Sie sind auf Seite 1von 160

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1
persen per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih
kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Dinas
Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation
Agency (JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan
perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas
Jakarta akan macet total pada 2020 (Study on Integrated
Transportation Master Plan (SITRAMP II).
Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta
berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir
Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya bahan
bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II
tahun 2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada
perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka
perkiraan kerugian ekonomi mencapai Rp 65 triliun/tahun.
Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi
kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta. Mass Rapid Transit
(MRT) Jakarta digerakan oleh tenaga listrik sehingga tidak
menimbulkan emisi CO2 diperkotaan. Berdasarkan studi tersebut,
maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal
yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi
transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan.
Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata
urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu
membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan
dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari
seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan/ mobilitas dan
seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan
dalam kota. Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah
memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas perjalanan/ mobilitasnya menjadi lebih
andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.
Salah satu kendala dalam pembangunan di kota-kota
besar seperti Jakarta adalah masalah lahan. Terbatasnya lahan
merupakan hambatan dalam penambahan volume yang ada
sehingga dibutuhkan alternatif jalan keluar yang lain. Alternatif
tersebut dapat berupa underpass (jalan bawah tanah) dan overpass
(jalan layang).
MRT Jakarta terdiri dari dua koridor, yaitu koridor timur-
barat dan koridor utara-selatan. Koridor timur-barat masih dalam
studi kelayakan sedangkan koridor utara-selatan terdiri dari 21
stasiun, dimana trase dari stasiun lebak bulus sampai stasiun
sisingamangaraja merupakan jalan layang dan stasiun
sisingamangaraja stasiun Kp bandan merupakan jalan bawah
tanah.
Perencanaan struktur jalan layang mengikuti gambar
desain tahap pra-rencana yang telah dibuat oleh PT. MRT Jakarta
(Gambar I.1). Struktur jalan layang direncanakan untuk kereta
double track dengan landasan PC Box Girder. Pier berbentuk T
dengan penampang persegi panjang dan jarak antar pier adalah 35
m (Gambar I.2).


Gambar I.1 Potongan melintang


Gambar I.2 Potongan memanjang

Dalam tugas akhir ini akan dibuat rencana detail struktur
jalan layang MRT Jakarta. Kriteria design harus memperhatikan
kondisi lapangan, dimana trase MRT berada di median jalan raya
existing. Metode pelaksanaan sebisa mungkin tidak menghambat
lalu lintas kendaraan, sehingga metode yang digunakan adalah
precast segmental. Perencanaan harus memperhatikan stabilitas
struktur dalam tiap tahap pengerjaan.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang muncul dalam Tugas
Akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana design box girder MRT Jakarta?
2. Bagaimana design pier MRT Jakarta?
3. Bagaimana design pondasi MRT Jakarta?

1.3 Tujuan
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah:
1. Merencanakan balok box girder MRT Jakarta.
2. Merencanakan pier MRT Jakarta.
3. Merencanakan pondasi MRT.

1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah:
1. Perencanaan menggunakan data sekunder
2. Tidak merencanakan stasiun kereta

1.5 Manfaat
Tugas akhir ini dapat menjadi bahan pembelajaran dalam
mendesain jalan layang.














Halaman ini sengaja dikosongkan



5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Struktur jalan layang menggunakan box girder berbentuk
trapesium. Manfaat utama box girder adalah momen inersia yang
tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan,
karena adanya rongga ditengah penampang sehingga sangat
cocok digunakan untuk struktur dengan bentang yang panjang.
Beton box girder umumnya dipadukan dengan sistem
pratekan dimana struktur akan selalu bersifat elastik karena beton
tidak pernah mencapai tegangan tarik dan tendon tak pernah
mencapai titik plastisnya.

2.1 Beton Pratekan
Definisi beton pratekan menurut SNI 0328472002[1]
(pasal 3.17) yaitu beton bertulang yang telah diberikan tegangan
tekan terlebih dahulu untuk mengurangi atau mengantisipasi
tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.

2.2 Gaya Prategang
Gaya prategang adalah gaya yang menyebabkan beton
berada dalam keadaan tekan akibat tendon yang menyatu dengan
beton ditarik dengan besaran tertentu. Besarnya gaya prategang
dipengaruhi oleh momen total yang terjadi. Gaya prategang yang
disalurkan harus memenuhi kontrol batas pada saat kritis.

2.2.1 Kehilangan gaya prategang
Gaya prategang yang diberikan kepada beton dapat
berkurang akibat bebarapa faktor. Kehilangan gaya prategang
tersebut antara lain (T.Y Lin, Ned H. Burns)[2]:
- Perpendekan elastis beton.
- Rangkak.
- Susut.
- Relaksasi tendon.
- Friksi atau gesekan
- Pengangkuran.
2.3 Precast Segmental Box Girder
Precast segmental box girder adalah salah satu
perkembangan penting dalam pelaksanaan konstruksi jembatan
yang tergolong baru dalam beberapa tahun terakhir. Berbeda
dengan sistem konstruksi monolit, sebuah jembatan segmental
box girder terdiri dari segmen-segmen pracetak maupun cor
ditempat yang dipratekan bersama-sama oleh tendon (Prof. Dr.-
Ing. G. Rombach, 2002)[3].

2.3.1 Elemen Struktural Jembatan Segmental Box Girder
Jembatan segmental seharusnya dibangun seperti sturktur
bentang tunggal untuk menghindari adanya sambungan kabel
post-tension. Sehubungan dengan adanya eksternal post-tension
maka diperlukan tiga macam segmen yang berbeda (Gambar
II.1), diantaranya (Prof. Dr.-Ing. G. Rombach, 2002)[3]:
- Pier Segment: Bagian ini terletak tepat diatas abutment
dan memerlukan diafragma yang kokoh untuk dapat
memperkaku box girder. Selain itu berfungsi sebagai
bidang pengangkuran dari tendon pratekan
- Deviator segment: Bagian ini dibutuhkan untuk
pengaturan deviasi tendon.
- Standard segment: Dimensi standard box girder yang
digunakan.


Gambar II.1 Tipe Segmen Box Girder
Sumber: Jurnal Prof. Dr.-Ing. G. Rombach, 2002[3]


Gambar II.2 Longitudinal profile for segmental bridges.
(a)Constant depth. (b) Semiconstant depth. (c) Straight haunches.
(d) Variable depth
Sumber: Buku Prestressed Concrete Segmental Bridges[4]

Profil longitudinal dari jembatan segemental ditunjukkan
oleh Gambar II.2. Perencanaan Tugas Akhir ini menggunakan
tipe (a) yaitu constant depth.

2.3.2 Desain Elemen Sambungan
Sambungan pada jembatan segmental telah dirancang
sesuai dengan rekomendasi AASHTO. Detail sambungan dapat
dilihat pada Gambar II.3 (Prof. Dr.-Ing. G. Rombach, 2002)[3].


Gambar II.3 Detail sambungan pada segmental box girder
Sumber: Jurnal Prof. Dr.-Ing. G. Rombach, 2002[3]

2.4 Balok Pratekan Menerus Statis Tak Tentu
Dalam tugas akhir ini direncanakan jembatan dengan
konstruksi beton pratekan statis tak tentu. Seperti halnya dengan
struktur menerus lainnya, lendutan pada balok menerus akan lebih
kecil daripada lendutan pada balok sederhana (diatas dua
tumpuan) (T.Y Lin dan Ned H. Burn, 1988)[2]. Kontinuitas pada
konstruksi beton prategang dicapai dengan memakai kabel-kabel
melengkung atau lurus yang menerus sepanjang beberapa
bentangan. Juga dimungkinkan untuk menimbulkan kontinuitas
antara dua balok pracetak dengan memakai kabel tutup (cap
cable). Alternatif lain, tendon-tendon lurus yang pendek dapat
dipakai diatas tumpuan untuk menimbulkan kontinuitas antara
dua balok prategang pracetak. Beberapa metode untuk
mengembangkan kontinuitas pada konstruksi beton prategang
telah diuji secara kritis oleh Lin dan Visvesvaraya mengenai
kelayakannya untuk dipakai dalam suatu situasi tertentu (N.
Krishna Raju, 1989)[5].

2.5 Metode Konstruksi
Dalam buku berjudul Prestressed Concrete Segmental
Bridges[4], untuk pelaksanaan metode kantilever membutuhkan
adanya tendon-tendon yang berfungsi sebagai penompang setiap
segmen Box Girder. Tendon yang digunakan terdiri dari dua jenis
yaitu cantilever tendons dan continuity tendons. Layout
tendon dapat dilihat pada Gambar II.4.
- Cantilever tendons terletak di area momen negative yang
dijacking saat setiap segmen box girder ditempatkan.
Cantilever tendons dapat diperpanjang hingga ke bagian
bawah dengan melewati badan segmen, atau dapat juga
berhenti hanya pada bagian atas segmen.
- Continuity tendons bekerja untuk menyediakan gaya
prestressing di area momen positif. Continuity tendons di
tempatkan dan dijacking setelah penutup sambungan
telah ditempatkan.


Gambar II.4 Tendon layout
(a) Cantilever tendon (b) Continuity tendon

2.5.1 Metode Falsework
Pada sistem ini balok jembatan dicor (cast in situ) atau
dipasang (precast) diatas landasan yang sepenuhnya didukung
oleh sistem perancah, kemudian setelah selesai perancah
dibongkar. Kelebihan metode ini:
1. Pelaksanaan di lapangan cukup mudah
2. Perancah yang telah selesai digunakan bisa dipindahkan
ke tempat lain yang membutuhkan perancah juga jadi
pekerjaan relative lebih singkat


Gambar II.5 Falsework Method

2.5.2 Metode Peluncuran (Incremental Launching)
Pada sistem ini balok dicor disalah satu sisi jembatan,
kemudian diluncurkan dengan cara ditarik atau didorong hingga
mencapai sisi lain jembatan.Untuk bentang tunggal, istem ini
memerlukan jembatan launching, gantri atau dua buah crane yang
bekerja secara bersamaan.Untuk bentang lebih dari satu ,sistem
ini memerlukan bantuan launching nose yang disambung didepan
balok.Bila struktur jembatan cukup besar,dan lahan terbatas
biasanya digunakan sistem incrimental launching. Kelebihan
metoda ini:
1. Dapat digunakan di daerah yang mempunyai daya
dukung tanah rendah yang tidak memungkinkan
dipasangnya perancah
2. Dapat meminimalkan dipakainya perancah sehingga
membuat biaya lebih ekonomis


Gambar II.6 Incremental Launching Method

2.5.3 Metode Kantilever (Balanced Cantilever)
Pada sistem ini balok jembatan dicor (cast insitu) atau
dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai kantilever di
kedua sisi agar saling mengimbangi (balance) atau satu sisi
dengan pengimbang balok beton yang sudah dilaksanakan lebih
dahulu. Pada sistem ini diperlukan kabel prestress khusus untuk
pemasangan tiap segmen. Kabel prestress ini hanya berfungsi
pada saat erection saja, sedangkan untuk menahan beban
permanen diperlukan kabel prestress tersendiri.
Kelebihan metoda balance kantilever
1. Gelagar jembatan dapat dibangun tanpa adanya kontak
dengan tanah, dan memungkinkan untuk membangun
jembatan di atas sungai dengan masalah utama arus yang
deras. Metoda ini juga memungkinkan untuk membangun
jembatan pada jurang yang sangat dalam.
2. Metode balanced cantilever dikembangkan untuk
meminimalkan acuan perancah atau scaffolding yang
diperlukan untuk pelaksaaan pengecoran secara in-situ.
Tumpuan sementara (temporary shoring) terlalu mahal
khususnya untuk kasus jembatan berelevasi tinggi dan
penggunaan perancah yang melintasi sungai sangat
beresiko, sehingga diatas jalan air yang padat, lalu lintas
jalan atau jalan kereta api, penggunaan perancah sudah
tidak ekonomis lagi. Metode konstruksi secara balanced
cantilever diterapkan untuk menghilangkan kesulitan-
kesulitan seperti ini.
Kelemahan metoda balance kantilever
1. Untuk bentang yang sama, jembatan yang dibangun
menggunakan metoda ini lebih berat daripada struktur
komposit. Metoda ini membutuhkan perletakan dan
fondasi yang lebih besar dibandingkan dengan struktur
komposit.Karena itu metoda balance kantilever kurang
menarik khususnya saat pondasi cuma berkualitas sedang
saja atau karena lapangan pekerjaan berada pada daerah
gempa.
2. Kelemahan lain proses pengerjaan jembatan yang lebih
rumit, karena membutuhkan banyak peralatan
berteknologi tinggi. Dan kebanyakan peralatan dan
gelagar box girder ini (jika merupakan box gider
pracetak) mempunyai ukuran yang sangat besar, karena
itu untuk membawanya ke lokasi pekerjaan agaklah
susah. Sehingga dalam proses pembawaan ke lokasi
pekerjaan dapat mengganggu arus lalu lintas yang ada.

Terdapat beberapa jenis metoda konstruksi untuk metoda
balance kantilever ini:
1. Metoda balance cantilever dengan launching gantry


Gambar II.7 Balaced Cantilever Using Launching Gantry

Metoda ini digunakan untuk balok yang adalah hasil precast
dan bukan hasil pengecoran in situ.Pada metoda ini digunakan
satu buah gantry atau lebih yang digunakan sebagai peluncur
segmen segmen mox girder yang ada. Kelebihan metoda ini:
a. Tidak menggganggu lalu lintas yang ada di bawah
pengerjaan jembatan tersebut
b. Tidak memerlukan perancah
c. tidak memerlukan banyak tenaga kerja untuk pemasangan
di lapangan

2. Metoda balance cantilever dengan rangka pengangkat (lifting
frame)


Gambar II.8 Balaced Cantilever Using Lifting Frame

Pada dasarnya metode ini hampir sama dengan metode
launching gantry. Perbedaaannya cuma pada jenis alat yang
digunakan untukmengangkat segmen segmen jembatan nya.

3. Metoda balance cantilever dengan crane


Gambar II.9 Balaced Cantilever Using Crane

Pada dasarnya metode ini hampir sama dengan metode lifting
frame. Perbedaaannya cuma pada jenis alat yang digunakan untuk
mengangkat segmen segmen jembatan nya. Pada system ini
digunakan crane untuk mengangkat tiap segmen. Sedangkan pada
lifting frae digunagan lifting frame untuk mengangkat tiap
segmennya.

4. Metoda balance cantilever dengan form traveler


Gambar II.10 Balanced Cantilever Using Form Traveler

Metoda ini digunakan untuk pengecoran beton di tempat
(insitu). Pada metoda ini digunakan form traveler yang digunakan
sebagai alat untuk membetuk segmen segmen jembatan sesuai
kebutuhan.
Urutan metode konstruksi kantilever dengan form traveler
adalah sebagai berikut:
a) Install dan atur gantry
b) Install dan letakkan form traveler dan bekisting menurut
elevasi yang tepat
c) Tempatkan penulangan dan saluran duck dari tendon
d) Pengecoran segmen
e) Install tendon penarikan dan lakukan stressing
f) Lepaskan bekisting
g) Majukan gantry pada posisi selanjutnya dan mulailah
cycle yang baru.

Metode konstruksi yang dipilih dalam penulisan Tugas Akhir
ini adalah metode Balance Cantilever Using Launching Gantry.
Pada metode ini membutuhkan alat Launching Gantry sebagai
penompang utama dalam proses perpindahan dan pemasangan
segmental box girder. Dengan konstruksi alat Launching Gantry
yang menumpu di tiap-tiap pilar.

BAB III
METODOLOGI

Dalam tugas akhir ini, akan direncanakan struktur jalan
layang Mass Rapid Transit Jakarta dengan menggunakan box
girder berbentuk trapesium yang menggunakan metode precast
segmental dan sistem pratekan pasca-tarik internal tendon.
Stuktur menggunakan pier berbentuk persegi panjang untuk
substructure dengan asumsi balok menerus 3 (tiga) bentang statis
tak tentu. Diagram alur pengerjaan ditunjukkan pada Gambar
III.1.




Gambar III.1 Flowchart metodologi pengerjaan
3.1 Pengumpulan Data dan Literatur
Data-data perencanaan diperoleh dari PT. Mass Rapid
Transit Jakarta. Jalan laying ini menggunakan box girder pratekan
dengan bentang menerus (statis tak tentu). Adapun data-data yang
digunakan dalam perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Panjang jembatan : 105 m, terdiri dari 3 bentang
dengan panjang masing-masing
35 m.
2. Lebar jembatan : 9,4 m
3. Fungsi jembatan : kereta double track
4. Lokasi jembatan : Jl. Fatmawati
5. Elevasi jembatan : 7,1 m
6. Gelagar utama : Box girder

Kereta yang digunakan adalah kereta listik dengan
spesifikasi detail sebagai berikut:
1. Lebar jalan rel : 1067 mm
2. Diameter roda : 780 mm
3. Beban gandar : 14 ton
4. Berat Netto : 35.7 ton
5. Jumlah bogie : 2
6. Jarak antar bogie : 14.000 mm
7. Jarak sumbu antar roda : 2.200 mm
8. Tinggi : 3.820 mm
9. Lebar : 2.950 mm
10. Panjang : 20.000 mm
11. Kecepatan maximum : 100 km/jam

3.2 Preliminari design
a. Tinggi box girder
Menurut Robert Benaim (2008), ratio antara panjang
bentang dan kedalaman deck adalah antara 15 sampai 20.
Sehingga direncanakan kedalaman deck (d) =
5 . 17
35
= 2 m.

b. Side Cantilever

Gambar III.2 Geometry of Side Cantilever
Sumber: The Design of Concrete Prestressed Bridges
Ketebalan minimum pelat kantilever tidak boleh kurang
dari 200 mm, sehingga diambil 250 mm dengan pertimbangan
akan ada sound barrier setinggi 2.2 m di ujung kantilever.
Untuk ketebelan pelat di daerah pertemuan dengan web
tidak boleh kurang dari 1/9 panjang kantilever.
t = 1 . 2
9
1
= 0.233 m = 233 mm. Pertimbangan lain adalah akan
ada internal tendon di daerah ini sehingga, t = 150 + 2 x d
duct
+ 10
= 470 mm.

c. Top Slab

Gambar III.3 Top Slab Configuration
Sumber: The Design of Concrete Prestressed Bridges

Tebal pelat atas dihitung sebagai berikut:
t =
30
2 . 5
30
=
L
= 0.173 = 173 mm
t 200 mm
diambil tebal pelat = 250 mm, dengan pertimbangan beban
merupakan kereta api dimana bobot beban lebih besar.
Untuk ketebelan pelat di daerah pertemuan dengan web
tidak boleh kurang dari 1/18 panjang kantilever.
t = 2 . 5
18
1
= 0.288 m = 288 mm. Pertimbangan lain adalah akan
ada internal tendon di daerah ini sehingga,
t = 150 + 2 x d
duct
+ 10 = 470 mm.

d. Web

Gambar III.4 Thickness of Webs for Box Sections
Sumber: The Design of Concrete Prestressed Bridges

Untuk web yang berinklinasi dibutuhkan ruang minimum 100
mm untuk
t = 150 + d
duct
+ 100 = 400 mm





e. Bottom Slab

Gambar III.5 Bottom Slab Configuration
Sumber: The Design of Concrete Prestressed Bridges
Tebal pelat bawah diisyaratkan 1/20 jarak antar web dan
tidak boleh kurang dari 200 mm. Sehingga tebal,
t = 4 . 4
20
1
x = 0.22 = 220 mm 250 mm.

3.3 Perhitungan Momen Statis Tak Tentu
Pada perhitungan ini beban-beban yang
diperhitungkan meliputi :
1. Beban sendiri box girder
2. Beban rel, bantalan rel, sound barrier, dan air hujan.
3. Beban hidup (kereta)
Untuk menghitung momen yang terjadi pada struktur statis tak
tentu yaitu dengan menggunakan program bantu SAP 2000.

3.4 Perhitungan Gaya Prategang Awal
Tegangan ijin beton sesaat setelah penyaluran gaya
prategang:
- Tegangan tekan : o
ci
= 0.6 f 'ci (SNI 03-2847-2002
Ps.20.4.1(1)).
- Tegangan tarik : o
ti
= 0.25 ci f ' (SNI 03-2847-2002
Ps.20.4.1(1)).

Tegangan ijin beton sesaat setelah kehilangan gaya
prategang:
- Tegangan tekan : o
ci
= 0.45 f 'ci (SNI 03-2847-2002
Ps.20.4.1(1)).
- Tegangan tarik : o
ti
= 0.5 ci f ' (SNI 03-2847-2002
Ps.20.4.1(1)).

Merencanakan besarnya gaya prategang
-
t
G
t
ti
W
M
W
e F
A
F
+ =
0 0
o
-
b
G
b
ci
W
M
W
e F
A
F
+ =
0 0
o
3.5 Kehilangan gaya prategang
Dalam perencanaan beton pratekan, analisis gaya-gaya
efektif dari tendon penting sekali untuk diketahui. Dalam buku
karangan T.Y Lin dan Ned H Burns tahun 1988 disebutkan bahwa
kehilangan gaya prategang akan terjadi dalam dua tahap dan
keduanya akan sangat mempengaruhi hasil akhir gaya-gaya
efektif tendon yang akan terjadi.
Tahap pertama, pada saat setelah peralihan gaya
prategang ke penampang beton, tegangan dievaluasi sebagai tolak
ukur perilaku elemen struktur. Pada tahap ini kehilangan gaya
prategang meliputi:
- Perpendekan elastis beton (ES)
Pada saat gaya pratekan dialihkan ke beton, komponen
struktur akan memendek dan baja akan ikut memendek
bersamanya. Jadi ada kehilangan gaya pratekan pada
baja. Rekomendasi ACI-ASCE untuk memperhitungkan
kehilangan gaya pratekan adalah dengan persamaan
berikut:
ci
cir
S S
E
J
E K ES =
Dengan nilai f
cir
sebagai berikut
I
e M
I
e F
A
F
f
G
cir
+ =
0 0

Dimana,
f
cir
Tegangan beton pada garis berat baja (c.g.s)
akibat gaya prategang yang efektif segera
setelah gaya prategang telah dikerjakan pada
beton
MG Momen akibat berat sendiri beton.
Kes 1 untuk komponen struktur pratarik
Kes 0.5 untuk komponen struktur pasca - tarik bila
kabel-kabel secara berturutan ditarik dengan
gaya yang sama
Es Modulus elastisitas tendon prategang
E
ci
Modulus elastisitas beton pada saat
pengangkuran

- Gesekan (FR)
Selama terjadi pengalihan gaya pratekan pada sistem
pascatarik, kabel yang ditarik sedikit demi sedikit akan
mengalami kehilangan tegangannya pada saat tendon
melengkung. Perumusan untuk menghitung kehilangan
gaya pratekan ini adalah sebagai berikut :
L
f
xF F f
xe F F
pF i pF
KxL ux
i pF
8
)) ( ) ((
=
= A
=
+
o
o

Dimana:
F
pF
Gaya prategang setelah terjadi kehilangan
akibat friction
f
pF
Besarnya gaya kehilangan prategang akibat
friksi F
i
= Gaya awal prategang
= Sudut Kelengkungan
= Koefisien friksi (gesekan)
K = Koefisien wobble
L = Panjang bersih balok
f = Fokus tendon (eksentrisitas dari cgs)
= koefisien lengkungan.
o = susut pusat tendon.

