Sie sind auf Seite 1von 15

JAKARTA, KOMPAS.com - Teh amat akrab dengan manusia Indonesia.

Mayoritas masyarakat Indonesia setidaknya meminum satu cangkir teh setiap hari. Meski demikian, tak banyak yang tahu bahwa ampas teh yang biasa dibuang sebenarnya punya manfaat bagi lingkungan. Ampas teh mengandung senyawa flavonoid yang terbukti mampu menurunkan kadar besi yang mencemari air. Reza Radiyatul Jannah (20), Mayliga Nor Permana (21), dan Erwin Nur Cahyanto (21), mahasiswa dari Universitas Diponegoro, Semarang memanfaatkan sifat tes tersebut, mengolahnya menjadi produk absorben (penyerap). Ketiganya terinspirasi dari pemanfaatan ketapang sebagai absorben. Mereka menyadari bahwa ternyata ampas teh lebih potensial. Terlebih, banyak ampas teh dari perusahaan teh di Semarang yang tak dimanfaatkan. Dihubungi Kompas.com, Sabtu (13/7/2013), Reza mengatakan bahwa untuk mengolah teh menjadi absorben, prosesnya dikatakan sederhana. "Kami mengambil ampas teh dari salah satu perusahaan teh, lalu kami uji skala laboratoriumnya. Setelah ampas teh dicuci untuk menghilangkan warnanya, ampas teh tinggal dikeringkan dan dihaluskan," jelas Reza. Absorben berbahan teh yang telah dibuat kemudian diuji. Reza dan rekannya membuat dua macam absorben, yang terbuat dari ampas teh murni dan yang ditambah senyawa asam, basa dam etanol. Hasil pengujian yang dilakukan mengungkap bahwa ampas teh murni ternyata lebih efektif dalam menyerap kandungan besi dalam limbah. Kini, Reza dan timnya menamapakn produk absorben berbahan teh mereka dengan nama "Teasorbent". Produk tersebut akan segera dipatenkan. Kansungan besi dalam air yang tinggi akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Jika berlebihan, besi dapat menyebabkan hemokromatosis yang dapat berakibat pada kanker hati, diabetes, dan gagal jantung. Kandungan Fe yang ada dalam air biasanya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun dapat dikenali dengan adanya bau karat dan efek kekuningan

pada baju yang dicuci menggunakan air tersebut. Teabsorbent dapat menurunkan kadar besi hingga 98,2 persen. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 menyatakan, batas maksimum kandungan besi yang diizinkan untuk air minum adalah 0,3 ppm dan 1 ppm untuk air bersih. Ketiga mahasiswa yang berhasil memanfaatkan ampas teh sebagai adsorben ini adalah salah satu peserta Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang biasanya dilaksanakan setiap tahun oleh DIKTI dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ketiganya lolos dalam PKM kategori penelitian dan rencananya akan segera mengikuti langkah selanjutnya dari program ini, yakni Monitoring dan Evaluasi (MONEV) serta Pekan Ilmiah

I. Pendahuluan II. Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini membatasi pada masalah : 1. Bagaimana terjadinya proses mobilitas sosial petani menjadi perajin ? 2. Bagaimana upaya penyadaran masyarakat akibat industrialisasi ? III. Tujuan Penelitian 1. Menelaah penyebab terjadinya mobilitas sosial dari petani menjadi perajin 2. Memberikan penyadaran pada masyarakat dampak industrialisasi IV. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berkisar pada ruang lingkup: 1. Penelaahan terhadap mobilitas sosial petani menjadi perajin 2. Penjelasan tentang penyadaran masyarakat akibat industrialisasi V. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan survei secara kualitatif dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber. Digunakannya metodologi kualitatif agar hasil yang dicapai benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut. 1. Menentukan objek penelitian 2. Melakukan wawancara dengan narasumber 3. Mengklasifikasi masalah 4. Merumuskan masalah 5. Memberikan solusi/simpulan VI. Hasil Penelitian Berdasarkan survei yang telah dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan mobilitas sosial dari petani menjadi perajin melalui proses magang sebagai berikut. 1. Pengaruh media masa

Media massa baik berupa media elektronik maupun cetak telah membawa pengaruh yang besar terhadap pola pikir masyarakat pedesaan. Selama ini, media massa selalu mengangkat kesuksesankesuksesan seorang perajin. Dengan demikian, lambat laun opini publik tersebut akhirnya mendorong keinginan petani untuk menjadi perajin. 2. Dukungan sosial keluarga dan masyarakat Keluarga, kerabat dekat, dan komunitas yang melatari kehidupan petani sering memberikan saran dan harapan yang besar untuk menjadi perajin. Mereka selalu memandang orang-orang yang telah sukses berkat usaha menjadi seorang perajin industri kecil meskipun mereka masih berstatus magang atau buruh kontrak. 3. Sistem perekonomian Indonesia yang lebih mengutamakan sektor industri daripada pertanian Perekonomian negara kita yang terbawa arus globalisasi dan kepentingan neoliberalisme (para pemilik modal) telah mendorong lajunya industrialisasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa investasi yang mereka tanamkan lebih mengarah pada sektor industri. 4. Tingkat pendidikan yang rendah Rendahnya tingkat pendidikan mereka dan keahlian yang belum memadai membuat mereka tidak memiliki sistem kontrol diri yang kuat. Konsep diri yang lemah ini menyebabkan mereka mudah terbawa arus zaman. VII. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan para petani melakukan mobilitas sosial menjadi perajin. Jika tidak ada suatu program penyadaran baik dari pemerintah maupun masyarakat setempat, dapat dipastikan hasil produksi pertanian akan makin berkurang sehingga negara pun akan mengimpor beras dari luar negeri. Akhirnya, diharapkan penelitian ini mampu memberikan penyadaran pada masyarakat dan dapat menjadi masukan untuk pihak-pihak yang berwenang memberikan kebajikan. Pihakpihak tersebut misalnya para dewan legislatif dan eksekutif supaya memberikan arahan dan rencana pembangunan yang lebih berpihak pada sektor pertanian, terutama masyarakat miskin pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup yang lain juga sangat membutuhkan air. Air adalah faktor yang menentukan kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air, tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai macam proses kehidupan apapun. Kira-kira 70% atau lebih daripada berat protoplasma sel hidup terdiri dari air. Air juga merupakan salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketersediaan air dalam tubuh tanaman diperoleh melalui proses fisiologis absorbsi. Sedangkan hilangnya air dari permukaan bagianbagian tanaman melalui proses fisiologi, evaporasi dan transpirasi. Peranan air yang sangat penting menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada

tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman. Tanaman pare merupakan tanaman sayuran buah yang mempunyai nilai kegunaan yang cukup tinggi bagi kesehatan manusia. Pare (Momordica charantia L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis) yaitu Assam dan Burma. Tingkat kesesuaian tumbuh tanaman pare yang cukup tinggi ini mengakibatkan tanaman pare dapat tumbuh dimana saja. Tanaman pare ini sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya tidak tergantung pada musim. Tanaman pare (paria) adalah tanaman herba berumur satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar dan merambat. Mengingat tanaman ini bukanlah tanaman asli Indonesia, maka perlu diadakan suatu penelitian sederhana untuk melihat kadar air yang mana yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare, karena mengingat tanaman pare ini dapat tumbuh dimana saja dan tidak tergantung pada musim. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyusun suatu penelitian sederhana yang berjudul Pengaruh Pemberian Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Biji Pare.

1. 2.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut. Apakah perlakuan pemberian kadar air yang berbeda-beda memberikan pengaruh terhadap pertumbuhanbiji pare? Kadar air manakah yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare? 1.3 Tujuan Penelitian Adapaun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui pengaruh kadar air terhadap pertumbuhan biji pare. Untuk mengetahui kadar air yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare.

1. 2.

1.4 Komponen Variabel Penelitian a. Variabel kontrol: jenis dan jumlah pupuk, jumlah tanah. b. Variabel terikat: panjang batang, panjang daun, dan jumlah daun. c. Variabel bebas: kadar air (150 ml, 100 ml, dan 50 ml).

