan. Mereka bersedia melakukan apa saja untuk menjatuhkannya. Karena itulah dia minta agar saya merahasiakan guagua ini. Kalau dia juga menyimpan barang lain di sini, maka itu urusan dia sendiri." Amos Turner terdiam sejenak, kemudian menambahkan, "Gang sewa yang kami peroleh dari Mr. Nancarrow sangat penting bagi desa kami. Gang itu meringankan beban yang harus kami pikul." "Tapi limbah beracun ini justru membuat kalian sakit!" Si Kepala Kampung melewati Jupe, kemudian membidikkan senapannya ke punggung detektif muda itu. "Ayo, jalan!" ia memerintah. "Nancarrow-lah tukang sihir yang dimaksud oleh Shaman," Jupiter terus berusaha meyakinkan orang Indian itu. "Dan saya tidak percaya bahwa Anda benar-benar akan menembak saya." Sejenak si Kepala Kampung nampak ragu-ragu. Kemudian ia kembali membidikkan senapan berburunya ke arah Jupe. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia lalu menggiring pemuda itu ke tempat Nancarrow menunggu. Ike Ladysmith dengan sabar mengikuti Mr. Andrews dan Bob ke dalam hutan. Dalam waktu tidak terlalu lama ia pasti akan menemukan mereka. Pete dan Biff bertarung di dekat sungai. Pete belum berhasil merebut M-16 dari tangan laki-laki itu. "Daniel!" si Kepala Kampung memanggil. Daniel sedang berusaha untuk menyalakan mesin truk. Tapi George keburu membuka pintu dan menodongnya dengan senapan M-16. "Daniel, hentikan kebodohanmu!" Amos Turner berseru. "Ayo, ke sini!" Jupe menyadari bahwa ia dan rekan-rekannya terperangkap. Kini hanya masalah waktu sampai Nancarrow memerintahkan untuk menembak Mr.

http://inzomnia.wapka.mobi

Andrews dan yang lainnya. Nancarrow sudah tidak punya alasan untuk membiarkan mereka hidup lebih lama lagi. Tanpa gangguan dari mereka, Nancarrow bisa terus mencemari lembah ini. Sementara orang-orang Indian akan terus mencari tukang sihir asing dengan sia-sia. Mereka hanya bisa mengadakan upacara, sambil mengharap agar Sang Pencipta menurunkan wahyuNya. Wahyu! Seusai menjalankan upacara, Shaman telah menceritakan wahyu yang diterimanya pada Daniel: tukang sihir asing itu hanya bisa dihancurkan jika kita memberikan sesuatu yang diinginkannya! Jupiter memandang sekeliling. Jika memang Nancarrow tukang sihir yang dimaksud, maka yang diinginkannya adalah menangkap mereka semua. Jupe merenung sejenak. Perlahan-lahan sebuah ide terbentuk di kepalanya. Risikonya besar... namun mereka tidak punya pilihan lain. "Daniel! Pete! Bob! Mr. Andrews!" Jupe memanggil. "Percuma saja kita mengadakan perlawanan. Sebaiknya menyerah saja!" "Tidak!" teriak Pete. Pada saat yang sama Biff menghantamkan popor senapannya ke perut Pete. "Tidak!" teriak Daniel. Namun kemudian ia menyadari bahwa M-16 di tangan George terarah pada jantungnya. Ike Ladysmith menerjang semak belukar. Ketika muncul lagi, ia menggenggam kerah baju Mr. Andrews. Bob berdiri di sampingnya. "Ayo!" Jupe mendesak. "Kita tidak punya pilihan selain menyerah." Dengan heran, dan sambil menahan geram, mereka menuju ke tengah lapangan. Anak buah Nancarrow menyusul. "Anda pasti tahu bahwa Nancarrow akan membunuh kami," Jupe berkata pada Amos Turner. "Mr. Nancarrow hanya akan mengusir kalian dari sini," si Kepala Kampung menanggapinya dengan dingin, ia masih beranggapan bahwa Jupe hanya mengada-ada. "Apakah Anda tahu bahwa rem pada mobil yang kami pinjam telah disabot oleh seseorang?" Jupe kembali bertanya.