Tabel III.1 koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pasca-tarik
Tipe tendon K tiap meter

Tendon pada selubung logam
fleksibel :
- Tendon kawat 0,0033 0,0049 0,15 0,25
- Strand dengan untaian 7 kawat 0,0016 0,0066 0,15 0,25
- Baja mutu tinggi 0,0003 0,0020 0,08 0,30
Tendon pada selubung logam kaku
- Strand dengan untaian 7 kawat 0,0007 0,15 0,25
Tendon yang diminyaki terlebih
dahulu
- Tendon kawat dan strand dengan
untaian 7 kawat 0,001 0,0066 0,05 0,15
Tendon yang diberi lapisan mastic
- Tendon kawat dan strand dengan
untaian 7 kawat. 0,0033 0,0066 0,05 0,15

- Slip angkur (ANC)
Untuk kebanyakan system pasca tarik, pada saat tendon
ditarik sampai nilai penuh dongkrak dilepas dan gaya
prategang dialihkan ke angkur. Peralatan angkur yang
mengalami tegangan pada saat peralihan cenderung untuk
berdeformasi, jadi tendon dapat tergelincir sedikit.
Rumus umum untuk menghitung kehilangan gaya
prategang akibat slip pengangkuran adalah :
|
.
|

\
|
+

= A
A =
Kx
L
f F
A f F
st pA
pA pA pA
o
2

Dimana:
F
pA
= Kehilangan gaya prategang akibat slip angkur
A
ps
= Luas penampang tendon
f
PA
= Jumlah hilangnya tegangan prategang akibat
angkur
f
st
= Besarnya tegangan ijin baja tendon minimum
yang disyaratkan SNI 03-2002-2847
= Sudut Kelengkungan
= Koefisien friksi (gesekan)
K = Koefisien woble
L = Panjang bersih balok
X = Koefisien slip angkur berdasarkan bentuk
profil tendon (digunakan profil tendon
berbentuk parabola)

2
L
K
L
f
g E
X
st
PS
<
|
.
|

\
|
+


=
o

Tahap kedua, pada saat beban bekerja setelah semua
gaya prategang terjadi dan tingkatan prategang efektif jengka
panjang telah tercapai. Akibat waktu yang lama akan terjadi
kehilangan gaya prategang sebagai berikut:
- Rangkak beton (CR)
Rangkak dianggap terjadi dengan beban mati permanen
yang ditambahkan pada komponen struktur setelah beton
diberi gaya prategang. Kehilangan gaya pratekan akibat
rangkak untuk komponen struktur dengan tendon terekat
dihitung dari persamaan berikut:Sedangkan kehilangan
gaya prategang akibat rangkak untuk komponen struktur
dengan tendon tidak terekat dihitung dari persamaan
berikut:

cds cir
c
S
cr
f f
E
E
K CR =
Dimana
Kcr = 2,0 untuk komponen struktur pratarik.
Kcr = 1,6 untuk komponen struktur pasca tarik.
fcds = tegangan beton pada titik berat tendon akibat
seluruh beban mati yang bekerja pada
komponen struktur setelah diberi gaya
prategang
E
s
= modulus elastisitas tendon prategang
E
c
= modulus elastisitas beton umur 28 hari

Sedangkan kehilangan gaya prategang akibat rangkak
untuk komponen struktur dengan tendon tidak terekat
dihitung dari persamaan berikut
cpa
c
S
cr
f
E
E
K CR =

Dimana, f
cpa
= tegangan tekan rata-rata pada beton
sepanjang komponen struktur pada titik
berat tendon (c.g.s)

- Susut (SH)
Karena susut tergantung dari waktu, kita tidak mengalami
100% kehilangan tegangan batas dalam beberapa tahun,
tetapi 80% terjadi pada tahun pertama. Besarnya susut
yang terjadi pada beton pratekan dapat dijelaskan
menggunakan persamaan berikut ini:
RH
S
V
E K SH
S SH

|
.
|

\
|
=

100 0236 . 0 1 10 2 . 8
6

Dimana,
Ksh = koefisien factor susut (tabel 2.2)
Ksh = 0,1 untuk struktur pratarik
RH = kelembaban relative
V/S = perbandingan volume terhadap permukaan

Tabel III.2 Nilai K
sh
untuk komponen struktur pasca-tarik
Jangka waktu setelah
perawatan basah sampai 1 3 5 7 10 20 30 60
penerapan prategang (hari)

Ksh 0,92 0,85 0,80 0,77 0,73 0,64 0,58 0,45


- Relaksasi baja (RE)
Percobaan pada baja pratekan dengan perpanjangan yang
konstan dan dijaga tetap pada suatu selang waktu
memperlihatkan bahwa gaya pratekan akan berkurang
secaraperlahan. Kehilangan gaya pratekan ini dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

RE = [K
re
- J(SH + CR + ES) ]C

Dimana, K
re
J dan C adalah nilai-nilai menurut tabel III.3
dan tabel III.4

Tabel III.3 Nilai-nilai K
re
dan J
Tipe tendon Kre J
Strand atau kawat stress-relieved derajat 138 0,15
1860 MPa
Strand atau kawat stress-relieved derajat 128 0,14
1720 MPa
Kawat stress-relieved derajat 1655 MPa 121 0,13
atau 1620 MPa
Strand relaksasi-rendah derajat 1860 35 0,040
MPa
Kawat relaksasi-rendah derajat 1720 32 0,037
MPa
Kawat relaksasi-rendah derajat 1655 30 0,035
MPa atau 1620 MPa
Batang stress-relieved derajat 1000 MPa 41 0,05
atau 1100 MPa

Tabel III.4 Nilai C
fpi / fpu Strand atau Batang stress_relieved atau
kawat Strand atau kawat relaksasi
stress-relieved rendah
0,80 1,28
0,79 1,22
0,78 1,16
0,77 1,11
0,76 1,05
0,75 1,45 1,00
0,74 1,36 0,95
0,73 1,27 0,90
0,72 1,18 0,85
0,71 1,09 0,80
0,70 1,00 0,75
0,69 0,94 0,70
0,68 0,89 0,66
0,67 0,83 0,61
0,66 0,78 0,57
0,65 0,73 0,53
0,64 0,68 0,49
0,63 0,63 0,45
0,62 0,58 0,41
0,61 0,53 0,37
0,60 0,49 0,33

3.6 Pembebanan Pada Struktur Utama Jembatan
Pembebanan yang diterapkan mengacu kepada
muatan atau aksi lain (beban perpindahan dan pengaruh
lainnya) yang timbul pada suatu jembatan berdasarkan acuan
Standar Teknis Kereta Api Indonesia. Aksi-aksi yang timbul
dikelompokkan menurut sumbernya kedalam beberapa
kelompok, yaitu:

3.6.1 Beban Mati
1. Beban Sendiri (D
1
)
Berat sendiri (self weight) adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan
elemen non-struktural yang dipikulnya dan bersifat tetap.
2. Beban mati tambahan (D
2
)
Beban mati tambahan (superimposed dead load), adalah
berat seluruh bahan yang menimbulkan suatu beban pada girder
jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan mungkin
besarnya berubah selama umur jembatan.

3.6.2 Beban Hidup
1. Beban Kereta (L)
Beban lokomotif, kereta listrik dan beban kereta diesel
dianggap sebagai beban kereta dan harus ditetapkan berdasarkan
nilai karakteristik dan metode pembebanan.


Gambar III.6 Skema Beban Kereta
2. Beban Rem dan Traksi (B)
Posisi beban rem dan beban traksi harus diperhitungkan
pada pusat gravitasi kereta atau bekerja paralel terhadap jalan rel
dan mempunyai arah horizontal pada jalan rel. Untuk beban
kereta listrik nilai karakteristik beban dihitung sebagai berikut:

Beban rem = T L
M

|
.
|

\
|
+
80 . 0
20 . 0

Beban traksi = T L
M

|
.
|

\
|
+
76 . 0
19 . 0
Dimana, M = Panjang 1 kereta
L = Panjang beban kereta dengan efek terbesar
T = Beban gandar

3. Beban Kerumunan (L
p
)
Nilai karakteristik beban kerumunan harus ditetapkan untuk
setiap kondisi batas yang terkait dengan tujuan penggunaan
struktur dan elemen.


Tabel III.5 Beban Kerumunan
Elemen Klasifikasi Struktur
Normal
Selama
Gempa
(kN/m
2
) (kN/m
2
)
Pelat
dan
lainnya
Jembatan untuk pergantian kereta
5 -
Pelat tengah pada jembatan elevasi
stasiun, pelat kantilever, tepi
jembatan (untuk jalan rel dan ballast)
Balok
dan
pilar
Jembatan untuk pergantian kereta
3.5
1.5
Balok tengah untuk jembatan stasiun
yang dinaikkan
2.1
Balok platform 2 1

3.6.3 Pengaruh Pra-tegang (Ps)
Prategang akan menyebabkan pengaruh sekunder pada
komponen-komponen yang terkekang pada bangunan statis tidak
tentu. Pengaruh sekunder tersebut harus diperhitungkan baik pada
batas daya layan ataupun batas ultimit.

3.6.4 Pengaruh Susut (S
H
) dan Rangkak (C
R
) Beton
Apabila seluruh struktur dibangun dalam waktu yang tidak
bersamaan dan terjadi perubahan pada system struktur selama dan
setelah proses konstruksi, gaya statis tak tentu dari efek susut dan
rangkak beton harus diperhitungkan.

3.6.5 Beban Lingkungan
1. Beban Angin
Pada dasarnya, beban angina bekerja horizontal secara
tegak lurus pada jembatan sebesar 1,50 kN/m
2
untuk area
proyeksi jembatan dan kereta pada permukaan vertikal bila ada
kereta. Area proyeksi pada permukaan vertikal kereta harus
dianggap sebagai bidang vertikal dengan tinggi 3,6 m yang
berada diatas rel.
Bila tanpa kereta, beban angin bekerja tegak lurus secara
horizontal sebesar 3,0 kN/m
2
pada proyeksi daerah vertikal
jembatan.
2. Beban Gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan
batas ultimate. Untuk beban rencana gempa minimum
diperoleh dari rumus berikut :

T
EQ
= K
h
. I . W
T

dan
K
h
= C . S

Dimana :
T
EQ
= Gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)
K
h
= Koefisien beban gempa horizontal
C = Koefisien geser dasar untuk daerah, waktu dan
kondisi setempat yang sesuai.
I = Faktor kepentingan.
S = Faktor tipe bangunan.
W
T
= Berat total nominal bangunan yang mempengaruhi
percepatan gempa diambil sebagai beban mati
ditambah beban mati tambahan ( kN ).

Waktu dasar getaran jembatan yang digunakan untuk
menghitung geser dasar harus dihitung dari analisa yang
meninjau seluruh elemen bangunan yang memberikan kelekuan
dan fleksibilitas dari sistem pondasi. Untuk bangunan yang
mempunyai satu derajat kebebasan yang sederhana, memakai
rumus sebagai berikut :
p
TP
K g
W
T
.
2t =

Dimana :
T = Waktu getar dalam detik
g = Percepatan gravitasi ( m/dt
2
)
WTP = Berat total nominal bangunan atas termasuk beban
mati tambahan ditambah setengah berat berat pilar
( kN )
Kp = Kekakuan gabungan sebagai gaya horizontal yang
diperlukan untuk menimbulkan satu satuan
lendutan pada bagian atas pilar ( kN/m )

Untuk waktu getar arah memanjang berbeda dengan arah
melintang sehingga beban rencana statis ekivalen yang
berbeda harus dihitung untuk masing masing arah.

3.6.6 Menuangkan hasil perhitungan ke dalam gambar
Dalam menuangkan hasil perhitungan ke dalam gambar
teknik yaitu dengan menggunakan program Autocad.































Halaman ini sengaja dikosongkan


35

BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

4.1 Perencanaan Sound Barrier
Beban yang bekerja pada sound barrier adalah beban
angin. Berdasarkan standar teknis kereta api Indonesia pasal
6.6.13 (3), bila tanpa kereta, beban angin bekerja tegak lurus
secara horizontal sebesar 3.0 kN/m
2
.


Gambar IV.1 Tiang Sound Barrier

Panjang total jembatan = 105 m
Jarak tiang sandaran = 2.2 m
Bahan yang digunakan:
Mutu beton fc = 30 MPa
Mutu baja fy = 240 MPa

q = 3.0 kN/m
2

w = q x L
= 3 x 2.2 m
= 6.6 kN/m
Dimana L = jarak antar kolom sound barrier
Mu = x w x h
2

= x 6.6 x 2 m
= 13.2 kNm

Penulangan
Dimensi kolom 20 x 20 cm
Beton decking 20 mm
Direncanakan menggunakan tulangan D = 16 mm

d = 200 20 ( |
2
1
)
= 172 mm
Rn =
172 200 8 , 0
10 2 , 13
6


=
d b
Mu

= 2,5352
m =
30 85 , 0
240
' 85 , 0
=
fc
fy
= 9,4118
min
=
fy
4 , 1
= 0,0058
balance
=
fy fy
fc
+


600
600 ' 85 , 0
1
|
= 0,0645
maks
= 0,75 x
balance
= 0,0483
perlu
=
|
|
.
|

\
|


f y
Rn m
m
2
1 1
1
= 0,0111

Karena
min
<
perlu
<
maks
, maka:
A
s
=
perlu
x b x d = 0,0111 x 200 x 172 = 383,5 mm
2

Dipakai tulangan 2 D16 (A
s
= 401,9 mm
2
)

4.2 Kontrol terhadap Geser Pons


Gambar IV.2 Penyebaran Beban pada Pelat Lantai

- Gaya geser (Vu) = 1,8 x 70 x (1 + 0,23)
= 154,98 kN
- Luas bidang kritis (A
k
) = 2 x (b
0
+ d
0
) x 25
= 2 x (130 + 110) x 25
= 12.000 cm
2

= 12 x 10
5
mm
2

- Kemampuan geser (V
c
) = A
k
x '
3
1
f c
= 12 x 10
5
x 30
3
1

= 2.190.890,23 N
= 2.190,9 kN

- Gaya geser < Vc
154,98 kN < 0,7 x 2.190,9 kN
154,98 kN < 1533,63 kN OK









39

BAB V
PERENCANAAN STRUKTUR ATAS

5.1 Data Perencanaan
Dalam Tugas Akhir ini akan direncanakan Jalan layang
dengan konstruksi box girder pratekan struktur statis tak tentu.
Jalan layang ini berada di median jalan raya yang memiliki
bentang total 105 m yang dibagi menjadi tiga bentang dengan
panjang masing-masing 35 m.


Gambar V.1 Potongan Memanjang

Fungsi jalan : Rel kereta double track
Lokasi jalan : Jl. Fatmawati Jakarta
Tipe jembatan : Precast segmental box girder
dengan menggunakan struktur
beton pratekan tipe single box.
Panjang total : 105 m, terdiri dari 3 bentang
dengan panjang bentang
masing-masing 35 m.
Metode pelaksanaan : Dengan metode Balance
Cantilever Using Launching
Gantry
Lebar total jembatan : 9,4 m.
Elevasi : 7,1 m.




5.2 Data-data Bahan
5.2.1 Beton
a. Kuat tekan beton prategang (fc ) = 60 MPa
b. Kuat tekan beton untuk struktur sekunder (fc ) = 30 MPa
5.2.2 Baja
a. Mutu baja yang digunakan untuk penulangan box girder
adalah baja mutu (f
y
) = 400 MPa.
b. Mutu baja yang digunakan untuk penulangan struktur
sekunder adalah baja mutu (f
y
) = 240 MPa.
c. Dalam perencanaan ini akan digunakan jenis kabel dan
angkur ASTM A416-74 Grade 270 dengan diameter 15,2
mm.
5.3 Tegangan Ijin Bahan
5.3.1 Beton Prategang (Pasal 4.4.1.2)
a. Pada saat transfer
Kuat tekan beton yang direncanakan pada umur saat
dilakukan transfer ) ' (
ci
f , dinyatakan dalam satuan MPa.
- ' % 65 '
c ci
f f =
= 65 % 60
= 39 MPa
Berdasarkan SNI T-12-2004 pasal 4.4.1.2.2 untuk
komponen beton prategang pada saat transfer, tegangan
tekan dalam penampang beton tidak boleh melampaui
nilai sebagai berikut :
- ' 6 , 0
ci tekan
f = o
39 6 , 0 =
= 23,4 MPa
Berdasarkan SNI T-12-2004 pasal 8.3 untuk struktur
jembatan segmental pracetak tidak ada tegangan tarik
yang diijinkan pada setiap sambungan antara segmen-
segmen selama pelaksanaan.
- =
tarik
o 0 MPa


b. Pada saat service
Berdasarkan SNI T-12-2004 pasal 4.4.1.2.1 untuk
komponen beton prategang pada saat transfer, tegangan
tekan dalam penampang beton tidak boleh melampaui
nilai sebagai berikut :
- ' 45 , 0
c tekan
f = o
60 45 , 0 =
= 27 MPa
Berdasarkan SNI T-12-2004 pasal 8.3 untuk struktur
jembatan segmental pracetak tidak ada tegangan tarik
yang diijinkan pada kondisi batas layan.
- =
tarik
o 0 MPa
- Modulus Elastisitas (E)
Untuk beton normal dengan massa jenis sekitar 2400
kg/m
3
, E
c
boleh diambil sebesar 4700 '
c
f .
- E = 4700 '
c
f
= 4700 60
= 36406,043 MPa

5.3.2 Baja Prategang (Pasal 4.4.3)
a. Modulus Elastisitas (E
s
) = 200.000 MPa
b. Tegangan Putus kabel (f
pu
) = 1745 MPa
c. Tegangan leleh kabel (f
py
) = 0,85 f
pu

= 0,85 1745
= 1483,25 MPa
d. Tegangan tarik ijin kabel (jacking) = 0,94 f
py

= 0,94 1483,25
= 1394,255 MPa
e. Tegangan tarik ijin kabel (setelah pengangkuran)
= 0,7 f
pu

= 0,7 1745
= 1221,5 MPa
5.4 Preliminari Design
Perencanaan Dimensi Profil Box Girder
Langkah awal dalam menentukan dimensi box girder
adalah dengan menentukan tinggi tafsiran ( h
tafsiran
) penampang
box girder. H
tafsiran
diperoleh dari rasio tinggi (h) terhadap bentang
(L) yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya yaitu
15
1
20
1
L (dalam buku Prestressed Concrete Segmental
Bridges).
Pada perencanaan jembatan menerus ini penampang box
girder dibuat sama untuk mempermudah dalam pelaksanaannya.
Mengingat metode pelaksanaannya adalah metode Balance
cantilever sehingga memerlukan keseimbangan pada setiap
pemasangan segmen-segmen box girder pracetak :

- Profil box girder : Bentang 35 m
h
tafsiran
= 1/17,5 L
= 1/17,5 35 m
= 2 m
Direncanakan menggunakan dimensi box girder sebagai berikut :


Gambar V.2 Dimensi Penampang Box Girder

Lebar : B1 = 4.40 m Tinggi : T1 = 0.25 m
B2 = 0.40 m T2 = 0.22 m
B3 = 2.10 m T3 = 1.00 m
B4 = 0.36 m T4 = 0.28 m
B5 = 0.85 m T5 = 0.25 m
B6 = 0.26 m
Dari data profil di atas maka langkah selanjutnya adalah
menghitung efisiensi penampang box girder untuk mengetahui
bahwa penampang tersebut layak digunakan. Dalam hal ini
terdapat kisaran tertentu untuk nilai efisiensi, yaitu apabila :
efisiensi 0,45 balok terlalu gemuk.
efisiensi 0,55 balok terlalu langsing.

Perhitungan efisiensi box girder adalah sebagai berikut :

Tabel V.1 Perhitungan Efisiensi Box Girder

Letak titik berat : y
b
=


A
y A
= 1.272 m
: y
a
= H y
b
= 0.728 m
A y A . y
A . y
2
I
0
(m) (m)
(m
2
)
(m)
(m
3
) (m
4
) (m
4
)
1 9.4 0.25 1 1 2.3500 1.875 4.406250 8.261719 0.012240
2 2.1 0.22 0.5 2 0.4620 1.677 0.774620 1.298780 0.000621
3 0.4 0.22 1 2 0.1760 1.640 0.288640 0.473370 0.000355
4 0.85 0.22 0.5 2 0.1870 1.677 0.313537 0.525696 0.000251
5 0.4 1.53 0.5 2 0.6120 1.020 0.624240 0.636725 0.039795
6 0.26 1 0.5 2 0.2600 0.863 0.224467 0.193790 0.007222
7 0.26 0.53 1 2 0.2756 0.265 0.073034 0.019354 0.003226
8 0.36 0.28 0.5 2 0.1008 0.343 0.034608 0.011882 0.000220
9 3.88 0.25 1 1 0.9700 0.125 0.121250 0.015156 0.005052
5.3934 6.860645 11.436471 0.068982
Inersia
Momen
Luas
Tampang
No.
Jarak thd
alas
Statis
Momen
Inersia
Momen
Dimensi
Lebar Tinggi
Shape
Factor
Jumlah
Tampang
Inersia thdp alas balok : I
b
=

+
0
2
I y A
= 11.505453 m
3

Inersia thdp titik berat balok : I
x
= I
b
A x y
b
2
= 2.778 m
4
Tahanan Momen sisi atas : W
a
=
a
x
y
I
= 3.8617 m
3

Tahanan Momen sisi bawah : W
a
=
b
x
y
I
= 2.1842 m
3

Kern sisi atas : K
a
=

A
W
b
= 0.4050 m
Kern sisi bawah : K
b
=

A
W
a
= 0.7076 m
Berat beton prategang : w
c
= 25.5 kN/m
3
Berat sendiri box girder : Q
bs
= A x w
c
= 137.53 kN/m
Dimana :
I = Momen inersia
bentuk Persegi
3
12
1
h b
bentuk Segitiga
3
36
1
h b

r
2
= 0,515
3934 , 5
778 , 2
A
Ix
= = m
2



Perhitungan efisiensi penampang box girder
=

=
1,272 0,728
0,515
Yb Ya
r
2
efisiensi 0,54

Maka dimensi balok tersebut sudah seimbang dan baik
5.5 Analisa Pembebanan
Menurut sumbernya aksi-aksi (beban, perpindahan, dan
pengaruh lainnya) dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
yaitu sebagai berikut :
1. Aksi tetap yang terdiri dari :
- Beban mati
- Susut dan rangkak
- Pengaruh prategang
2. Beban lalu lintas, terdiri dari :
- Beban kereta
3. Aksi lingkungan
4. Aksi-aksi lainnya
Aksi juga diklasifikasikan berdasarkan kepada lamanya aksi
tersebut bekerja, yaitu :
1. Aksi tetap
2. Aksi transient
Klasifikasi ini digunakan apabila aksi-aksi rencana digabung satu
sama lainnya untuk mendapatkan kombinasi pembebanan yang
akan digunakan dalam perencanaan jembatan.

5.5.1 Analisa Beban Mati
Beban mati jembatan terdiri dari berat masing-masing
bagian struktural dan elemen-elemen non-struktural. Pada
perhitungannya dibedakan menjadi dua bagian yaitu berat sendiri
profil box girder dan berat beban mati tambahan yang berada di
atas box girder pada saat finishing (lapisan beton, bantalan rel,
rel, dan pagar)


a. Analisa berat sendiri
A = 5,3934 m
2

q = A Bj.beton
= 5,3934 m
2
25,5 KN/m
3
= 137,5317 KN/m

q
u
= q K
U
MS

= 137,5317 1,2
= 165,038 KN/m

b. Analisa beban mati tambahan
Berat lapisan beton babat dengan tebal 5 cm
q = tebal lapisan Bj.beton lebar jembatan
= 0,05 m 24 KN/m
3
9 m
= 10,8 KN/m
q
u
= q K
U
MA
= 10,8 2
= 21,6 KN/m
Air hujan dengan tinggi 5 cm
q
u
= tebal Bj.air murni lebar jembatan
= 0,05 9,8 9 m
= 4,41 KN/m
Berat rel
q = berat bantalan rel + berat rel
= 4,5 kN/m + 0,54 kN/m
= 5,04 KN/m
Berat pagar
Bentang 60 m :
q = tebal x tinggi x bj. Beton bertulang x 2
= 0,2 m x 2,2 m x 25 KN/m
3
x 2
= 22 KN/m
q
u
= 22 1,3 = 28,6 KN/m

5.5.2 Analisa Beban Hidup
Jembatan direncakan untuk kereta dengan beban gandar 14
ton.


Gambar V.3 Skema Beban Gandar

5.5.3 Beban angin
Beban angin bekerja horizontal secara tegak lurus pada
jembatan sebesar 1.50 kN/m
2
untuk area proyeksi jembatan dan
kereta pada permukaan vertikal bila ada kereta. Area proyeksi
pada permukaan vertikal harus dianggap sebagai bidang vertikal
dengan tinggi 3.6 m yang berada diatas rel atas.
Bila tanpa kereta, beban angin bekerja tergak lurus secara
horizontal sebesar 3.0 kN/m
2
pada proyeksi daerah vertikal
jembatan.

5.6 Perhitungan Momen dan Perencanaan Tendon Prategang
Perhitungan momen yang terjadi tergantung pada tiap tahap
pelaksanaan. Pada perencanaan ini terbagi dalam dua tahap yaitu :
1. Tahap kantilefer (tahap 1)
Pada tahap ini segmen box girder pracetak dipasang tiap
segmen secara berpasangan (balance) dimulai dari pilar
jembatan. Setiap segman box girder pracetak dipasang secara
bertahap sampai tercapai bentang jembatan keseluruhan.
Metode pelaksanaannya adalah dengan bantuan alat
Launching Gantry yaitu berupa rangkaian rangka batang
yang dipasang di atas elevasi jembatan untuk mobilisasi box
girder pracetak.
2. Tahap service (tahap 2)
Pada tahap ini yang pertama harus dilakukan adalah
mengerjakan box girder segmen tengah sebagai penyambung
antar kantilefer dengan cara cor di tempat (cast in situ).
Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan komponen-
komponen non-struktural jembatan seperti beton babat,
bantalan, rel, dll.

