Sie sind auf Seite 1von 8

2.

2 Lingkungan sistem komunikasi bergerak


Mekanisme propagasi gelombang sangat ditentukan oleh frekuensi gelombang yang
dipancarkan serta lingkungan propagasi yang dilalui seperti pepohonan, perumahan
gedung bukit ataupun gunung. Akibat adanya variasi lingkungan tersebut maka lintasan
gelombang transmisi antara pemancar dan penerima akan bervariasi dari lintasan
langsung (line of sight) sampai lintasan tak langsung akibat dipantulkan maupun
dihamburkan gelombang tersebut.
2.2.1 Propagasi gelombang dalam lingkungan bergerak
Secara umum, rugi-rugi lintasan propagasi akan meningkat tidak hanya disebabkan oleh
semakin tingginya frekuensi gelombang radio yang digunakan namun juga berbanding
lurus dengan peningkatan jarak antara pemancar dan penerima.
Jika suatu BS dengan ketinggian antena 30 m 100 m serta ketinggian antena mobil unit
kira-kira 3 m dan jarak antara BS dengan mobil unit dengan BS tersebut 2 km atau lebih,
maka sudut datang gelombang langsung dan gelombang pantul akan sangat kecil seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah. Sudut datang dari gelombang langsung yang disebut
juga sudut elevasi,
1
, sedangkan sudut datang dari gelombang pantul adalah
2
. Dengan
model diatas maka redaman lintasan propagasi sekitar 40 dB/dec.
Pada lingkungan radio bergerak sesungguhnya, slope redaman lintasan propagasi
dinyatakan sebagai berikut :
C R
-

= R
-

(2.1)
C : daya yang diterima
R : jarak antara pemancar dan penerima
: konstanta
: tetapan redaman propagasi, berharga antara 2 5
Persamaan (2.1) diatas dapat dinyatakan dalam skala dB, yaitu :
C = 10log - 10log R (dB) (2.1a)
2.2.2 Prakiraan rugi-rugi lintasan propagasi
Dalam lingkungan komunikasi radio bergerak keadaan akan berbeda-beda seperti
keadaan bentuk bangunan, perubahan cuaca dan perubahan keadaan pepohonan
mengakibatkan prakiraan rugi-rugi propagasi menjadi sulit.
Untuk menghitung prakiraan rugi-rugi propagasi lingkungan radio bergerak terdapat
berbagai model perhitungan baik model teoritis maupun model empiris yang dapat
digunakan sebagai acuan. Salah satu model yang dapat digunakan adalah rumusan Hatta
yang merupakan pengembangan matematis dari model empiris yang dikemukakan oleh
Y. Okumura. Metode prakiraan yang digunakan adalah rumusan Hatta yang merupakan
pengembangan matematis dari model empiris yang dikemukakan Y. Okumura. Model ini