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Pertumbuhan


Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel, tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Teorinya, semua ciri pertumbuhan yang disebutkan tadi bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan pertambahan volume dan massa. Pertambahan volume (ukuran) ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang),

diameter (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun) (dalam Salisbury dan Cleon, 1995:2). Pertumbuhan pada tanaman merupakan proses bertambahnya ukuran dari kecil hingga sampai dewasa yang sifatnya kuantitatif, artinya dapat kita ukur yang dapat dinyatakan dengan suatu bilangan, misalnya tanaman pare umur 1 minggu tingginya 5 cm. Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan yang ditandai dengan tanaman menjadi dewasa yaitu dapat menghasilkan biji kembali. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses pertumbuhan ukuran dan volume serta jumlah sel secara irreversibel, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula (dalam Budiyanto, 2011).

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain umur, keadaan tanaman, faktor hereditas, dan zat pengatur tumbuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah cahaya, temperature, kelembaban, nutrisi atau garam-garam mineral, oksigen. Proses pertumbuhan akan menghasilkan produk tanaman yaitu bagian tanaman yang dapat dipanen dalam perluasan tanah pada satuan waktu tertentu (dalam Zulaikhah, 2011).

2.2 Tanaman Pare Dewasa ini hampir semua orang mengenal pare, karena tanaman ini sudah ditanam oleh masyarakat luas. Pare (Momordica charantia L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan sentrum utama tanaman pare terdapat di Asia tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma. Belum ditemukan data atau informasi terinci kapan tanaman pare masuk ke Indonesia. Dalam ilmu tumbuhan (botani) kedudukan tanaman pare diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Momordica Spesies : Momordica charantina L. Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat. Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. Batang tanaman pare dapat mencapai panjang 5 meter dan berbentuk segi lima. Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala, sebagaina bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Bunga betina dapat menjadi buah setelah mengalami proses penyerbukan.

1) a)

(1) (2) (3) (4)

Buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata. Biji pare dapat digunakan sebagai alat penyerbukan tanaman secara vegetatif (dalam Rukmana, 1997:13). Pada umumnya, tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Disamping faktor iklim, lokasi penanaman pare harus memenuhi persyaratan faktor tanah yang memadai. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok bagi tanaman pare. Meskipun demikian, tanah yang paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya (pH) antara 5-6 (dalam Rukmana, 1997:25). Jenis-jenis Pare Beberapa jenis pare yang ada dan dibudidayakan adalah sebagai berikut. Pare Putih (Pare Gajih atau Pare Bodas) Pare ini paling banyak dibudidayakan dan paling disukai. Ciri-ciri pare putih adalah sebagai berikut. Bentuk buahnya bulat panjang dengan ukuran 30 - 50 cm diameter 3-7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/buah. Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran besar dan arahnya sepanjang buahnya. Rasa buahnya tidak begitu pahit. Pare ini berasal dari India dan Afrika (dalam Santoso, 1996).

b) Pare Hijau (Pare Gengge atau Pae Kodok) Ciri-ciri pare hijau adalah sebagai berikut. (1) Buah berbentuk lonjong kecil dan berwarna hijau. (2) Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran kecil dan halus. (3) Rasa buah pahit. Pare hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para, tanaman pare hijau ini dapat tumbuh dengan baik (dalam Rukmana, 1997:16). c) Pare Ular (Pare Bulet atau Pare Alas Leuweung) Ciri-ciri pare ular adalah sebagai berikut. (1) Buah berbentuk bulat panjang, agak melengkung, dan panjangnya mencapai 60 cm. (2) Permukaan (kulit) buah berwarna belang-belang, yaitu hijau keputihan mirip kulit ular. (3) Rasa daging buah tidak begitu pahit. Pare ular sebenarnya bukan genus Momordica, namun termasuk genus Trichosanthus (Trichosanthus anquina L. sin T. cucumerina) (dalam Rukmana, 1997;16). 2) Manfaat Tanaman Pare Rasa pahit tanaman pare, terutama daun dan buah, disebabkan oleh kandungan zat sejenis glukosida yang disebut momordisin atau charantin. Para ahli kesehatan menemukan kandungan zat lain pada tanaman pare, antara lain insulin dan resin. Zat penimbul rasa pahit pada tanaman pare mempunyai nilai sosial dan kegunaan yang luas dalam pelayanan

a) b) c) d)

a) b) c) d) e)