Dengan mengetahui metode pelaksanaan tersebut maka
akan didapat pembebanan yang sesuai untuk dapat mengetahui
momen yang terjadi di tiap tahap. Berikut adalah perhitungan
gaya pratekan dan analisa tegangan yang terjadi di tiap tahap.

5.6.1 Perencanaan Tendon Kantilefer (Tahap 1)
Tendon kantilefer dihitung berdasarkan momen yang
didapat akibat berat sendiri box girder. Pada perencanaan jalan
layang ini sistem kantilefer direncanakan untuk dua tumpuan
tengan sedangkan untuk tupuan ujung menggunakan sistem
falsework.


Gambar V.4 Pembagian tahap pemasangan tendon kantilever

Berikut langkah-langkah perhitungannya:
1. Hitung momen akibat berat sendiri box girder dan beban pelat
ujung.

Pola pembebanan :


Gambar V.5 Permodelan beban saat pemasangan segmen
kantilever


Analisa perhitungan momen pemasangan segmen akibat berat
sendiri menggunakan program SAP 2000, didapatkan momen
maksimum sebesar : M (x=17,3 m) = - 2,475 10
10
Nmm


Gambar V.6 Bidang momen akibat berat sendiri pada kantilefer

2. Rencanakan gaya pratekan dan jenis tendon yang dibutuhkan
untuk memikul momen akibat berat sendiri box girder :

Diambil contoh untuk perhitungan pada joint 19 :
Direncanakan menggunakan tendon / kabel jenis strand seven
wires stress relieved (7 kawat untaian). Dengan mengacu pada
tabel VSL, berikut adalah jenis dan karakteristik tendon yang
digunakan :
- Diameter = 15,2 mm
- Luas nominal (A
s
) = 143,3 mm
2

- Minimum breaking load = 250 KN
- Modulus elastisitas (Es) = 200.000 MPa
Mengacu pada SNI T-12-2004, Sesaat setelah transfer gaya
prategang, boleh diambil sebesar 0,82 f
py
tetapi tidak lebih besar
dari 0,74 f
pu

f
pu
=
= =
3 , 143
000 . 250
s
A
Load Breaking Minimum
1.745 MPa
f
py
= 0,85 f
pu
= 0,85 1.745 = 1.483,25 MPa
- Batas leleh = 0,82 f
py

= 0,82 1.483,25
= 1.216,27 MPa
- Batas putus = 0,74 f
pu

= 0,74 1.745
= 1.291,3 MPa
Diambil nilai terkecil, sehingga didapat nilai f
pu
(tegangan ijin
tarik sesaat setelah transfer) sebesar 1.216,27 MPa
- Data penampang box girder :
H = 2000 mm
A = 5,3934 10
6
mm
2

y
a
= 728 mm
y
b
= 1272 mm
I = 2,2778 10
12
mm
4

M
13
= 5,627 10
9
Nmm
w
a
= 3,816 10
9
mm
3

kb = 707,6 mm

Diambil tebal decking 15 cm:
e = ya 150 mm
= 728 150 = 578 mm (diatas c.g.c)
F
perlu
=
=
+

=
+ 6 , 707 578
10 627 , 5
9
b
k e
M
4.377.354,24 N
Untuk sistem pasca tarik diasumsikan terjadi kehilangan gaya
prategang sebesar 20 %. Maka F
perlu
= 3.640.555,25 N / 0,8
= 5.471.692,8 N

- Perhitungan jumlah tendon yang diperlukan untuk dapat memikul
F
perlu
adalah sebagai berikut :
F
19
= F
perlu
F
20
= 5.471.692,8 3.500.000 = 1.971.692,8 N
Jumlah strand untuk 1 web :
A
ps
=
27 , 216 . 1
2
8 , 692 . 971 . 1
2
0
=
pu
f
F
= 810,55 mm
2

Direncanankan menggunakan 1 duct :
3 , 143
55 , 810
1
1
=
s
ps
A
A
= 5,65 strand 6 strand
Maka untuk menahan momen di joint 19 dipasang tendon VSL 6
Sc dengan gaya F = 1500 KN

- Pada joint 19 telah terpasang dua pasang tendon yaitu VSL 6
Sc, VSL 3 Sc, dan VSL 2 Sc. Sehingga akan terdapat gaya
total tendon sebesar :
F
total
= F
19
+ F
20
+ F
21

= (2 1500 KN) + (2 1250 KN) + (2 500 KN) = 6500
KN
= 6.500.000 N > F
perlu
= 5.471.692,8 N

3. Kontrol tegangan akibat tendon pada joint 19:
Serat atas
f
o
=
I
y M
I
y e F
A
F
a G a o o

+



=
12
9
12
6
6
6
10 77841 , 2
728 10 627 , 5
10 77841 , 2
728 578 10 5 , 6
10 3934 , 5
10 5 , 6


= 1,025 0,984 + 1,474
= 0,715 MPa (tekan) < =
tarik
o 0 MPa
Serat bawah
f
o
=
I
y M
I
y e F
A
F
b G b o o


+

=
12
9
12
6
6
6
10 77841 , 2
1272 10 627 , 5
10 77841 , 2
1272 578 10 5 , 6
10 3934 , 5
10 5 , 6


= 1,025 + 1,72 2,577
= 2,062 MPa (tekan)
= 2,062 MPa < =
tekan
o 23,4 MPa ..OK
(tanda +/ diabaikan karena hanya menunjukkan sifat tegangan
tarik / tekan )

Gambar V.7 Diagram Tegangan joint 19 pada tahap kantilefer

a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
O
K
1
0
6
2
5
2
9
1
1
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
6
0
7
9
6
5
.
8
3
5
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
0
-
0
.
1
8
5
-
0
.
1
5
1
0
.
2
6
5
0
.
1
6
4
-
0
.
2
8
6
-
0
.
1
7
3
-
0
.
2
0
7
O
K
1
1
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
4
3
1
8
6
3
.
5
3
1
2
5
0
0
0
0
2
3
5
0
0
0
0
0
-
0
.
6
4
9
-
0
.
5
3
0
0
.
9
2
6
0
.
6
5
5
-
1
.
1
4
5
-
0
.
5
2
4
-
0
.
8
6
8
O
K
1
2
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
5
4
7
1
6
9
2
.
8
0
1
5
0
0
0
0
0
2
6
5
0
0
0
0
0
-
1
.
2
0
5
-
0
.
9
8
4
1
.
7
2
0
1
.
4
7
4
-
2
.
5
7
7
-
0
.
7
1
5
-
2
.
0
6
2
O
K
1
3
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
9
7
2
7
4
5
3
.
9
4
2
5
0
0
0
0
0
2
1
1
5
0
0
0
0
0
-
2
.
1
3
2
-
1
.
7
4
1
3
.
0
4
3
2
.
6
2
1
-
4
.
5
8
0
-
1
.
2
5
2
-
3
.
6
7
0
O
K
1
4
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
1
5
1
9
9
1
4
6
.
7
4
2
7
5
0
0
0
0
2
1
7
0
0
0
0
0
0
-
3
.
1
5
2
-
2
.
5
7
4
4
.
4
9
8
4
.
0
9
6
-
7
.
1
5
7
-
1
.
6
3
1
-
5
.
8
1
1
O
K
1
5
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
1
8
8
6
7
7
1
.
4
1
3
7
5
0
0
0
0
2
2
4
5
0
0
0
0
0
-
4
.
5
4
3
-
3
.
7
1
0
6
.
4
8
3
5
.
8
9
8
-
1
0
.
3
0
6
-
2
.
3
5
5
-
8
.
3
6
6
O
K
-
2
4
7
4
6
2
3
2
7
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
4
0
6
0
5
7
5
.
9
8
3
7
5
0
0
0
0
2
2
4
5
0
0
0
0
0
-
4
.
5
4
3
-
3
.
7
1
0
6
.
4
8
3
6
.
4
8
4
-
1
1
.
3
3
0
-
1
.
7
6
9
-
9
.
3
8
9
O
K
1
6
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
1
8
8
6
7
7
1
.
4
1
3
7
5
0
0
0
0
2
2
4
5
0
0
0
0
0
-
4
.
5
4
3
-
3
.
7
1
0
6
.
4
8
3
5
.
8
9
8
-
1
0
.
3
0
6
-
2
.
3
5
5
-
8
.
3
6
6
O
K
1
7
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
1
5
1
9
9
1
4
6
.
7
4
2
7
5
0
0
0
0
2
1
7
0
0
0
0
0
0
-
3
.
1
5
2
-
2
.
5
7
4
4
.
4
9
8
4
.
0
9
6
-
7
.
1
5
7
-
1
.
6
3
1
-
5
.
8
1
1
O
K
1
8
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
9
7
2
7
4
5
3
.
9
4
2
5
0
0
0
0
0
2
1
1
5
0
0
0
0
0
-
2
.
1
3
2
-
1
.
7
4
1
3
.
0
4
3
2
.
6
2
1
-
4
.
5
8
0
-
1
.
2
5
2
-
3
.
6
7
0
O
K
1
9
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
5
4
7
1
6
9
2
.
8
0
1
5
0
0
0
0
0
2
6
5
0
0
0
0
0
-
1
.
2
0
5
-
0
.
9
8
4
1
.
7
2
0
1
.
4
7
4
-
2
.
5
7
7
-
0
.
7
1
5
-
2
.
0
6
2
O
K
2
0
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
4
3
1
8
6
3
.
5
3
1
2
5
0
0
0
0
2
3
5
0
0
0
0
0
-
0
.
6
4
9
-
0
.
5
3
0
0
.
9
2
6
0
.
6
5
5
-
1
.
1
4
5
-
0
.
5
2
4
-
0
.
8
6
8
O
K
2
1
6
2
5
2
9
1
1
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
6
0
7
9
6
5
.
8
3
5
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
0
-
0
.
1
8
5
-
0
.
1
5
1
0
.
2
6
5
0
.
1
6
4
-
0
.
2
8
6
-
0
.
1
7
3
-
0
.
2
0
7
O
K
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
O
K
K
e
t
j
u
m
l
a
h

t
e
n
d
o
n
F

(
N
)


k
u
m
u
l
a
t
i
f
F
/
A


(
M
p
a
)
F
.
e
.
y
/
I

(
M
p
a
)
M
g
.
y
/
I

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n

(
M
p
a
)
F

(
N
)







s
e
s
u
a
i

V
S
L
J
o
i
n
t
M
g

(
N
m
m
)
e

(
m
m
)
F

p
e
r
l
u

(
N
)
T
a
b
e
l

V
.
2

P
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

t
e
g
a
n
g
a
n

t
e
n
d
o
n

k
a
n
t
i
l
e
f
e
r

4. Cek tegangan tiap tahap pemasangan segmen.
Pada kontrol tegangan di setiap tahap pemasangan segmen
terdapat beberapa kondisi dimana terjadi tegangan tarik pada serat
bawah. Hal ini dapat diatasi dengan memasang tendon penahan
sementara pada tiap pemasangan segmen tersebut atau disebut
tenporary tendon. Tenporary tendon ini dipasang secara expose di
dalam box girder di permukaan atas dari pelat bagian bawah box
dan diatas permukaan box. Berikut kontrol tegangannya dan
besarnya gaya F dari tenporary tendon yang dibutuhkan untuk
menahan tarikan pada serat bawah :
- Pemasangan segmen 13 dan 15

Gambar V.8 Pemasangan segmen 13 dan 15

Tabel V.3 Kontrol tegangan saat pemasangan segmen 13 dan 15


Tabel V.4 Perhitungan F
tenporary tendon
dan kontrol tegangan setelah
pemasangannya






atas bawah atas bawah atas bawah
15 & 16 2.251E+10 577.955 15 Sc 3750000 2 7500000 -1.3906 -1.136 1.98455 5.898 -10.31 3.37156 -9.7121 NOT OK
Jenis
Tendon
Resultan (Mpa)
Ket
F (N)
sesuai VSL
F/A
(Mpa)
F.e.y/I (Mpa) M.y/I (Mpa) Jumlah
tendon
F (N)
kumulatif
Mg (Nmm) e (mm) Joint
atas bawah atas bawah atas bawah
13 & 15 3.372 -9.712 928.0 2750000 3 8250000 -1.530 -2.006 3.505 -0.164 -7.7367 OK
Tahap pemasangan
segmen :
Resultan awal (Mpa)
e (mm)
F perlu
(N)
F (N)
kumulatif
F/A
(Mpa)
F.e.y/I (Mpa) Resultan Baru (Mpa)
Ket
Jumlah PT
Bar
- Pemasangan segmen 12 dan 16

Gambar V.9 Pemasangan segmen 12 dan 16

Tabel V.5 Kontrol tegangan saat pemasangan segmen 12 dan 16


Tabel V.6 Perhitungan F
tenporary tendon
dan kontrol tegangan setelah
pemasangannya


- Pemasangan segmen 11 dan 17

Gambar V.10 Pemasangan segmen 11 dan 17

Tabel V.7 Kontrol tegangan saat pemasangan segmen 11 dan 17

atas bawah atas bawah atas bawah
15 & 16 2.251E+10 577.955 15 Sc 3750000 2 13000000 -2.4104 -1.969 3.43989 5.898 -10.31 1.51895 -9.2765 NOT OK
14 & 17 1.563E+10 577.955 11 Sc 2750000 2 5500000 -1.0198 -0.833 1.45534 4.096 -7.157 2.24312 -6.7214 NOT OK
Jenis
Tendon
Jumlah
tendon
F (N)
kumulatif
M.y/I (Mpa) Resultan (Mpa)
Ket Joint Mg (Nmm) e (mm)
F (N)
sesuai VSL
F/A
(Mpa)
F.e.y/I (Mpa)
atas bawah atas bawah atas bawah
13 & 15 1.519 -9.276 928.0 2750000 3 8250000 -1.530 -2.006 3.505 -2.017 -7.3011 OK
12 & 16 2.243 -6.721 928.0 2750000 3 8250000 -1.530 -2.006 3.505 -1.292 -4.7460 OK
Ket
Tahap pemasangan
segmen :
Resultan awal (Mpa)
e (mm)
F perlu
(N)
Jumlah PT
Bar
F (N)
kumulatif
F/A
(Mpa)
F.e.y/I (Mpa) Resultan Baru (Mpa)
atas bawah atas bawah atas bawah
15 & 16 2.251E+10 577.955 15 Sc 3750000 2 18000000 -3.3374 -2.726 4.76292 5.898 -10.31 -0.1652 -8.8805 OK
14 & 17 1.563E+10 577.955 11 Sc 2750000 2 10500000 -1.9468 -1.59 2.77837 4.096 -7.157 0.55892 -6.3254 NOT OK
13 & 18 1E+10 577.955 11 Sc 2500000 2 5000000 -0.9271 -0.757 1.32303 2.621 -4.58 0.93707 -4.1845 NOT OK
Jenis
Tendon
Jumlah
tendon
F (N)
kumulatif
F.e.y/I (Mpa) M.y/I (Mpa) Resultan (Mpa)
Ket Joint Mg (Nmm) e (mm)
F (N)
sesuai VSL
F/A
(Mpa)
Tabel V.8 Perhitungan F
tenporary tendon
dan kontrol tegangan setelah
pemasangannya


Pada tahap ini temporary tendon antara segmen 1314 dan 1415
telah dilepas.

- Pemasangan segmen 10 dan 18

Gambar V.11 Pemasangan segmen 10 dan 18

Tabel V.9 Kontrol tegangan saat pemasangan segmen 10 dan 18


Tabel V.10 Perhitungan F
tenporary tendon
dan kontrol tegangan
setelah pemasangannya

Pada tahap ini temporary tendon antara segmen 1213 dan 1516,
11-12 dan 16-17 telah dilepas.

atas bawah atas bawah atas bawah
13 & 15 -0.165 -8.881 928.0 0 0 0 0.000 0.000 0.000 -0.165 -8.8805 OK
12 & 16 0.559 -6.325 928.0 2750000 3 8250000 -1.530 -2.006 3.505 -2.977 -4.3501 OK
11 & 17 0.937 -4.184 928.0 2750000 3 8250000 -1.530 -2.006 3.505 -2.598 -2.2091 OK
Ket
Tahap pemasangan
segmen :
Resultan awal (Mpa)
e (mm)
F perlu
(N)
Jumlah PT
Bar
F (N)
kumulatif
F/A
(Mpa)
F.e.y/I (Mpa) Resultan Baru (Mpa)
atas bawah atas bawah atas bawah
15 & 16 2.251E+10 577.955 15 Sc 3750000 2 21000000 -3.8936 -3.18 5.55674 5.898 -10.31 -1.1758 -8.6429 OK
14 & 17 1.563E+10 577.955 11 Sc 2750000 2 13500000 -2.5031 -2.044 3.57219 4.096 -7.157 -0.4516 -6.0878 OK
13 & 18 1E+10 577.955 11 Sc 2500000 2 8000000 -1.4833 -1.211 2.11685 2.621 -4.58 -0.0734 -3.9469 OK
12 & 19 5.628E+09 577.955 6 Sc 1500000 2 3000000 -0.5562 -0.454 0.79382 1.474 -2.577 0.46395 -2.3389 NOT OK
Jenis
Tendon
Jumlah
tendon
F (N)
kumulatif
e (mm)
F/A
(Mpa)
F.e.y/I (Mpa) M.y/I (Mpa)
Mg (Nmm)
Resultan (Mpa)
Ket
F (N)
sesuai VSL
Joint
atas bawah atas bawah atas bawah
13 & 15 -1.176 -8.643 928.0 0 0 0 0.000 0.000 0.000 -1.176 -8.6429 OK
12 & 16 -0.452 -6.088 928.0 0 0 0 0.000 0.000 0.000 -0.452 -6.0878 OK
11 & 17 -0.073 -3.947 928.0 0 0 0 0.000 0.000 0.000 -0.073 -3.9469 OK
10 & 18 0.464 -2.339 928.0 2750000 3 8250000 -1.530 -2.006 3.505 -3.072 -0.3636 OK
Tahap pemasangan
segmen :
Resultan awal (Mpa)
e (mm)
F perlu
(N)
Jumlah PT
Bar
F (N)
kumulatif
F/A
(Mpa)
F.e.y/I (Mpa) Resultan Baru (Mpa)
Ket
- Pemasangan segmen 9 dan 19

Gambar V.12 Pemasangan segmen 9 dan 19

Tabel V.11 Kontrol tegangan saat pemasangan segmen 9 dan 19


Pada tahap ini temporary tendon tidak diperlukan.

- Pemasangan segmen 8 dan 20

Gambar V.13 Pemasangan segmen 8 dan 20

Tabel V.12 Kontrol tegangan saat pemasangan segmen 8 dan 20


Pada tahap ini temporary tendon tidak diperlukan.
atas bawah atas bawah atas bawah
15 & 16 2.251E+10 577.955 15 Sc 3750000 2 23500000 -4.3572 -3.559 6.21826 5.898 -10.31 -2.0179 -8.4449 OK
14 & 17 1.563E+10 577.955 11 Sc 2750000 2 16000000 -2.9666 -2.423 4.23371 4.096 -7.157 -1.2937 -5.8898 OK
13 & 18 1E+10 577.955 11 Sc 2500000 2 10500000 -1.9468 -1.59 2.77837 2.621 -4.58 -0.9155 -3.7489 OK
12 & 19 5.628E+09 577.955 6 Sc 1500000 2 5500000 -1.0198 -0.833 1.45534 1.474 -2.577 -0.3782 -2.1409 OK
11 & 20 2.501E+09 577.955 5 Sc 1250000 2 2500000 -0.4635 -0.379 0.66152 0.655 -1.145 -0.1868 -0.9471 OK
Jenis
Tendon
F.e.y/I (Mpa) M.y/I (Mpa) Resultan (Mpa)
Ket
F/A
(Mpa)
Jumlah
tendon
F (N)
kumulatif
Joint Mg (Nmm) e (mm)
F (N)
sesuai VSL
atas bawah atas bawah atas bawah
15 & 16 2.251E+10 577.955 15 Sc 3750000 2 24500000 -4.5426 -3.71 6.48287 5.898 -10.31 -2.3547 -8.3658 OK
14 & 17 1.563E+10 577.955 11 Sc 2750000 2 17000000 -3.152 -2.574 4.49832 4.096 -7.157 -1.6305 -5.8107 OK
13 & 18 1E+10 577.955 11 Sc 2500000 2 11500000 -2.1322 -1.741 3.04298 2.621 -4.58 -1.2524 -3.6697 OK
12 & 19 5.628E+09 577.955 6 Sc 1500000 2 6500000 -1.2052 -0.984 1.71994 1.474 -2.577 -0.715 -2.0617 OK
11 & 20 2.501E+09 577.955 5 Sc 1250000 2 3500000 -0.6489 -0.53 0.92612 0.655 -1.145 -0.5236 -0.8679 OK
10 & 21 625291100 577.955 2 Sc 500000 2 1000000 -0.1854 -0.151 0.26461 0.164 -0.286 -0.173 -0.2071 OK
Jenis
Tendon
Jumlah
tendon
F (N)
kumulatif
Mg (Nmm) e (mm)
F/A
(Mpa)
F.e.y/I (Mpa) M.y/I (Mpa) Resultan (Mpa)
Ket
F (N)
sesuai VSL
Joint
5.6.2 Perencanaan Tendon Bentang Menerus (Tahap 2)
Pada tahap 2 ini jembatan mendapat beban tambahan
berupa beban mati tambahan seperti bantalan, rel, lapisan beton
babat dan pagar, serta beban air hujan. Selain itu juga akan
mendapat beban kereta. Tendon tengah dipasang dan di jacking
setelah box girder pada tengah bentang telah dicor dan mengeras
sehingga struktur telah menjadi statis taktentu.


Gambar V.14 Bentang menerus

Berikut langkah-langkah perhitungannya:
1. Hitung momen akibat beban beban tambahan yang bekerja pada
jembatan.
a. Perhitungan beban mati
Beban mati tambahan
- Berat lapisan aspal = 24,64 KN/m
- Berat air hujan = 6,86 KN/m
- Berat trotoar + kerb = 9,6 KN/m
- Berat tiang sandaran = 0,54 KN/m +
q
1
= 41,64KN/m = 41,64 N/mm


G
a
m
b
a
r

V
.
1
5

G
r
a
f
i
k

m
o
m
e
n

a
k
i
b
a
t

b
e
b
a
n

m
a
t
i

b. Beban hidup
Beban hidup yang dimaksud adalah beban yang
ditimbulkan oleh kereta yang bekerja. Dalam kasus bentang
menerus, beban kereta yang bekerja dapat bervariasi di sepanjang
bentang. Oleh karena itu perlu dicari kombinasi beban yang
membuat momen maksimum di sepanjang bentang. Berikut
adalah beberapa kombinasi yang mungkin terjadi pada struktur.


Gambar V.16 Permodelan Kombinasi Beban Hidup

Momen yang terjadi akibat masing-masing kombinasi
ditunjukkan pada Gambar V.17, Gambar V.18, Gambar V.19, dan
Gambar V.20. Momen-momen maksimum dari setiap kombinasi
beban envelope dapat dilihat pada Gambar V.21.




