Sie sind auf Seite 1von 10

HUBUNGAN DERAJAT KEASAMAN AIR LUDAH TERHADAP TIMBULNYA KOMPLIKASI PENYAKIT GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA DIABETES

MELLITUS DI RS SARAS HUSADA PURWOREJO THE RELATIONS ACIDITY LEVEL OF THE SALIVA TOWARDS MOUTH AND TEETH DISEASE COMPLICATION IN DIABETES MELLITUS PATIENT IN RS SARAS HUSADA PURWOREJO Timi Soraya P.A1, Ratna Indriawati2 General Practitioner Medical Faculty, Muhammadiyah University of Yogyakarta ABSTRACT Diabetes mellitus is a chronic metabolism disease resulting from the insulin deficiency. This disease had the manifestation towards the patient mouth condition like caries, xerostomia, candidiasis, unstable teeth and gingivitis. One of his causes was the disturbance of the saliva secretion. The aim of this research is to identify relations acidity level of the saliva towards mouth and teeth disease complication in diabetes mellitus patient. The research was carried out in RS Saras Husada Purworejo for JulyDecember 2007 by using the cross sectional method. The sample in this research approximately 30 diabetes mellitus patient with age between 30 year-40 year. The data analysis using Chi-square test. The results of this research showed that the patient saliva pH in general are 6,96 with pH max 8,00 and the pH min 6,00. In the low acidity there are 8 patient and all of them suffered the teeth and mouth disease, whereas in the high acidity there are 14 people from 22 people who suffered the teeth and mouth disease. Obtained by the value X2 = 37,35 and p = 0,01. The conclusion from the data analysis that was received by significant relations statistically (p<0,05) between the acidity level of the saliva and mouth and teeth disease complication like caries, xerostomia, gingivitis, candidiasis and unstable teeth to the diabetes mellitus patient. Keywords: The acidity level of the saliva, mouth and teeth disease, diabetes mellitus 1. Student of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Yogyakarta 2. Lecture of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Yogyakarta

PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan (Waspadji, 2005). Banyak orang yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap penyakit ini, baik muda maupun tua. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit metabolisme kronik primer atau sekunder, akibat defisiensi insulin absolut atau relatif yang ditandai oleh hiperglikemia dan glukosuria (WHO, 1980 cit. Wiyono, 1981). Dari beberapa penelitian dikemukakan bahwa diabetes mellitus mempunyai manifestasi terhadap keadaan mulut penderita. Manifestasi pada mulut penderita berupa sialosis, xerostomia, kandidiasis, penyakit periodontal, kalkulus, gigi goyah, ginggivitis dengan perdarahan, dan resiko karies (Little, 1997 cit. Setyawati, 2000). Salah satu penyebab penyakit gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus adalah adanya gangguan sekresi (pengeluaran) saliva. Saliva merupakan cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar saliva didalam rongga mulut (Machfoedz dkk., 1993). Sifat saliva yang terpenting adalah membentuk lapisan berlendir yang dapat melindungi mukosa dari infeksi bakteri. Lapisan lendir mempunyai peran sebagai pertahanan untuk mengatur naik turunnya derajat keasaman (pH). Kepentingan saliva bagi kesehatan mulut, terutama terlihat bila terjadi gangguan sekresi saliva. Sekresi saliva yang menurun akan mengakibatkan kesukaran berbicara, mengunyah dan menelan (Amerongen dkk., 1991). Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara derajat keasaman air ludah terhadap timbulnya komplikasi penyakit gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus. METODE PENELITIAN Jenis penelitian Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS Saras Husada Purworejo, Jawa Tengah selama periode Juli sampai Desember 2007. Subyek Penelitian Populasi yang diteliti adalah orang yang menderita penyakit diabetes mellitus. Sedangkan sampel yang diteliti sebanyak 30 orang penderita diabetes mellitus.

Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah derajat keasaman (pH) air ludah pada penderita diabetes mellitus. Sedangkan variabel tergantung adalah komplikasi penyakit gigi dan mulut. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria inklusi: a) Laki-laki dan wanita b) Usia diantara 30-40 tahun c) Menderita penyakit diabetes mellitus d) Kadar gula darah (KGD) sewaktu > 200 mg/dl Kriteria eksklusi: a) Wanita dalam keadaan hamil b) Penderita yang sudah pulang c) Penderita yang tidak kooperatif selama penelitian dilakukan Cara Kerja 1. Tahap Persiapan Permintaan ijin institusi yang terkait, yaitu kepala RS Saras Husada Purworejo. Kemudian mencari sampel penderita diabetes mellitus yang masih dirawat. 2. Tahap Pelaksanaan Meminta ijin kepada keluarga pasien dan menjelaskan penelitian yang akan dilakukan serta meminta persetujuan pasien dengan mengajukan Informed Concent. Tahap Pengambilan Data Pengambilan air ludah penderita diabetes mellitus ke dalam tempat tampung urin. Pengukuran pH dilakukan di laboratorium dengan cara diukur dengan menggunakan kertas ukur pH. Kadar pH yang telah diukur dimasukkan ke dalam data dan kemudian dianalisis. Analisis Data Dari hasil yang diperoleh, data dianalisis menggunakan metode Chisquare untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara derajat keasaman (pH) air ludah dengan terjadinya penyakit gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus.

2.

3.

HASIL Tabel 1.Karakteristik Subyek Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. Variabel Sistole Diastole Kadar glukosa darah awal Kadar glukosa darah akhir pH saliva Minimum 100 mmHg 70 mmHg 325 mg% 93 mg% 6,00 Maksimum 145 mmHg 90 mmHg 440 mg% 267 mg% 8,00 Rata-rata 122,2 mmHg 81,4 mmHg 270,97 mg% 172,71 mg% 6,96

Tabel 2. Distribusi Subyek Berdasarkan Derajat Keasaman Air Ludah dengan Karies Derajat keasaman Rendah Tinggi Jumlah Sakit 8 (100%) 14 (63,6%) 22 Tidak sakit 0 (0%) 8 (36,4%) 8 Nilai X2 5,56 P value 0,04

Tabel 3. Distribusi Subyek Berdasarkan Derajat Keasaman Air Ludah dengan Xerostomia Derajat keasaman Rendah Tinggi Jumlah Sakit 8 (100%) 14 (63,6%) 22 Tidak sakit 0 (0%) 8 (36,4%) 8 Nilai X2 6,56 P value 0,01

Tabel 4. Distribusi Subyek Berdasarkan Derajat Keasaman Air Ludah dengan Ginggivitis Derajat keasaman Rendah Tinggi Jumlah Sakit 8 (100%) 0 (0%) 8 Tidak sakit 0 (0%) 22 (100%) 22 Nilai X2 37,35 P value 0,00

Tabel 5. Distribusi Subyek Berdasarkan Derajat Keasaman Air Ludah dengan Kandidiasis Derajat keasaman Rendah Tinggi Jumlah Sakit 8 (100%) 0 (0%) 8 Tidak sakit 0 (0%) 22 (100%) 22 Nilai X2 37,35 P value 0,00

Tabel 6. Distribusi Subyek Berdasarkan Derajat Keasaman Air Ludah dengan Gigi Goyah Derajat keasaman Rendah Tinggi Jumlah Sakit 0 (0%) 14 (63,6%) 14 Tidak sakit 8 (100%) 8 (36,4%) 16 Nilai X2 13,84 P value 0,01

PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara derajat keasaman air ludah terhadap timbulnya komplikasi penyakit gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus. Penyakit gigi dan mulut tersebut seperti karies, ginggivitis, kandidiasis, gigi goyah, dan xerostomia. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara derajat keasaman air ludah dengan terjadinya karies (Gambar.1). Hal ini kemungkinan karena bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat misalnya sukrosa dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam kurun waktu 1 3 menit sampai pH 4,5 5,0. Kemudian pH akan kembali normal sekitar pH 7 dalam waktu sekitar 30 60 menit, dan jika penurunan pH terjadi secara terus menerus akan menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini sangat disukai oleh Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp, yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies. Menurut penelitian Strepcoccus mutans berperan dalam permulaan (inisiasi) terjadinya karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies gigi (Anonimus, 2006). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara derajat keasaman air ludah dengan terjadinya xerostomia (Gambar.2). Hal ini kemungkinan akibat dari penurunan volume atau perubahan komposisi saliva (menjadi pekat, penurunan pH dan kehilangan komponen organik-inorganik) yang dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus. Penurunan volume ini diakibatkan oleh gangguan pada penyakit pada pusat ludah, saraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali elektrolit tubuh. Dapat juga disebabkan oleh hormon antagonistik yaitu hormon yang dapat menyebabkan efek berlawanan, contoh glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat rendah,

pankreas akan memproduksi glukagon untuk meningkatkan lagi. Kadar glukosa yang tinggi akan menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa tersebut (Anonimus, 2006). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara derajat keasaman air ludah dengan terjadinya ginggivitis (Gambar.3). Hal ini kemungkinan karena racun yang disebabkan atau dihasilkan bakteri yang menumpuk di gigi dan gusi yang terjadi karena ada lubang pada gigi hingga mengenai saraf gigi yang mana merupakan ciri utama manifestasi penyakit diabetes mellitus pada rongga mulut. Penderita diabetes mellitus tidak terkontrol pada umumnya mudah mengalami luka atau perdarahan saat menggosok gigi atau saat menggunakan benang gigi. Hal ini disebabkan karena pada penderita diabetes mellitus ditemukan pembengkakan lapisan epitel dari pembuluh darah gusi yang dapat menghalangi difusi oksigen. Selain itu, terjadi juga perubahan flora normal dari plak gigi yaitu berupa peningkatan jumlah bakteri-bakteri patogen yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit gusi. Penurunan fungsi dari salah satu sel darah putih (Poly Morpho Nuclear Cell/PMN) yang terjadi pada penderita diabetes mellitus juga diperkirakan dapat memperparah penyakit gusi yang ada (Anonimus, 2006). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara derajat keasaman air ludah dengan terjadinya kandidiasis (Gambar.4). Hal ini kemungkinan karena diabetes mellitus adalah suatu kelainan akibat gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) dan juga dapat meningkatkan kadar glukosa saliva. Glukosa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme termasuk Candida albicans. Salah satu infeksi yang paling sering mengenai mukosa mulut penderita diabetes mellitus adalah kandidiasis. Kandidiasis kronis dapat berkembang menjadi keganasan akibat ketidakmampuan atau retensi pankreas untuk memproduksi insulin yang dapat digunakan untuk menjaga kadar glukosa darah tetap dalam batas normal (Hernawati, 2004). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara derajat keasaman air ludah dengan terjadinya gigi goyah (Gambar.5). Hal ini kemungkinan disebabkan karena meningkatnya penyakit jaringan periodontal yang disertai adanya kerusakan pada jaringan periodontal tersebut. Diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya infeksi. Di dalam mulut penderita diabetes mellitus dapat meningkatkan jumlah bakteri-bakteri sehingga menyebabkan adanya kelainan pada jaringan periodontal dan bila berlanjut dapat menyebabkan gigi menjadi goyah. Pertahanan tubuh penderita diabetes mellitus lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat, sel-sel pertahanan tubuh seperti monosit, neutrofil dan makrofag, juga lemah fungsinya. Pada saat mulut mengalami radang dalam hal ini berfungsi periodontis sel-sel pertahanan tubuh akan mengeluarkan TNF (Tumor Necrosis Faktor). Menurut lembaga kesehatan AS, Mayo Clinic, protein ini berfungsi memobilisasi sel darah putih untuk melawan infeksi dan penyerangan lainnya. Sayangnya hal ini mengakibatkan terjadinya retensi insulin, karena tubuh jadi tidak mampu memanfaatkan insulin yang diproduksi pankreas (Anonimus, 2004).