paling sering digunakan dan sudah dianggap sebagai standart pengukuran untuk
menghitung prakiraan rugi-rugi propagasi, karena dapat diterapkan tidak hanya untuk
lintasan radio pada daerah urban, namun juga untuk jenis daerah yang lain.
Untuk memudahkan penerapan model empiris dari Y. Okumura ini, maka Hatta membuat
suatu rumusan matematis untuk lebih memperjelas informasi grafis pada model empiris
Y. Okumura. Rumusan Hatta ini hanya dapat diterapkan untuk daerah yang memiliki
permukaan rata.
Rumusan matematis Hatta untuk memperkirakan redaman pada setiap jenis lingkaran
adalah sebagai berikut :
- Untuk daerah urban (kota) :
L
50
(urban) (dB) =69,55+26,16log f
c
-13,82log h
te
-a(h
re
)+(44,9-6,55log h
te
)log d (2.2)
dimana : f
c
(frekuensi yang digunakan) : 150 - 1500 MHz (2.2)
h
te
(tinggi efektif antena transmiter) : 30 - 200 m
h
re
(tinggi efektif antena receiver) : 1 - 10 m
d (jarak transmiter - receiver) : dalam km
a : faktor koreksi untuk tinggi efektif antena
- Untuk kota kecil dan sedang faktor koreksinya adalah :
a(h
re
) = (1,1log f
c
-0,7)h
re
- (1,56 log f
c
- 0,8) dB . (2.2a)
sedangkan untuk kota besar faktor koreksinya adalah :
a(h
re
) = 8,29(log 1,54h
re
)
2
-1,1 dB untuk f
c
300 MHz ... (2.2b)
a(h
re
) = 3,2(log 11,75h
re
)
2
- 4,97 dB untuk f
c
300 MHz
- Untuk daerah suburban :
L
50
(dB) = L
50
(urban) - 2[log(f
c
/28)]
2
- 5,4 .. (2.3)
- Untuk daerah open rural (desa) :
L
50
(dB) = L
50
(urban) - 4,78log(f
c
)
2
- 18,33log f
c
- 40,98 (2.4)
2.2.3 Konsep perhitungan jari-jari sel
Pada kenyataannya jari-jari setiap sel memiliki radius sel yang tidak sama, hal ini
disebabkan oleh lingkungan serta permukaan propagasi yang heterogen. Namun jika
diasumsikan bahwa lingkungan serta permukaan propagasi adalah homogen maka akan
diperoleh daerah cakupan (coverage) sel yang berbentuk lingkaran dengan radius
tertentu. Batas cakupan sel merupakan jarak terjauh dari BS dimana kuat medan yang
terukur didaerah tersebut berada pada batas minimum yang diinginkan.
Untuk menghitung radius sel diperlukan besaran-besaran sebagai berikut :
1. Redaman minimum
Redaman minimum merupakan hasil konversi dari kuat medan minimum yang
dihitung dengan persamaan (2.5) atau dalam satuan dBm dapat dihitung dengan
persamaan (2.6). Kuat medan minimum untuk sistem seluler tidaklah sama tergantung
pada jenis seluler yang digunakan :
1
1
1
]
1

