Sie sind auf Seite 1von 15

SISTEM INTEGUMEN KONSE DASAR ASUHAN KEPERAWATAN AKNE VULGARIS

Oleh Kelompok 12 A5-C 1. WISWANTARA PANDE NYOMAN 2. YUDI ANTARA ADI I KADEK 3. DESY PARIANI NI MADE 11.321.1136 11.321.1137 11.321.1146

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2013

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. PENGERTIAN. Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel polisebaseus yang ditandai dengan adannya komedo, papul, pustule, nodus dan kista pada tempat predileksinya. Akne sering dikenal dalam masyarakat dengan istilah jerawat (Chandrasoma, 2005). Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebaseus yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. (Siregar, 2004). Akne Vulgaris merupakan penyakit peradangan menahun folikel poisebaseus yang umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Akne vulgaris rentan dan paling sering ditemukan pada daerah wajah, leher dan badan bagian atas.( Suddart and Brunner 2000). Jadi acne vulgaris adalah peradangan polisebaseus yang dipengaruhi berbagai faktor dan paling sering mengenai usia remaja. 2. EPIDEMIOLOGI. Karena hampir setiap orang pernah mengalami penyakit ini ,maka sering dianggap sebagai penyakit kulit yang timbul secara fisiologi, umumnya insiden terjadi pada umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Pada seorang gadis akne dapat terjadi premenarkhi.setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang pada wanita akne ini tetap menetap sampai dekade umur tiga puluhan atau lebih. Meskipun pada pria akne vulgaris lebih cepat berkembang, namun dalam penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgrais yang berat terjadi pada pria. Diketahui juga bahwa ras oriental (jepang, cina, korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dangan ras kaukasia (Eropa , amerika)dan lebih sering terjadi nodulo kistik pada orang kulit putih daripada orang negro.

3.

ETIOLOGI a. Akne biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum. Androgen telah diketahui sebagai perangsang sekresi sebum sedangkan estrogen dapat mengurangi produksi sebum. b. Akne vulgaris dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik.

c. Peningkatan hormon, anabolic, kortiikosteroid, serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada peningkatan kelenjar sebasea.

4.

FAKTOR PREDISPOSISI a. Selain faktor dari dalam ada juga faktor lain yang mempengaruhi akne yaitu faktor mekanik seperti mengusap, menggesek tekanan, dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne yag sudah ada. Selain itu obatobatan juga dapat mencetuskan akne sperti kortikosteroid oral kronik yang dipakai untuk mengobati penyakit lain (seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi ginjal), dapat menimbulkan vistula dipermukaan kulit wajah. Dada dan punggung, kontrasepsi juga dapat memperburuk akne. Akne pada perempuan yang berusia sekitar 20 an, 30-an dan 40-an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang dasarnya dari minyak dan menimbulkan komedo. Terjadi stres yang dapat memicu peningkatan kelenjar sebasea baik secara langsung atau melalui ranggsangan terhadap kelenjar hipofisis. b. Penggunaan kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak yang dapat menimbulkan komedo. c. Faktor lain : usia, ras, cuaca/iklim, familial, makanan yang secara tidak langsung dapat memicu peningkatan proses patogenesis acne vulgaris. d. Selama usia kanak-kanak,kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada dasarnya tidak berfungsi. Kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin khususnya hormonhormon androgen. Dalam usia pubertas hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta mensekresi suatu minyak alami yaitu sebum yang merembes naik hingga puncak folikel rambut dan mengalir keluar dari permukaan kulit. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi androgenic akan meningkatkan daya responsive kelenjar sebasea hingga akne 2

terjadi ketika duktus polisebasea tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan yang terbentuk ini akan membentuk komedo. 5. PATOFISIOLOGI Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab dan predisposisi seperti endrogen, estrogen, penyakit, stress, dan faktor genetik menyebabkan peningkatan produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Produksi sebum yang meningkat menyebabkan peningkatnya unsur komedogenik dan inflamatogenik sebagai pemicu meningkatnya lesi akne, kemudian terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada proses patogenesis penyakit. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan dalam proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan ensim lipolitik pengubah fraksi lipit sebum. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel, keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar untuk lepas dari saluran folikel tersebut. Faktor hygiene yang menyebabkan lipid juga tertahan serta pori-pori tertutup juga mempengaruhi keratinisasi tesebut untuk keluar. Akibat adanya keratini dan lipid yang tertahan terjadi respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies, yaitu penghancuran oleh bakteri anaerob (misal Propioni-bacterium acnes) menyebabkan peradangan akut yang memperberat akne serta dapat berkembang menjadi abses menyerupai furunkel, terutama bila terjadi infeksi sekunder (Chandrasoma, 2005) Pathway terlampir 6. GEJALA KLINIS a. Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tenderness). b. Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris. c. Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan gejala sistemik disebut sebagai acne fulminans. d. Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak psikologis, tanpa melihat tingkat keparahan penyakitnya. e. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustule,nodus atau kusta dapat disertai rasa gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kkista biasanya berupa 3