G
a
m
b
a
r

V
.
1
7

G
r
a
f
i
k

m
o
m
e
n

e
n
v
e
l
o
p
e

1

G
a
m
b
a
r

V
.
1
8

G
r
a
f
i
k

m
o
m
e
n

e
n
v
e
l
o
p
e

2


G
a
m
b
a
r

V
.
1
9

G
r
a
f
i
k

m
o
m
e
n

e
n
v
e
l
o
p
e

3


G
a
m
b
a
r

V
.
2
0

G
r
a
f
i
k

m
o
m
e
n

e
n
v
e
l
o
p
e

4


G
a
m
b
a
r

V
.
2
1

G
r
a
f
i
k

m
o
m
e
n

e
n
v
e
l
o
p
e

k
o
m
b
i
n
a
s
i


2. Rencanakan gaya pratekan dan jenis tendon yang dibutuhkan
untuk memikul momen maximum akibat beban tambahan dan
beban lalu lintas yang terjadi:

a. Perencanaan tendon untuk area momen positif (tendon
lapangan)

Diambil contoh untuk perhitungan pada joint 6 :
Direncanakan menggunakan tendon / kabel jenis strand seven
wires stress relieved (7 kawat untaian). Dengan mengacu pada
tabel VSL, berikut adalah jenis dan karakteristik tendon yang
digunakan :
- Diameter = 15,2 mm
- Luas nominal (A
s
) = 143,3 mm
2

- Minimum breaking load = 250 KN
- Modulus elastisitas (Es) = 200.000 MPa

Mengacu pada SNI T-12-2004, Sesaat setelah transfer gaya
prategang, boleh diambil sebesar 0,82 f
py
tetapi tidak lebih besar
dari 0,74 f
pu

f
pu
=
= =
3 , 143
000 . 250
s
A
Load Breaking Minimum
1.745 MPa
f
py
= 0,85 f
pu
= 0,85 1.745 = 1.483,25 MPa


- Batas leleh = 0,82 f
py

= 0,82 1.483,25
= 1.216,27 MPa
- Batas putus = 0,74 f
pu

= 0,74 1.745
= 1.291,3 MPa
Diambil nilai terkecil, sehingga didapat nilai f
pu
(tegangan ijin
tarik sesaat setelah transfer) sebesar 1.216,27 MPa
- Data penampang box girder :
H = 2000 mm
A = 5,3934 10
6
mm
2

y
a
= 728 mm
y
b
= 1272 mm
I = 2,2778 10
12
mm
4

M
6
= 2,489 10
10
Nmm
w
a
= 3,816 10
9
mm
3

kb = 707,6 mm
ka = 404,9 mm

Diambil tebal decking 15 cm:
e = yb 150 mm
= 1272 150 = 1122 mm (dibawah c.g.c)
F
perlu
=
=
+

=
+ 9 , 404 1122
10 489 , 2
10
a
k e
M
16.599.954,75 N
Untuk sistem pasca tarik diperkirakan terjadi kehilangan gaya
prategang sebesar 20 %. Maka F
perlu
= 16.599.954,75 N : 0,8
= 20.749.943,4 N

- Perhitungan jumlah tendon yang diperlukan untuk dapat
memikul F
perlu
adalah sebagai berikut :
Jumlah strand untuk 1 web :
A
ps
=
27 , 216 . 1
2
4 , 943 . 749 . 20
2
0
=
pu
f
F
= 6.230,15 mm
2

Direncanankan menggunakan 1 duct :
3 , 143
15 , 230 . 6
1
1
=
s
ps
A
A
= 43,47 strand 44 strand
Maka untuk menahan momen tambahan di joint 4 dipasang
tendon 2 VSL 44 Sc dengan gaya F pada masing-masing tendon =
11.000 KN

Pada joint 6 direncanakan diberi gaya pratekan sebesar :
F
total
= 2 11.000.000 N = 22.000.000 N

- Kontrol tegangan akibat tendon pada joint 13:
Serat atas
f
o
=
I
y M
I
y e F
A
F
a a o o


+
6

=
12
10
12
6
6
6
10 2778 , 2
728 10 489 , 2
10 2778 , 2
728 1122 10 22
10 3934 , 5
10 22


= 4,079 + 6,3117 6,5238
= 4,291 MPa (tekan) < =
tarik
o 0 MPa.OK

Serat bawah
f
o
=
I
y M
I
y e F
A
F
b b o o

+


6

=
12
10
12
6
6
6
10 2778 , 2
1272 10 489 , 2
10 2778 , 2
1272 1122 10 22
10 3934 , 5
10 22


= 4,079 11,030 + 11,400
= 3,704 MPa (tekan)
= 3,704 MPa < =
tekan
o 23,4 MPa ..OK

b. Perencanaan tendon untuk area momen negatif (tendon
pada tumpuan)
Diambil contoh untuk perhitungan pada joint 16 :
Direncanakan menggunakan tendon / kabel jenis strand seven
wires stress relieved (7 kawat untaian). Dengan mengacu pada
tabel VSL, berikut adalah jenis dan karakteristik tendon yang
digunakan :
- Diameter = 15,2 mm
- Luas nominal (A
s
) = 143,3 mm
2

- Minimum breaking load = 250 KN
- Modulus elastisitas (Es) = 200.000 MPa
Mengacu pada SNI T-12-2004, Sesaat setelah transfer gaya
prategang, boleh diambil sebesar 0,82 f
py
tetapi tidak lebih besar
dari 0,74 f
pu

f
pu
=
= =
3 , 143
000 . 250
s
A
Load Breaking Minimum
1.745 MPa
f
py
= 0,85 f
pu
= 0,85 1.745 = 1.483,25 MPa

- Batas leleh = 0,82 f
py

= 0,82 1.483,25
= 1.216,27 MPa
- Batas putus = 0,74 f
pu

= 0,74 1.745
= 1.291,3 MPa

Diambil nilai terkecil, sehingga didapat nilai f
pu
(tegangan ijin
tarik sesaat setelah transfer) sebesar 1.216,27 MPa
- Data penampang box girder :
H = 2000 mm
A = 5,3934 10
6
mm
2

y
a
= 728 mm
y
b
= 1272 mm
I = 2,2778 10
12
mm
4

M
16
= 9,993 10
9
Nmm
w
a
= 3,816 10
9
mm
3

kb = 707,6 mm
ka = 404,9 mm
e = 570 mm (diatas c.g.c)

F
perlu
=
=
+

=
+ 6 , 707 570
10 993 , 9
9
b
k e
M
7.821.475 N
Untuk sistem pasca tarik diperkirakan terjadi kehilangan gaya
prategang sebesar 20 %. Maka F
perlu
= 7.821.475 N / 0,8
= 9.776.843,9 N

- Perhitungan jumlah tendon yang diperlukan untuk dapat
memikul F
perlu
adalah sebagai berikut :
Jumlah strand untuk satu web :
A
ps
=
27 , 216 . 1
2
9 , 843 . 776 . 9
2
0
=
pu
f
F
= 3.519,2 mm
2

Direncanankan menggunakan 1 duct :
3 , 143
2 , 519 . 3
1
1
=
s
ps
A
A
= 24,558 strand 25 strand
Maka untuk menahan momen di joint 16 dipasang tendon 2 VSL
25 Sc dengan gaya F = 6250 KN

Pada joint 16 direncanakan diberi gaya pratekan sebesar :
F
total
= 2 6.250.000 N = 12.500.000 N

- Kontrol tegangan akibat tendon pada joint 16:
Serat atas
f
o
=
I
y M
I
y e F
A
F
a a o o

+


16

=
12
10
12
6
6
6
10 2778 , 2
728 10 993 , 9
10 2778 , 2
728 570 10 5 , 12
10 3934 , 5
10 5 , 12


= 2,318 1,866 + 2,618
= 1,566 MPa (tekan) < =
tarik
o 0 MPa OK

Kemudian dijumlah dengan tegangan yang telah terjadi pada
tahap kantilefer menjadi :
f
o
= 1,566 2,536 = 3,92 MPa < =
tarik
o 0 MPa ....OK

Serat bawah
f
o
=
I
y M
I
y e F
A
F
b b o o


+
16

=
12
10
12
6
6
6
10 2778 , 2
1272 10 993 , 9
10 2778 , 2
1272 570 10 5 , 12
10 3934 , 5
10 5 , 12


= 2,318 + 3,262 4,575
= 3,63 MPa (tekan)
= 3,63 MPa < =
tekan
o 23,4 MPa ..OK
Kemudian dijumlah dengan tegangan yang telah terjadi pada
tahap kantilefer menjadi :
f
o
= 3,63 8,365 = 11,966 MPa
f
o
= 11,966 MPa < =
tekan
o 23,4 MPaOK
(tanda +/ diabaikan karena hanya menunjukkan sifat tegangan
tarik / tekan )

a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
1
0
0
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
-
4
.
0
7
9
1
-
4
.
0
7
9
0
6
-
4
.
0
7
9
0
5
9
5
9
1
O
K
2
3
0
5
1
7
4
0
1
4
0
1
2
5
7
1
9
7
8
0
7
.
7
1
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
0
.
7
2
0
5
1
-
1
.
2
5
9
-
0
.
7
9
9
5
7
1
.
3
9
7
1
9
-
4
.
1
5
8
1
-
3
.
9
4
0
9
-
4
.
1
5
8
1
1
7
-
3
.
9
4
0
9
1
3
1
4
9
O
K
3
1
1
5
6
4
9
1
3
9
0
0
4
9
9
1
5
9
9
1
7
0
8
.
3
2
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
2
.
8
7
6
2
9
-
5
.
0
2
6
1
-
3
.
0
3
0
0
6
5
.
2
9
4
7
9
-
4
.
2
3
2
8
-
3
.
8
1
0
4
-
4
.
2
3
2
8
3
4
-
3
.
8
1
0
3
5
1
3
3
4
O
K
4
1
7
6
9
9
2
6
7
8
5
0
7
8
4
1
8
6
0
7
6
5
8
.
5
1
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
4
.
5
1
9
0
6
-
7
.
8
9
6
7
-
4
.
6
3
7
2
9
8
.
1
0
3
3
-
4
.
1
9
7
3
-
3
.
8
7
2
5
-
4
.
1
9
7
2
9
4
-
3
.
8
7
2
4
5
4
5
0
4
O
K
5
2
2
0
1
8
1
3
2
6
0
0
9
8
3
1
9
8
2
9
3
3
3
.
2
6
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
5
.
6
6
6
1
1
-
9
.
9
0
1
1
-
5
.
7
6
8
8
5
1
0
.
0
8
0
6
-
4
.
1
8
1
8
-
3
.
8
9
9
5
-
4
.
1
8
1
8
-
3
.
8
9
9
5
2
8
5
4
3
O
K
6
2
4
8
9
9
5
5
6
4
0
0
1
0
9
5
2
0
7
4
9
9
4
3
.
4
3
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
6
.
3
1
1
6
9
-
1
1
.
0
2
9
-
6
.
5
2
3
8
1
1
.
3
9
9
8
-
4
.
2
9
1
2
-
3
.
7
0
8
4
-
4
.
2
9
1
1
6
7
-
3
.
7
0
8
4
1
8
3
6
2
O
K
7
2
6
0
7
1
7
4
8
1
0
0
1
1
2
0
2
1
3
7
0
6
0
2
.
5
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
6
.
4
5
5
8
-
1
1
.
2
8
1
-
6
.
8
3
0
9
2
1
1
.
9
3
6
5
-
4
.
4
5
4
2
-
3
.
4
2
3
6
-
4
.
4
5
4
1
8
4
-
3
.
4
2
3
5
5
8
7
8
1
O
K
8
2
5
4
0
0
3
6
2
3
5
0
1
0
6
0
2
1
6
7
2
9
9
8
.
9
6
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
6
.
1
0
9
9
5
-
1
0
.
6
7
7
-
6
.
6
5
5
0
1
1
1
.
6
2
9
1
-
4
.
6
2
4
1
-
3
.
1
2
6
6
-
4
.
6
2
4
1
2
4
-
3
.
1
2
6
6
0
2
0
9
8
O
K
9
1
0
0
9
7
2
0
7
3
5
0
1
0
4
4
8
7
1
0
6
3
2
.
4
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
6
.
0
1
7
7
2
-
1
0
.
5
1
5
-
2
.
6
4
5
5
2
4
.
6
2
2
8
3
-
0
.
7
0
6
9
-
9
.
9
7
1
7
-
0
.
7
0
6
8
5
2
-
9
.
9
7
1
7
2
6
7
5
2
O
K
1
0
8
8
0
1
7
6
9
1
0
0
8
8
5
8
5
2
8
9
9
5
.
6
7
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
5
.
1
0
1
2
3
-
8
.
9
1
4
-
2
.
3
0
6
1
4
.
0
2
9
7
4
-
1
.
2
8
3
9
-
8
.
9
6
3
3
-
1
.
4
5
6
9
4
3
-
9
.
1
7
0
4
0
6
0
2
3
O
K
1
1
6
9
0
0
2
6
5
1
5
0
6
3
9
8
2
6
1
9
9
0
.
8
4
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
3
.
6
8
3
2
6
-
6
.
4
3
6
2
-
1
.
8
0
7
9
3
.
1
5
9
1
7
-
2
.
2
0
3
7
-
7
.
3
5
6
1
-
2
.
7
2
7
3
1
9
-
8
.
2
2
4
0
3
5
2
8
O
K
1
2
3
7
1
4
4
9
2
1
0
0
3
0
6
6
5
3
0
6
0
8
.
9
1
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
1
.
7
6
3
8
2
-
3
.
0
8
2
1
-
0
.
9
7
3
2
1
1
.
7
0
0
6
2
-
3
.
2
8
8
5
-
5
.
4
6
0
6
-
4
.
0
0
3
4
4
8
-
7
.
5
2
2
3
1
2
9
1
O
K
1
3
-
2
8
1
1
6
1
5
6
0
0
1
1
0
4
2
9
8
2
3
3
.
7
5
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
-
0
.
6
3
4
1
1
.
1
0
7
9
5
0
.
7
3
6
6
6
-
1
.
2
8
7
2
-
3
.
9
7
6
5
-
4
.
2
5
8
4
-
5
.
2
2
8
8
3
4
-
7
.
9
2
8
0
6
9
4
9
O
K
1
4
-
5
9
8
5
6
7
7
9
0
0
4
3
0
6
5
7
6
7
0
8
.
3
9
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
-
2
.
4
7
8
6
4
.
3
3
1
1
1
.
5
6
8
2
8
-
2
.
7
4
0
4
-
4
.
9
8
9
3
-
2
.
4
8
8
4
-
6
.
6
1
9
8
7
8
-
8
.
2
9
9
0
5
2
6
7
6
O
K
1
5
-
1
0
0
7
0
7
7
9
1
5
0
5
7
0
9
8
5
2
7
1
1
.
2
4
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
-
3
.
2
8
5
5
5
.
7
4
1
2
2
2
.
6
3
8
5
9
-
4
.
6
1
0
7
-
4
.
7
2
6
-
2
.
9
4
8
6
-
7
.
0
8
0
7
0
7
-
1
1
.
3
1
4
3
2
3
1
3
O
K
R
e
s
u
l
t
a
n
+
c
a
n
t
i
l
e
f
e
r

(
M
p
a
)
K
e
t
J
u
m
l
a
h

t
e
n
d
o
n
F

(
N
)

s
e
s
u
a
i

V
S
L
J
e
n
i
s

T
e
n
d
o
n
F

(
N
)


k
u
m
u
l
a
t
i
f
F
/
A


(
M
p
a
)
F
.
e
.
y
/
I

(
M
p
a
)
M
t
.
y
/
I

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n

(
M
p
a
)
M
T
T

(
N
m
m
)
e

(
m
m
)
F

(
N
)
J
o
i
n
t
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
1
6
-
9
9
9
3
2
3
2
6
5
0
5
7
0
9
7
7
6
8
4
3
.
9
0
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
-
1
.
8
6
6
8
3
.
2
6
2
0
6
2
.
6
1
8
2
7
-
4
.
5
7
5
2
-
1
.
5
6
6
2
-
3
.
6
3
0
8
-
3
.
9
2
0
8
5
7
-
1
1
.
9
9
6
5
7
0
7
1
O
K
1
7
-
6
2
9
9
3
9
7
6
0
0
4
3
0
6
9
2
1
4
0
5
.
0
2
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
-
1
.
4
0
8
3
2
.
4
6
0
8
5
1
.
6
5
0
4
7
-
2
.
8
8
4
1
-
2
.
0
7
5
5
-
2
.
7
4
0
9
-
3
.
7
0
5
9
8
1
-
8
.
5
5
1
5
1
7
4
1
1
O
K
1
8
-
4
0
5
5
6
5
8
0
0
0
1
1
0
6
2
0
0
0
5
3
.
1
3
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
-
0
.
3
6
0
3
0
.
6
2
9
5
2
1
.
0
6
2
6
-
1
.
8
5
6
8
-
1
.
6
1
5
3
-
3
.
5
4
4
9
-
2
.
8
6
7
6
8
2
-
7
.
2
1
4
6
5
5
3
9
5
O
K
1
9
2
2
4
5
9
9
6
1
0
0
3
9
8
3
4
9
6
3
5
6
.
4
9
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
1
.
3
0
3
4
7
-
2
.
2
7
7
7
-
0
.
5
8
8
4
6
1
.
0
2
8
2
9
-
1
.
6
0
2
6
-
3
.
5
6
7
1
-
2
.
3
1
7
6
2
5
-
5
.
6
2
8
8
1
4
3
0
7
O
K
2
0
3
8
3
5
8
5
6
9
5
0
7
9
4
3
9
9
9
0
9
2
.
3
3
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
2
.
6
0
0
4
-
4
.
5
4
4
-
1
.
0
0
5
0
1
1
.
7
5
6
1
8
-
0
.
7
2
2
3
-
5
.
1
0
5
5
-
1
.
2
4
5
8
8
3
-
5
.
9
7
3
3
8
7
1
3
O
K
2
1
6
0
8
8
6
5
6
1
0
0
1
0
3
4
5
2
8
9
0
4
7
.
8
4
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
3
.
3
8
6
4
1
-
5
.
9
1
7
5
-
1
.
5
9
5
2
6
2
.
7
8
7
5
8
-
0
.
5
2
6
5
-
5
.
4
4
7
5
-
0
.
6
9
9
5
0
3
-
5
.
6
5
4
6
3
1
5
2
6
O
K
2
2
6
4
6
0
9
9
4
2
0
0
1
1
2
2
5
2
8
9
0
3
8
.
9
4
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
3
.
6
7
4
6
2
-
6
.
4
2
1
1
-
1
.
6
9
2
8
1
2
.
9
5
8
0
5
-
0
.
3
3
5
8
-
5
.
7
8
0
7
-
0
.
3
3
5
8
4
3
-
5
.
7
8
0
6
9
5
1
7
2
O
K
2
3
6
4
6
0
9
9
4
2
0
0
1
1
2
2
5
2
8
9
0
3
8
.
9
4
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
3
.
6
7
4
6
2
-
6
.
4
2
1
1
-
1
.
6
9
2
8
1
2
.
9
5
8
0
5
-
0
.
3
3
5
8
-
5
.
7
8
0
7
-
0
.
3
3
5
8
4
3
-
5
.
7
8
0
6
9
5
1
7
2
O
K
2
4
5
9
6
0
6
2
1
4
0
0
1
0
3
4
5
1
7
7
8
2
7
.
6
2
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
3
.
3
8
6
4
1
-
5
.
9
1
7
5
-
1
.
5
6
1
7
1
2
.
7
2
8
9
7
-
0
.
4
9
2
9
-
5
.
5
0
6
2
-
0
.
6
6
5
9
5
7
-
5
.
7
1
3
2
4
9
9
7
3
O
K
2
5
4
8
8
2
7
0
3
5
5
0
7
9
4
5
0
9
0
4
8
7
.
6
2
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
2
.
6
0
0
4
-
4
.
5
4
4
-
1
.
2
7
9
2
9
2
.
2
3
5
4
6
-
0
.
9
9
6
5
-
4
.
6
2
6
2
-
1
.
5
2
0
1
6
1
-
5
.
4
9
4
1
0
6
7
3
5
O
K
2
6
2
2
4
5
9
9
6
1
0
0
3
9
8
3
4
9
6
3
5
6
.
4
9
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
1
.
3
0
3
4
7
-
2
.
2
7
7
7
-
0
.
5
8
8
4
6
1
.
0
2
8
2
9
-
1
.
6
0
2
6
-
3
.
5
6
7
1
-
2
.
3
1
7
6
2
5
-
5
.
6
2
8
8
1
4
3
0
7
O
K
2
7
-
4
0
5
5
6
5
8
0
0
0
1
1
0
6
2
0
0
0
5
3
.
1
3
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
-
0
.
3
6
0
3
0
.
6
2
9
5
2
1
.
0
6
2
6
-
1
.
8
5
6
8
-
1
.
6
1
5
3
-
3
.
5
4
4
9
-
2
.
8
6
7
6
8
2
-
7
.
2
1
4
6
5
5
3
9
5
O
K
2
8
-
6
8
6
5
1
6
5
4
5
0
4
3
0
7
5
4
3
0
3
7
.
2
2
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
-
1
.
4
0
8
3
2
.
4
6
0
8
5
1
.
7
9
8
7
1
-
3
.
1
4
3
1
-
1
.
9
2
7
2
-
2
.
9
9
9
9
-
3
.
5
5
7
7
4
7
-
8
.
8
1
0
5
4
4
3
2
O
K
2
9
-
1
1
0
2
4
9
3
4
4
5
0
5
7
0
1
0
7
8
6
2
0
5
.
7
1
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
2
5
0
0
0
0
0
-
2
.
3
1
7
6
-
1
.
8
6
6
8
3
.
2
6
2
0
6
2
.
8
8
8
5
8
-
5
.
0
4
7
6
-
1
.
2
9
5
8
-
4
.
1
0
3
2
-
3
.
6
5
0
5
4
6
-
1
2
.
4
6
8
9
1
7
3
2
O
K
K
e
t
F
/
A