kesehatan masyarakat, diantaranya sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit (dalam Rukmana, 1997:21). Rasa buah pahit ini yang menimbulkan beberapa manfaat yang terdapat dalam buah pare. Manfaat buah pare bagi kesehatan manusia adalah sebagai berikut (dalam Santoso, 1996). Dapat merangsang nafsu makan. Memperlancar pencernaan. Dapat menyembuhkan penyakit kuning, sariawan, wasir, impotensi, kerusakan hati, dan lain sebagainya. Sebagai obat malaria. Selain buah pare, ternyata daun pare juga mempunyai manfaat yang tidak kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut (dalam Santoso, 1996). Dapat menyembuhkan mencret pada bayi. Membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan. Dapat menurunkan panas tubuh. Dapat mengeluarkan cacing kremi. Dapat menyembuhkan batuk, kencing manis (diabetes), kemandulan pada wanita, menambah produk ASI dan antiseptis, rabun malam, penyakit kulit, dan lain sebagainya. 2.3 Peranan Air Bagi Tanaman Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%. Noggle dan Frizt (dalam Effendi, 2010) menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu sebagai berikut. Sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma. Sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain. Sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik sebagai rektan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat. Sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosntesis. Menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel. Mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu. Berperan dalam perpanjangan sel. Sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi. Digunakan dalam proses respirasi. Kehilangan air pada jaringan tanaman akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air dalam tanaman. Peran air yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung

a) b) c) d) e) f) g) h) i)

kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman (dalam Effendi, 2010). 2.4 Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ada pengaruh pemberian kadar air yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan biji pare. 2. Terdapat kadar air yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Polybag 3 buah. Biji pare. Gelas ukur. Air bersih/air keran. Pupuk kandang sapi. Tanah. Penggaris. Pulpen. Buku catatan. 3.2 Cara Kerja Adapun cara kerja penelitian ini adalah sebagai berikut. Tiap polybag diisi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : (tanah 1 kg dan pupuk kg), banyaknya media tiap polybag sama, dan diberi label polybag A, B, dan C. Tanam biji pare yang sudah dikeringkan selama 2 jam kedalam polybag yang masingmasing polybag diisi 1 biji pare. Siram tanaman pare setiap sore hari dengan menggunakan gelas ukur sesuai dengan perlakuan yang diberikan, setiap perlakuan yang diberikan adalah kadar air yang terdiri dari 150 ml pada polybag A, 100ml pada polybag B, dan 50 ml pada polybag C. Kemudian amati pertumbuhana biji pare tersebut. Setelah biji pare tumbuh ukur panjang batang, panjang daun, dan jumlah daun dengan menggunakan penggaris, dan catat pengukurannya setiap 2 hari sekali. 3.3 Jadwal Kegiatan Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 3 minggu, yaitu dimulai pada tanggal 8 Maret 2012 sampai dengan 28 Maret 2012. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali untuk mengetahui pertumbuhan biji pare. Tabel pengamatan pertumbuhan biji pare adalah sebagai berikut. a) Tabel Pengamatan 1 Polybag A (kadar air 150 ml) No. Hari/Tanggal Indikator Pengukuran

a) b) c) d) e) f) g) h) i)

1) 2) 3)

4) 5)

Panjang Batang 1 08-03-2012 2 10-03-2012 3 12-03-2012 4 14-03-2012 5 16-03-2012 6 18-03-2012 7 20-03-2012 8 22-03-2012 9 24-03-2012 10 26-03-2012 11 28-03-2012 Rata-rata pertambahan (cm)

Panjang Daun

Jumlah Daun

b) Tabel Pengamatan 2 Polybag B (kadar air 100 ml) Indikator Pengukuran No. Hari/Tanggal Panjang Batang Panjang Daun 1 08-03-2012 2 10-03-2012 3 12-03-2012 4 14-03-2012 5 16-03-2012 6 18-03-2012 7 20-03-2012 8 22-03-2012 9 24-03-2012 10 26-03-2012 11 28-03-2012 Rata-rata pertambahan (cm

Jumlah Daun

c) Tabel Pengamatan 3 Polybag C (kadar air 50 ml) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hari/Tanggal 08-03-2012 10-03-2012 12-03-2012 14-03-2012 16-03-2012 18-03-2012 20-03-2012 22-03-2012 24-03-2012 Panjang Batang Indikator Pengukuran Panjang Daun Jumlah Daun -

10 26-03-2012 11 28-03-2012 Rata-rata pertambahan (cm BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 minggu dan pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali, maka adapun hasil pengamatan dari setiap polybag dengan kadar air yang bereda-beda adalah sebagai berikut.

a) Tabel Pengamatan 1 Polybag A (kadar air 150 ml) Indikator Pengukuran No. Hari/Tanggal Panjang Batang Panjang Daun 1 2 3 4 5 6 7 08-03-2012 10-03-2012 12-03-2012 14-03-2012 16-03-2012 18-03-2012 20-03-2012 0 cm 0 cm 0,2 cm 2,3 cm 9,5 cm 12,3 cm 14,2 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0,5 cm 2 cm 3,6 cm daun 1 = 5 cm daun 2 = 5 cm daun 3 = 0,8 cm daun 4 = 0,8 cm daun 1 = 5 cm daun 2 = 5 cm daun 3 = 2 cm daun 4 = 2 cm daun 1 = 5 cm daun 2 = 5 cm daun 3 = 4 cm daun 4 = 4 cm daun 5 = 0,9 cm daun 1 = 5 cm daun 2 = 5 cm daun 3 = 4,5 cm daun 4 = 4,5 cm daun 5 = 2,7 cm daun 6 = 2 cm daun 1 = 5 cm daun 2 = 5 cm daun 3 = 4,5 cm daun 4 = 4,5 cm daun 5 = 4,2 cm daun 6 = 4 cm

Jumlah Daun 2 2 2 4

22-03-2012

15,3 cm

24-03-2012

18,5 cm

10

26-03-2012

23 cm

11

28-03-2012

28 cm

daun 7 = 1,5 cm Rata-rata pertambahan (cm) 5,87 cm 4,86 cm 2 daun

b) Tabel Pengamatan 2 Polybag B (kadar air 100 ml) Indikator Pengukuran No. Hari/Tanggal Panjang Batang Panjang Daun 1 2 3 4 5 6 7 08-03-2012 10-03-2012 12-03-2012 14-03-2012 16-03-2012 18-03-2012 20-03-2012 0 cm 0 cm 0,3 cm 3,7 cm 10,5 cm 13 cm 16,4 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0,8 cm 1,5 cm 2,6 cm daun 1 = 3 cm daun 2 = 3 cm daun 3 = 1,8 cm daun 4 = 1,8 cm daun 1 = 3 cm daun 2 = 3 cm daun 3 = 4,5 cm daun 4 = 4,5 cm daun 1 = 3 cm daun 2 = 3 cm daun 3 = 5 cm daun 4 = 5 cm daun 5 = 1,4 cm daun 1 = 3 cm daun 2 = 3 cm daun 3 = 5,5 cm daun 4 = 7 cm daun 5 = 4,5 cm daun 6 = 2,6 cm daun 1 = 3 cm daun 2 = 3 cm daun 3 = 5,5 cm daun 4 = 7,3 cm daun 5 = 5,7 cm daun 6 = 4,4 cm daun 7 = 1,8 cm daun 8 = 0,9 cm 4,96 cm

Jumlah Daun 2 2 2 4

22-03-2012

18 cm

24-03-2012

23 cm

10

26-03-2012

30 cm

11

28-03-2012

36 cm

Rata-rata pertambahan (cm

7,18 cm

2 daun

c) Tabel Pengamatan 3 Polybag C (kadar air 50 ml)

No. 1 2 3 4 5 6 7

Hari/Tanggal 08-03-2012 10-03-2012 12-03-2012 14-03-2012 16-03-2012 18-03-2012 20-03-2012

Panjang Batang 0 cm 0 cm 0,5 cm 6,5 cm 14,5 cm 15,5 cm 17 cm

Indikator Pengukuran Panjang Daun 0 cm 0 cm 0 cm 1 cm 3 cm 4,3 cm daun 1 = 5 cm daun 2 = 5 cm daun 3 = 2 cm daun 4 = 2 cm daun 1 = 5,5 cm daun 2 = 5,5 cm daun 3 = 5 cm daun 4 = 5 cm daun 1 = 5,5 cm daun 2 = 5,5 cm daun 3 = 6 cm daun 4 = 6 cm daun 5 = 2,3 cm daun 1 = 5,5 cm daun 2 = 5,5 cm daun 3 = 6,5 cm daun 4 = 7 cm daun 5 = 5 cm daun 6 = 2 cm daun 1 = 5,5 cm daun 2 = 5,5 cm daun 3 = 6,5 cm daun 4 = 7 cm daun 5 = 6,1 cm daun 6 = 3,9 cm daun 7 = 1,7 cm daun 8 = 0,8 cm 6,53 cm

Jumlah Daun 2 2 2 4

22-03-2012

20 cm

24-03-2012

25 cm

10

26-03-2012

36,5 cm

11

28-03-2012

41 cm

Rata-rata pertambahan (cm

8,40 cm

2 daun

Tinggi tanaman dengan pemberian kadar air 50 ml dengan rata-rata = 8,40 cm lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pemberian kadar air 100 ml dengan rata-rata = 7,18 cm dan 150 ml dengan rata-rata = 5,87 cm, tetapi tanaman dengan kadar air 100 ml dengan rata-rata = 7,18 cm lebih tinggi dari tanaman dengan kadar air 150 ml dengan rata-rata = 5,87 cm. Panjang daun dengan pemberian kadar air 50 ml yaitu rata-rata = 6,53 cm lebih panjang daripada panjang daun dengan pemberian kadar air 100 ml yaitu rata-rata = 4,96 cm dengan pemberian kadar air 150 ml yaitu rata-rata = 4,86 cm, tetapi panjang daun dengan

kadar air 100 ml yaitu rata-rata = 4,96 lebih panjang daripada panjang daun dengan kadar air 150 ml yaitu rata-rata = 4,86 cm. Adapun hasil jumlah daun dalam pengamatan ini adalah pada dasarnya hampir sama hanya saja berbeda pada warna daun. Pada pemberian kadar air 150 ml warna daun lebih hijau daripada pemberian kadar air 100 ml dan 50 ml. Warna daun dengan kadar air 100 ml lebih hijau daripada kadar air 50 ml. 4.2 Pembahasan
Penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan hasil yang menyatakan bahwa tumbuhan dengan pemberian kadar air yang berbeda maka akan menunjukkan pertumbuhan yang berbeda pula. Hipotesis yang telah dirumuskan bahwa ada pengaruh pemberian kadar air yang berbedabeda terhadap pertumbuhan biji pare adalah terbukti dan terdapat kadar air yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare adalah pemberian kadar air 50 ml, yaitu terlihat dari tinggi tanaman pare, warna daun, panjang daun, dan jumlah daun. Pemberian kadar air lebih sedikit (50 ml) dari kadar air yang lebih banyak (150 ml atau 100 ml) akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumuhan biji pare. Karena jika suatu tanaman kekurangan air ataupun kelebihan air maka akan berdampak negatif pada tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, pemberian kadar air yang cocok dan dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare adalahpemberian kadar air 50 ml atau sedikit. Air memiliki fungsi yang vital bagi mahluk hidup, tidak terkecuali tanaman. Hal ini erat kaitannya sebagai bahan dasar yang akan digunakan pada proses fotosintesis yang merupakan proses fisiologi tanaman untuk pembentukan karbohidrat (gula). Selain kadar air yang berpengaruh pada laju pertumbuhan biji pare, intensitas cahaya atau kelembapan udara juga berpengaruh pada laju pertumbuhan biji pare. Dalam penelitian ini juga dilatih beberapa keterampilan proses sains, yaitu sebagai berikut. Keterampilan melakukan pengamatan, yaitu dalam proses mengumpulkan informasi berupa fakta-fakta maupun data-data yang relevan dalam penelitian. Peneliti melakukan pengumpulan data-data seperti data tentang kadar airdan tanaman pare. Keterampilan mengklasifikasi, yaitu mencari perbedaan dan persamaan atau membandingkan yang dalam penelitian ini peneliti mencari perbedaan dan membandingkan pemberian kadar air yang berbeda terhadap pertumbuhan biji pare. Keterampilan memprediksi, yaitu kemampuan meramalkan atau memperkirakan peristiwa yang akan terjadi yang dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk membuat hipotesis. Keterampilan menginterpretasi, yaitu kemampuan mencatat hasil pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan, dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian, keterampilan ini diwujudkan dalam bentuk hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Keterampilan eksperimen, yaitu kemampuan untuk merencanakan dan melakukan percobaan. Dalam penelitian ini diwujudkan dengan metode penelitian yang berisi alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian serta langkah-langkah penelitian. Keterampilan menyimpulkan, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul. Dalam penelitian, keterampilan ini diwujudkan dalam bentuk simpulan yang ada pada bagian penutup. Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan dalam membaca tabel, grafik atau diagram, menjelaskan, dan menyampaikan laporan secara sistematis. Ini dapat dilihat dari membuat tabel pengamatan penelitian dan meyusun laporan penelitian.