microvolt 1
meter 1
potensial .
log 20 /
Teg
m V dB
(2.5)
1
1
]
1

) (
10 . 76168 , 1 10
log 20
4
20
MHz Freq
x
dBm
V dB
(2.6)
2. Effective Radiated Power (ERP) dari pemancar
Nilai ERP pemancar dapat dihitung jika diketahui parameter-parameter pemancar dari
BS, yaitu :
- Daya pemancar (dBm)
- Panjang kabel dari BS ke pemancar (m)
- Rugi-rugi kabel (dB/m)
- Rugi-rugi sambungan (dB)
- Gain antena pemancar (dB)
3. Prakiraan redaman lintasan propagasi dengan rumusan Okumura Hatta
Prakiraan redaman propagasi ini dapat dihitung jika diketahui parameter-parameter
sebagai berikut :
- Jenis lingkungan
- Frekuensi kerja (150 1500 MHz)
- Tinggi efektif antena BS (30 200 m)
- Tinggi efektif antena mobil unit (1 10 m)
Persamaan yang digunakan kemudian adalah :
Prakiraan redaman Hatta = ERP pemancar Redaman minimum (2.7)
Dari persamaan diatas jari-jari sel (R) dapat diperoleh dengan menghitung jarak antara
mobil unit dengan BS (d) yang terkandung dalam prakiraan redaman Hatta dalam satuan
kilometer.
3.2.1 Model perhitungan parameter cell breathing dengan kontrol daya sinyal pilot
Penentuan parameter-parameter :
- Bandwidth, W = 1,25 MHz
- Data bit rate, Rb = 9,600 bps
- Threshold Eb/No, = 5 7 dB
- Background thermal noise, = - 166 dBm
- Daya pancar maksimal mobil unit, Tx power max = 23 dBm
- Tinggi efektif antena BS, ht = 75 m
- Tinggi efektif antena mobil unit, hr = 1,5 m
- Frekuensi kerja, fc = 900 MHz
diasumsikan untuk daerah urban dan antena yang digunakan adalah omnidirectional.
Parameter diatas digunakan untuk menghitung :
1. Perhitungan radius sel
Perhitungan radius sel dapat dilakukan dengan menggunakan 3 faktor utama, yaitu :
Daya pilot yang dipancarkan oleh pemancar BS
Perbandingan daya sinyal pilot maksimal dan minimal adalah sebesar 18% dari
daya total yang dipancarkan untuk keadaan sel dengan jumlah user padat dan 28%
dari daya total BS saat sel tidak terbebani oleh user dalam jumlah yang besar.
Besar daya sinyal pilot yang dipancarkan oleh BS ini akan menentukan daerah
cakupan efektif dari sebuah sel.
Redaman lintasan propagasi
Redaman lintasan propagasi yang dihitung berdasarkan rumusan Hatta seperti
yang ditunjukkan pada persamaan (2.2) dan (2.2a) membutuhkan parameter-
parameter sebagai berikut.
- Frekuensi kerja
- Ketinggian antena BS
- Ketinggian antena mobil unit
Close loop power control
Dalam sistem komunikasi bergerak CDMA terdapat dua teknik power kontrol
yang digunakan pada reverse link yaitu,
1. Open loop power control
Pada open loop power control mobil unit akan memperkirakan besarnya rugi
lintasan propagasi dengan mengukur besar daya sinyal yang diterima.
Hubungan antara daya sinyal yang diterima dengan yang dipancarkan oleh
mobil unit dapat dituliskan sebagi berikut :
Rx Power, dBm + Tx Power, dBm = -73 dB (3.1)
Jika daya sinyal yang diterima oleh mobil unit meningkat maka daya yang
dipancarkan oleh mobil unit akan turun agar persamaan diatas tetap terpenuhi.
Sebagai contoh misalnya daya sinyal yang diterima oleh mobil unit adalah
90 dBm maka daya yang dipancarkan oleh mobil unit adalah dBm, sehingga
semakin dekat jarak antara mobil unit dengan BS maka semakin kecil daya
yang akan dipancarkan.
2. Close loop power control
Dalam close loop power control yang digunakan patokan adalah perbandingan
nilai dari Eb/No pada sel dengan nilai set point Eb/No. Jika Eb/No yang
diukur pada sel diatas nilai set point Eb/No maka perintah down akan
dikirim oleh BS dan sebaliknya akan mengirimkan perintah up jika nilai
Eb/No dibawah nilai set point Eb/No. Sehingga mobil unit akan menaikkan
atau menurunkan daya yang dipancarkan sesuai perintah yang dikirim oleh
BS.
Contoh perhitungan untuk mencari radius sel CDMA :
1. Menghitung Rx power (dB)
Sesuai dengan ponsel yang dikeluarkan oleh Qualcomm yaitu model QCP-800 untuk
sistem IS-95 daya maksimum yang mampu dipancarkan oleh mobil unit adalah 200
mw (23 dBm), sehingga daya sinyal yang diterima oleh mobil unit pada suatu tempat
yang mana mobil unit tersebut harus memancarkan daya maksimumnya adalah :
Rx power mobil unit (dB) + Tx power mobil unit (dBm) = - 73 dB
Rx power mobil unit (dB) = - 73 dB 23 dBm = - 96 dBm
2. Menghitung rugi-rugi lintasan propagasi.
Misal daya sinyal pilot yang dipancarkan oleh BS adalah 3250 mWatt (35,12 dBm)
maka daya total yang dipancarkan oleh BS (Tx power BS) adalah : 18,12.10
3
mWatt
(42,582 dBm). Sedangkan path loss :
Tx power BS path loss = Rx power mobil unit
42,582 dBm path loss = - 96 dBm
path loss = 96 dBm 42,582 dB
= 138,582 dB
Dengan menggunakan hasil perhitungan yang diperoleh diatas yang disubstitusikan pada
persamaan (2.2) dan (2.2a) maka radius sel dapat dihitung :
a(hr) = (1,1log 900 0,7)1,5 (1,56log 900 0,8) = 0,01588 dB
path loss (dB) = 69,55 + 26,16log 900 13,83log 75 a(hr) + (44,9 6,95log 75)log d
138,582 dB = 120,885 + 31,868log d
log d = (138,582 120,885)/31,868
d = log
-1
0,555 = 3,59 km
Hasil perhitungan radius sel diatas merupakan radius sel maksimum. Dengan menetapkan
daya sinyal BS pada harga 3100 mWatt (34,914 dBm) sebagai nilai threshold sehingga
daya total yang dipancarkan oleh BS akan turun menjadi 17200 mWatt (42,36 dBm).
Dengan cara yang sama seperti diatas maka radius sel minimum dari sel adalah 3,535 km.
Radius sel minimum yang dipilih disesuaikan dengan kapasitas sel yang ingin diperoleh
serta bertujuan agar daerah overlapping antar sel tetap terjaga untuk melayani soft
handoff.
Perhitungan interferensi dari sel tetangga
Untuk menghitung besarnya interferensi yang diakibatkan oleh sel tetangga maka dapat
digunakan persamaan (2.20) dan gambar 2.7 untuk menentukan jarak antar BS. Daya
sinyal yang diterima pada BS dapat dihitung dengan cara :
- Sinyal pilot maksimum
Rx power BS = Tx power mobil unit path loss
= 23 dBm 138,582 dB
= - 115,582 dBm (2,7656677.10
-15
mWatt)
- Sinyal pilot minimum
Rx power BS = 23 dBm 138,36 dB
= -115,36 dBm (2,9185.10
-15
mWatt)
Diasumsikan jumlah user pada setiap sel adalah 40 dan daya pilot yang dipancarkan oleh
setiap BS pada level daya yang sama yaitu 3100 mWatt maka daya sinyal yang diterima
oleh BS adalah 77,9136 dBm (1,6167.10
-11
Watt)
Dengan susunan sel seperti pada gambar 3.1 maka besarnya interferensi dalam satuan
watt yang terjadi pada sel 1 sesuai dengan persamaan (2.20) adalah :
- oleh sel 2 = 1,225.10
-11
- oleh sel 3 = 1,225.10
-11
- oleh sel 4 = 0,04079.10
-11
- oleh sel 5 = 0,025109.10
-11
- oleh sel 6 = 3,9806.10
-14
- oleh sel 7 = 3,38.10
-14
Sehingga besarnya interferensi yang terjadi pada sel 1 akibat sel tetangga adalah :
2,252326.10
-11
Watt.
Perhitungan Eb/No
Nilai Eb/No dari tiap user pada masing-masing sel dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.24) dan dengan memperhitungkan voice activity factor (berharga 0,5 untuk
seluler) maka persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
( )
S
I
S
N
R
W
No
Eb
+