(
M
p
a
)
F
.
e
.
y
/
I

(
M
p
a
)
M
t
.
y
/
I

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n
+
c
a
n
t
i
l
e
f
e
r

(
M
p
a
)
J
o
i
n
t
M
T
T

(
N
m
m
)
e

(
m
m
)
F

(
N
)
J
e
n
i
s

T
e
n
d
o
n
J
u
m
l
a
h

t
e
n
d
o
n
F

(
N
)

s
e
s
u
a
i

V
S
L
F

(
N
)


k
u
m
u
l
a
t
i
f
T
a
b
e
l

V
.
1
3

P
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

t
e
g
a
n
g
a
n

p
a
d
a

t
a
h
a
p

s
e
r
v
i
c
e


a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
3
0
-
1
0
6
6
6
5
0
8
9
5
0
5
7
0
1
0
4
3
5
5
4
1
.
3
9
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
-
3
.
2
8
5
5
5
.
7
4
1
2
2
2
.
7
9
4
6
8
-
4
.
8
8
3
5
-
4
.
5
6
9
9
-
3
.
2
2
1
3
-
6
.
9
2
4
6
2
3
-
1
1
.
5
8
7
0
6
7
5
9
O
K
3
1
-
5
4
1
8
3
8
3
7
5
0
4
3
0
5
9
5
3
3
9
9
.
1
7
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
-
2
.
4
7
8
6
4
.
3
3
1
1
1
.
4
1
9
6
4
-
2
.
4
8
0
7
-
5
.
1
3
8
-
2
.
2
2
8
7
-
6
.
7
6
8
5
1
2
-
8
.
0
3
9
3
2
6
9
7
7
O
K
3
2
-
2
8
1
1
6
1
5
6
0
0
1
1
0
4
2
9
8
2
3
3
.
7
5
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
-
0
.
6
3
4
1
1
.
1
0
7
9
5
0
.
7
3
6
6
6
-
1
.
2
8
7
2
-
3
.
9
7
6
5
-
4
.
2
5
8
4
-
5
.
2
2
8
8
3
4
-
7
.
9
2
8
0
6
9
4
9
O
K
3
3
3
7
1
4
4
9
2
1
0
0
3
0
6
6
5
3
0
6
0
8
.
9
1
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
1
.
7
6
3
8
2
-
3
.
0
8
2
1
-
0
.
9
7
3
2
1
1
.
7
0
0
6
2
-
3
.
2
8
8
5
-
5
.
4
6
0
6
-
4
.
0
0
3
4
4
8
-
7
.
5
2
2
3
1
2
9
1
O
K
3
4
6
9
0
0
2
6
5
1
5
0
6
3
9
8
2
6
1
9
9
0
.
8
4
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
3
.
6
8
3
2
6
-
6
.
4
3
6
2
-
1
.
8
0
7
9
3
.
1
5
9
1
7
-
2
.
2
0
3
7
-
7
.
3
5
6
1
-
2
.
7
2
7
3
1
9
-
8
.
2
2
4
0
3
5
2
8
O
K
3
5
9
0
5
9
8
9
5
1
0
0
8
8
5
8
7
7
9
1
2
2
.
1
5
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
5
.
1
0
1
2
3
-
8
.
9
1
4
-
2
.
3
7
3
7
3
4
.
1
4
7
9
1
-
1
.
3
5
1
6
-
8
.
8
4
5
1
-
1
.
5
2
4
5
7
3
-
9
.
0
5
2
2
2
7
5
5
1
O
K
3
6
1
0
0
2
2
5
2
6
8
5
0
1
0
4
4
8
6
4
6
2
0
7
.
2
2
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
6
.
0
1
7
7
2
-
1
0
.
5
1
5
-
2
.
6
2
5
9
5
4
.
5
8
8
6
4
-
0
.
6
8
7
3
-
1
0
.
0
0
6
-
0
.
6
8
7
2
8
5
-
1
0
.
0
0
5
9
1
7
9
1
O
K
3
7
2
5
4
0
0
3
6
2
3
5
0
1
0
6
0
2
1
6
7
2
9
9
8
.
9
6
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
6
.
1
0
9
9
5
-
1
0
.
6
7
7
-
6
.
6
5
5
0
1
1
1
.
6
2
9
1
-
4
.
6
2
4
1
-
3
.
1
2
6
6
-
4
.
6
2
4
1
2
4
-
3
.
1
2
6
6
0
2
0
9
8
O
K
3
8
2
6
0
7
1
7
4
8
1
0
0
1
1
2
0
2
1
3
7
0
6
0
2
.
5
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
6
.
4
5
5
8
-
1
1
.
2
8
1
-
6
.
8
3
0
9
2
1
1
.
9
3
6
5
-
4
.
4
5
4
2
-
3
.
4
2
3
6
-
4
.
4
5
4
1
8
4
-
3
.
4
2
3
5
5
8
7
8
1
O
K
3
9
2
4
8
9
9
5
5
6
4
0
0
1
0
9
5
2
0
7
4
9
9
4
3
.
4
3
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
6
.
3
1
1
6
9
-
1
1
.
0
2
9
-
6
.
5
2
3
8
1
1
.
3
9
9
8
-
4
.
2
9
1
2
-
3
.
7
0
8
4
-
4
.
2
9
1
1
6
7
-
3
.
7
0
8
4
1
8
3
6
2
O
K
4
0
2
2
7
0
4
2
0
0
8
0
0
9
8
3
2
0
4
4
7
2
0
0
.
1
4
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
5
.
6
6
6
1
1
-
9
.
9
0
1
1
-
5
.
9
4
8
6
1
1
0
.
3
9
4
7
-
4
.
3
6
1
6
-
3
.
5
8
5
4
-
4
.
3
6
1
5
5
3
-
3
.
5
8
5
4
2
4
2
2
5
O
K
4
1
1
8
2
6
4
4
9
4
3
5
0
7
8
4
1
9
2
0
1
8
9
4
.
4
9
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
4
.
5
1
9
0
6
-
7
.
8
9
6
7
-
4
.
7
8
5
3
8
8
.
3
6
2
0
8
-
4
.
3
4
5
4
-
3
.
6
1
3
7
-
4
.
3
4
5
3
8
6
-
3
.
6
1
3
6
7
5
4
4
3
O
K
4
2
1
2
1
4
6
2
7
9
0
0
0
4
9
9
1
6
7
9
5
6
0
7
.
1
9
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
2
.
8
7
6
2
9
-
5
.
0
2
6
1
-
3
.
1
8
2
3
8
5
.
5
6
0
9
6
-
4
.
3
8
5
2
-
3
.
5
4
4
2
-
4
.
3
8
5
1
5
4
-
3
.
5
4
4
1
8
3
4
9
7
O
K
4
3
3
0
5
8
5
8
3
5
5
0
1
2
5
7
2
1
3
9
4
8
.
5
2
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
0
.
7
2
0
5
1
-
1
.
2
5
9
-
0
.
8
0
1
3
6
1
.
4
0
0
3
2
-
4
.
1
5
9
9
-
3
.
9
3
7
8
-
4
.
1
5
9
9
1
-
3
.
9
3
7
7
8
0
0
1
4
O
K
4
4
0
0
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
0
0
0
0
-
4
.
0
7
9
1
-
4
.
0
7
9
1
-
4
.
0
7
9
0
6
-
4
.
0
7
9
0
5
9
5
9
1
O
K
K
e
t
J
o
i
n
t
M
T
T

(
N
m
m
)
e

(
m
m
)
F

(
N
)
J
e
n
i
s

T
e
n
d
o
n
J
u
m
l
a
h

t
e
n
d
o
n
F

(
N
)

s
e
s
u
a
i

V
S
L
F

(
N
)


k
u
m
u
l
a
t
i
f
F
/
A


(
M
p
a
)
F
.
e
.
y
/
I

(
M
p
a
)
M
t
.
y
/
I

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n
+
c
a
n
t
i
l
e
f
e
r

(
M
p
a
)









GAMBAR-GAMBAR TENDON TIAP JOINT











5.7 Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang
Kehilangan gaya pratekan (loss of prestress) akan terjadi pada
dua tahap yaitu pada saat:
1. Segera setelah peralihan gaya pratekan ke penampang
beton, yang meliputi :
- Perpendekan elastis (ES)
- Gesekan kabel dan wooble effect
- Slip angker
2. Pada saat service/beban kerja, yang meliputi :
- Rangkak beton (CR)
- Susut beton (SH)
- Relaksasi baja (RE)

5.7.1 Perhitungan kehilangan gaya prategang langsung
a. Kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis
(ES)
Pada perhitungan kehilangan prategang akibat perpendekan
elastis memperhitungkan pengaruh penarikan yang berturut-turut.
Perhitungan kehilangan prategang secara berturut-turut akan
menjadi cukup rumit. Tetapi untuk maksid-maksud praktis, cukup
teliti bila ditentukan kehilangan gaya prategang dari kabel
pertama dan mengambil separuh dari nilai itu untuk kehilangan
gaya prategang rata-rata seluruh kawat ini. Perhitungan
kehilangan gaya prategang yaitu dengan menggunakan rumus :
ci
cir
s es
E
f
E K ES =

Dimana :
f
cir
= tegangan beton pada garis yang melalui titik berat baja
(c.g.s) akibat gaya prategang yang efektif segera setelah
gaya prategang telah dikerjakan pada beton.

F
o
= 0,9 F
i
(untuk pre tensioned)
= F
i
(untuk post tensioned)
K
es
= 0,5 (untuk post tensioned)


Contoh perhitungan pada joint 11 pada tahap kantilefer :
f
ci
= 65% f
c
= 65% 60 = 39 MPa
E
ci
= modulus elastisitas beton
=
' 4700
ci
f

= 39 4700 = 29.351,49 MPa
E
s
= 200.000 MPa

I
e M
I
e F
A
F
f
G o
i cir

+

2
0

12
9
12
2 6
6
6
10 78 , 2
578 10 51 , 2
10 78 , 2
578 10 5 , 3
10 3934 , 5
10 5 , 3

=
i cir
f
= -0,649 0,421 + 0,52
= -0,549 MPa
ci
cir
s es
E
f
E K ES =

49 , 351 . 29
549 , 0
000 . 200 5 , 0 =
= 1,872
% Loss =
% 153 , 0 % 100
1745 7 , 0
872 , 1
% 100
7 , 0
=

pu
S
f
E



Tabel V.14 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat perpendekan elastis pada tahap kantilefer


Tabel V.15 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat perpendekan elastis pada tahap service


b. Kehilangan gaya prategang akibat gesekan kabel dan
wooble effect
Kehilangan gaya pratekan akibat gesekan ini dapat
dipertimbangkan pada dua bagian : pengaruh panjang pengaruh
kelengkungan.
Adapun rumus untuk memperhitungkan kehilangan gaya
prategang akibat gesekan dan wooble effect adalah :
( ) KL
o x
e F F
+
=
o

Dimana :
F
x
= gaya prategang akhir sesudah loss akibat wooble effect
dan gesekan
F
o
= gaya prategang awal
= Koefisien geekan berkisar antara 0,15 0,25(tabel
T.Y.Lin, hal.117)
K = Koefisien wooble = 0,0026
Joint Fo (N) A(mm
2
) I(mm
4
) Mg(Nmm) e Fo/A Fo.e
2
/I M.e/I f
cir
E
ci
E
s
ES Loss%
9 0 5393400 2.78E+12 0 0 0 0 0 0 29351.491 200000 0 0
10 1000000 5393400 2.78E+12 625291100 578 -0.185 -0.120 0.130 -0.176 29351.491 200000 0.598 0.049
11 3500000 5393400 2.78E+12 2501164600 578 -0.649 -0.421 0.520 -0.549 29351.491 200000 1.872 0.153
12 6500000 5393400 2.78E+12 5627620200 578 -1.205 -0.781 1.171 -0.816 29351.491 200000 2.780 0.228
13 11500000 5393400 2.78E+12 10004658200 578 -2.132 -1.383 2.081 -1.434 29351.491 200000 4.885 0.400
14 17000000 5393400 2.78E+12 15632278400 578 -3.152 -2.044 3.252 -1.944 29351.491 200000 6.623 0.542
15 24500000 5393400 2.78E+12 22510481000 578 -4.543 -2.945 4.683 -2.806 29351.491 200000 9.558 0.783
16 24500000 5393400 2.78E+12 22510481000 578 -4.543 -2.945 4.683 -2.806 29351.491 200000 9.558 0.783
17 17000000 5393400 2.78E+12 15632278400 578 -3.152 -2.044 3.252 -1.944 29351.491 200000 6.623 0.542
18 11500000 5393400 2.78E+12 10004658200 578 -2.132 -1.383 2.081 -1.434 29351.491 200000 4.885 0.400
19 6500000 5393400 2.78E+12 5627620200 578 -1.205 -0.781 1.171 -0.816 29351.491 200000 2.780 0.228
20 3500000 5393400 2.78E+12 2501164600 578 -0.649 -0.421 0.520 -0.549 29351.491 200000 1.872 0.153
21 1000000 5393400 2.78E+12 625291100 578 -0.185 -0.120 0.130 -0.176 29351.491 200000 0.598 0.049
22 0 5393400 2.78E+12 0 0 0.000 0.000 0.000 0.000 29351.491 200000 0.000 0.000
Joint Fo (N) A(mm
2
) I(mm
4
) M
MENERUS
(Nmm) e Fo/A Fo.e
2
/I M.e/I f
cir
E
ci
E
s
ES Loss
15/16 22000000 5393400 2.78E+12 10070779150 570 -4.0791 -2.57263 2.06606 -4.5856 29351.491 200000 15.623 1.279
29/30 12500000 5393400 2.78E+12 11024934450 570 -2.3176 -1.46172 2.2618 -1.5176 29351.491 200001 5.170 0.423
= Perubahan sudut akibat pengaruh kelengkungan.

Contoh perhitungan pada joint 11 pada tahap kantilefer :
- Kehilangan pratekan akibat gesekan pada tendon lurus:

( ) KL
o x
e F F
+
=
o


( ) 8 , 11 0026 , 0 0 2 , 0 +
= e F
o
= 0,97 F
o


% Loss = (1 0,97) 100 % = 3 %

Tabel V.16 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat gesekan kabel dan wooble effect pada tahap kantilefer


Tabel V.17 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat gesekan kabel dan wooble effect pada tahap service




Joint L (m) K K x L o x o KL + o e^-(KL + o) loss (%)
9 17.3 0.0026 0.04498 0 0.2 0 0.04498 0.956 0.956 F
o
4.398
10 14.55 0.0026 0.03783 0 0.2 0 0.03783 0.963 0.963 F
o
3.712
11 11.8 0.0026 0.03068 0 0.2 0 0.03068 0.970 0.970 F
o
3.021
12 9.05 0.0026 0.02353 0 0.2 0 0.02353 0.977 0.977 F
o
2.326
13 6.3 0.0026 0.01638 0 0.2 0 0.01638 0.984 0.984 F
o
1.625
14 3.55 0.0026 0.00923 0 0.2 0 0.00923 0.991 0.991 F
o
0.919
15 0.8 0.0026 0.00208 0 0 0 0.00208 0.998 0.998 F
o
0.208
16 0.8 0.0026 0.00208 0 0 0 0.00208 0.998 0.998 F
o
0.208
17 3.55 0.0026 0.00923 0 0.2 0 0.00923 0.991 0.991 F
o
0.919
18 6.3 0.0026 0.01638 0 0.2 0 0.01638 0.984 0.984 F
o
1.625
19 9.05 0.0026 0.02353 0 0.2 0 0.02353 0.977 0.977 F
o
2.326
20 11.8 0.0026 0.03068 0 0.2 0 0.03068 0.970 0.970 F
o
3.021
21 14.55 0.0026 0.03783 0 0.2 0 0.03783 0.963 0.963 F
o
3.712
22 17.3 0.0026 0.04498 0 0.2 0 0.04498 0.956 0.956 F
o
4.398
F
akhir
Segmen L (m) K K x L o x o KL + o e^-(KL + o) loss (%)
AB 28 0.0026 0.0728 0.314 0.2 0.0628 0.1356 0.873 0.873 F
o
12.681
BC 14 0.0026 0.0364 0.314 0.2 0.0628 0.0992 0.906 0.906 F
o
9.444
CD 21 0.0026 0.0546 0.314 0.2 0.0628 0.1174 0.889 0.889 F
o
11.077
DE 14 0.0026 0.0364 0.314 0.2 0.0628 0.0992 0.906 0.906 F
o
9.444
EF 28 0.0026 0.0728 0.314 0.2 0.0628 0.1356 0.873 0.873 F
o
12.681
F
akhir
c. Kehilangan gaya prategang akibat slip angkur
Pada sistem pasca-tarik, pada saat tendon ditarik sampai nilai
penuh kemudian dongkrak dilepas dan gaya prategang dialihkan
ke angkur. Peralatan angkur yang mengalami tegangan pada saat
peraluhan cenderung untuk berdeformasi, sehingga tendon dapat
tergelincir sedikit. Baji gesekan yang dipakai untuk menahan
kabel akan sedikit tergelincir sebelum kabel dijepit dengan kokoh.
Untuk pengangkuran langsung, kepala dan mur mengalami
sedikit deformasi pada saat pelepasan dongkrak dengan nilai
deformasi rata-rata sekitar 0,8 mm. Rumus umum untuk
menghitung kehilangan gaya prategang akibat deformasi
pengangkuran adalah :
X
L K

|
.
|

\
|
+

= A
o
o o
0
2

|
.
|

\
|
+

=
L K
d E
X
s
o
o
0

Dimana :
o A
= Kehilangan gaya pratekan pada baja
X = Jarak pengaruh slip angkur
o = Gaya prategang awal yang besarnya :
0,7 f
pu
= 0,7 1745 = 1.221,5 MPa
= Koefisien geekan berkisar antara 0,15 0,25(tabel
T.Y.Lin, hal.117)
K = Koefisien wooble = 0,0026
= Perubahan sudut akibat pengaruh kelengkungan.
E
s
= 200.000 MPa
d = 0,8 mm (T.Y.Lin, hal.112)
L = panjang total kabel




Contoh perhitungan pada joint 11 pada tahap kantilefer :
|
.
|

\
|
+

=
L K
d E
X
s
o
o
0
=
|
.
|

\
|
+


11800 0026 , 0
279 , 0 2 , 0
5 , 1221
8 , 0 10 2
5

= 166,4 mm

X
L K

|
.
|

\
|
+

= A
o
o o
0
2

4 , 166
14000 0026 , 0
279 , 0 2 , 0
5 , 1221 2 |
.
|

\
|
+

=

= 1,923 MPa
% Loss =
=

% 100
745 . 1 7 , 0
923 , 1
0,157 %

Tabel V.18 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat slip angkur pada tahap kantilefer


Tabel V.19 Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang akibat slip
angkur pada tahap service


Joint L (mm) K o x o Es d Es x d x o/(K + L) X (m) Ds(Mpa) Loss%
9 17300 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000003 201.480 1.588 0.130
10 14550 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000004 184.774 1.732 0.142
11 11800 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000005 166.399 1.923 0.157
12 9050 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000006 145.725 2.196 0.180
13 6300 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000009 121.585 2.632 0.215
14 3550 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000016 91.269 3.506 0.287
15 800 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000070 43.327 7.386 0.605
16 800 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000070 43.327 7.386 0.605
17 3550 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000016 91.269 3.506 0.287
18 6300 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000009 121.585 2.632 0.215
19 9050 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000006 145.725 2.196 0.180
20 11800 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000005 166.399 1.923 0.157
21 14550 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000004 184.774 1.732 0.142
22 17300 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000003 201.480 1.588 0.130
Joint L (m) K o x o Es d Es x d x o/(K + L) X (m) Ds Loss
15/16 21000 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000003 221.983 1.442 0.118
29/30 53000 0.0026 0.279 0.2 0.05582 200000 0.8 160000 0.000001 352.653 0.907 0.074
5.7.2 Perhitungan kehilangan gaya prategang berdasarkan
fungsi waktu
a. Kehilangan gaya prategang akibat rangkak beton (CR)
Salah satu sifat beton adalah dapat mengalami tambahan
regangan akibat beban tetap (mati) seiring dengan semakin
bertambahnya waktu. Metode umum untuk memperhitungkan
rangkak pada beton adalah dengan memasukkan kedalam
perhitungan hal-hal berikut ini : Perbandingan volume terhadap
permukaan, umur beton pada saat prategang, kelembaban relatif
dan jenis beton (beton ringan atau normal). Kehilangan gaya
prategang akibat rangkak untuk komponen struktur dengan
tendon terekat dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut
(untuk beton dengan berat normal) :
( )
cds cir
c
s
cr
f f
E
E
K CR =

I
e M
f
cds

=

Contoh perhitungan pada joint 11 pada tahap kantilefer :
52 , 0
10 78 , 2
578 10 5 , 2
12
9
=

=
I
e M
f
cds
Mpa
043 , 406 . 36 60 4700 4700 = = =
c c
f E MPa
Es = 200.000 MPa
( )
cds cir
c
s
cr
f f
E
E
K CR =

52 , 0 5494 . 0
043 , 406 . 36
10 2
6 , 1
5

=
= 9,403 MPa
% Loss =
100
745 . 1 7 , 0
671 , 0

% = 0,055 %

Tabel V.20 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat rangkak beton pada tahap kantilefer


Tabel V.21 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat rangkak beton pada tahap service


b. Kehilangan gaya prategang akibat susut beton
Susut pada beton dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
rangkak, perbandingan antara volume dan permukaan,
kelembaban relatif, dan waktu dari akhir perawatan sampai
dengan bekerjanya gaya prategang. Persamaan yang dipakai
dalam memperhitungkan kehilangan pratekan akibat susut pada
beton adalah :
( ) RH
S
V
E K SH
s sh

|
.
|

\
|
=

100 06 , 0 1 10 2 , 8
6

Dimana :
K
sh
= 0,73 (tabel 4-4 T.Y.Lin, hal 109 dengan asumsi pada box
girder dilakukan curing biasa)
V = luas balok
S = keliling balok
Joint Mg e fcir I fcds Kcir Es Ec fcir-fcds Es/Ec
CR
(MPa)
Loss %
9 0 0 0 2.78E+12 0 1.6 200000 36406 0 5.494 0 0
10 625291100 577.96 -0.1756 2.78E+12 0.130 1.6 200000 36406 0.0454941 5.494 0.400 0.03274
11 2501164600 577.96 -0.5494 2.78E+12 0.520 1.6 200000 36406 0.029158 5.494 0.256 0.02098
12 5627620200 577.96 -0.816 2.78E+12 1.171 1.6 200000 36406 0.3546443 5.494 3.117 0.2552
13 10004658200 577.96 -1.4337 2.78E+12 2.081 1.6 200000 36406 0.6474585 5.494 5.691 0.4659
14 15632278400 577.96 -1.944 2.78E+12 3.252 1.6 200000 36406 1.3077391 5.494 11.495 0.94103
15 22510481000 577.96 -2.8055 2.78E+12 4.683 1.6 200000 36406 1.8770316 5.494 16.499 1.35069
16 22510481000 577.96 -2.8055 2.78E+12 4.683 1.6 200000 36406 1.8770316 5.494 16.499 1.35069
17 15632278400 577.96 -1.944 2.78E+12 3.252 1.6 200000 36406 1.3077391 5.494 11.495 0.94103
18 10004658200 577.96 -1.4337 2.78E+12 2.081 1.6 200000 36406 0.6474585 5.494 5.691 0.4659
19 5627620200 577.96 -0.816 2.78E+12 1.171 1.6 200000 36406 0.3546443 5.494 3.117 0.2552
20 2501164600 577.96 -0.5494 2.78E+12 0.520 1.6 200000 36406 0.029158 5.494 0.256 0.02098
21 625291100 577.96 -0.1756 2.78E+12 0.130 1.6 200000 36406 0.0454941 5.494 0.400 0.03274
22 0 577.96 0 2.78E+12 0.000 1.6 200000 36406 0 5.494 0.000 0
Joint Mmenerus e fcir I fcds Kcir Es Ec fcir-fcds Es/Ec
CR
(MPa)
Loss %
15/16 10070779150 570 -4.5856 2.78E+12 2.06606 1.6 200000 36406 2.520 5.494 22.146 1.813
29/30 11024934450 570 -1.5176 2.78E+12 2.2618 1.6 200000 36406 0.744 5.494 6.542 0.536
RH = kelembaban udara rata-rata diambil 75 %
Karena penampang box sama di sepanjang bentang maka
nilai kehilangan pratekan akibat susut beton juga akan sama,
dengan perhitungan sebagai berikut :
V = 5,3934 m
2

S = 21,69 m
E
s
= 200.000 MPa
( ) RH
S
V
E K SH
s sh

|
.
|

\
|
=

100 06 , 0 1 10 2 , 8
6

( ) 75 100
69 , 21
3934 , 5
06 , 0 1 10 2 73 , 0 10 2 , 8
5 6
|
.
|

\
|
=


= 25,464 MPa
% Loss =
100
745 . 1 7 , 0
464 , 25

% = 2,085 %

c. Kehilangan gaya prategang akibat relaksasi baja
Sebenarnya balok pratekan mengalami perubahan regangan baja
yang konstan di dalam tendon bila terjadi rangkak yang
tergantung pada waktu. Akibat perpendekan elastis (ES), serta
kehilangan gaya pratekan yang tergantung pada waktu yaitu CR
dan SH, maka akan mengakibatkan terjadi pengurangan yang
kontinu pada tegangan tendon. Oleh karena itu untuk
memperkirakan kehilangan gaya pratekan akibat pengaruh
tersebut digunakan perumusan sebagai berikut :
( ) ( ) C ES CR SH J K RE
re
+ + =
Dimana : tendon yang dipakai adalah tipe strand atau kawat stress
relieved derajat 1745 MPa. Sehingga didapat :
K
re
= 129,786 Mpa (interpolasi tabel 4-5 T.Y.Lin)
J = 0,142 (interpolasi tabel 4-5 T.Y.Lin)
C = 1

Contoh perhitungan pada joint 10 pada tahap kantilefer :
( ) ( ) C ES CR SH J K RE
re
+ + =
( ) ( ) 1 598 , 0 4 , 0 465 , 25 142 , 0 786 , 129 + + = RE = 126,028 MPa
% Loss =
100
745 . 1 7 , 0
703 , 125

% = 10,317 %

Tabel V.22 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat relaksasi baja pada tahap kantilefer


Tabel V.23 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
akibat relaksasi baja pada tahap service


5.7.3 Perhitungan kehilangan gaya prategang total
Gaya pratekan awal pada baja dikurangi semua kehilangan gaya
pratekan disebut sebagai gaya pratekan efektif. Kehilangan gaya
pratekan yang di izinkan sebesar 20 % untuk pasca-tarik.
Kehilangan gaya prategang total dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
TL = ES + CR + SH + RE
Dimana :
TL = Total loss of prestress
Joint Kre J C SH CR ES RE Loss (%)
9 129.786 0.142 1 25.465 0.000 0.000 126.170 10.329
10 129.786 0.142 1 25.465 0.400 0.598 126.028 10.317
11 129.786 0.142 1 25.465 0.256 1.872 125.868 10.304
12 129.786 0.142 1 25.465 3.117 2.780 125.332 10.261
13 129.786 0.142 1 25.465 5.691 4.885 124.668 10.206
14 129.786 0.142 1 25.465 11.495 6.623 123.597 10.118
15 129.786 0.142 1 25.465 16.499 9.558 122.470 10.026
16 129.786 0.142 1 25.465 16.499 9.558 122.470 10.026
17 129.786 0.142 1 25.465 11.495 6.623 123.597 10.118
18 129.786 0.142 1 25.465 5.691 4.885 124.668 10.206
19 129.786 0.142 1 25.465 3.117 2.780 125.332 10.261
20 129.786 0.142 1 25.465 0.256 1.872 125.868 10.304
21 129.786 0.142 1 25.465 0.400 0.598 126.028 10.317
22 129.786 0.142 1 25.465 0.000 0.000 126.170 10.329
Joint Kre J C SH CR ES RE Loss (%)
15/16 129.786 0.142 1 25.465 22.146 15.623 120.806 9.890
29/30 129.786 0.142 1 25.465 6.542 5.170 124.507 10.193
ES = Kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis
CR = Kehilangan gaya prategang akibat rangkak pada beton
SH = Kehilangan gaya prategang akibat susut beton
RE = Kehilangan gaya prategang akibat relaksasi baja

Tabel V.24 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
total pada tahap kantilefer


Tabel V.25 Perhitungan Persentase Kehilangan Gaya Prategang
total pada tahap service


5.7.4 Kontrol tegangan setelah terjadi kehilangan gaya
prategang
Gaya pratekan awal pada baja dikurangi semua kehilangan
gaya pratekan disebut sebagai gaya pratekan efektif.

Contoh perhitungan pada joint 10 pada tahap kantilefer :
Data :
H = 2000 mm
A = 5393400 mm
2

Joint Loss (%)
9 12.414
10 12.484
11 12.563
12 12.828
13 13.157
14 13.686
15 14.244
16 14.244
17 13.686
18 13.157
19 12.828
20 12.563
21 12.484
22 12.414
Joint Loss (%)
15/16 15.067
29/30 13.236
ya = 728 mm
yb = 1272 mm
I = 2,778 10
12
mm
4

Mg = 625.291.100 Nmm
F
eff
= (100 - %loss total - % loss wooble ) /100 F
o

= (100- 12,644 3,712)/100 1.000.000 N
= 830.819,4 N

- Perhitungan tegangan serat atas :
4 , 23 = s

+

=
tekan
a
a eff eff
a
I
y M
I
y e F
A
F
o o MPa
12
8
12
5
6
5
10 778 , 2
728 10 25 , 6
10 778 , 2
728 95 , 577 10 3 , 8
10 3934 , 5
10 3 , 8

=
a
o
= - 0,116 MPa (tekan ) - 23,4 MPa


- Perhitungan tegangan serat bawah :
0 = s


+ =
tarik
b
b eff eff
b
I
y M
I
y e F
A
F
o o MPa
12
8
12
5
6
5
10 778 , 2
1272 10 25 , 6
10 778 , 2
1272 95 , 577 10 3 , 8
10 3934 , 5
10 3 , 8

=
b
o
= - 0,220 MPa (tekan ) 0 MPa

a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
O
K
1
0
6
2
5
2
9
1
1
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
6
0
7
9
6
5
.
8
3
1
0
0
0
0
0
0
2
8
3
6
4
3
1
.
6
4
4
-
0
.
1
5
5
-
0
.
1
2
7
0
.
2
2
1
0
.
1
6
4
-
0
.
2
8
6
-
0
.
1
1
8
-
0
.
2
2
0
O
K
1
1
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
4
3
1
8
6
3
.
5
3
3
5
0
0
0
0
0
2
2
9
3
2
0
5
0
.
1
5
-
0
.
5
4
4
-
0
.
4
4
4
0
.
7
7
6
0
.
6
5
5
-
1
.
1
4
5
-
0
.
3
3
2
-
0
.
9
1
3
O
K
1
2
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
5
4
7
1
6
9
2
.
8
0
6
5
0
0
0
0
0
2
5
4
4
9
5
2
5
.
2
2
-
1
.
0
1
0
-
0
.
8
2
5
1
.
4
4
2
1
.
4
7
4
-
2
.
5
7
7
-
0
.
3
6
1
-
2
.
1
4
5
O
K
1
3
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
9
7
2
7
4
5
3
.
9
4
1
1
5
0
0
0
0
0
2
9
5
9
6
5
6
5
.
8
4
-
1
.
7
7
9
-
1
.
4
5
3
2
.
5
3
9
2
.
6
2
1
-
4
.
5
8
0
-
0
.
6
1
1
-
3
.
8
2
0
O
K
1
4
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
1
5
1
9
9
1
4
6
.
7
4
1
7
0
0
0
0
0
0
2
1
4
1
0
9
0
3
2
.
7
-
2
.
6
1
6
-
2
.
1
3
6
3
.
7
3
3
4
.
0
9
6
-
7
.
1
5
7
-
0
.
6
5
7
-
6
.
0
4
0
O
K
1
5
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
1
8
8
6
7
7
1
.
4
1
2
4
5
0
0
0
0
0
2
2
0
1
1
0
5
4
4
.
3
-
3
.
7
2
9
-
3
.
0
4
5
5
.
3
2
1
5
.
8
9
8
-
1
0
.
3
0
6
-
0
.
8
7
6
-
8
.
7
1
3
O
K
-
2
4
7
4
6
2
3
2
7
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
4
0
6
0
5
7
5
.
9
8
2
4
5
0
0
0
0
0
2
2
0
1
1
0
5
4
4
.
3
-
3
.
7
2
9
-
3
.
0
4
5
5
.
3
2
1
6
.
4
8
4
-
1
1
.
3
3
0
-
0
.
2
9
0
-
9
.
7
3
7
O
K
1
6
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
1
8
8
6
7
7
1
.
4
1
2
4
5
0
0
0
0
0
2
2
0
1
1
0
5
4
4
.
3
-
3
.
7
2
9
-
3
.
0
4
5
5
.
3
2
1
5
.
8
9
8
-
1
0
.
3
0
6
-
0
.
8
7
6
-
8
.
7
1
3
O
K
1
7
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
1
5
1
9
9
1
4
6
.
7
4
1
7
0
0
0
0
0
0
2
1
4
1
0
9
0
3
2
.
7
-
2
.
6
1
6
-
2
.
1
3
6
3
.
7
3
3
4
.
0
9
6
-
7
.
1
5
7
-
0
.
6
5
7
-
6
.
0
4
0
O
K
1
8
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
9
7
2
7
4
5
3
.
9
4
1
1
5
0
0
0
0
0
2
9
5
9
6
5
6
5
.
8
4
-
1
.
7
7
9
-
1
.
4
5
3
2
.
5
3
9
2
.
6
2
1
-
4
.
5
8
0
-
0
.
6
1
1
-
3
.
8
2
0
O
K
1
9
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
5
4
7
1
6
9
2
.
8
0
6
5
0
0
0
0
0
2
5
4
4
9
5
2
5
.
2
2
-
1
.
0
1
0
-
0
.
8
2
5
1
.
4
4
2
1
.
4
7
4
-
2
.
5
7
7
-
0
.
3
6
1
-
2
.
1
4
5
O
K
2
0
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
2
4
3
1
8
6
3
.
5
3
3
5
0
0
0
0
0
2
2
9
3
2
0
5
0
.
1
5
-
0
.
5
4
4
-
0
.
4
4
4
0
.
7
7
6
0
.
6
5
5
-
1
.
1
4
5
-
0
.
3
3
2
-
0
.
9
1
3
O
K
2
1
6
2
5
2
9
1
1
0
0
5
7
7
.
9
5
5
4
6
0
7
9
6
5
.
8
3
1
0
0
0
0
0
0
2
8
3
6
4
3
1
.
6
4
4
-
0
.
1
5
5
-
0
.
1
2
7
0
.
2
2
1
0
.
1
6
4
-
0
.
2
8
6
-
0
.
1
1
8
-
0
.
2
2
0
O
K
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
O
K
K
e
t
J
o
i
n
t
M
g

(
N
m
m
)
e

(
m
m
)
F

p
e
r
l
u

(
N
)
F

(
N
)
j
u
m
l
a
h

t
e
n
d
o
n
F

(
N
)

s
e
t
e
l
a
h

l
o
s
s
F
/
A


(
M
p
a
)
F
.
e
.
y
/
I

(
M
p
a
)
M
g
.
y
/
I

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n

(
M
p
a
)
T
a
b
e
l

V
.
2
6

P
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

t
e
g
a
n
g
a
n

p
a
d
a

t
a
h
a
p

k
a
n
t
i
l
e
v
e
r

s
e
t
e
l
a
h

t
e
r
j
a
d
i

k
e
h
i
l
a
n
g
a
n

g
a
y
a

p
r
a
t
e
g
a
n
g


a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
1
0
0
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
0
0
0
0
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
4
8
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
4
8
O
K
2
3
0
5
1
7
4
0
1
4
0
1
2
5
7
1
9
7
8
0
7
.
7
1
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
0
.
6
2
9
1
4
6
-
1
.
0
9
9
3
8
2
9
-
0
.
7
9
9
5
7
0
2
1
.
3
9
7
1
8
5
8
-
3
.
7
3
2
2
2
5
8
-
3
.
2
6
3
9
9
8
6
-
3
.
7
3
2
2
2
5
7
9
-
3
.
2
6
3
9
9
8
6
3
8
O
K
3
1
1
5
6
4
9
1
3
9
0
0
4
9
9
1
5
9
9
1
7
0
8
.
3
2
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
2
.
5
1
1
5
5
0
7
-
4
.
3
8
8
7
3
6
6
-
3
.
0
3
0
0
6
1
6
5
.
2
9
4
7
9
3
4
-
4
.
0
8
0
3
1
2
5
-
2
.
6
5
5
7
4
4
7
-
4
.
0
8
0
3
1
2
4
5
3
-
2
.
6
5
5
7
4
4
6
7
4
O
K
4
1
7
6
9
9
2
6
7
8
5
0
7
8
4
1
8
6
0
7
6
5
8
.
5
1
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
3
.
9
4
6
0
0
3
5
-
6
.
8
9
5
3
2
9
6
-
4
.
6
3
7
2
9
1
1
8
.
1
0
3
3
-
4
.
2
5
3
0
8
9
1
-
2
.
3
5
3
8
3
1
1
-
4
.
2
5
3
0
8
9
1
1
3
-
2
.
3
5
3
8
3
1
1
O
K
5
2
2
0
1
8
1
3
2
6
0
0
9
8
3
1
9
8
2
9
3
3
3
.
2
6
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
4
.
9
4
7
6
0
3
9
-
8
.
6
4
5
5
4
7
2
-
5
.
7
6
8
8
5
3
8
1
0
.
0
8
0
6
1
7
-
4
.
3
8
3
0
5
1
5
-
2
.
1
2
6
7
3
2
-
4
.
3
8
3
0
5
1
5
2
5
-
2
.
1
2
6
7
3
2
0
4
4
O
K
6
2
4
8
9
9
5
5
6
4
0
0
1
0
9
5
2
0
7
4
9
9
4
3
.
4
3
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
5
.
5
1
1
3
1
8
6
-
9
.
6
3
0
5
9
4
2
-
6
.
5
2
3
8
0
0
4
1
1
.
3
9
9
8
2
6
-
4
.
5
7
4
2
8
3
3
-
1
.
7
9
2
5
6
9
7
-
4
.
5
7
4
2
8
3
2
6
9
-
1
.
7
9
2
5
6
9
6
6
8
O
K
7
2
6
0
7
1
7
4
8
1
0
0
1
1
2
0
2
1
3
7
0
6
0
2
.
5
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
5
.
6
3
7
1
4
7
8
-
9
.
8
5
0
4
7
0
8
-
6
.
8
3
0
9
2
0
1
1
1
.
9
3
6
4
9
4
-
4
.
7
5
5
5
7
3
8
-
1
.
4
7
5
7
7
8
8
-
4
.
7
5
5
5
7
3
7
9
1
-
1
.
4
7
5
7
7
8
7
9
4
O
K
8
2
5
4
0
0
3
6
2
3
5
0
1
0
6
0
2
1
6
7
2
9
9
8
.
9
6
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
5
.
3
3
5
1
5
7
8
-
9
.
3
2
2
7
6
7
-
6
.
6
5
5
0
1
3
9
1
1
.
6
2
9
1
1
1
-
4
.
8
8
1
6
5
7
6
-
1
.
2
5
5
4
5
7
2
-
4
.
8
8
1
6
5
7
6
4
3
-
1
.
2
5
5
4
5
7
2
1
5
O
K
9
1
0
0
9
7
2
0
7
3
5
0
1
0
4
4
8
7
1
0
6
3
2
.
4
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
5
.
2
5
4
6
2
7
1
-
9
.
1
8
2
0
4
6
-
2
.
6
4
5
5
1
5
6
4
.
6
2
2
8
2
9
7
-
0
.
9
5
2
6
9
0
1
-
8
.
1
2
1
0
1
7
9
-
0
.
9
5
2
6
9
0
0
6
1
-
8
.
1
2
1
0
1
7
8
9
7
O
K
1
0
8
8
0
1
7
6
9
1
0
0
8
8
5
8
5
2
8
9
9
5
.
6
7
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
4
.
4
5
4
3
5
3
4
-
7
.
7
8
3
6
3
1
-
2
.
3
0
6
1
0
4
7
4
.
0
2
9
7
3
5
9
-
1
.
4
1
3
5
5
2
8
-
7
.
3
1
5
6
9
6
6
-
1
.
5
3
1
4
6
6
2
9
2
-
7
.
5
3
5
7
3
3
9
8
4
O
K
1
1
6
9
0
0
2
6
5
1
5
0
6
3
9
8
2
6
1
9
9
0
.
8
4
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
3
.
2
1
6
1
9
4
2
-
5
.
6
2
0
0
4
5
4
-
1
.
8
0
7
9
0
1
8
3
.
1
5
9
1
6
5
6
-
2
.
1
5
3
5
0
9
2
-
6
.
0
2
2
6
8
1
3
-
2
.
4
8
5
8
2
0
6
3
9
-
6
.
9
3
5
5
9
2
1
4
7
O
K
1
2
3
7
1
4
4
9
2
1
0
0
3
0
6
6
5
3
0
6
0
8
.
9
1
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
1
.
5
4
0
1
4
9
3
-
2
.
6
9
1
2
8
9
4
-
0
.
9
7
3
2
1
4
3
1
.
7
0
0
6
1
5
2
-
2
.
9
9
4
8
6
6
6
-
4
.
5
5
2
4
7
5
7
-
3
.
3
5
6
0
1
5
3
5
9
-
6
.
6
9
7
4
0
8
1
5
O
K
1
3
-
2
8
1
1
6
1
5
6
0
0
1
1
0
4
2
9
8
2
3
3
.
7
5
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
9
2
2
3
5
4
.
7
1
-
3
.
6
9
3
8
3
9
6
-
0
.
5
7
4
1
7
2
5
1
.
0
0
3
3
2
1
2
0
.
7
3
6
6
5
6
5
-
1
.
2
8
7
2
4
9
-
3
.
5
3
1
3
5
5
7
-
3
.
9
7
7
7
6
7
5
-
4
.
1
4
2
5
8
4
3
4
1
-
7
.
7
9
8
2
2
5
4
3
1
O
K
1
4
-
5
9
8
5
6
7
7
9
0
0
4
3
0
6
5
7
6
7
0
8
.
3
9
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
9
2
2
3
5
4
.
7
1
-
3
.
6
9
3
8
3
9
6
-
2
.
2
4
4
4
9
2
6
3
.
9
2
2
0
7
3
6
1
.
5
6
8
2
7
5
6
-
2
.
7
4
0
4
3
7
9
-
4
.
3
7
0
0
5
6
6
-
2
.
5
1
2
2
0
3
9
-
5
.
0
2
6
7
9
6
4
0
2
-
8
.
5
5
1
8
0
4
6
0
1
O
K
1
5
-
1
0
0
7
0
7
7
9
1
5
0
5
7
0
9
8
5
2
7
1
1
.
2
4
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
9
2
2
3
5
4
.
7
1
-
3
.
6
9
3
8
3
9
6
-
2
.
9
7
5
2
5
7
6
5
.
1
9
9
0
2
7
8
2
.
6
3
8
5
9
1
3
-
4
.
6
1
0
7
3
-
4
.
0
3
0
5
0
6
-
3
.
1
0
5
5
4
1
8
-
4
.
9
0
6
6
6
6
5
8
4
-
1
1
.
8
1
8
9
1
7
6
9
O
K
J
o
i
n
t
M
T
T

(
N
m
m
)
e

(
m
m
)
F

(
N
)

p
e
r
l
u
J
e
n
i
s

T
e
n
d
o
n
J
u
m
l
a
h

t
e
n
d
o
n
F

(
N
)
F

(
N
)

s
e
t
e
l
a
h

l
o
s
s
K
e
t
F
/
A


(
M
p
a
)
F
.
e
.
y
/
I

(
M
p
a
)
M
t
.
y
/
I

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n
+
c
a
n
t
i
l
e
f
e
r

(
M
p
a
)
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
1
6
-
9
9
9
3
2
3
2
6
5
0
5
7
0
9
7
7
6
8
4
3
.
9
0
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
3
1
9
5
1
9
.
7
2
-
2
.
0
9
8
7
7
2
5
-
1
.
6
9
0
4
8
7
3
2
.
9
5
3
9
9
3
1
2
.
6
1
8
2
7
3
7
-
4
.
5
7
5
2
2
6
7
-
1
.
1
7
0
9
8
6
1
-
3
.
7
2
0
0
0
6
1
-
2
.
0
4
7
1
4
6
6
7
6
-
1
2
.
4
3
3
3
8
2
O
K
1
7
-
6
2
9
9
3
9
7
6
0
0
4
3
0
6
9
2
1
4
0
5
.
0
2
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
3
1
9
5
1
9
.
7
2
-
2
.
0
9
8
7
7
2
5
-
1
.
2
7
5
2
7
9
9
2
.
2
2
8
4
5
0
9
1
.
6
5
0
4
7
1
7
-
2
.
8
8
4
0
6
8
9
-
1
.
7
2
3
5
8
0
7
-
2
.
7
5
4
3
9
0
5
-
2
.
3
8
0
3
2
0
5
4
4
-
8
.
7
9
3
9
9
1
2
5
8
O
K
1
8
-
4
0
5
5
6
5
8
0
0
0
1
1
0
6
2
0
0
0
5
3
.
1
3
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
3
1
9
5
1
9
.
7
2
-
2
.
0
9
8
7
7
2
5
-
0
.
3
2
6
2
3
4
4
0
.
5
7
0
0
6
8
8
1
.
0
6
2
6
0
1
4
-
1
.
8
5
6
8
1
2
-
1
.
3
6
2
4
0
5
5
-
3
.
3
8
5
5
1
5
7
-
1
.
9
7
3
6
3
4
1
5
5
-
7
.
2
0
5
9
7
3
6
7
3
O
K
1
9
2
2
4
5
9
9
6
1
0
0
3
9
8
3
4
9
6
3
5
6
.
4
9
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
-
2
.
0
6
0
9
2
0
4
1
.
1
5
9
0
8
6
8
-
2
.
0
2
5
4
1
2
7
-
0
.
5
8
8
4
6
1
5
1
.
0
2
8
2
9
-
1
.
4
9
0
2
9
5
-
3
.
0
5
8
0
4
3
1
-
1
.
8
5
1
4
4
3
8
5
-
5
.
2
0
2
9
7
5
5
1
4
O
K
2
0
3
8
3
5
8
5
6
9
5
0
7
9
4
3
9
9
9
0
9
2
.
3
3
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
-
2
.
0
6
0
9
2
0
4
2
.
3
1
2
3
4
9
1
-
4
.
0
4
0
6
4
7
5
-
1
.
0
0
5
0
1
2
5
1
.
7
5
6
1
8
-
0
.
7
5
3
5
8
3
8
-
4
.
3
4
5
3
8
7
9
-
1
.
0
8
5
8
9
5
2
5
-
5
.
2
5
8
2
9
8
6
7
5
O
K
2
1
6
0
8
8
6
5
6
1
0
0
1
0
3
4
5
2
8
9
0
4
7
.
8
4
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
-
2
.
0
6
0
9
2
0
4
3
.
0
1
1
2
9
5
9
-
5
.
2
6
2
0
0
1
9
-
1
.
5
9
5
2
5
6
4
2
.
7
8
7
5
8
4
6
-
0
.
6
4
4
8
8
0
9
-
4
.
5
3
5
3
3
7
6
-
0
.
7
6
2
7
9
4
3
2
5
-
4
.
7
5
5
3
7
4
9
9
3
O
K
2
2
6
4
6
0
9
9
4
2
0
0
1
1
2
2
5
2
8
9
0
3
8
.
9
4
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
-
2
.
0
6
0
9
2
0
4
3
.
2
6
7
5
7
6
4
-
5
.
7
0
9
8
3
1
8
-
1
.
6
9
2
8
1
0
7
2
.
9
5
8
0
5
3
1
-
0
.
4
8
6
1
5
4
7
-
4
.
8
1
2
6
9
9
-
0
.
4
8
6
1
5
4
6
9
6
-
4
.
8
1
2
6
9
9
0
4
5
O
K
2
3
6
4
6
0
9
9
4
2
0
0
1
1
2
2
5
2
8
9
0
3
8
.
9
4
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
-
2
.
0
6
0
9
2
0
4
3
.
2
6
7
5
7
6
4
-
5
.
7
0
9
8
3
1
8
-
1
.
6
9
2
8
1
0
7
2
.
9
5
8
0
5
3
1
-
0
.
4
8
6
1
5
4
7
-
4
.
8
1
2
6
9
9
-
0
.
4
8
6
1
5
4
6
9
6
-
4
.
8
1
2
6
9
9
0
4
5
O
K
2
4
5
9
6
0
6
2
1
4
0
0
1
0
3
4
5
1
7
7
8
2
7
.
6
2
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
-
2
.
0
6
0
9
2
0
4
3
.
0
1
1
2
9
5
9
-
5
.
2
6
2
0
0
1
9
-
1
.
5
6
1
7
1
0
7
2
.
7
2
8
9
6
6
2
-
0
.
6
1
1
3
3
5
2
-
4
.
5
9
3
9
5
6
-
0
.
7
2
9
2
4
8
6
3
4
-
4
.
8
1
3
9
9
3
4
4
O
K
2
5
4
8
8
2
7
0
3
5
5
0
7
9
4
5
0
9
0
4
8
7
.
6
2
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
-
2
.
0
6
0
9
2
0
4
2
.
3
1
2
3
4
9
1
-
4
.
0
4
0
6
4
7
5
-
1
.
2
7
9
2
9
1
2
2
.
2
3
5
4
6
0
4
-
1
.
0
2
7
8
6
2
5
-
3
.
8
6
6
1
0
7
5
-
1
.
3
6
0
1
7
3
9
6
1
-
4
.
7
7
9
0
1
8
2
8
1
O
K
2
6
2
2
4
5
9
9
6
1
0
0
3
9
8
3
4
9
6
3
5
6
.
4
9
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
-
2
.
0
6
0
9
2
0
4
1
.
1
5
9
0
8
6
8
-
2
.
0
2
5
4
1
2
7
-
0
.
5
8
8
4
6
1
5
1
.
0
2
8
2
9
-
1
.
4
9
0
2
9
5
-
3
.
0
5
8
0
4
3
1
-
1
.
8
5
1
4
4
3
8
5
-
5
.
2
0
2
9
7
5
5
1
4
O
K
2
7
-
4
0
5
5
6
5
8
0
0
0
1
1
0
6
2
0
0
0
5
3
.
1
3
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
3
1
9
5
1
9
.
7
2
-
2
.
0
9
8
7
7
2
5
-
0
.
3
2
6
2
3
4
4
0
.
5
7
0
0
6
8
8
1
.
0
6
2
6
0
1
4
-
1
.
8
5
6
8
1
2
-
1
.
3
6
2
4
0
5
5
-
3
.
3
8
5
5
1
5
7
-
1
.
9
7
3
6
3
4
1
5
5
-
7
.
2
0
5
9
7
3
6
7
3
O
K
2
8
-
6
8
6
5
1
6
5
4
5
0
4
3
0
7
5
4
3
0
3
7
.
2
2
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
3
1
9
5
1
9
.
7
2
-
2
.
0
9
8
7
7
2
5
-
1
.
2
7
5
2
7
9
9
2
.
2
2
8
4
5
0
9
1
.
7
9
8
7
0
5
5
-
3
.
1
4
3
0
9
5
9
-
1
.
5
7
5
3
4
6
9
-
3
.
0
1
3
4
1
7
5
-
2
.
2
3
2
0
8
6
7
1
8
-
9
.
0
5
3
0
1
8
1
6
6
O
K
2
9
-
1
1
0
2
4
9
3
4
4
5
0
5
7
0
1
0
7
8
6
2
0
5
.
7
1
2
5
S
c
2
6
2
5
0
0
0
0
1
1
3
1
9
5
1
9
.
7
2
-
2
.
0
9
8
7
7
2
5
-
1
.
6
9
0
4
8
7
3
2
.
9
5
3
9
9
3
1
2
.
8
8
8
5
8
4
4
-
5
.
0
4
7
5
7
3
3
-
0
.
9
0
0
6
7
5
4
-
4
.
1
9
2
3
5
2
7
-
1
.
7
7
6
8
3
5
9
7
3
-
1
2
.
9
0
5
7
2
8
6
2
O
K
K
e
t
F
/
A


(
M
p
a
)
F
.
e
.
y
/
I

(
M
p
a
)
M
t
.
y
/
I

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n
+
c
a
n
t
i
l
e
f
e
r

(
M
p
a
)
F

(
N
)

p
e
r
l
u
J
e
n
i
s

T
e
n
d
o
n
J
u
m
l
a
h

t
e
n
d
o
n
F

(
N
)
F

(
N
)

s
e
t
e
l
a
h

l
o
s
s
M
T
T

(
N
m
m
)
e

(
m
m
)
J
o
i
n
t
T
a
b
e
l

V
.
2
7

P
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

t
e
g
a
n
g
a
n

p
a
d
a

t
a
h
a
p

s
e
r
v
i
c
e

s
e
t
e
l
a
h

t
e
r
j
a
d
i

k
e
h
i
l
a
n
g
a
n

g
a
y
a

p
r
a
t
e
g
a
n
g


a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
a
t
a
s
b
a
w
a
h
3
0
-
1
0
6
6
6
5
0
8
9
5
0
5
7
0
1
0
4
3
5
5
4
1
.
3
9
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
9
2
2
3
5
4
.
7
1
-
3
.
6
9
3
8
3
9
6
-
2
.
9
7
5
2
5
7
6
5
.
1
9
9
0
2
7
8
2
.
7
9
4
6
7
5
3
-
4
.
8
8
3
4
7
4
4
-
3
.
8
7
4
4
2
2
-
3
.
3
7
8
2
8
6
3
-
4
.
7
5
0
5
8
2
5
8
7
-
1
2
.
0
9
1
6
6
2
1
5
O
K
3
1
-
5
4
1
8
3
8
3
7
5
0
4
3
0
5
9
5
3
3
9
9
.
1
7
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
9
2
2
3
5
4
.
7
1
-
3
.
6
9
3
8
3
9
6
-
2
.
2
4
4
4
9
2
6
3
.
9
2
2
0
7
3
6
1
.
4
1
9
6
4
1
9
-
2
.
4
8
0
7
1
2
2
-
4
.
5
1
8
6
9
0
3
-
2
.
2
5
2
4
7
8
2
-
5
.
1
7
5
4
3
0
1
2
6
-
8
.
2
9
2
0
7
8
9
0
3
O
K
3
2
-
2
8
1
1
6
1
5
6
0
0
1
1
0
4
2
9
8
2
3
3
.
7
5
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
9
2
2
3
5
4
.
7
1
-
3
.
6
9
3
8
3
9
6
-
0
.
5
7
4
1
7
2
5
1
.
0
0
3
3
2
1
2
0
.
7
3
6
6
5
6
5
-
1
.
2
8
7
2
4
9
-
3
.
5
3
1
3
5
5
7
-
3
.
9
7
7
7
6
7
5
-
4
.
1
4
2
5
8
4
3
4
1
-
7
.
7
9
8
2
2
5
4
3
1
O
K
3
3
3
7
1
4
4
9
2
1
0
0
3
0
6
6
5
3
0
6
0
8
.
9
1
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
1
.
5
4
0
1
4
9
3
-
2
.
6
9
1
2
8
9
4
-
0
.
9
7
3
2
1
4
3
1
.
7
0
0
6
1
5
2
-
2
.
9
9
4
8
6
6
6
-
4
.
5
5
2
4
7
5
7
-
3
.
3
5
6
0
1
5
3
5
9
-
6
.
6
9
7
4
0
8
1
5
O
K
3
4
6
9
0
0
2
6
5
1
5
0
6
3
9
8
2
6
1
9
9
0
.
8
4
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
3
.
2
1
6
1
9
4
2
-
5
.
6
2
0
0
4
5
4
-
1
.
8
0
7
9
0
1
8
3
.
1
5
9
1
6
5
6
-
2
.
1
5
3
5
0
9
2
-
6
.
0
2
2
6
8
1
3
-
2
.
4
8
5
8
2
0
6
3
9
-
6
.
9
3
5
5
9
2
1
4
7
O
K
3
5
9
0
5
9
8
9
5
1
0
0
8
8
5
8
7
7
9
1
2
2
.
1
5
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
4
.
4
5
4
3
5
3
4
-
7
.
7
8
3
6
3
1
-
2
.
3
7
3
7
3
4
9
4
.
1
4
7
9
1
4
4
-
1
.
4
8
1
1
8
3
1
-
7
.
1
9
7
5
1
8
1
-
1
.
5
9
9
0
9
6
5
1
3
-
7
.
4
1
7
5
5
5
5
1
3
O
K
3
6
1
0
0
2
2
5
2
6
8
5
0
1
0
4
4
8
6
4
6
2
0
7
.
2
2
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
5
.
2
5
4
6
2
7
1
-
9
.
1
8
2
0
4
6
-
2
.
6
2
5
9
4
9
4
.
5
8
8
6
3
8
5
-
0
.
9
3
3
1
2
3
4
-
8
.
1
5
5
2
0
9
1
-
0
.
9
3
3
1
2
3
4
2
-
8
.
1
5
5
2
0
9
0
5
7
O
K
3
7
2
5
4
0
0
3
6
2
3
5
0
1
0
6
0
2
1
6
7
2
9
9
8
.
9
6
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
5
.
3
3
5
1
5
7
8
-
9
.
3
2
2
7
6
7
-
6
.
6
5
5
0
1
3
9
1
1
.
6
2
9
1
1
1
-
4
.
8
8
1
6
5
7
6
-
1
.
2
5
5
4
5
7
2
-
4
.
8
8
1
6
5
7
6
4
3
-
1
.
2
5
5
4
5
7
2
1
5
O
K
3
8
2
6
0
7
1
7
4
8
1
0
0
1
1
2
0
2
1
3
7
0
6
0
2
.
5
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
5
.
6
3
7
1
4
7
8
-
9
.
8
5
0
4
7
0
8
-
6
.
8
3
0
9
2
0
1
1
1
.
9
3
6
4
9
4
-
4
.
7
5
5
5
7
3
8
-
1
.
4
7
5
7
7
8
8
-
4
.
7
5
5
5
7
3
7
9
1
-
1
.
4
7
5
7
7
8
7
9
4
O
K
3
9
2
4
8
9
9
5
5
6
4
0
0
1
0
9
5
2
0
7
4
9
9
4
3
.
4
3
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
5
.
5
1
1
3
1
8
6
-
9
.
6
3
0
5
9
4
2
-
6
.
5
2
3
8
0
0
4
1
1
.
3
9
9
8
2
6
-
4
.
5
7
4
2
8
3
3
-
1
.
7
9
2
5
6
9
7
-
4
.
5
7
4
2
8
3
2
6
9
-
1
.
7
9
2
5
6
9
6
6
8
O
K
4
0
2
2
7
0
4
2
0
0
8
0
0
9
8
3
2
0
4
4
7
2
0
0
.
1
4
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
4
.
9
4
7
6
0
3
9
-
8
.
6
4
5
5
4
7
2
-
5
.
9
4
8
6
0
6
9
1
0
.
3
9
4
7
2
1
-
4
.
5
6
2
8
0
4
6
-
1
.
8
1
2
6
2
7
7
-
4
.
5
6
2
8
0
4
6
0
6
-
1
.
8
1
2
6
2
7
7
2
6
O
K
4
1
1
8
2
6
4
4
9
4
3
5
0
7
8
4
1
9
2
0
1
8
9
4
.
4
9
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
3
.
9
4
6
0
0
3
5
-
6
.
8
9
5
3
2
9
6
-
4
.
7
8
5
3
8
3
8
.
3
6
2
0
7
9
1
-
4
.
4
0
1
1
8
1
1
-
2
.
0
9
5
0
5
2
-
4
.
4
0
1
1
8
1
1
0
3
-
2
.
0
9
5
0
5
2
0
3
9
O
K
4
2
1
2
1
4
6
2
7
9
0
0
0
4
9
9
1
6
7
9
5
6
0
7
.
1
9
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
2
.
5
1
1
5
5
0
7
-
4
.
3
8
8
7
3
6
6
-
3
.
1
8
2
3
8
2
5
.
5
6
0
9
6
1
3
-
4
.
2
3
2
6
3
2
8
-
2
.
3
8
9
5
7
6
8
-
4
.
2
3
2
6
3
2
8
3
1
-
2
.
3
8
9
5
7
6
8
3
8
O
K
4
3
3
0
5
8
5
8
3
5
5
0
1
2
5
7
2
1
3
9
4
8
.
5
2
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
0
.
6
2
9
1
4
6
-
1
.
0
9
9
3
8
2
9
-
0
.
8
0
1
3
6
3
2
1
.
4
0
0
3
1
8
9
-
3
.
7
3
4
0
1
8
8
-
3
.
2
6
0
8
6
5
5
-
3
.
7
3
4
0
1
8
7
9
5
-
3
.
2
6
0
8
6
5
5
0
3
O
K
4
4
0
0
0
4
4
S
c
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
4
7
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
0
0
0
0
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
4
8
-
3
.
5
6
1
8
0
1
5
4
8
O
K
K
e
t
F
/
A


(
M
p
a
)
F
.
e
.
y
/
I

(
M
p
a
)
M
t
.
y
/
I

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n

(
M
p
a
)
R
e
s
u
l
t
a
n
+
c
a
n
t
i
l
e
f
e
r

(
M
p
a
)
J
o
i
n
t
M
T
T

(
N
m
m
)
e

(
m
m
)
F

(
N
)

p
e
r
l
u
J
e
n
i
s

T
e
n
d
o
n
J
u
m
l
a
h

t
e
n
d
o
n
F

(
N
)
F

(
N
)

s
e
t
e
l
a
h

l
o
s
s
5.8 Perhitungan Penulangan Box Girder
Sebelum melakukan perencanaan penulangan, terlebih
dahulu dilakukan analisa struktur dengan menggunakan program
bantu SAP 2000. Dalam proses analisa yaitu dengan
memperhitungkan beban-beban yang bekerja pada struktur box
girder sehingga akan dapat diketahui gaya-gaya dalam yang
terjadi. Beban-beban yang diperhitungkan dalam analisa tersebut
yaitu antara lain:
- Beban mati tambahan
Sound barrier = 22 kN/m
Bantalan rel = 4,5 kN/m
Rel kereta = 0,54 kN/m
Air hujan = 4,41 kN/m

- Beban kerumunan = 7,75 kN/m
- Beban kereta

Dalam analisa struktur dengan menggunakan bridge modeler
yaitu merupakan permodelan jembatan dalam bentuk 3D sehingga
dapat mendekati model jembatan yang sebenarnya.

Momen maximum yang terjadi pada box girder adalah:
M. pelat atas = 1.284.809.000 N.mm
M. pelat badan = 791.521.000 N.mm
M. pelat bawah = 575.839.000 N.mm

5.8.1 Perhitungan penulangan pelat atas

Mu = 1.271.046.672 Nmm
D = 25 mm
B = 1000 mm
decking = 25 mm (Tabel 4.6-7 SNI T-12-2004)
tpelat atas = 500 mm
dx = 500 25 25/2 = 462,5 mm
fc = 60 MPa
fy = 400 MPa
= 0,8
- M
n
=
8 , 0 8 , 0
X M
u
= =
- R
n
=
X
X
dx b
M
n

=
1000
2
=
- m =
60 85 , 0
400
' 85 , 0
=

c
y
f
f
= 7,8431
-
min
=
400
4 , 1 4 , 1
=
y
f
= 0,0035
-
1
= 0,65 (f
c
= 60 MPa)
-
balance
=
y y
c
f f
f
+


600
600 ' 85 , 0
1
|

=
400 600
600
400
65 , 0 60 85 , 0
+



= 0,049725
-
max
=
balance
75 , 0
= 049725 , 0 75 , 0
= 0,037294
-
perlu
=
|
|
.
|

\
|


y
n
f
R m
m
2
1 1
1

=
|
|
.
|

\
|


400
8431 , 7 2
1 1
8431 , 7
1 X

=
Karena
min
<
perlu
<
max
maka yang dipakai adalah
perlu

- A
s perlu
= dx b
perlu

= X X 1000
=
Dari table tulangan, untuk tulangan D25 dengan A
s perlu
sebesar X
mm
2
dipasang tulangan utama sejarak X mm (D25-X dengan A
s
=
X mm
2
) dan tulangan pembagi sejarak X (D25-X).
5.8.2 Perhitungan penulangan pelat badan

Mu = 1.271.046.672 Nmm
D = 25 mm
B = 1000 mm
decking = 25 mm (Tabel 4.6-7 SNI T-12-2004)
tpelat atas = 500 mm
dx = 500 25 25/2 = 462,5 mm
fc = 60 MPa
fy = 400 MPa
= 0,8
- M
n
=
8 , 0 8 , 0
X M
u
= =
- R
n
=
X
X
dx b
M
n

=
1000
2
=
- m =
60 85 , 0
400
' 85 , 0
=

c
y
f
f
= 7,8431
-
min
=
400
4 , 1 4 , 1
=
y
f
= 0,0035
-
1
= 0,65 (f
c
= 60 MPa)
-
balance
=
y y
c
f f
f
+


600
600 ' 85 , 0
1
|

=
400 600
600
400
65 , 0 60 85 , 0
+



= 0,049725
-
max
=
balance
75 , 0
= 049725 , 0 75 , 0
= 0,037294
-
perlu
=
|
|
.
|

\
|


y
n
f
R m
m
2
1 1
1

=
|
|
.
|

\
|


400
8431 , 7 2
1 1
8431 , 7
1 X

=
Karena
min
<
perlu
<
max
maka yang dipakai adalah
perlu

- A
s perlu
= dx b
perlu

= X X 1000
=
Dari table tulangan, untuk tulangan D25 dengan A
s perlu
sebesar X
mm
2
dipasang tulangan utama sejarak X mm (D25-X dengan A
s
=
X mm
2
) dan tulangan pembagi sejarak X (D25-X).
5.8.3 Perhitungan penulangan pelat bawah

Mu = 1.271.046.672 Nmm
D = 25 mm
B = 1000 mm
decking = 25 mm (Tabel 4.6-7 SNI T-12-2004)
tpelat atas = 500 mm
dx = 500 25 25/2 = 462,5 mm
fc = 60 MPa
fy = 400 MPa
= 0,8
- M
n
=
8 , 0 8 , 0
X M
u
= =
- R
n
=
X
X
dx b
M
n

=
1000
2
=
- m =
60 85 , 0
400
' 85 , 0
=

c
y
f
f
= 7,8431
-
min
=
400
4 , 1 4 , 1
=
y
f
= 0,0035
-
1
= 0,65 (f
c
= 60 MPa)
-
balance
=
y y
c
f f
f
+


600
600 ' 85 , 0
1
|

=
400 600
600
400
65 , 0 60 85 , 0
+



= 0,049725
-
max
=
balance
75 , 0
= 049725 , 0 75 , 0
= 0,037294
-
perlu
=
|
|
.
|

\
|


y
n
f
R m
m
2
1 1
1

=
|
|
.
|

\
|


400
8431 , 7 2
1 1
8431 , 7
1 X

=
Karena
min
<
perlu
<
max
maka yang dipakai adalah
perlu

- A
s perlu
= dx b
perlu

= X X 1000
=
Dari table tulangan, untuk tulangan D25 dengan A
s perlu
sebesar X
mm
2
dipasang tulangan utama sejarak X mm (D25-X dengan A
s
=
X mm
2
) dan tulangan pembagi sejarak X (D25-X).
5.9 Perencanaan Tulangan Geser
Pada beton prategang, retak-retak yang mungkin terjadi
adalah berupa retakan miring akibat lentur atau akibat tegangan
tarik utama (retak badan). Perencanaan kekuatan geser harus di
tinjau pada dua jenis mekanisme retak sebagai berikut :
- Retak akibat geseran pada badan penampang (V
cw
)
- Retak miring akibat lentur (V
ci
)
Prosedur dalam perencanaan perhitungan geser adalah sebuah
analisa untuk menentukan kekuatan geser beton (v
c
) yang
dibandingkan terhadap tegangan geser batas pada penampang
yang ditinjau (v
u
).
Terbentuknya retak pada struktur bermula dari badan akibat
tarikan utama yang tinggi dimana retak akibat lentur yang mula-
mula vertikal dan sedikit demi sedikit berkembang menjadi retak
miring akibat geseran.


Gambar V.22 Retak akibat tegangn geser

Kekuatan penampang untuk menahan retak akibat geseran
ditentukan oleh kekuatan dari beton dan tulangan geser yang
dipasang. Adapun prosedur perhitungan dari perencanaan
tulangan geser berdasarkan peraturan SNI T-12-2004 pasal 6.8.10
adalah sebagai berikut :

1. Hitung kemampuan penampang untuk menahan gaya geser, yaitu:
- Retak akibat geseran pada badan penampang (V
cw
) :
V
cw
= V
t
+ V
p
( SNI T-12-2004. Persamaan 6.8-13)
Dengan :
V
t
= ( ) d b f f
w pc c
+ ' 3 , 0 ( SNI T-12-2004. Persamaan
6.8-14)
Sehingga :
V
cw
= ( ) { } d b f f
w pc c
+ ' 3 , 0 + V
p

Dimana :
V
cw
= Kuat geser pada bagian badan
f
c
= Mutu beton prategang = 60 MPa
f
pc
= tegangan tekan rata-rata pada beton akibat gaya prategang
efektif saja
b
w
= Lebar badan
V
p
= Tekanan akibat tendon (F
o
slope)
d = Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan
tarik longitudinal.
- Retak miring akibat lentur (V
ci
) :
V
ci
=
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|

max
20
'
M
M V
V d b
f
cr i
d w
c
(SNI Ps.13.4.2.1
persamaan 53)
Dengan :
M
cr
=
|
|
.
|

\
|
+
d pe
c
f f
f
Z
2
'
(SNI Ps.13.4.2.1 persamaan 54)
Dan, Z = 1/y
t

Tetapi V
ci
tidak boleh diambil kurang dari d b
f
w
c

7
'

Dimana :
V
ci
= Kuat geser akibat terjadinya keretakan miring akibat
kombinasi lentur dan geser.
f
c
= Mutu beton prategang = 60 MPa
b
w
= Lebar badan
d = Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan
tarik longitudinal
V
d
= gaya geser pada penampang akibat beban mati (faktor
pembebanan = 1,0)
V
i
= Gaya geser pada penampang akibat beban luar
M
cr
= Momen yang menyebabkan terjadinya retak lentur.

2. Dari kemampuan penampang yang ada dan gaya geser yang
terjadi maka dapat ditentukan apakah penampang perlu tulangan
geser atau cukup dipasang tulangan geser minimum saja.
Besarnya gaya geser yang harus mampu dipikul oleh tulangan
adalah :
V
s
= V
n
V
c
(SNI T-12-2004. Persamaan 6.8-10)
Dimana :
V
s
= Kekuatan geser yang disumbangkan oleh tulangan geser
V
n
= Kekuatan geser batas nominal (V
u
/)
V
c
= Kekuatan geser yang disumbangkan oleh beton. Diambil
nilai terkecil antara V
ci
dan V
cw
.
3. Dengan mengetahui besarnya gaya geser yang harus dipikul oleh
tulangan geser maka direncanakan jumlah tulangan untuk dapat
menahan gaya tersebut.
- Kekuatan geser yang disumbangkan oleh tulangan geser
(sengkang) tegak lurus didapat dari persamaan berikut :
V
s
=
s
d f A
y v

(SNI T-12-2004. Persamaan 6.8-15)
- Kekuatan geser yang disumbangkan oleh tulangan geser
(sengkang) miring didapat dari persamaan berikut :
V
s
=
( )
s
d f A
y v
+ | o cos sin
(SNI T-12-2004.
Persamaan 6.8-16)

Dimana :
V
s
= Kekuatan geser yang disumbangkan oleh tulangan geser
= besarnya sudut antara sengkang miring dan sumbu
longitudinal jembatan
d = jarak serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik
longitudinal, yang tidak boleh diambil kurang dari 0,8h

4. Menentukan jarak antar tulangan geser.
Yaitu dengan ketentuan sebagai berikut :
V
s
d b
f
w
c

3
'
2 (SNI T-12-2004. Ps. 6.8.10.3)
- Jarak maksimum sengkang pada beton prategang adalah 0,75h,
atau 600 mm (SNI 2847 Ps.13.5.4.1).
- Persyaratan A
v
minimum berlaku untuk :
c u
c
V V
V
s s
2
|

A
v

y
w
f
s b

3
(mm) (SNI T-12-2004. Persamaan 6.8-17)

5.9.1 Perhitungan gaya geser
Perhitungan gaya geser didasarkan pada adanya gaya post
tension yaitu pada pemasangan tendon tahap kantilefer dan gaya
post tension pada pemasangan tendon tahap service. Dalam
perhitungannya, gaya geser akibat dua tahap pemasangan tendon
tersebut dengan letak jacking masing-masing akan dijumlahkan
kemudian disuperposisikan dengan gaya geser akibat beban mati
dan beban hidup yang bekerja pada bentang tersebut.

a. Perhitungan gaya geser pada tahap kantilefer
Contoh perhitungan diambil pada joint 11:
Pada joint ini dilewati dua tendon yaitu 2Sc dan 5Sc

- Tendon 2Sc :
F = 500.000 N
L
10Sc
= 14,55 m
e = 0,578 m
- Tendon 5Sc
F = 1.250.000 N
L
5Sc
= 11,8 m
e = 0,578 m
Slope
(2Sc)
=
2
L
d d
end CL

=
2
55 , 14
578 , 0
= 0,079
Slope
(5Sc)
=
2
L
d d
end CL

=
2
8 , 11
578 , 0
= 0,098
V
p(11)
= ( F
(2Sc)
Slope
(2Sc)
)+( F
(5Sc)
Slope
(5Sc)
)
= (500.00020,079)+(1.250.00020,098)
= 97.958 + 244.896
= 342.854 N
V
u
= 909.514 N (dari hasil analisa struktur dengan SAP
2000)
V
u
=
) 11 (
'
p u
V V +
= 854 . 342 514 . 909 + = 1.252.369 N

b. Perhitungan gaya geser pada tahap service
Contoh perhitungan diambil pada joint 15:
Pada joint ini dilewati tendon tumpuan (44Sc).
- Tendon 44Sc:
F = 11.000.000 N
L
44Sc
= 35 m
e = 0,57 m
Slope
(44Sc)
=
2
L
d d
end CL

=
2
35
57 , 0
= 0,0325
V
p(15)
= ( F
(44Sc)
2 Slope
(44Sc)
)
= (11.000.00020,0325) = 716.571 N
V
u

(15)
= 5.327.464 N (dari hasil analisa struktur dengan SAP
2000)
V
u
=
) 15 ( ) 15 (
'
p u
V V +
= 571 . 716 464 . 327 . 5 + = 6.044.035 N

Tabel V.28 Gaya geser pada tahap pelaksanaan kantilefer


L e Vp Vu' Vu
(m) (m) (N) (N) (N)
9 - 0 17.3 0 0 0 0 0
10 2 Sc 500000 14.55 0.578 0.0794 79444 79444.04 454757 534201
11 5 Sc 1250000 11.8 0.578 0.098 97958.5 244896 342854.9 909514 1252369
12 6 Sc 1500000 9.05 0.578 0.1277 127725 319312 383175 830212.2 1364272 2194484
13 10 Sc 2500000 6.3 0.578 0.1835 183478 458695 550434 917389.5 2109996 1819029 3929025
14 11 Sc 2750000 3.55 0.578 0.3256 325609 814022 976826 1628043 1790848 5535348 2273786 7809134
15 15 Sc 3750000 0.8 0.578 1.4449 1444889 3612221 4334666 7224443 7946887 7946887 32509991 2728543 35238534
16 15 Sc 3750000 0.8 0.578 1.4449 1444889 3612221 4334666 7224443 7946887 7946887 32509991 2728543 35238534
17 11 Sc 2750000 3.55 0.578 0.3256 325609 814022 976826 1628043 1790848 5535348 2273786 7809134
18 10 Sc 2500000 6.3 0.578 0.1835 183478 458695 550434 917389.5 2109996 1819029 3929025
19 6 Sc 1500000 9.05 0.578 0.1277 127725 319312 383175 830212.2 1364272 2194484
20 5 Sc 1250000 11.8 0.578 0.098 97958.5 244896 342854.9 909514 1252369
21 2 Sc 500000 14.55 0.578 0.0794 79444 79444.04 454757 534201
22 - 0 17.3 0 0 0 0 0
Tendon 5 Sc 6 Sc 10 Sc 11 Sc 15 Sc 2 Sc Joint F (N) Slope