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronik dan hereditas yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) dan pengeluaran glukosa dalam urin (glukosuria). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus mempunyai manifestasi terhadap keadaan mulut penderita. Daya tahan tubuh yang menurun pada penderita diabetes mellitus akan menyebabkan kelainan pada rongga mulutnya. Manifestasi pada mulut penderita berupa sialosis (pembesaran kelenjar ludah), xerostomia (rasa kering di mulut), kandidiasis, penyakit periodontal, kalkulus, gigi goyah, ginggivitis dengan perdarahan, dan resiko karies (Little, 1997 cit. Setyawati, 2000). Salah satu penyebab penyakit gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus adalah adanya gangguan sekresi (pengeluaran) air ludah (saliva). Saliva merupakan cairan dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva besar yaitu parotis, submandibularis, sublingualis, kelenjar saliva minor dan cairan ginggiva.. Saliva berfungsi sebagai pelicin sehingga makanan mudah ditelan, melindungi email karena adanya kalsium dalam saliva, pembersih mekanis karena dengan berkumur dan pengenceran oleh saliva, mikroorganisme kurang mempunyai kesempatan untuk berkoloni dengan rongga mulut (Amerongen et.al., 1991). Saliva juga berfungsi sebagai antibakteri dengan berbagai kandungan enzim-enzim yang terkandung didalamnya, seperti lisosim dan sialoperoksidase, mampu mencegah perlekatan bakteri dan virus pada permukaan gigi dan mukosa mulut. Menurut Sundoro (2005), disamping membantu pencernaan, pada umumnya fungsi saliva adalah fungsi protektif untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Sumawinata (2004) mengatakan, saliva juga berfungsi melindungi rongga mulut, mukosa dan gigi geligi melalui pembersihan mulut secara alamiah mengadakan remineralisasi dengan pembentukan acquired pellicle, antibakteri dan antivirus. Derajat asam dan kapasitas buffer disebabkan oleh susunan bikarbonat dengan kecepatan sekresi. Buffer saliva mampu menahan perubahan derajat asam (pH) didalam rongga mulut baik oleh makanan asam maupun yang dikeluarkan oleh mikroorganisme. pH normal saliva 6,4 sampai 6,9 (Amerongen et al., 1991). KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara derajat keasaman air ludah dengan timbulnya komplikasi penyakit gigi dan mulut seperti karies, xerostomia, ginggivitis, kandidiasis dan gigi goyah pada penderita diabetes mellitus. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran: 1. Penderita diabetes mellitus (DM) harus lebih hati-hati terhadap timbulnya penyakit gigi dan mulut karena perubahan derajat keasaman air ludah. 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan derajat keasaman air ludah terhadap timbulnya penyakit gigi dan mulut.

3.

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti penyebab timbulnya penyakit gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus (DM).

DAFTAR PUSTAKA 1. Amerongen, A.V.N, Michles, L.F.E., Roukema, P.A., & Veerman, E.C.I., 1991, Ludah dan Kelenjar Ludah (terj.), Gadjah Mada University Pres, Yogyakarta, h. 1,2,3,6,36,37,67,82 2. Beckingham. ABC of Disease of Liver, Pancreas and Biliary system. Gallstone, BMJ vol 322, 13 jan 2001 Bell DSH. Diabetic Cardiomiopathy: a Unique Entity or Complication of Coronary Artery Disease? Diabetes Care, 1995; 18; 708-14 Burket, L.W., 1971, Oral Medicine, Philadelphia, Toronto, W.B Saunders co., h. 462-471 Darmawan, A., 1990, Hubungan Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan Penyakit Jantung Koroner dan Kepentingannya di Klinik Gigi, Majalah Ilmiah kedokteran Gigi, FKG USAKTI, 13 : 45-48 Edgar, W.M., & Mullane, D.M.O., 1996, Saliva and Oral Health, Britis Dental Association, London, h. 1-11 Elliasson, B., Bjornsson, E., Urbanavacicius, V., et al. hyperinsulinemia Impairs gastrointestinal Motility and lows Carbohydrate Absorbtion. Deabetologia. 1995; 38; 79-85 Finney, L.S., Finney, M.O., & Gonzales-Compoy, J.M., What the Mouth has to Say about Dibetes, Careful Examinations can Avert Serious Complication. Postgard med, 1997; dec; 102 (6) : 117-126 Houwink, B., Dikrs, O.B., Cramwinckel, A.B., Crielaers, P.J.A., Dermaut, L.R., Eikjkman, M.A.J., et al., 1993, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan (terj.) Gadjah Mada University Pres, h. 105-126