,
_

) 1 (
(3.2)
Dengan menggunakan hasil-hasil perhitungan diatas serta nilai dari processing gain
adalah 130,2 dan nilai dari background thermal noise () adalah 166dBm maka nilai
Eb/No pada sel 1 adalah :

,
_

,
_

11
11
11
11
10 . 6167 , 1
10 . 52326 , 2
10 . 6167 , 1
10 . 5736 , 1
5 , 0 ) 1 40 (
2 , 130
No
Eb
= 5,90903 (7,7156 dB)
Dengan threshold Eb/No () adalah 7 dB, maka ketika harga dari Eb/No suatu sel
dibawah dari harga threshold Eb/No maka daya sinyal pilot yang dipancarkan oleh BS
akan turun dan beberapa user akan melakukan handoff menuju sel dengan daya sinyal
pilot yang lebih tinggi. Selanjutnya harga dari Eb/No sel tersebut dihitung ulang kembali
termasuk interferensi yang ditimbulkan pada sel tetangga yang lainnya. Sinyal pilot
hanya diperkenankan turun hingga mencapai harga threshold sinyal pilot.
Perhitungan jumlah user yang di handoff
Untuk menghitung banyaknya jumlah user yang dihandoff pada sebuah sel menuju sel
tetangga dilakukan dengan cara sinyal pilot BS masing-masing sel CDMA. Handoff
hanya terjadi bila sinyal pilot pada suatu sel turun dan lebih kecil dibandingkan dengan
sinyal pilot sel tetangga. Pada saat keadaan ini user yang berada pada daerah overlapping
dipaksa melakukan handoff menuju sel tetangga dengan sinyal pilot yang lebih tinggi.
Misalkan jumlah user yang sedang aktif pada sel 1 mengakibatkan Eb/No user pada sel
tersebut dibawah nilai threshold Eb/No maka sinyal pilot yang dipancarkan BS sel 1 akan
turun dan akan memaksa user yang sedang berada didaerah overlapping untuk melakukan
handoff menuju sel 2 atau sel 3.
2.6 Konsep Cell Breathing
Pada sistem multisel CDMA kapasitas reverse link ditentukan oleh perbandingan energi
tiap bit informasi terhadap kerapatan noise Eb/No. Dengan Eb adalah energi dari tiap bit
informasi dan No adalah kerapatan spektrum daya noise termasuk noise thermal dan
interferensi co-channel yang disebabkan oleh mobil unit aktif yang berada pada sel yang
sama dan interferensi yang menentukan kualitas dari modulasi dan demodulasi. Sehingga
dalam sistem komunikasi terdapat harga minimum dari Eb/No yaitu , sebagai harga
threshold (ambang batas) dari Eb/No yang disyaratkan agar unjuk kerja sistem yang baik
tetap dapat terpenuhi.
Dalam operasionalnya pada sistem CDMA terdapat masalah optimasi cakupan karena
cakupan CDMA dapat mengembang dan menciut. Gejala ini dikenal dengan istilah
breathing yang diperlihatkan pada gambar dibawah. Pada kondisi normal dimana jumlah
kanal/pengguna sesuai dengan rancangan maka derau dari pengguna lain tidak terlalu
banyak.Tetapi pada saat jumlah kanal/pengguna meningkat pada beberapa sel, maka
derau dari kanal/pengguna juga akan meningkat sehingga power control akan
memerintahkan untuk menaikkan daya pancar untuk memperoleh Eb/No

yang diinginkan.
Gambar Perubahan besarnya sel karena peningkatan trafik.
Dengan meningkatkan daya derau dari kanal/pengguna lain, maka kanal/pengguna yang
lokasinya agak jauh dengan base station tentunya dapat kehabisan daya pancar (sudah
maksimum) yang kemudian tidak bisa mempertahankan Eb/No dan hubungan terputus.
Akibat dari ini, secara sistim dapat dilihat sebagai menciutnya cakupan suatu sel. Bila
beberapa sel yang berdampingan menciut maka daerah perbatasan antar sel tersebut
menjadi tidak tercakup (blankspot).
Untuk mengatasi hal ini maka secara operasional Eb/No yang digunakan pada
perencanaan adalah 3 - 6 dB lebih tinggi dari Eb/No minimum yang dipersyaratkan.
Dengan adanya margin tambahan ini, kapasitas kanal/pengguna per sel akan menurun.
Perhitungan margin akan semakin rumit apabila sel-nya kecil dan kanal/pengguna
bergerak relatif cepat, sehingga margin untuk setiap daerah dapat berbeda tergantung
pada trafik, tingkat mobilitas pengguna serta kemacetan lalu lintas mengingat banyak
terjadi komunikasi dilakukan pada saat lalu lintas macet.
2.6.1 Kapasitas kanal
Kapasitas sistem multisel CDMA yang ditunjukkan pada persamaan (2.24) akan
mencapai kapasitas maksimal jika harga Eb/No minimum, yang dapat dinyatakan
dengan:
( ) 1
) / (
+