pus dan darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas. 7. KLASIFIKASI a. Komedonal ( komedo hitam dan komedo putih ) b. Papulopustular ( papula dan Postula ) c. Kistik d. Ekskoriata terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara obsesif, dengan demikian dapat menimbulkan jaringan parut yang banyak sekali. e. Akne konglobata merupakan bentuk akne kistik yang paling berat dengan kista profunda, komedo multiple dan jaringan parut yang nyata. Keadaan ini dapat disertai demam, dan mungkin pasien perlu dirawat dirumah sakit. f. Akne koloidalis memiliki jaringan parut dan keloid multiple di tempat tempat terdapat lesi akne. 8. PEMERIKSAAN FISIK a. Acne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous. b. Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun. c. Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang nyata. d. Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat; namun dada, punggung, dan lengan atas juga sering terkena jerawat. e. Pada akne komedo (comedonal acne), tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo (comedonal lesions) merupakan lesi akne yang paling awal, sedangkan komedo tertutup (closed comedones) merupakan lesi precursor dari lesi peradangan (inflammatory lesions) f. Akne peradangan yang ringan (mild inflammatory acne) bercirikan adanya komedo dan papula peradangan.

g. Akne peradangan yang sedang (moderate inflammatory acne) memiliki komedo, papula peradangan, dan pustula. Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan dengan akne peradangan yang lebih ringan. h. Acne nodulocystic bercirikan komedo, lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang berdiameter lenih dari 5 mm. Seringkali tampak jaringan parut (scarring). 9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan Laboratorium b. Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis. 1) Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah diukur kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH). 2) Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai. c. Pemeriksaan Histopatologis Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring). 10. PENATALAKSANAAN Pengobatan akne meliputi penghentian pemakaian semua faktor yang dapat mmperberat akne seperti pemakaian make up dan krim pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak. Pembersihan dan penggosokan wajah dengan sabun dapat melenyapkan minyak diperlukan kulit dan melepaskan beberapa komedo. Dianjurkan dengan memakai sabun seperti dial, pernox, postek, neutrogenadan desquam-X wash dan benzoil peroksida. Jenis-jenis obat yang digunakan antara lain: 5

a. Obat-obat topical 1) Retinoid topical, meliputi: a) Tretinoin( as.Retinoat) gel, krim, selulosa: 0,01-0,1% b) Isotretinoin gel c) Adapalen gel, krim, solusio:0,1% d) Tazaroten gel, krim: 0,5-0,1% 2) Agen Keratolitik a) Sulfur 3-10% b) As. Salisilikum c) Resorsinol 3) Agen antibiotic a) Eritromisin gel, solusio 1% b) Klindamisin gel, solusio 1% c) Benzoil, peroksida gel 2,5-5% b. Obat-obat sistemik 1) Agen antibiotic, dengan anjuran pengobatan selama 3 bulan. Alternatife pengobatan melputi: a) Tetrasiklin 3 x 250 mg/ hr 2 x 500 mg/ hr b) Doksisiklin 2 x 50 100 mg/ hr c) Lymecycline 1 x 150 - 300 mg/ hr d) Minosiklin 2 x 50 - 100 mg/hr e) Klindamisin 2-3 x 150 -300 mg/hr f) Eritromisin 2-3 x 500 mg/hr g) Linkomisin 2-3 x 250- 500 mg/hr 2) Terapi Hormon Siproteron asetat 2 mg dikombinasikan dengan etinil estradiol 35 mg 11. PENCEGAHAN Akne dapat dikendalikan dan sikatrik dapat dicegah, dengan terapi bijaksana yang diteruskan sampai proses penyakit menghilang spontan, Ditujukan untuk mencegah pembentukan mikrokomedo, melalui pengurangan hyperkeratosis folikel,

