Sie sind auf Seite 1von 12

1.

Dokter Sebagai Saksi Ahli Salah satu tugas pokok dari hukum acara pidana ialah untuk menentukan kebenaran material, yaitu kebenaran yang sesungguh-sungguhnya. Tugas itu tidaklah mudah bagi penyidik, penuntut umum, dan hakim yang tidak menyaksikan sendiri bagaimana proses berlangsungnya tindak pidana itu dan siapa yang menjadi pelakunya. Tugas yang amat berat itu harus dilaksanakan hanya dengan memanfaatkan saksi, terdakwa / tersangka dan barang bukti. Tidaklah sulit bagi penyidik, penuntut umum dan hakim untuk memeriksa saksi dan terdakwa agar mau memberikan keterangan yang sebenarnya, tetapi untuk menjadikan agar barang bukti dapat membantu mengungkapkan suatu tindak pidana , mereka akan mendapatkan kesulitan oleh sebab itu diperlukan jasa para ahli untuk mengungkapkan peristiwa pidana yang terjadi tersebut. Keterangan saksi berbeda dengan keterangan ahli, keterangan saksi diberikan berdasarkan pada hal yang dilihat, didengar atau dialami sendiri sedangkan pendapat atau sangkaan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan bukanlah merupakan keterangan saksi. Keterangan seorang ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.50 Namun demikian semua ketentuan yang berlaku untuk saksi yang tercantum dalam Bab 16 KUHAP juga berlaku untuk ahli termasuk dokter yang memberikan keterangan ahli. Pasal 185 KUHAP mengatur beberapa hal menyangkut saksi dalam hukum pidana antara lain : a. keterangan saksi ialah apa yang saksi nyatakan disidang pengadilan b. keterangan seorang saksi dapat dijadikan sebagai alat bukti apabila disertai alat bukti sah lainnya c. keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri dapat dipergunakan sebagai alat bukti apabila keterangan tersebut saling berhubungan d. syarat bagi hakim dalam memberikan penilaian atas keterangan saksi antara lain persesuaian keterangan yang diberikan diantara para saksi, cara hidup dan kesusilaan saksi e. keterangan saksi yang tidak disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah apabila keterangan saksi tersebut sesuai dengan keterangan saksi yang disumpah Keterangan saksi yang diperoleh dari orang lain atau testomonium de auditu tidak dikategorikan sebagai bentuk keterangan saksi.51

Menurut penjelasan KUHAP Pasal 1 angka 28 KUHAP menyatakan : Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan . Kriteria sebagai saksi ahli dalam hukum pidana misalnya ditentukan expert witness one who by reason of education or specialized experience possesses superior knowledge respecting a subject abaut which persons having noparticular training are incapable of forming an accurate opinion or deducing correct concissions. ( seseorang karena pendidikannya atau pengalaman khusus memiliki pengetahuan yang tinggi tentang suatu pokok masalah sehingga dapat membentuk pendapat yang tepat atau mengambil kesimpulan yang benar ).52 Disamping itu ada juga pengertian istilah yang memberi pengertiantentang menentukan saksi ahli sebagai a person is qualified t testify as an expert if he has special knowledge, skill, experience, training or education sufficient to qualify him as an expert on the subject to which his testimony relates. (seseorang dapat memberi keterangan sebagai saksi ahli jika ia mempunyai pengetahuan, keahlian, pengalaman, latihan atau pendidikan khusus yang memadai untuk memenuhi syarat-syarat sebagai seorang saksi tentang hal yang berkaitan dengan keterangannya).53

2.

Tata cara Pemanggilan Saksi Ahli Tata cara pemanggilan saksi ahli diatur dalam pasal 227 KUHAP, secara garis

besarnya adalah : 1. Semua jenis pemberitahuan atau panggilan oleh pihak yang berwenang disampaikan selambat-lambatnya tiga hari sebelum tanggal hadir yang ditentukan. 2. Petugas yang melaksanakan panggilan harus bertemu sendiri dan berbicara langsung dengan orang yang dipanggil. 3. Bila orang yang dipanggil tidak terdapat di salah satu tempat tinggalnya atau tempat kediamannya yang terakhir, surat panggilan disampaikan melalui Kepala Desa atau pejabat, dan jika di luar negeri melalui perwakilan Republik Indonesia di tempat dimana orang yang dipanggil tinggal.

3.

Persyaratan Sebagai Saksi Ahli Undang-undang memberikan batasan bahwa hakim dilarang mendengarkan orang-

orang tertentu sebagai saksi yaitu mereka yang oleh Undang-undang dianggap tidak mampu mutlak dan tidak mutlak relatif (Muhammad, 1992).

Yang mutlak tidak dapat didengar pendapatnya adalah karena memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan yang berperkara, sedangkan tidak mutlak relatif adalah orang yang belum memenuhi syarat-syarat tertentu karena belum cukup umur atau karena terganggu kesehatannya.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang saksi ahli adalah (Prakoso, 1987) : 1. Syarat obyektif. a. Sehat, dewasa, tidak dibawah perwalian, sebagaimana (pasal 171 KUHAPidana). b. Tidak boleh ada hubungan keluarga dengan terdakwa, baik pertalian darah atau karena perkawinan, dan bukan orang yang bekerja atau yang mendapat gaji dari terdakwa (pasal 168 KUHAPidana). 2. Syarat Formil Saksi ahli harus disumpah menurut aturan agamanya, untuk memberi keterangan yang sebenarnya, sebagai-mana diatur dalam pasal 120 ayat (2) KUHAPidana, pasal 179 ayat (2) KUHAPidana

4. Kewajiban dan Hak Sebagai Saksi Ahli Didasarkan KUHAP, saksi ahli memiliki kewajiban dan hak sebagai berikut: 1. Kewajiban : Menyadari akan pentingnya peranan dokter dalam membantu menyelesaikan perakara-perkara pidana maka pembuat undang-undang hukum acara pidana menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh dokter apabila ia dimintai bantuannya sebagai ahli. Dokter dapat dikenakan sanksi apabila ia tidak melaksanakan kewajiban tersebut tanpa alasan yang sah kewajiban-kewajiban itu adalah :61

a. Didasarkan pasal 159 ayat (2) KUHAPidana saksi ahli wajib menghadap ke persidangan setelah dipanggil dengan patut. Ketentuan yang mewajibkan dokter memberikan keterangan sebagai ahli apabila diminta, dapat dilihat pada Pasal 179 angka 1 KUHAP yang menyatakan : Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Ketentuan ini merupakan ketentuan yang berlaku pada tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan yang apabila dengan sengaja tidak dipatuhi oleh yang bersangkutan tanpa alasan yang sah dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 224 KUHP.

Alasan yang sah yang dapat menyebabkan dokter tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai ahli yaitu :62Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersamasama sebagai terdakwa. 1. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karenaperkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga. 2. suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersamasama sebagai terdakwa. Sebenarnya alasan-alasan itu diperuntukkan bagi saksi, tetapi karena ada ketentuan di dalam KUHAP yang menyatakan bahwa semua ketentuan untuk saksi berlaku bagi mereka yang memberikan keterangan ahli maka alasan-alasan tersebut berlaku pula bagi dokter.

Demikian juga ketentuan yang menyatakan bahwa mereka yang mempunyai alasan mengundurkan diri dapat memberikan keterangan di bawah sumpah apabila mereka menghendakinya dan penuntut umum serta terdakwa menyetujuinya. Tanpa persetujuan dari penuntut umum dan terdakwa, mereka hanya boleh memberikan keterangan tanpa sumpah.

Pada tingkat penyidikan dan penyidikan tambahan dokter juga mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai ahli apabila diminta. Ketentuan ini tertuang dalam Pasal 120 KUHAP yang berbunyi :63 1. Dalam hal penyidik menganggap perlu ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus 2. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dimana penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta. Sudah tentu dokter juga dapat dituntut berdasarkan pada Pasal 224 KUHP apabila dengan sengaja ia tidak memenuhi kewajiban tersebut. Adapun bunyi dari Pasal 224 KUHP adalah : Barang siapa yang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya diancam :

1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan. 2. dalam perkara lain dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

b. Didasarkan pasal 160 KUHA Pidana, saksi ahli wajib ber-sumpah menurut agamanya untuk memberi keterangan yang sebenarnya. Pada tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan, dokter wajib mengucapkan sumpah atau janji sebagai ahli sebelum ia memberikan keterangan dan juga sesudah memberikan keterangannya apabila dipandang perlu oleh hakim. Dalam hal dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji didepan penyidik sewaktu memberikan keterangan lisan, dokter tidak boleh disandera. Penyanderaan hanya dimungkinkan pada tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan dengan surat penetapan hakim ketua sidang.64

2. Hak sebagai saksi ahli : Didasarkan pasal 229 KUHAP, saksi ahli yang telah hadir berhak mendapat penggantian biaya menurut Undang-undang yang berlaku.

5.

Cara memberikan keterangan ahli. Apabila saksi ahli telah datang ke Pengadilan sesuai dengan tanggal pemanggilannya,

pertama-tama saksi ahli melaporkan kedatangannya kepada panitera pengadilan, lalu menunggu gilirannya untuk dipanggil memasuki ruang sidang. Di ruang sidang saksi ahli duduk berhadapan dengan hakim, dan setiap pertanyaan yang diajukan oleh jaksa, pengacara atau terdakwa kepada saksi ahli harus melalui hakim. Semua jawaban yang diberikan harus jelas, tidak berbelit, menggunakan bahasa Indonesia yang baik, mudah dipahami, hati-hati, sopan, dan sesuai batas profesi. (Baheram, 1995).

1. Dokter Sebagai Saksi Ahli Memberikan Keterangan Tentang Teori / Hipotesa Disini dokter hanya diminta keterangannya tentang teori / hipotesa sehubungan dengan adanya suatu masalah yang dapat dibuat lebih jelas melalui teori / hipotesa. Contohnya : a. Seorang bidan dituduh menggugurkan kandungan seorang wanita hamil dengan cara memberikan sesuatu obat. Dalam hal ini perlu di datangkan seorang dokter ahli yang akan memberikan keterangan apakah obat itu memang mempunyai efek menggugurkan atau tidak. b. Seorang dokter dituduh telah menyebabkan matinya seorang pasien. Dalam hal ini perlu didatangkan dokter ahli yang memberikan keterangan apakah prosedur

pengobatan berdasarkan teori yang benar atau tidak atau sudah memenuhi standar pengobatan atau belum.

2. Dokter Sebagai Saksi Ahli Memberikan Keterangan Tentang Suatu Objek Dalam hal ini, kepada dokter di sodorkan suatu objek untuk diperiksa kemudian melalui berbagai cara yang dibolehkan menurut KUHAP, hasil pemeriksaan itu (berupa analisa dan kesimpulan) disampaikan kepada pihak peminta. Objek-objek itu antara lain adalah :54

a. Objek Terdakwa Objek terdakwa perlu dimintakan keterangan kepada dokter sebagai ahli apabila ; 1). Terdakwa menunjukan tanda atau gejala kelainan jiwa. Dalam hal ini keterangan yang dibutuhkan dari dokter atas terdakwa untuk kepentingan peradilan adalah : 1. tentang ada tidaknya kelainan jiwa; 2. bila ada, apa jenis kelaian jiwa itu; 3. apakah dengan kelainan jiwa jenis itu terdakwa masih mampu bertanggung jawab atau tidak terhadap perbuatannya.

2) Terdakwa tidak diketahui dengan jelas umurnya, sehingga sulit menentukan status terdakwa, sebagai terdakwa anak-anak atau dewasa. Perlu diketahui bahwa tata cara mengadili terdakwa anak-anak berbeda dengan terdakwa dewasa. Disamping itu bila terdakwa anak-anak terbukti bersalah dapat diserahkan menjadi anak negara atau diserahkan kepada orang tuanya untuk dididik.