1.

2.

3. 4.

5.

6.

7.

BAB V PENUTUP 5.1 Kandungan

zat dalam teh basi

Manfaat teh dihasilkan dari kandungan-kandungan/zat-zat yang ada dalam secangkir teh, yaitu: 1. Polifenol. Polifenol pada teh berupa katekin dan flafanol. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang ada dalam tubuh Anda disebabkan karena lingkungan udara yang telah tercemar polusi dan makanan yang Anda konsumsi. Selain itu, senyawa ini juga ampuh mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh. 2.Vitamin E. Dalam satu cangkir teh terkandung vitamin E sekitar 100-200 IU merupakan kebutuhan satu hari bagi tubuh manusia. Jumlah ini berfungsi menjaga kesehatan jantung dan sekaligus membuat kulit Anda menjadi halus. 3. Vitamin C. Vitamin ini berfungsi sebagai imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia terhadap penyakit. 4.Vitamin A. Vitamin A yang ada pada teh berbentuk betakaroten.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa air memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman pare. Karena air bersifat vital maka jika suatu tanaman kekurangan air ataupun kelebihan air, maka akan berdampak negatifpada tanaman itu sendiri. Dari perlakuan yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kadar air yang dapat mengoptimalkan dan memberikan pertumbuhan maksimal adalah perlakuan dengan pemberian kadar air 50 ml. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut. 1. Peneliti lain, disarankan agar menggunakan pengaruh pertumbuhan biji pare selain air, misalnya kelembapan udara atau intensitas cahaya atau dapat juga menggunakan jenis-jenis pupuk yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan biji pare. 2. Pembaca, disarankan agar laporan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya untuk mencukupi gizi bagi rumah tangga dan bermanfaat bagi kesehatan manusia. 3. Pembudidaya pare, disarankan agar perencanaan yang baik dan tepat, seperti teknik yang akan digunakan,varietas yang akan dipakai, dan waktu penanaman pare akan sangat membantu untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan budidaya tanaman pare. DAFTAR PUSTAKA Budiyanto, 2011. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. Tersedia padahttp://budisma.web.id/materi/sma/kelas-xii- biologi/pengertian-pertumbuhan-danperkembangan-tumbuhan/(diakses pada tanggal 3 Maret 2012). Effendi, Bachtiar Yusuf. 2010. Peranan Air Bagi Tanaman. pada http://oyie.blog.com/2010/04/17/peranan-air-bagi-tanaman/ (diakses pada tanggal 3 Maret 2012). Tersedia

Rukmana, Rahmat. 1997. Budidaya Pare. Yogyakarta: Kanisius. Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITB. Bandung:

Santoso. 1996. Usaha Tani Tanaman Pare. Tersedia pada http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/dkij0118.pdf (diakses pada tanggal 3 Maret 2012). Wardani. 2007. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka. Zulaikhah, Siti. 2011. Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pare. Tersedia pada http://eprints.undip.ac.id/32170/6/B05_Siti_Zulaikhah_chapter_II.pdf (diakses pada tanggal 3 Maret 2012).

Case1 @alifka 1 @secret___name2 @aufa3 @DC_ShinichiKudo4 @ZuhdinaGazali5 Case2 @agungdperdana1 @secret name2 @silmia3 @alifka4 @farolina5 @DC_Shinichi6 @aufa7 @ZuhdinaGazali8

pemenang @secret___name @alifka

Das könnte Ihnen auch gefallen