SINUSITIS KARENA VIRUS

Sinusitis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinintis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. The American Academy of OtolaryngologyHead and Neck Surgery defines subtypes of rhinosinusitis based on the duration of symptoms: acute, subacute, recurrent acute, and chronic. Acute rhinosinusitis is further categorized as bacterial or viral.

(Ann M. Aring and Miriam M. Chan, 2011) The commonest cause of acute rhinosinusitis is superimposed viral and bacterial infection. Chronic rhinosinusitis is linked to other aetiological factors such as fungi, allergic reactions, mucociliary disorders, and anatomical and systemic causes. (N Uri, O Ronen, T Marshak et al, 2013). The most common viruses in acute viral rhinosinusitis are rhinovirus, adenovirus, influenza virus, and parainfluenza virus. Most cases of acute rhinosinusitis are caused by viral infections associated with the common cold. Mucosal edema leads to obstruction of the sinus ostia. In addition, viral and bacterial infections impair the cilia, which transport mucus. The obstruction and slowed mucus transport cause stagnation of secretions and lowered oxygen tension within the sinuses. This environment is an excellent culture medium for viruses and bacteria. (Ann M. Aring and Miriam M. Chan, 2011) Infeksi bakteri atau virus, alergi dan berbagai bahan iritan hirupan dapat menyebabkan inflamasi mukosa hidung. Infeksi akut saluran napas atas yang disebabkan virus (acute viral uppe respiratory tract infection) merupakan faktor penyebab terbanyak dari rinosinusitis. Human Rhinovirus (RV) dapat masuk ke dalam sel oleh karena berikatan

dengan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) di permukaan sel yang berfungsi sebagai reseptor virus. (Kentjono, 2004) A local inflammatory response to RV in the respiratory tract can lead to nasal discharge, nasal congestion, sneezing, and throat irritation. The nasal epithelium is not damaged. RV just disrupt the epithelial barrier, specifically the disruption of tight junctions. Studies utilizing cultured human nasal epithelial cells showed decreased zona occluden-1, claudin-1, and E-cadherin mRNA and protein levels after infection with RV. This is consistent with observations regarding the disruption of airway epithelial apical junctions by poly dI:dC. In addition to increasing permeability, this disruption of the epithelial barrier will facilitate translocation of pathogens (including non-RV pathogens) and their soluble products, and expose basolateral epithelial receptors, where TLR and other PRRs are prominently located. (Kennedy et al, 2012). Infeksi virus yang menyerang hidung dan sinus paranasal menyebabkan udem mukosa dengan tingkat keparahan yang berbeda. Infeksi virus influenza A dan RSV biasanya menimbulkan udem berat. Udem mukosa akan menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi sinus normal menjadi terjebak (sinus stasis). Pada keadaan ini ventilasi dan drainase sinus masih mungkin dapat kembali normal, baik secara spontan atau efek dari obat-obat yang diberikan sehingga terjadi kesembuhan. Apabila obstruksi ostium sinus tidak segera diatasi akan terjadi gangguan ventilasi & drainase, resorpsi oksigen yang ada di rongga sinus menyebabkan hipoksi (oksigen menurun, pH menurun, tekanan negatif) sehingga permeabilitas kapiler meningkat, sekresi kelenjar meningkat. Selanjutnya akan terjadi transudasi, peningkatan eksudasi serous, hingga penurunan fungsi silia. Bila fungsi silia menurun terjadi retensi sekresi di sinus yang dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri dan berlanjut menjadi sinusitis akut bakterial. Daftar Pustaka : Ann M. Aring and Miriam M. Chan, 2011. Acute Rhinosinusitis in Adults. American Academy of Family Physicians. 83(9): 1057-1063. Kennedy, et al. 2012. Pathogenesis of Rhinovirus Infection. Curr Opin Virol. 22(3): 287293.

Kentjono, Widodo Ario. 2004. Rinosinusitis: Etiologi dan Patofisiologi. Kumpulan Makalah Pendidikan Dokter Berkelanjutan IV Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala dan Leher. August 2004:1-16.

N Uri, O Ronen, T Marshak et al. 2013. Allergic Fungal Sinusitis and Eosinophilic Mucin Rhinosinusitis: Diagnostic Criteria. The Journal of Laryngology & Otology. August 2013:15.