3) Terdakwa dicurigai menderita impotensi, sedangkan tindak pidana yang dituduhkan merupakan tindak pidana yang salah satu unsurnya adalah persetubuhan ( perkosaan, perzinahan dsb ) perlu diketahui bahwa seorang penderita impotensi tidak mungkin dapat melakukan persetubuhan, dengan demikian tidak mungkin ia dapat melakukan tindak pidana perkosaan atau perzinahan.

b. Objek Korban Objek korban terdiri atas korban mati dan korban hidup, selanjutnya korban mati terdiri atas bayi dan bukan bayi. 1. Objek mati bayi perlu dimintakan keterangan kepada dokter tentang :

a. apakah bayi itu viable ( mempunyai kemampuan hidup diluar kandungan ) atau tidak. b. apakah bayi lahir hidup atau mati. c. apakah kematiannya wajar ( karena penyakit ) atau tidak wajar, jika tidak wajar perlu ditentukan : 1. jenis lukanya. 2. jenis kekerasannya. 3. sebab kematiannya.

2 . Objek mati bukan bayi perlu dimintakan keterangan kepada dokter tentang : a. apakah kematiannya wajar karena penyakit atau tidak wajar b. jika tidak wajar perlu diketahui antara lain : 1. jenis lukanya. 2. jenis kekerasannya. 3. sebab kematiannya.

3. Mengenai objek korban hidup perlu dimintakan keterangan kepada dokter sbb : a. Dalam hal perkosaan perlu dimintakan keterangan tentang ada tidaknya tanda-tanda kekerasan. Bila ada perlu ditentukan : 1. jenis lukanya. 2. jenis kekerasannya. 3. kualifikasi / derajat lukanya.

b. Dalam hal korban hidup itu diduga korban persetubuhan mau sama mau di bawah umur, sedang korban itu tidak jelas umurnya, perlunya dimintakan keterangan dokter tentang umur korban. c. Dalam hal korban hidup itu korban luka-luka akibat penganiayaan, percobaan pembunuhan, peracunan dan sebagainya maka perlunya dimintakan keterangan kepada dokter itu ialah untuk mengetahui tentang : 1. jenis lukanya. 2. jenis kekerasannya. 3. kualifikasi / derajat lukanya. 4. Objek lain- lain

Termasuk objek lain-lain antara lain : 1. bercak darah / bercak yang diduga darah. 2. bercak mani / bercak yang diduga mani. 3. benda- benda atau jaringan-jaringan yang berasal atau diduga berasal dari tubuh manusia.

Objek lain-lain ini perlu dimintakan bantuan dokter sebagai ahli untuk ikut membantu menemukan kebenaran material. Di dalam Pasal 6 angka 2 Undang- Undang No.4 Tahun 2004 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman menyatakan : Tak seorang pun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapatkan keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.

Pengertian dari undang-undang ini adalah, bahwa untuk menjatuhkan hukuman kepada terdakwa yang di duga melakukan tindakan pidana maka terlebih dahulu hendaknya didapatkan bukti-bukti yang kuat sehingga hakim dapat menjatuhkan hukuman. Selanjutnya di dalam Pasal 183 KUHAP disebutkan bahwa : Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar- benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Atas dasar ketentuan itulah maka dapat disimpulkan bahwa :55 1. untuk dapat menjatuhkan pidana kepada terdakwa diperlukan keyakinan hakim. 2. .keyakinan hakim itu harus timbul dari alat bukti, paling sedikit dua alat bukti, keyakinan yang timbul karena hal-hal lain (misalnya melihat tampang, gerak-gerik, atau riwayat yang jelek dari terdakwa) tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk memidanakan seseorang.

Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah apakah dari dokter sebagai seorang ahli dapat berperan sebagai alat bukti? Tentu saja dalam hal ini tergantung dari cara dokter dalam memberikan keterangannya, apabila persyaratan yang diperlukan dipenuhi maka keterangan dokter tersebut dapat berperan sebagai alat bukti yang sah, tetapi apabila persyaratan itu tidak dipenuhi maka keterangannya tidak dapat berlaku sebagai alat bukti.56

Ada beberapa kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dari Keterangan dokter pada sidang pengadilan antara lain sebagai berikut :57 a. Sebagai alat bukti, yaitu ; 1. alat bukti surat, dalam hal ini keterangan itu diberikan secara tertulis dengan mengingat sumpah. 2. alat bukti keterangan ahli, dalam hal ini diberikan secara lisan di sidang pengadilan dengan sumpah / janji.

b. Sebagai keterangan yang disamakan nilainya dengan alat bukti Pengertiannya adalah dalam hal keterangan dokter di bawah sumpah di hadapan penyidik, dibacakan di sidang pengadilan karena dokter meninggal dunia atau karena halangan yang sah tidak dapat hadir atau tidak dipanggil karena jauh tempat tinggalnya atau karena sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan negara.

c. Sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim Maksudnya sebagai keterangan yang menguatkan keyakinan hakim dalam hal keterangan dokter itu diberikan secara lisan di sidang pengadilan tanpa sumpah / janji karena dokter tetap menolak mengucapkannya.

Di dalam suatu persidangan pidana keterlibatan ahli ( pemeriksaan dokter dalam perkara yang berkaitan dengan kekerasan pada manusia ) untuk membantu hakim sangat penting yaitu sebagai kompas dalam persidangan.58

Selanjutnya apabila pada saat pemeriksaan perkara di pengadilan masih terdapat keraguraguan terhadap sebab luka ataupun sebab kematian walaupun sudah ada visum et repertum, selalu ada kemungkinan untuk memanggil dokter pembuat visum itu ke uka sidang pengadilan untuk mempertanggung jawabkan pendapatnya.59

Dan dengan demikian ada bentuk dalam memberikan kesaksian ahli yang tak tertulis maupun yang tak tertulis. Yang tertulis disebut dengan visum et repertum dan yang tidak tertulis secara lisan di persidangan dan disumpah serta mengatakan sesuai dengan pengetahuan keahliannya.60

6.

Beberapa petunjuk penting bagi dokter ketika memberikan kesaksian dalam sidang pengadilan. 1. Mengungkapkan kebenaran 2. Usahakan berbicara lambat, jelas dan tegas agar dapat didengar oleh semua pihak. 3. Bersikap tidak berpihak, tetapi berusaha membantu pengadilan untuk memperoleh kebenaran. 4. Jika memungkinkan, usahakanlah untuk tidak menggunakan bahasa medis, agar terhindar dari pertanyaan tambahan untuk memperjelas istilah medis yang digunakan. 5. Usahakan jawaban yang singkat, jika mungkin jawab dengan Ya atau Tidak. 6. Berikan jawaban yang tepat dan singkat. 7. Jangan berdebat dengan pengacara pihak pembela. 8. Jika diperlihatkan suatu buku atau paragraf untuk dibaca, lalu ditanya apakah dokter setuju dengan pernyataan yang ditulis oleh pengarang, sebaiknya dokter juga membaca bagian atas dan bawah dari paragraf yang ditunjukkan dan jika perlu memnadingkannya. 9. Jangan membuat pertanyaan yang cakupannya terlalu luas. 10. Hindari penggunaan gaya bahasa yang berlebih-lebihan.

Jangan sampai kehilangan kendali emosi walaupun pertanyaan yang diajukan menyinggung harga diri anda. Bila pertanyaan yang diajukan sangat keras, mintalah kepada sidang pengadilan agar pengacara menarik pertanyaan tersebut. Jangan menjawab dengan sinis.

7.