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa?" Amos Turner bertanya dengan kaget. "Saya memang lihat bahwa mobil kalian telah menabrak tebing, tapi saya tidak..." ia mulai kelihatan ragu-ragu. Ketika semuanya berkumpul di tengah lapangan, Jupiter menunjuk ikat pinggang yang dikenakan Daniel. "Selain Daniel masih ada lagi yang memakai ikat pinggang seperti itu?" ia bertanya pada si Kepala Kampung. "Pamannya," orang Indian itu menjawab. Daniel mengeluarkan gesper pamannya dari kantonq baju, lalu menyerahkannya pada si Kepala Kampung. "Jupiter menemukan gesper ini tergeletak di samping tulang-belulang manusia. Tengkoraknya ditembus peluru." Biff terperanjat Ia langsung berpaling pada Nancarrow dan berteriak. "Aku kan sudah bilang bahwa mereka sebaiknya dibunuh saja-seperti Indian tua itu!" Biff mulai berlari ke arah truk. "Berhenti, Pengecut!" Nancarrow berseru. Sebelum Nancarrow sempat bergerak, si Kepala Kampung sudah membidikkan senapannya. Suara tembakan terdengar menggema. Senapan Biff terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah. Pete segera mengejar laki-laki itu. Si Kepala Kampung membalik. Kini bidikannya terarah pada Nancarrow. "Jangan!" Nancarrow memohon. Ia menjatuhkan senapannya, lalu bergerak mundur. "Kalian membunuh sepupu saya!" si Kepala Kampung membentak Oliver Nancarrow sambil menghampiri penjahat yang ketakutan itu. "Dan sekarang kalian ingin membunuh orang-orang yang tidak bersalah ini!" Nancarrow membungkuk. Si Kepala Kampung segera melayangkan tinju ke wajah Nancarrow. Untuk sedetik Nancarrow nampak bengong. Kemudian ia memejamkan mata dan jatuh pingsan. Bob segera melancarkan serangan. Tendangan karatenya mendarat telak pada dagu George. Bob berputar, lalu menendang sekali lagi. George pun ambruk tanpa sempat mengadakan perlawanan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Pete menggenggam lengan Biff. Si Pendek kehilangan keseimbangan, dan Pete melumpuhkannya dengan pukulan mae hiji-ate ke arah dada. "Jangan! Jangan!" Biff meraung-raung, ia mengangkat kedua tangannya untuk melindungi wajah. Pete menatapnya dengan jijik, lalu menggiringnya kembali ke tengah lapangan. "Saya berhutang budi pada kalian," ujar Amos Turner. "Sukar bagi saya untuk percaya bahwa Mr. Nancarrow ternyata berhati busuk." "Dia memang cerdik sekali," Mr. Andrews mengakui. "Dengan memberikan hadiah-hadiah untuk desa Anda, dia berhasil menghapus segala kecurigaan." "Sebenarnya Anda harus berterima kasih pada Shaman," kata Jupe, lalu menjelaskan bagaimana ia dibantu oleh wahyu yang diterima orang tua itu. Daniel memandang sekeliling. "Hei, aku tidak melihat Ike!" katanya. "Di mana bajingan itu?" Ike ternyata telah memanfaatkan suasana kacau-balau untuk melarikan diri ke dalam hutan. "Dia pasti dibayar oleh Nancarrow," si Kepala Kampung berkata pada Daniel. "Kelihatannya Ike yang menyabot rem pick-up saya. Dia nyaris mencelakakan ketiga temanmu." "Dia tidak boleh melarikan diri!" Daniel berseru. "Saya akan menemukannya," si Kepala Kampung menjawab dengan pasti. "Tapi sekarang kita harus mengikat Nancarrow dan kedua anak buahnya. Kita masukkan mereka ke dalam truk, lalu..." "Ke dalam karavan saja," Mr. Andrews memotong. "Di dalam mobil itu ada dokumen-dokumen penting yang harus ditunjukkan pada polisi." "Baiklah," si Kepala Kampung berkata sambil mengangguk. "Kita pakai karavan saja. Daniel akan menemani Anda. Dia akan menunjukkan jalan ke kantor polisi." "Tapi bagaimana dengan Ike?" tanya Pete. "Kami punya polisi sendiri," si Kepala Kampung berkata. "Paman adalah kepala polisi kami," Daniel menjelaskan.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Perjanjian antara kami dengan pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa kami berhak menangani kejahatan yang terjadi di kalangan kami sendiri," kata Amos Turner. "Kami juga berhak mengadili para pelanggar hukum." "Kakek menjabat sebagai hakim," Daniel menambahkan. Mereka mengikat Nancarrow dan kedua tukang pukulnya. Ketiga bajingan itu dimasukkan ke dalam karavan. Amos Turner lalu meminggirkan truk besar yang menghalangi jalan. Ketika Pete mengarahkan karavan ke jalan kehutanan, si Kepala Kampung melambaikan tangan. Senyum lebar menghiasi wajahnya. ia melompat ke samping, kemudian menghilang di hutan. *** Daniel menunjukkan jalan menuju Diamond Lake. Mereka melewati rute yang digambarkan oleh saudara perempuannya. Ketika menuju ke pusat kota wisata itu, mereka melewati kolam renang, lapangan golf, beberapa lapangan tennis, orang-orang berpakaian koboi yang sedang naik kuda, pencinta alam yang membawa ransel berwarnawarni, pejalan kaki berpakaian olahraga, pondok-pondok mungil, serta hotel-hotel mewah. Sebuah pesawat jet pribadi baru saja mendarat di lapangan terbang. "Akhirnya berhasil juga," Pete mendesah dengan lega. "Aku sudah hampir mati kelaparan!" Jupe berkomentar. "Saya butuh telepon," kata Mr. Andrews, "dan kamar hotel dengan kamar mandi." "Dan perawatan dokter," Bob menambahkan sambil tersenyum. Tiga gadis muda nampak tertarik oleh senyum Bob. Mereka segera bersuit-suit sambil melambaikan tangan. Daniel nampak terheran-heran. "Apa tidak kebalik?" ia bertanya dengan polos. "Wah, aku tidak bisa bilang apa-apa," ujar Bob sambil tetap memamerkan giginya yang putih. Pete langsung melepaskan kemudi, ia membalik dan melemparkan sebuah bantal ke arah Bob.

http://inzomnia.wapka.mobi

Jupe segera menghimpit sahabatnya itu. "Sang Shaman bisa membantumu, Bob," Daniel berkata dengan sungguhsungguh. "Dia bisa menggunakan kekuatan gaibnya untuk membebaskanmu dari beban yang disebabkan oleh daya tarik yang kaumiliki..." "Jangan, jangan! Stop!" Bob berseru sambil ketawa. "Jupe! Lepaskan aku! Berat badanmu memang turun selama beberapa hari terakhir, tapi kau tetap saja bisa membuatku gepeng. Tolong! Aku akan mencarikan teman kencan untuk kalian semua!" "Oke," ujar Jupe sambil berdiri. "Nanti akan kuceritakan kasus ini secara lengkap. Aku yakin gadis-gadis itu tertarik pada sejarah pembentukan sierra. Ngomong-ngomong, apakah kalian tahu bahwa kata sierra berasal dari bahasa Spanyol dan berarti barisan pegunungan? Jadi. istilah 'pegunungan sierra' yang lazim disebut oleh orang-orang, sebenarnya berarti 'pegunungan barisan pegunungan'..." Semuanya mendesah panjang ketika Pete membelok ke kantor polisi Diamond Lake. TAMAT Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Das könnte Ihnen auch gefallen