,
_


S
I
S
No Eb
R
W
N
MIN
MAX

.. (2.32)
Persamaan diatas menunjukkan pada saat kapasitas sistem maksimal maka, harga Eb/No
akan mencapai harga minimum, dimana pada harga ini mobil unit dan decoder tidak akan
bekerja pada unjuk kerja yang baik. Dengan dicapainya kapasitas maksimum dari sistem
maka panggilan baru tidak akan dapat dilayani, sehingga dilihat dari sistem secara
keseluruhan sistem tidak dapat memberikan layanan secara maksimal. Namun jika sel
yang terbebani oleh jumlah mobil unit aktif yang tinggi dapat dipindahkan menuju sel
tetangga yang tidak terbebani dengan mobil unit dalam jumlah yang besar maka harga
Eb/No yang disyaratkan dapat dijaga. Sehingga panggilan baru lainnya dapat dilayani dan
dilihat secara keseluruhan sistem, kapasitas yang dilayani lebih optimum.
2.6.2 Pengaruh margin tambahan Eb/No dan sinyal pilot
Kapasitas sistem seluler CDMA yang dinyatakan pada persamaan (2.22) ditentukan oleh
harga SNR untuk tiap mobil unit dan procesing gain dari spread spectrum. Harga SNR
tertentu dibutuhkan untuk mencapai laju kesalahan bit tertentu yang tergantung pada
beberapa faktor seperti, forward error correction coding yang digunakan dan lingkungan
lintasan jamak dan fading, serta syarat error rate yang harus dipenuhi. Umumnya harga
SNR pada sistem seluler CDMA berkisar antara 3 dB 9 dB.
Dalam memilih harga dari Eb/No harus diperhatikan kapasitas kanal yang ingin dicapai
serta kualitas layanan yang akan diberikan pada pelanggan. Dengan mengacu pada
persamaan (2.22) dapat dilihat bahwa kapasitas sistem seluler CDMA semakin besar
dengan semakin menurunnya harga dari Eb/No disamping pengaruh harga procesing gain
dan interferensi yang muncul dari mobil unit yang lain. Namun harus tetap diperhatikan
bahwa harga Eb/No yang dipilih akan mempengaruhi unjuk kerja mobil unit.
Dengan asumsi untuk mendapatkan BER < 10
-3
untuk reverse link dapat dicapai dengan
harga Eb/No 5 (7 dB) dimana pada sistem digunakan modem yang efisisen,
convolutional code yang baik dan dua diversitas antena. Dengan harga Eb/No 5 (7 dB)
maka sistem multisel yang dapat dicapai adalah 27 kanal dengan asumsi tidak ada
interferensi dari sel lain serta mengabaikan background noise. Namun untuk memperoleh
kapasitas yang lebih besar maka dibutuhkan margin tambahan Eb/No. Dengan margin
tambahan Eb/No adalah 6,5 dB maka kapasitas yang dicapai adalah 30 kanal.
Dengan memberi margin tambahan seperti diatas maka kapasitas yang dicapai dapat lebih
tinggi. Pada saat dicapainya kapasitas maksimal sistem, dengan hanya memnerikan
margin tambahan seperti diatas maka panggilan baru tidak akan dapat dilayani sehingga
dilihat dari sistem secara keseluruhan kapasitas yang dicapai belum maksimal.
Untuk memperoleh kapasitas sistem keseluruhan yang lebih optimum maka dapat
dilakukan dengan pengontrolan daya sinyal pilot dari BS. Bila sel telah mencapai
kapasitas maksimumnya dan interferensi co-channel cukup mampu untuk menurunkan
harga Eb/No dibawah harga threshold, , yang ditetapkan pada saat perencanaan sistem,
maka BS akan menurunkan level daya dari sinyal pilot. Akibat mobil unit selalu
ditangani oleh BS dengan sinyal pilot yang lebih tinggi, maka mobil unit yang yang
berada pada perbatasan sel akan dipaksa untuk melakukan handoff menuju sel tetangga
yang tidak terbebani oleh jumlah mobil unit yang lebih besar dengan level daya sinyal
pilot yang lebih tinggi. Permintaan handoff merupakan prioritas yang lebih tinggi
dibandingkan untuk melayani panggilan baru selama harga Eb/No masih dibawah harga
threshold system. Daya sinyal pilot ini akan turun sampai level tertentu untuk
memastikan bahwa masih tetap terdapat daerah overlapping antar sel yang berguna saat
terjadinya soft handoff. Sinyal pilot akan meningkat kembali pada harga normalnya jika
hanya Eb/No telah lebih tinggi dari harga threshold.

Das könnte Ihnen auch gefallen