Kendala yang Dihadapi Dokter Dalam Membantu Pembuktian Perkara Pidana `Di dalam melakukan tugas-tugasnya pada proses pemeriksaan untuk mempermudah

proses penyidikan, dokter sering sekali mendapat hambatanhambatan dalam pemeriksaannya, hambatan-hambatan tersebut antara lain :

1.

Keterbatasan Fasilitas Ilmu Forensik di Indonesia dapat dikatakan masih jauh tertinggal dengan negara-

negara maju, padahal yang seperti di ketahui bahwa ilmu forensik ini sangat penting sekali terlebih banyak kasus-kasus kejahatan yang membutuhkan keahlian dalam bidang ini. Sarana

pendukungnya juga tidak di fasilitasi dengan baik oleh pemerintah, selain itu kemampuan rumah sakit atau institusi kesehatan menyimpan data rekam medis juga sangat terbatas.65

2.

Kurangnya Koordinasi Antara Penyidik dan Dokter Didalam menyelesaikan suatu perkara tidak jarang seorang penyidik memerlukan

bantuan dokter untuk ikut melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara ( TKP ) kesempatan ini diberikan kepada penyidik, karena ada penyidik yang merasa takut bila berhadapan dengan seorang mayat. Pemeriksaan luar mayat di tempat kejadian perkara sangat diperlukan untuk dapat menentukan cara kematian. Biasanya yang datang lebih dahulu adalah penyidik , namun ada beberapa kejadian yang terjadi pada saat dokter tiba di tempat kejadian tersebut posisi mayat sudah berpindah. Jelaslah disini bahwa koordinasi penyidik dengan dokter sangat minim, alangkah baiknya apabila penyidik tidak memindahkan posisi mayat, sebelum dokter datang dan seluruh pemeriksaan TKP selesai. Sehingga dokter dapat melakukan pemeriksaan dengan tenang. Penyidik dapat memindahkan posisi mayat apabila posisi mayat tersebut mengganggu kelancaran lalu lintas.66

3. Keberatan Dari Pihak Keluarga Korban a) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban b) Dalam hal keluarga korban keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelasjelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukan pembedahan tersebut c) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat 3 undang-undang ini

Didalam Pasal 133 ayat 3 KUHAP menjelaskan : Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus dilakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Apabila keluarga korban keberatan untuk dilakukan pemeriksaan bedah mayat, maka penyidik harus menjelaskan bahwa pemeriksaan ini harus segera dilakukan. Disamping

mayat adalah merupakan barang bukti untuk memperlancar proses pemeriksaan juga tidak menutup kemungkinan bahwa keluarga itu sendiri pembunuhnya dan dengan sendirinya keberatan untuk dilakukan bedah mayat.

Jika alasan pihak keluarga adalah, bahwa bedah mayat tersebut bertentangan dengan ajaran Agama Islam adalah tidak tepat. Seperti apa yang diputuskan oleh Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syra Departemen Kesehatan yang berupa Fatwa No.4/1995 yang berbunyi : 68 1. Bedah mayat itu mubah / boleh hukumnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dokter dan penegakkan keadilan diantara umat manusia. 2. Membatasi kemubahan ini sekedar darurat saja menurut kadar yang tidak boleh tidak harus dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

4. Identifikasi Pada Korban yang Tidak Dikenal Apabila ditemukannya mayat yang telah di mutilasi ( terpotong / tidak utuh lagi ) oleh pelaku tersebut maka sangat susah untuk mengidentifikasi siapa sebenarnya korban tersebut, terlebih apabila tidak ditemukannya identitas sepertiKTP, SIM, STNK dan lain-lain. Hal ini merupakan kerja keras bagi penyidik untuk mencari siapa yang harus bartanggung jawab dalam peristiwa ini dan apa modus operandi dari pembunuhan mutilasi ini dilakukannya, apalagi mayat yang ditemukan hanya beberapa bagian dari tubuh seperti tangan, kaki, kepala dll.

Bagian-bagian tubuh yang ditemukan ini segera di kirim ke rumah sakit untuksegera dilakukan otopsi secara maximal. Hal pertama yang diteliti oleh dokter adalah mengidentifikasi dan memperkirakan, jenis kelamin, perkiraan umur, perkiraan berat badan dan tinggi badan, perkiraan kematian. Ciri-ciri mendasar seperti ini perlu diketahui sebab apabila ada anggota keluarga ataupun masyarakat69, yang melapor bahwa ia kehilangan anggota keluargannya maka penyidik dapat mencocokkan ciri-ciri orang hilang tersebut dengan korban mutilasi yang ditemukan.

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Translate Bam
    Translate Bam
    Dokument2 Seiten
    Translate Bam
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Daftar Isi Fix
    Daftar Isi Fix
    Dokument7 Seiten
    Daftar Isi Fix
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Identifikasi Masalah 2012
    Identifikasi Masalah 2012
    Dokument5 Seiten
    Identifikasi Masalah 2012
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Perlindungan Saksi
    Perlindungan Saksi
    Dokument1 Seite
    Perlindungan Saksi
    drmarhu
    Noch keine Bewertungen
  • Kuosioner DAMIU
    Kuosioner DAMIU
    Dokument3 Seiten
    Kuosioner DAMIU
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • 55 - POA - Identifikasi
    55 - POA - Identifikasi
    Dokument5 Seiten
    55 - POA - Identifikasi
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Bab I
    Bab I
    Dokument10 Seiten
    Bab I
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Cover Mte PTSD
    Cover Mte PTSD
    Dokument3 Seiten
    Cover Mte PTSD
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Jurnal Hal 1
    Jurnal Hal 1
    Dokument2 Seiten
    Jurnal Hal 1
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Cover
    Cover
    Dokument1 Seite
    Cover
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Halaman 498
    Halaman 498
    Dokument2 Seiten
    Halaman 498
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • PTSD
    PTSD
    Dokument13 Seiten
    PTSD
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Jurnal Send RIRI
    Jurnal Send RIRI
    Dokument2 Seiten
    Jurnal Send RIRI
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Mgif Psikiatri
    Mgif Psikiatri
    Dokument14 Seiten
    Mgif Psikiatri
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Yf Parkinson Yd
    Yf Parkinson Yd
    Dokument11 Seiten
    Yf Parkinson Yd
    sri helna
    Noch keine Bewertungen
  • S Down
    S Down
    Dokument15 Seiten
    S Down
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • BST SR
    BST SR
    Dokument13 Seiten
    BST SR
    sri helna
    Noch keine Bewertungen
  • PPOK
    PPOK
    Dokument12 Seiten
    PPOK
    neiramedic
    Noch keine Bewertungen
  • Case Pak Nazif
    Case Pak Nazif
    Dokument14 Seiten
    Case Pak Nazif
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Diare Akut
    Diare Akut
    Dokument18 Seiten
    Diare Akut
    Vitha
    Noch keine Bewertungen
  • Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal
    Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal
    Dokument2 Seiten
    Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Aide Memori Ispa Who
    Aide Memori Ispa Who
    Dokument2 Seiten
    Aide Memori Ispa Who
    Rita Alip Dinda
    Noch keine Bewertungen
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokument1 Seite
    Cover Referat
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Bab I
    Bab I
    Dokument3 Seiten
    Bab I
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Import
    Import
    Dokument1 Seite
    Import
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Amek
    Amek
    Dokument2 Seiten
    Amek
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Indra
    Indra
    Dokument1 Seite
    Indra
    Babam Sesar R
    Noch keine Bewertungen
  • Amek
    Amek
    Dokument2 Seiten
    Amek
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • Diagnosisdan Penatalaksanaan Undescended Testis
    Diagnosisdan Penatalaksanaan Undescended Testis
    Dokument9 Seiten
    Diagnosisdan Penatalaksanaan Undescended Testis
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen
  • VeR Roli
    VeR Roli
    Dokument2 Seiten
    VeR Roli
    Bram 'babAm' Sesario Rendi
    Noch keine Bewertungen