produksi sebum, populasi. Pengendalian awal memerlukan waktu paling sedikit 4-8 minggu juga penting untuk memperhatikan pengaruh emosional berat pada akne. a. Diit rendah lemak dan Karbohidrat. b. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran dan jasad renik. c. Hidup sehat dan teratur d. Cukup istirahat e. Olahraga sesuai kondisi tubu f. Penggunaan kosmetik secukupnya g. Hindari polusi debu h. Hindari pemencetan i. Memberikan informasi secukupnya pada penderita mengenai penyebab, perjalanan penyakit dan lamanya pengobatan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN AKNE VULGARIS 1. PENGKAJIAN. a. Riwayat Kesehatan: Masalah kesehatan/keluhan yang dirasakan (misalnya gatal-gatal atau benjolan dikulit, pola sehat-sakit, pola pemeliharaan kesehatan, dan pola peran kekerabatan b. Pola kebutuhan dasar 1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan Klien jarang membersihkan wajah, sering mengkonsumsi makan yang meningkatkan produksi sebum, menggunakan kosmetik yang tidak cocok dengan kulit karena berbahan dasar minyak, 2) Pola nutrisi metabolic Tidak ada gangguan dalam metabolik, klien hanya sering mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi sebum seperti cokelat, cola, gorengan atau produk susu. c. Pola eliminasi

Dari pola eliminasi tidak mengalami gangguan yag berarti. Pola BAB dan BAK normal ( BAB normalnya 1x tergantung kebiasaan pasien, BAK 0,5/ kg BB) d. Pola aktivitas dan latihan Walaupun klien mengalami nyeri pada jerawatnya biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam beraktifitas. Aktivitas dapat dilakukan sebagaimana mestinya. e. Pola tidur dan istirahat Tidak mengalami gangguan dalam pola tidur,. Klien dapat tidur nyenyak dan waktu tidur pasien cukup ( 8 jam/hari ). f. Pola kognitif-perseptual Klien masih belum mendapatkan informasi yang memadai mengenai jerawat serta cara penanganannya. g. Pola persepsi diri/ konsep diri Klien merasa tak nyaman dan malu dengan kondisi fisiknya karena terdapat jerawat di bagian kulit yang dapat dilihat oleh orang lain h. Pola seksual dan reproduksi Tidak gangguan dalam pola seksual dan repproduksi klien akibat jerawat yang dialaminya. i. Pola peran-hubungan Hubungan klien dengan lingkungan sekitar tidak terdapat masalah. Klien dapat menjalankan perannya dengan baik. j.Pola menajemen koping stress Klien mengalami kecemasan terhadap jerawat yang muncul secara berlebih serta ketakutan akan kerusakan kulit akibat jerawat yang timbul. k. Pola keyakinan-nilai Kaji mengenai agama klien dan kebiasaan beribadah yang dilakukab klien, umumnya klien tidak mengalami masalah dalam menjalankan ibadahnya. Klien memiliki keyakinan terhadap kesembuhan dari penyakit yang dialaminya. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN. a. Nyeri akut b/d agen cedera biologi : invasi bakteri b. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kondisi metabolic c. Gangguan citra tubuh b/d persepsi/kognisi 8

d. Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi e. Ansietas b/d krisis situasional

3. INTERVENSI KEPERAWATAN a. Diagnosa : Nyeri akut b/d agen cedera biologi : invasi bakteri Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi atau terkontrol Kriteria hasil : Pasien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri (0-3)/tingkat ringan, wajah tidak meringis, tidak gelisah, tanda vital stabil. Intervensi : 1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasi, beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan nyeri] Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi. 2) Pantau tanda-tanda vital Rasional : peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital 3) Dorong pengungkapan perasaan Rasional : dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit. 4) Ajarkan menggunakan teknik relaksasi seperti nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan music atau membaca buku. Rasional : membantu mengontrol atau mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping 5) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi Rasional : dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri atau untuk menghilangkan ansietas b. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kondisi metabolik Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 jam diharapkan integritas kulit mengalami perbaikan. 9

Kriteria Hasil : lesi dan eritema berkurang, suhu kulit dalam batas normal, tekstur kulit tidak kasar, mobilitas atau turgor kulit dalam batas normal, perubahan sensasi tidak terjadi. Intervensi : 1) Catat warna, tekstur, turgor, dan sensai. Gambarkan lesi dan amati perubahan Rasional : menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat. 2) Pertahankan/instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati. Rasional : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan risiko trauma dermal pada kulit 3) Pertahankan linen kering, bebas keriput Rasional : menurunkan iritasi dermal dan kerusakan kulit 4) Kolaborasi pemberian obat-obatan topical/sistemik sesuai indikasi Rasional : digunakan pada perawatan lesi kulit. Catatan : jika digunakan salep multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang. c. Diagnosa : Ansietas b/d krisis situasional Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan ansietas dapat teratasi Kriteria hasil : pasien menyatakan kesadaran perasaan dan menerimanya dengan cara sehat, mengatakan ansietas/ketakutan menurun sampai tingkat dapat ditangani, tanda vital stabil Intervensi : 1) Catat palpitasi, peningkatkan denyut atau frekuensi pernafasan Rasional : perubahan pada tanda-tanda vital mungkin menunjukkan tingkat ansietas yang dialami pasien atau merefleksikan gangguan-gangguan factor psikologis, misalnya ketidakseimbangan endokrin. 2) Obervasi respon verbal dan nonverbal kecemasan 10

Rasional : kecemasan dapat ditutupi dengan komentar/ledakan kemarahan yang ditunjukkan kepada pemberi perawatan. 3) Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian Rasional : menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri atau ditelantarkan; menunjukkan rasa menghargai, dan menerima orang tersebut, membantu meningkatkan rasa percaya. 4) Berikan informasi yang sesuai mengenai diagnose, pengobatan, dan prognosis Rasional : pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep, dan meningkatkan kerjasama 5) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Rasional : meningkatkan pelepasan endorphin dan membantu dalam perkembangan control lokus internal, mengurangi ansietas. d. Diagnosa : Gangguan citra tubuh b/d persepsi/kognisi Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh dapat teratasi Kriteria hasil : pasien menunjukkan adaptasi dan penerimaan pada situasi diri, mengenali dan menyatu dengan perubahan konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, keterlibatan sosial pasien tidak bermasalah Intervensi : 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas sehubungan dengan situasi saat ini Rasional : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi 2) Perhatikan perilaku menarik diri, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya Rasional : indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi 3) Akui kenormalan perasaan Rasional : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasinya secara efektif 4) Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negative terhadap bagian tubuh Rasional : membantu pasien mengidentifikasi dan solusi masalah 11

e. Diagnosa : Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien mendapatkan informasi yang adekuat Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis, dan kebutuhan pengobatan, melakukan perilaku perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum, menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adekuat Intervensi : 1) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi/mengikuti program medik 2) Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik Rasional : meningkatkan pertahanan alamiah/imunitas 3) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan 4) Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/meminimalkan komplikasi f. IMPLEMENTASI Implementasi dilakukan sesuai intervensi g. EVALUASI DX 1 :Integritas kulit membaik DX 2 : Nyeri pasien berkurang/hilang DX 3 : Pasien tidak lagi cemas DX 4 : Pasien tidak mengalami gangguan citra tubuh DX 5 : Pasien mengetahui tentang penyakitnya

12

DAFTAR PUSTAKA
Chandrasoma, Parakrama. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta: EGC. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: EGC Doenges, M. E.1993, Rencana Asuhan Keparawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:EGC. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 3. Jakarta: EGC Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC Suszamne C. Smelyzer, Brenda G. Bare. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: EGC

13

Pathway
Hormone Kosmetik, Penyakit sistemik, Ras Genetik Obatobatan, Iklim, Usia Diit

Peningkatan produksi sebum Perubahan keratinisasi pada folikel sebum tertahan Inflamasi dalam sebum Acne Vulgaris

Komedonal kepala hitam (terbuka)

Komedonal kepala putih (tertutup)

Komedonal dihancurkan oleh bakteri anaerob dan menghasilkan pus

Papula

Pustula Nyeri

kemeraha Panas/perih n Rasa tidak percaya diri, menyembunyikan Peradangan peradangan, perasaan bertambah dan negative akibat menyebar peradangan pada kulit Gangguan citra tubuh

Bengkak

Nyeri akut Hygiene yang rendah, salah informasi, kekeliruan dalam perawatan

Ansietas

Kerusakan integritas kulit

Kurang pengetahuan

14

Das könnte Ihnen auch gefallen