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10. Kidd, E.A.M., & Joyton-Beckhal, 1992, Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, (terj.) EGC, Jakarta, h. 1-141 11. Machfoedz, I., & Zain, A.Y., 2005, Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut AnakAnak, Ibu Hamil, Fitramaya, Yogyakarta, h. 42-44 12. Manson, J.P., & Eley, N.m., 1993, Buku Ajar Periodonti, (terj.), I, Hipokrates, Jakarta, h. 1, 14,16, 24, 25, 42, 81, 86, 125, 127 13. Mashimo, H., May, R.J., & Goyal, R.K., Effects of Diabetes Mellitus on the Digestive System. In kahn, C.R, King, G.L, Moses, A.C., et al., (Eds), Joslin's Diabetes Mellitus., 4th ed, Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2005: 1069-1102 14. Mc Donald, R.E., & Avery, D.R., 2000, Dentistry For The Child and Adolescent, Mosby, St Louis Missouri, h. 239 15. Misra, R., Diabetes and Muskuloskeletal Manifetation, Indian Rheumatol Assoc, J., 2003: 11: 23 16. Moelanto, R.D., & Tanzil, A., 1987, Hipoglikemia pada Diabetes Mellitus, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 17. Prakash, U.B.S., Pulmonary Disease, In: Prakash UBS (ed) in: Mayo Internal medicine Board Review, 1998-99, 4th eds, Philadelphia, Lippincott-Raven Publishers, 1999: 792 18. Price, A., & Wilson, M., 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi VI, Balai Penerbit buku Kedokteran EGC 19. Rayner, C.K., Samson, M., Jones, K.L., & Horowitz, M., Relationships of Upper Gastrointestinal Motility and Glycemic Control in Diabetes, Diabetes Care, 2001; 24; 371 20. Setyawati, T., 2000, Pengelolaan kelainan Gigi dan Mulut pada Penderita Kompromis medik: Diabetes Mellitus, Journal Kedokteran Gigi, Jakarta, 7: 279-284

21. Sumawinata, N., 2004, Senarai Istilah Kedokteran Gigi Inggris-Indonesia, EGC, Jakarta, h. 162-163 22. Sundoro, H.E., 2005, Serba-Serbi Ilmu Konservasi Gigi, Universitas Indonesia, Jakarta, h. 61, 72, 73 23. Suyono, & Henry, 2006, Derajat Keasaaman Air Ludah pada Penderita Diabetes, RSUDDMS, Surakarta, Surakata, 24. Syaraswati, A.T., 1988, Aspek Psikologi Diabetes Mellitus, MKI Ikatan Dokter Indonesia, 1998, 38, 10: 483-487 25. Tarigan, R., 1990, Karies Gigi, Hipokrates, Jakarta, h. 1, 22 26. Tjokroprawiro, A., 1994, Diabetes Mellitus: klisifikasi, Diagnosis dan Terapi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 27. Waspadji, S, 2005. Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar & Pengelolaanya yang Rasional, Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, Imam Subekti (eds). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. 5 ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Pp 29-42. 28. Williams & Wilkins, 1991, Dental Health Education Theory and Practice, A Waverly Company, London, h. 19, 20 29. Wiyono, P., 1981, Diabetes Mellitus Usia Muda, Tinjauan Pustaka dan Laporan Kasus, Bagian llmu Penyakit Dalam FK UGM, Yogyakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen