Sie sind auf Seite 1von 20

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK

MENGUKUR FREKUENSI AFG PADA CRO

Oleh : Nama : 1. Sri Suparti 2. Annas Jati A 3. Annisa Aulia S Prodi : Pendidikan Fisika (13302241065) (13302241067) (13302241068)

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

Mengukur Frekuensi Pada AFG dengan CRO

A. TUJUAN Mengukur frekuensi pada AFG dengan CRO B. DASAR TEORI Cathoda Ray Oscilooscope (CRO) merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk memperlihatkan bentuk gelomban listrik, mengukur tegangan listrik dc maupun ac, mengukur frekuensi gelombang listrik, dan mengukur beda fase gelombang listrik. Berbeda dengan voltmeter ac yang mengukur langsung tegangan efektif, tegangan listrik ac yang dapat diukur langsung dengan CRO adalah tegangan puncak-kepuncak dan tegangan maksimum. CRO tidak dapat digunakan untuk mengukur arus listrik secara langsung. Secara tidak langsung pengukuran arus listrik dilakukan dengan mengukur tegangan, kemudian membaginya dengan hambatan yang ujungujungnya diukur tegangannya tadi. Secara umum CRO dapat diklasifikasikan menjadi CRO satu masukan (single channel) yang dapat digunakan untuk mengukur satu gelombang listrik saja, CRO dua masukan (dual channel) yang dapat digunakan untuk mengukur dua gelombang listrik sekaligus, dan CRO dua sumber bedil electron (dual beam) yang dapat digunakan untuk mengukur lebih dari dua gelombang listrik sekaligus. Contoh CRO dapat dilihat pada gambar.

Gambar CRO

Contoh beberapa kegunaan osiloskop :

v Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu. v Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi. v Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik. v Membedakan arus AC dengan arus DC. v Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu. Untuk dapat menggunakan CRO, maka perlu mengenal tombol-tombol yang ada pada panel CRO. Tombol-tombol yang penting antara lain : 1. Power : Untuk menghidupkan dan mematikan CRO 2. Intensity : Untuk mengatur intensitas berkas cahaya (elektron) pada layar. Sebaiknya dijaga agar tidak pada kedudukan maksimum. 3. Focus : Untuk mengatur ketajaman gambar pada layar. 4. Position : Untuk mengatur kedudukan gambar secara vertikal. 5. . Position : Untuk mengatur posisi horisontal gambar (gelombang). 6. Input : Terminal untuk menghubungkan sinyal input (yang akan diukur) dengan CRO. Untuk CRO dual channel ada 2 terminal input yakni CH1(X) INPUT dan CH2 (Y) INPUT. Pada umumnya hubungan terminal ini dengan sinyal yang akan diukur menggunakan peraba (probe). 7. AC-GND-DC : Selektor untuk mengatur sambungan input sinyal listrik yang akan diukur.Pada posisi AC komponen dc dari sinyal input diblokir oleh kapasitor dalam CRO sehingga sinyal yan terukur adalah ac murni. Pada posisi GND termnal nput diputus dan amplifier dibumikan. Akibatnya sinyal input tidak dapat masuk CRO. Pada posisi DC terminal input dihubungkan langsung dengan amplifier sehingga semua komponen sinal input diperkuat dan ditampilkan. Artinya sinyal yang terlihat pada CRO adalah komponen dc dan ac. 8. 9. Mode : Terminal untuk hubungan dengan bumi (ground) : Selektor untuk mengatur tampilan sinyal input. Pada posisi CH1 sinyal input pada channel 1 ditampilkan. Pada posisi CH2 sinyal input pada channel 2 ditampilkan. Pada posisi DUAL sinyal input pada CH1 dan CH2 ditampilkan bersama. Pada posisi ADD sinyal input pada CH1 dan CH2 dijumlahkan secara aljabar (interferensi 2 gelombang searah). Pada poisi XY sinyal input pada CH1 dan CH2 dipadukan secara tegaklurus (interferensi 2 gelombang tegaklurus).\ : Selektor untuk mengatur harga tegangan tiap pembagian skala (division) pada panel. : Untuk mengatur harga tegangan/waktu tiap pembagian skala (division) secara halus. Pada saat pengukuran tegangan/periode, tombol harus pada posisi maksimum (kalibrasi). : Untuk mengatur waktu sapu tiap pembagian skala (division). Kegunaan langsung adalah untuk mengukur periode gelombang yang diselidiki.

10. Volt/div 11. Variable

12. Time/div

13. Synchron 14. Slope

: Untuk mengatur supaya pada layar diperoleh gambar yang tidak bergerak. : Untuk mengatur saat trigger dilakukan, yaitu pada waktu sinyal naik (+) atau turun (-).

Generator Frekuensi Audio Adalah alat tes elektronik yang berfungsi sebagai pembangkit sinyal atau gelombang listrik. Bentuk gelombang pada umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu sinusoida, persegi, dan segitiga. Pada gambar dapat dilihat salah satu jenis generator Frekuensi Audio. Dengan generator frekuensi audio ini seorang teknisi dapat melakukan pengetesan suatu alat yang akan dites (devices under test). Dari analisis terhadap hasil berbagai bentuk gelombang respons alat tersebut, akan dapat diketahui ketepatan karakteristik sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki.Bagian-bagian Generator Frekuensi Audio adalah sebagai berikut. 1. Tombol On-Off/Power Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan sambungan listrik ke dalam rangkaian generator. Atau berfungsi untuk menyalakan generator. 2. Pengatur Amplitudo (level) Berfungsi untuk mengatur amplitudo output gelombang yang dihasilkan oleh generator. 3. Pemilih bentuk sinyal / gelombang Untuk memilih bentuk sinyal. Terdiri dari sinyal/gelombang sinus, persegi, gerigi, dan segitiga 4. Pengatur Frekuensi Mengatur frekuensi keluaran Generator Frekuensi Audio 5. Pengatur jangkauan Frekuensi (Freq Range) Untuk mengatur Frekuensi Frekuensi keluaran. Hubungannya dengan pengatur frekuensi adalah bahwa keduanya adalah kontrol dari frekuensi keluaran generator. Sebagai contoh ketika kita meninginkan frekuensi output sebesar 150 Hz, maka yang harus kita lakukan adalah memindahkan Frreq Range pada 100 dan kontrol frekuensi pada 1,5 Hz. 6. Terminal Keluaran 8 ohm Merupakan bagian yang digunakan untuk menghubungkan Generator Frekuensi Audio pada alat lain untuk mengetahui keluaran generator audio. Kabel yang digunakan adalah kabel daya biasa. Dengan tahanan sebesar 8 ohm. 7. Terminal Keluaran 600 ohm Bagian yang digunakan untuk menghubungkan audio generator dengan alat lain dengan menggunakan kabel BNC-BNC (misalnya). Dengan Tahanan sebsear 600 ohm. Berikut ini adalah aplikasi penggunanaan Generator audio, seperti berikut ini: 1. Troubleshooting dengan teknik signal tracing Salah satu teknik troubleshooting untuk mencari kerusakan pada komponen system audio adalah, dengan mengijeksikan sinyal dari generator frekuensi audio pada bagian input alat yang akan dites. Kemudian osiloskop dipakai untuk memeriksa output setiap tingkat dari penguat. Hal ini dimulai dari

bagian input dan bergerak kearah output. Bila suatu tingkat memberikan sinyal output yang cacat atau tidak ada output sama sekali, maka dapat diduga pada tingkat tersebut terdapat kerusakan. Sinyal input yang lazim digunakan berbentuk sinusoida dengan amplitudo rendah, sedemikian rupa supaya tidak menimbulkan cacat bentuk pada tingkat berikutnya. Pada gambar 14 dapat dilihat troubleshooting pada rangkaian penguat audio menggunakan teknik signal tracing. Teknik yang sama dapat diterapkan pada peralatan nonaudio. Umumnya generator frekuensi audio dapat menghasilkan sinyal sampai 2 MHz, bahkan beberapa model mampu memberikan frekuensi sampai 10 MHz atau lebih tinggi. Pada teknik sinyal tracing ini tidak diperlukan tegangan DC-offset dari generator frekuensi audio, walaupun rangkaian penguat audio menggunakan kopling kapasitor yang mampu memblokir tegangan DC yang berasal dari sumber. 2. Penggunaan generator fungsi sebagai bias dan sumber sinyal Beberapa generator audio modern mampu mencampurkan tegangan DCoffset pada tegangan output ACnya.Kemampuan ini dapat dipakai untuk membias transistor penguat yang dites dengan melengkapi komponen AC dari sinyal input. Dengan mengamati output penguat pada osiloskop, amplitudo dan bias transistor dapat dioptimalkan pada output tidak cacat. Dengan melakukan variasi DC-offset, maka pengaruh beberapa bias (klas A, B dan C) dapat ditentukan. 3. Karakteristik beban lebih pada amplifier Titik beban lebih (overload) dari beberapa penguat sulit ditentukan dengan cara pengetesan menggunakan input gelombang sinusoida. Bentuk gelombang segitiga merupakan bentuk gelombang ideal untuk keperluan ini, karena setiap titik awal dari linieritas mutlak suatu gelombang dapat dideteksi dengan baik. Dengan output segitiga kondisi puncak pembebanan lebih dari sebuah penguat akan mudah ditentukan. 4. Pengetesan speaker dan rangkaian impedansi Generator fungsi dapat dipakai untuk memperoleh informasi mengenai impedansi input suatu speaker atau sembarang rangkaian impedansi yang lain terhadap frekuensi. Dengan kata lain frekuensi resonansi rangkaian dapat ditentukan.

C. ALAT DAN BAHAN No. Nama Alat Gambar

CRO (Cathoda Ray Oscilooscope )

2.

Kabel Prob CRO

3.

AFG

4.

Kabel Penghubung

D. CARA KERJA 1. Menyiapakan alat yang digunakan, yaitu kabel probe CRO, kabel ground, kabel penghubung, CRO, dan AFG 2. Menghubungkan AFG dengan sumber tegangan. 3. Menghubungkan CRO dengan sumber tegangan. 4. Mengkalibrasi CRO 5. Memasang kabel penghubung yang memiliki dua cabang (merah dan hitam) pada output AFG. 6. Menghubungkan kabel berwarna merah dengan kabel probe CRO.

7. Menghubungkan kabel berwarna hitam dengan kabel ground yang telah dipasang pada CRO.

Rangkaian alat

8. Mengatur sebesar 900 Hz. 9. Mengatur bentuk gelombang pada AFG. 10. Mengatur time/div pada CRO.

frekuensi

pada

AFG

11. Mengamati gelombang yang terbentuk pada CRO dan mengukur panjang gelombang yang terbentuk. 12. Mengulangi langkah ke 10 dan 11 dengan mengubah nilai dari time/div. 13. Mengulangi langkah ke 9 sampai 12 untuk bentuk gelombang yang lainnya. 14. Mengulangi langkah ke 8 sampai 13 untuk frekuensi 9 KHz dan 0,9 MHz.

E. HASIL PENGAMATAN ( Terlampir ) F. ANALISIS DATA 1. AFG = 900 Hz a. Data 1 Time/div T = 1,1 = 1 ms = = 1,1 time/div 1

= 1,1 ms = = = 909,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900 Hz Kesalahan = | =| | x 100% | x 100%

x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 % Time/div T

= 2,2 = 0,5 ms = = 2,2 time/div 0,5

= 1,1 ms = = = 909,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900 Hz Kesalahan = | =| = | x 100% | x 100% x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 %

b. Data 2 Time/div T = 1,1 = 1 ms = = 1,1 time/div 1

= 1,1 ms = = = 909,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900 Hz Kesalahan = | =| | x 100% | x 100%

x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 % Time/div T

= 2,2 = 0,5 ms = = 2,2 time/div 0,5

= 1,1 ms = = = 909,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900 Hz Kesalahan = | =| = | x 100% | x 100% x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 %

c. Data 3 Time/div T = 1,1 = 1 ms = = 1,1 time/div 1

= 1,1 ms = = = 909,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900 Hz Kesalahan = | =| | x 100% | x 100%

x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 % Time/div T

= 2,2 = 0,5 ms = = 2,2 time/div 0,5

= 1,1 ms = = = 909,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900 Hz Kesalahan = | =| = | x 100% | x 100% x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 %

2. AFG = 9 KHz a. Data 1 Time/div T = 1,1 = 0,1 ms = = 1,1 time/div 0,1

= 0,11 ms = = = 9090,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 9000 Hz Kesalahan = | =| | x 100% | x 100%

x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 % Time/div T

= 2,2 = 50 s = = 2,2 time/div 50

= 110 s = = = 9090,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 9000 Hz Kesalahan = | =| = | x 100% | x 100% x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 %

b. Data 2 Time/div T = 1,1 = 0,1 ms = = 1,1 time/div 0,1

= 0,11 ms = = = 9090,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 9000 Hz Kesalahan = | =| | x 100% | x 100%

x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 % Time/div T

= 2,2 = 50 s = = 2,2 time/div 50

= 110 s = = = 9090,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 9000 Hz Kesalahan = | =| = | x 100% | x 100% x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 %

c. Data 3 Time/div T = 1,1 = 0,1 ms = = 1,1 time/div 0,1

= 0,11 ms = = = 9090,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 9000 Hz Kesalahan = | =| = | x 100% | x 100% x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 % Time/div T

= 2,2 = 50 s = = 2,2 time/div 50

= 110 s = = = 9090,09 Hz Secara teori frekuensinya adalah 9000 Hz Kesalahan = | =| = | x 100% | x 100% x 100%

= 0,99 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 0,99% = 99,01 %

3. AFG = 0,9 MHz

a. Data 1 Time/div T = 0,48 = 2 s = time/div 2

= 0,48 = 0,96 s = =

= 1.041.666,67 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900.000 Hz Kesalahan = | =| = = 13,6 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 13,6% = 86,4 % Time/div T x 100% | x 100% | x 100%

= 0,19 = 5 s = time/div 5

= 0,19 = 0,95 s = =

= 1.052.631,58 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900.000 Hz Kesalahan = | =| = = 14,5 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 14,5% = 85,5 % b. Data 2 x 100% | x 100% | x 100%

Time/div T

= 0,48 = 2 s = time/div 2

= 0,48 = 0,96 s = =

= 1.041.666,67 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900.000 Hz Kesalahan = | =| = = 13,6 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 13,6% = 86,4 % Time/div T x 100% | x 100% | x 100%

= 0,19 = 5 s = time/div 5

= 0,19 = 0,95 s = =

= 1.052.631,58 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900.000 Hz Kesalahan = | =| = = 14,5 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 14,5% = 85,5 % c. Data 3 = 0,48 x 100% | x 100% | x 100%

Time/div T

= 2 s = time/div 2

= 0,48 = 0,96 s = =

= 1.041.666,67 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900.000 Hz Kesalahan = | =| = = 13,6 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 13,6% = 86,4 % Time/div T x 100% | x 100% | x 100%

= 0,19 = 5 s = time/div 5

= 0,19 = 0,95 s = =

= 1.052.631,58 Hz Secara teori frekuensinya adalah 900.000 Hz Kesalahan = | =| = = 14,5 % Ketelitian = 100% - Kesalahan = 100% - 14,5% = 85,5 % x 100% | x 100% | x 100%

G. PEMBAHASAN Percobaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya frekuensi dengan

menggunakan CRO. Frekuensi dihitung dari pengukuran panjangnya gelombang yang tampil pada CRO. Untuk setiap frekuensi yang telah dihitung secara teori, masingmasing dilakukan percobaan dengan 3 bentuk gelombang yang berbeda. Gelombang tersebut adalah:

Pada setiap bentuk gelombang dilakukan dengan 2 time/div yang berbeda, untuk mendapatkan data hasil percobaan yang terbaik. Percobaan pertama, secara teori menggunakan frekuensi 900 Hz. Data pertama adalah dari bentuk gelombang yang pertama, yaitu gelombang sinus. Pada time/div 1 ms diperoleh frekuensi sebesar 900,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Kemudian pada time/div 0,5 ms diperolah frekuensi sebesar 900,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Data kedua adalah dari bentuk gelombang yang kedua, yaitu gelombang segitiga. Pada time/div 1 ms diperoleh frekuensi sebesar 900,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Kemudian pada time/div 0,5 ms diperolah frekuensi sebesar 900,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Data yang ketiga diperoleh dari bentuk gelombang yang ketiga, yaitu gelombang kotak. Pada time/div 1 ms diperoleh frekuensi sebesar 900,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Kemudian pada time/div 0,5 ms diperolah frekuensi sebesar 900,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Percobaan kedua, secara teori menggunakan frekuensi 9000 Hz. Data pertama adalah dari bentuk gelombang yang pertama, yaitu gelombang sinus. Pada time/div 0,1 ms diperoleh frekuensi sebesar 9090,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Kemudian pada time/div 50 s diperolah frekuensi sebesar 9090,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Data kedua adalah dari bentuk gelombang yang kedua, yaitu gelombang segitiga. Pada time/div 0,1 ms diperoleh frekuensi sebesar 9090,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Kemudian pada time/div 50 s diperolah frekuensi sebesar 9090,09 Hz.

Ketelitiannya adalah 99,01%. Data yang ketiga diperoleh dari bentuk gelombang yang ketiga, yaitu gelombang kotak. Pada time/div 0,1 ms diperoleh frekuensi sebesar 9090,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Kemudian pada time/div 50 s diperolah frekuensi sebesar 9090,09 Hz. Ketelitiannya adalah 99,01%. Percobaan ketiga, secara teori menggunakan frekuensi 900.000 Hz. Data pertama adalah dari bentuk gelombang yang pertama, yaitu gelombang sinus. Pada time/div 2 s diperoleh frekuensi sebesar 1041666,67 Hz. Ketelitiannya adalah 86,4%. Kemudian pada time/div 5 s diperolah frekuensi sebesar 1052631,58 Hz. Ketelitiannya adalah 85,5%. Data kedua adalah dari bentuk gelombang yang kedua, yaitu gelombang segitiga. Pada time/div 2 s diperoleh frekuensi sebesar 1041666,67 Hz. Ketelitiannya adalah 86,4%. Kemudian pada time/div 5 s diperolah frekuensi sebesar 1052631,58 Hz. Ketelitiannya adalah 85,5%. Data yang ketiga diperoleh dari bentuk gelombang yang ketiga, yaitu gelombang kotak. Pada time/div 2 s diperoleh frekuensi sebesar 1041666,67 Hz. Ketelitiannya adalah 86,4%. Kemudian pada time/div 5 s diperolah frekuensi sebesar 1052631,58 Hz. Ketelitiannya adalah 85,5%.Pada pengukuran frekuensi 900.000 Hz diperoleh gelombang kotak yang tidak beraturan.Menurut kami gelombang tersebut adalah gelombang fourier.gelombang ini terjadi karena gelombang yang asli terdistorsi. Adapun faktor factor yang mempengaruhi pengukuran frekuensi AFG pada CRO adalah : 1. Kesalahan pengamat dalam menentukan jumlah periode time/div pada layar CRO 2. Besar frekuensi yang diukur.Semakin besar frekuensi yang diukur , maka keakuratan pengukuran frekuensi AFG pada CRO semakin berkurang

H. Kesimpulan Hasil pengukuran frekuensi AFG pada CRO pada percobaan ini adalah AFG dengan frekuensi 900 Hz terukur pada CRO sebesar 900,09 Hz untuk semua jenis gelombang AFG dengan frekuensi 9000 Hz terukur pada CRO sebesar 9090,09 Hz untuk semua gelombang AFG dengan frekuensi 90000 Hz terukur pada CRO sebesar 1041666,67 Hz untuk gelombang sinus pada time/div 2 s dan pada time/div 5 s sebesar 1052631,58 Hz.Untuk gelombang segitiga pada time/div 2 s sebesar 1041666,67 Hz dan pada time/div 5 s sebesar 1052631,58 Hz.Untuk gelombang kotak pada time/div 2 s sebesar 1041666,67 Hzdan pada time/div 5 s sebesar 1052631,58 Hz

I. Daftar Pustaka Giancoli, Douglas C.1985.Physic principles and application.New Jersey : Prentice Hall Tim Elins.2013.Diktat praktikum alat ukur listrik.Yogyakarta : FMIPA

Das könnte Ihnen auch gefallen