Tabel V.29 Gaya geser pada tahap service

L e Vp Vu' Vu
(m) (m) (N) (N) (N)
1 44 Sc 11000000 35 0 0 0 0 0
2 44 Sc 11000000 35 0.125 0.0071 157143 3286798 3443941
3 44 Sc 11000000 35 0.499 0.0285 627314 4021869 4649183
4 44 Sc 11000000 35 0.784 0.0448 985600 3311893 4297493
5 44 Sc 11000000 35 0.983 0.0562 1235771 2615838 3851609
6 44 Sc 11000000 35 1.095 0.0626 1376571 1936765 3313336
7 44 Sc 11000000 35 1.12 0.064 1408000 1270599 2678599
8 44 Sc 11000000 35 1.06 0.0606 1332571 618778 1951349
9 44 Sc 11000000 35 1.044 0.0597 1312457 677458 1989915
10 44 Sc 11000000 35 0.885 0.0506 1112571 1308650 2421221
11 44 Sc 11000000 35 0.639 0.0365 803314 1927794 2731108
12 44 Sc 11000000 35 0.306 0.0175 384686 2527819 2912505
13 44 Sc 11000000 35 0.11 0.0063 138286 3097619 3235905
14 44 Sc 11000000 35 0.43 0.0246 540571 3686920 4227491
15 44 Sc 11000000 35 0.57 0.0326 716571 5327464 6044035
16 25 Sc 6250000 35 0.57 0.0326 407143 4580545 4987688
17 25 Sc 6250000 35 0.43 0.0246 307143 3875230 4182373
18 25 Sc 6250000 35 0.11 0.0063 78571.4 3158926 3237497
19 25 Sc 6250000 35 0.398 0.0227 284286 2453471 2737757
20 25 Sc 6250000 35 0.794 0.0454 567143 1767579 2334722
21 25 Sc 6250000 35 1.034 0.0591 738571 1096625 1835196
22 25 Sc 6250000 35 1.122 0.0641 801429 445133 1246562
23 25 Sc 6250000 35 1.122 0.0641 801429 193387 994816
24 25 Sc 6250000 35 1.034 0.0591 738571 828784 1567355
25 25 Sc 6250000 35 0.794 0.0454 567143 1457163 2024306
26 25 Sc 6250000 35 0.398 0.0227 284286 2072776 2357062
27 25 Sc 6250000 35 0.11 0.0063 78571.4 2649816 2728387
28 25 Sc 6250000 35 0.43 0.0246 307143 3243734 3550877
29 25 Sc 6250000 35 0.57 0.0326 407143 5744301 6151444
30 44 Sc 11000000 35 0.57 0.0326 716571 4994080 5710651
31 44 Sc 11000000 35 0.43 0.0246 540571 4283672 4824243
32 44 Sc 11000000 35 0.11 0.0063 138286 3566476 3704762
33 44 Sc 11000000 35 0.306 0.0175 384686 2854867 3239553
34 44 Sc 11000000 35 0.639 0.0365 803314 2170821 2974135
35 44 Sc 11000000 35 0.885 0.0506 1112571 1504323 2616894
36 44 Sc 11000000 35 1.044 0.0597 1312457 847729 2160186
37 44 Sc 11000000 35 1.06 0.0606 1332571 197862 1530433
38 44 Sc 11000000 35 1.12 0.064 1408000 452422 1860422
39 44 Sc 11000000 35 1.095 0.0626 1376571 1094427 2470998
40 44 Sc 11000000 35 0.983 0.0562 1235771 1717334 2953105
41 44 Sc 11000000 35 0.784 0.0448 985600 2313254 3298854
42 44 Sc 11000000 35 0.499 0.0285 627314 2892829 3520143
43 44 Sc 11000000 35 0.125 0.0071 157143 3286798 3443941
44 44 Sc 11000000 35 0 0 0 0 0
Joint Tendon F (N) Slope
5.9.2 Perhitungan kemampuan retak geser pada badan di
dekat tumpuan (V
cw
).
Diambil contoh perhitungan pada joint 15 :
V
p
= 33.226.562 N
d = 2000 150 = 1850 mm
F
eff
= F
kantilefer
+ F
service

= 20.959.296 + 19.922.355
= 40.881.651 N
A
c
= 5.393.400 mm
2

f
pc
=
400 . 393 . 5
651 . 881 . 40
=
c
eff
A
F
= 7,58 MPa
b
w
= 4400 mm
V
cw
= ( ) { }
p w pc c
V d b f f + + ' 3 , 0
= ( ) { } 33.226.562 1850 4400 58 , 7 60 3 , 0 + +
= 70.652.428 N

Tabel V.30 Perhitungan retak geser pada badan di dekat tumpuan
(V
cw
)




Joint Feff (N) fpc (MPa) Vp (N) Vcw (N)
1 19210220.5 3.5618015 0 27613570
2 19210220.5 3.5618015 157142.857 27770713
15 40881651.6 7.5799406 33226562.8 70652428
16 32278816.6 5.9848735 32917134.2 66447846
29 32278816.6 5.9848735 32917134.2 66447846
30 40881651.6 7.5799406 33226562.8 70652428
43 19210220.5 3.5618015 157142.857 27770713
44 19210220.5 3.5618015 0 27613570
5.9.3 Perhitungan kemampuan retak geser terlentur pada
tengah bentang (V
ci
).
Contoh perhitungan pada joint 15:
F
eff
= F
kantilefer
+ F
service

= 20.959.296 + 19.922.355
= 40.881.651 N
A
c
= 5.393.400 mm
2

b
w
= 4.400 mm
d = 2000 150 = 1.850 mm
M
G
= 22.510.481.000 Nmm
M
total
= 10.070.779.150 Nmm
e = 0,57 mm
V
d
= 5.180.092 N
V
L
= 147.372 N
W
a
= 3.816.725.681 mm
3


f
pe
=
a
eff
c
eff
W
e F
A
F
+
=
9 6
10 816 , 3
57 , 0 40.881.651
10 3934 , 5
40.881.651


= 13,996 MPa
f
d
=
9
10
10 816 , 3
10 251 , 2

=
a
G
W
M
= 5,89 MPa
M
cr
=
|
|
.
|

\
|
+
d pe
c
a
f f
f
W
2
'

=
|
|
.
|

\
|
+ 89 , 5 996 , 13
2
60
10 816 , 13
9

= 45.689.731.972 Nmm
V
ci
=
|
|
.
|

\
|
>
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|
d b
f
M
M V
V d b
f
w
c
cr L
d w
c
7
'
20
'
max

=
+ +
|
|
.
|

\
|
092 . 180 . 5 1850 4400
20
60


|
|
.
|

\
|
>
|
|
.
|

\
|


1850 4400
7
60
10 07 , 26
10 68 , 45 372 . 147
9
9

= 8.590.964 N 9.007.453 Not OK maka
perlu tulangan geser.






















F
e
f
f
V
d
V
L
M
g
M
t
o
t
a
l
e
f
p
e
f
d
M
c
r
V
c
i
B
a
t
a
s
(
N
)
(
N
)
(
N
)
(
N
m
m
)
(
N
m
m
)
(
m
m
)
(
M
P
a
)
(
M
P
a
)
(
N
m
m
)
(
N
)
(
N
)
1
0
0
1
2
1
6
6
6
0
0
0
0
0
1
4
7
8
2
1
1
5
0
0
0
3
2
2
1
5
9
0
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
3
1
5
0
8
4
6
1
3
5
9
5
2
1
5
6
3
2
2
7
7
5
3
0
5
1
7
4
0
1
4
0
1
2
5
4
.
1
9
0
9
0
.
0
4
1
3
0
6
2
1
4
8
9
2
2
0
6
4
6
3
1
3
1
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
3
8
4
5
5
0
2
1
7
6
3
6
7
6
2
5
2
9
1
1
0
0
1
1
5
6
4
9
1
3
9
0
0
4
9
9
6
.
0
7
3
4
0
.
1
6
3
8
3
7
3
3
7
1
4
3
3
5
0
7
2
5
0
6
8
4
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
4
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
3
0
7
9
4
7
4
2
3
2
4
1
9
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
1
7
6
9
9
2
6
7
8
5
0
7
8
4
7
.
5
0
7
8
0
.
6
5
5
3
4
0
9
3
6
1
8
2
6
8
3
6
5
9
7
0
1
2
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
5
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
2
3
1
1
3
0
9
3
0
4
5
2
9
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
2
2
0
1
8
1
3
2
6
0
0
9
8
3
8
.
5
0
9
4
1
.
4
7
4
5
4
1
6
3
2
5
6
0
9
5
6
5
9
5
0
2
0
3
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
6
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
1
5
5
2
5
4
9
3
8
4
2
1
6
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
2
4
8
9
9
5
5
6
4
0
0
1
0
9
5
9
.
0
7
3
1
2
.
6
2
1
3
3
9
4
0
7
0
6
7
6
4
8
5
2
8
5
8
9
4
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
7
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
8
0
7
3
6
1
4
6
3
2
3
8
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
2
6
0
7
1
7
4
8
1
0
0
1
1
2
0
9
.
1
9
8
9
4
.
0
9
5
7
3
4
2
5
9
7
0
2
9
6
0
4
5
6
8
6
9
0
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
8
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
7
0
7
5
6
5
4
8
0
2
2
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
2
5
4
0
0
3
6
2
3
5
0
1
0
6
0
8
.
8
9
7
5
.
8
9
7
9
2
6
2
2
8
8
8
7
1
3
2
3
7
7
4
6
8
9
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
9
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
3
6
5
5
4
6
4
0
9
0
4
0
1
0
0
9
7
2
0
7
3
5
0
1
0
4
4
8
.
8
1
6
4
0
4
8
4
3
2
0
0
4
6
0
4
4
3
7
9
7
3
3
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
0
1
9
8
1
8
1
8
6
.
3
0
5
6
0
0
1
5
7
4
8
6
3
5
6
2
5
2
9
1
1
0
0
8
8
0
1
7
6
9
1
0
0
8
8
5
8
.
2
6
9
9
0
.
1
6
3
8
4
5
7
2
0
5
7
4
9
5
0
5
0
2
5
4
6
3
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
1
2
1
6
4
2
0
8
4
.
0
0
1
0
4
8
9
4
5
8
7
8
8
4
9
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
6
9
0
0
2
6
5
1
5
0
6
3
9
7
.
6
3
6
0
.
6
5
5
3
4
1
4
2
5
6
0
8
5
9
6
5
5
9
7
9
6
4
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
2
2
4
6
8
1
9
1
3
.
2
7
1
5
1
5
1
0
3
1
0
1
2
7
1
6
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
3
7
1
4
4
9
2
1
0
0
3
0
6
6
.
5
5
5
2
1
.
4
7
4
5
3
4
1
7
3
7
1
0
5
3
2
5
9
9
5
1
3
5
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
3
2
9
6
4
9
8
0
8
.
6
5
1
9
4
2
7
9
0
1
1
5
4
8
2
9
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
2
8
1
1
6
1
5
6
0
0
1
1
0
6
.
3
5
1
9
2
.
6
2
1
3
2
9
0
2
1
0
9
6
5
5
7
6
3
8
0
8
6
7
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
4
3
5
1
2
1
5
0
1
.
4
5
2
3
8
7
1
8
4
1
2
9
9
7
3
6
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
5
9
8
5
6
7
7
9
0
0
4
3
0
1
0
.
4
6
9
4
.
0
9
5
7
3
9
1
0
6
3
7
3
8
6
4
7
4
8
9
3
3
4
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
5
4
1
8
0
9
1
2
6
.
1
2
5
1
8
0
0
9
2
1
4
7
3
7
2
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
1
0
0
7
0
7
7
9
1
5
0
5
7
0
1
3
.
9
9
6
5
.
8
9
7
9
4
5
6
8
9
7
3
1
9
7
2
8
5
9
0
9
6
4
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
6
2
1
8
8
6
7
7
1
.
4
1
4
4
2
0
5
1
3
1
6
0
0
3
2
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
9
9
9
3
2
3
2
6
5
0
5
7
0
7
.
3
2
6
7
5
.
8
9
7
9
2
0
2
3
5
6
1
7
1
7
8
7
6
9
7
3
3
0
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
7
2
6
5
1
8
6
6
6
.
4
6
3
6
8
4
0
4
7
1
9
1
1
8
3
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
6
2
9
9
3
9
7
6
0
0
4
3
0
7
.
9
0
4
5
4
.
0
9
5
7
2
9
3
1
9
2
2
1
1
9
2
7
0
5
1
6
5
2
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
8
2
1
0
4
6
9
7
3
.
6
6
2
9
1
8
5
5
8
2
4
0
3
6
8
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
4
0
5
5
6
5
8
0
0
0
1
1
0
4
.
5
0
8
9
2
.
6
2
1
3
2
1
9
8
6
8
5
1
0
8
1
6
2
7
3
8
7
4
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
1
9
1
6
7
9
1
2
1
2
.
5
2
2
1
5
2
2
6
0
3
0
1
2
1
1
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
2
2
4
5
9
9
6
1
0
0
3
9
8
4
.
8
6
4
2
1
.
4
7
4
5
2
7
7
1
9
9
6
7
2
0
2
5
6
2
5
1
2
2
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
0
1
3
5
4
7
2
3
1
.
4
1
1
3
9
9
1
6
6
3
6
8
4
1
3
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
3
8
3
5
8
5
6
9
5
0
7
9
4
5
.
3
3
0
1
0
.
6
5
5
3
3
2
6
2
4
3
6
6
8
9
4
5
0
1
2
7
8
1
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
1
1
1
7
2
3
3
3
3
.
7
1
6
5
8
6
5
4
4
3
7
9
7
1
6
2
5
2
9
1
1
0
0
6
0
8
8
6
5
6
1
0
0
1
0
3
4
5
.
3
4
9
6
0
.
1
6
3
8
3
4
5
7
4
9
5
5
3
6
6
4
3
9
2
0
7
6
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
2
1
1
1
1
5
3
6
7
.
8
8
0
5
1
8
5
1
9
0
6
4
6
0
9
9
4
2
0
0
1
1
2
2
5
.
3
2
8
5
0
3
5
1
1
9
5
2
5
4
3
0
3
8
5
1
0
7
1
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
J
o
i
n
t
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
T
a
b
e
l

V
.
3
1

P
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

k
e
m
a
m
p
u
a
n

r
e
t
a
k

g
e
s
e
r

t
e
r
l
e
n
t
u
r

p
a
d
a

t
e
n
g
a
h

b
e
n
t
a
n
g

(
V
c
i
)


F
e
f
f
V
d
V
L
M
g
M
t
o
t
a
l
e
f
p
e
f
d
M
c
r
V
c
i
B
a
t
a
s
(
N
)
(
N
)
(
N
)
(
N
m
m
)
(
N
m
m
)
(
m
m
)
(
M
P
a
)
(
M
P
a
)
(
N
m
m
)
(
N
)
(
N
)
2
3
1
1
1
1
5
3
6
7
.
9
0
6
1
5
1
0
6
0
6
4
6
0
9
9
4
2
0
0
1
1
2
2
5
.
3
2
8
5
0
3
5
1
1
9
5
2
5
4
3
0
3
9
8
1
1
7
7
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
4
1
1
9
5
3
4
0
5
.
7
1
0
4
3
9
7
7
2
4
3
8
7
6
2
5
2
9
1
1
0
0
5
9
6
0
6
2
1
4
0
0
1
0
3
4
5
.
4
5
4
6
0
.
1
6
3
8
3
4
9
7
5
6
6
3
8
3
7
4
2
2
8
7
8
2
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
5
1
4
0
6
9
9
0
3
.
9
6
0
7
7
0
2
8
4
9
4
6
1
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
4
8
8
2
7
0
3
5
5
0
7
9
4
5
.
5
3
5
7
0
.
6
5
5
3
3
3
4
0
9
2
4
6
3
5
2
4
8
4
8
8
3
9
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
6
1
6
6
3
0
3
8
7
.
1
1
0
9
0
2
2
2
9
8
2
5
5
4
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
2
2
4
5
9
9
6
1
0
0
3
9
8
4
.
8
1
7
7
1
.
4
7
4
5
2
7
5
4
2
1
4
8
0
1
4
5
2
8
0
7
9
9
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
7
2
1
1
1
9
6
7
2
.
6
1
5
2
9
2
1
6
1
1
2
0
6
0
0
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
4
0
5
5
6
5
8
0
0
0
1
1
0
4
.
5
2
4
5
2
.
6
2
1
3
2
2
0
4
6
2
9
4
5
5
5
5
6
2
9
4
0
5
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
8
2
5
8
3
6
6
4
0
.
8
1
9
8
2
9
7
2
1
2
6
0
7
6
2
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
6
8
6
5
1
6
5
4
5
0
4
3
0
7
.
7
0
1
2
4
.
0
9
5
7
2
8
5
4
3
3
0
3
7
5
0
6
5
1
5
8
6
0
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
2
9
3
2
2
7
8
8
1
6
.
6
5
6
5
7
9
8
5
8
6
3
1
6
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
1
1
0
2
4
9
3
4
4
5
0
5
7
0
1
0
.
8
0
5
5
.
8
9
7
9
3
3
5
1
3
1
7
9
7
6
3
8
9
2
1
5
4
6
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
0
2
0
9
5
9
2
9
6
.
9
4
8
9
6
8
3
3
9
7
2
4
7
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
1
0
6
6
6
5
0
8
9
5
0
5
7
0
7
.
0
1
6
2
5
.
8
9
7
9
1
9
0
5
0
6
1
4
5
4
0
8
1
2
0
5
0
0
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
1
3
4
4
3
9
4
7
5
.
7
4
1
6
1
4
0
7
1
2
2
2
6
5
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
5
4
1
8
3
8
3
7
5
0
4
3
0
1
0
.
2
6
6
4
.
0
9
5
7
3
8
3
3
0
4
5
6
4
2
2
7
4
9
3
7
6
8
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
2
2
9
7
2
2
5
0
7
.
6
3
4
3
0
5
2
4
1
3
5
9
5
2
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
2
8
1
1
6
1
5
6
0
0
1
1
0
6
.
3
6
7
5
2
.
6
2
1
3
2
9
0
8
0
5
4
0
0
3
1
6
7
3
4
7
7
4
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
3
2
5
4
3
7
3
7
3
.
9
2
6
9
6
4
5
6
1
5
8
4
1
1
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
3
7
1
4
4
9
2
1
0
0
3
0
6
6
.
7
5
5
8
1
.
4
7
4
5
3
4
9
3
9
4
9
5
3
0
9
6
0
6
1
3
5
6
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
4
2
2
1
6
4
7
5
6
.
5
1
9
5
9
2
5
1
2
1
1
5
7
0
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
6
9
0
0
2
6
5
1
5
0
6
3
9
7
.
8
2
0
5
0
.
6
5
5
3
4
2
1
2
9
4
7
3
8
2
2
5
4
5
3
7
3
7
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
5
2
0
0
4
8
2
5
8
.
2
1
2
2
9
0
6
5
2
7
5
2
5
8
6
2
5
2
9
1
1
0
0
9
0
5
9
8
9
5
1
0
0
8
8
5
8
.
3
6
5
9
0
.
1
6
3
8
4
6
0
8
7
0
0
2
7
0
2
4
8
6
8
2
4
7
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
6
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
4
9
6
1
3
1
3
5
1
5
9
8
0
1
0
0
2
2
5
2
6
8
5
0
1
0
4
4
8
.
8
1
6
4
0
4
8
4
3
2
0
0
4
6
0
4
4
3
0
1
8
8
3
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
7
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
0
4
3
0
5
4
3
2
2
5
1
0
4
8
1
0
0
0
2
5
4
0
0
3
6
2
3
5
0
1
0
6
0
8
.
8
9
7
5
.
8
9
7
9
2
6
2
2
8
8
8
7
1
3
2
3
5
8
5
7
4
6
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
8
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
0
5
1
1
1
9
4
1
5
6
3
2
2
7
8
4
0
0
2
6
0
7
1
7
4
8
1
0
0
1
1
2
0
9
.
1
9
8
9
4
.
0
9
5
7
3
4
2
5
9
7
0
2
9
6
0
3
8
2
4
3
4
5
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
3
9
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
4
9
0
3
1
2
6
0
4
1
1
5
1
0
0
0
4
6
5
8
2
0
0
2
4
8
9
9
5
5
6
4
0
0
1
0
9
5
9
.
0
7
3
1
2
.
6
2
1
3
3
9
4
0
7
0
6
7
6
4
8
4
5
5
6
0
3
1
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
4
0
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
1
0
1
0
2
1
9
7
0
7
1
1
5
5
6
2
7
6
2
0
2
0
0
2
2
7
0
4
2
0
0
8
0
0
9
8
3
8
.
5
0
9
4
1
.
4
7
4
5
4
1
6
3
2
5
6
0
9
5
6
5
2
9
1
9
8
1
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
4
1
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
1
4
8
9
1
3
0
8
2
4
1
2
4
2
5
0
1
1
6
4
6
0
0
1
8
2
6
4
4
9
4
3
5
0
7
8
4
7
.
5
0
7
8
0
.
6
5
5
3
4
0
9
3
6
1
8
2
6
8
3
5
9
3
5
7
2
5
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
4
2
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
1
9
3
3
2
4
3
9
5
9
5
8
6
6
2
5
2
9
1
1
0
0
1
2
1
4
6
2
7
9
0
0
0
4
9
9
6
.
0
7
3
4
0
.
1
6
3
8
3
7
3
3
7
1
4
3
3
5
0
6
4
6
0
0
6
7
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
4
3
1
9
2
1
0
2
2
0
.
5
2
1
9
0
6
1
6
1
0
9
6
1
8
2
1
5
6
3
2
2
7
7
5
3
0
5
8
5
8
3
5
5
0
1
2
5
4
.
1
9
0
9
0
.
0
4
1
3
0
6
2
1
4
8
9
2
2
0
6
6
3
0
6
9
9
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
4
4
0
0
1
1
2
0
6
0
0
0
0
0
0
0
3
9
1
2
5
6
1
.
3
6
3
3
1
5
2
7
7
7
9
0
0
7
4
5
3
P
e
r
l
u

t
u
l
a
n
g
a
n

g
e
s
e
r
J
o
i
n
t
K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
5.9.4 Perhitungan Tulangan Geser
a. Gaya geser yang harus dipikul oleh tulangan geser
Tabel V.32 Perhitungan gaya geser yang dipikul oleh tulangan
geser

Vcw Vci Vc Vu Vn Vs
(N) (N) (N) (N) (N) (N)
1 27613570.04 3221590.42 3221590.42 0.00 0.00 0.00
2 27770712.90 6463131.22 6463131.22 3443940.86 4919915.51 1543215.71
3 7250684.22 7250684.22 4649183.29 6641690.41 608993.82
4 6597011.82 6597011.82 4297493.00 6139275.71 457736.10
5 5950203.29 5950203.29 3851609.43 5502299.18 447904.11
6 5285894.33 5285894.33 3313336.43 4733337.76 552556.58
7 4568689.51 4568689.51 2678599.00 3826570.00 742119.51
8 3774689.47 3774689.47 1951349.43 2787642.04 987047.43
9 4379733.38 4379733.38 1989915.14 2842735.92 1536997.46
10 5025463.02 5025463.02 1763407.00 2519152.86 2506310.16
11 5597963.63 5597963.63 2837308.00 4053297.14 1544666.49
12 5995135.42 5995135.42 3892091.00 5560130.00 435005.42
13 6380866.68 6380866.68 4916648.00 7023782.86 642916.18
14 7489334.21 7489334.21 5960706.00 8515294.29 1025960.07
15 70652428.40 8590964.18 8590964.18 8056007.00 11508581.43 2917617.24
16 66447845.93 7697330.46 7697330.46 7309088.00 10441554.29 2744223.82
17 7051652.02 7051652.02 6149016.00 8784308.57 1732656.55
18 6273873.81 6273873.81 4977955.00 7111364.29 837490.47
19 5625121.58 5625121.58 3817743.00 5453918.57 171203.01
20 5012780.77 5012780.77 2677093.00 3824418.57 1188362.20
21 4392076.12 4392076.12 1551382.00 2216260.00 2175816.12
22 3851071.05 3851071.05 445133.00 635904.29 3215166.77
23 3981177.00 3981177.00 193387.00 276267.14 3704909.86
24 4228782.10 4228782.10 1283541.00 1833630.00 2395152.10
25 4848839.36 4848839.36 2366677.00 3380967.14 1467872.22
26 5280798.73 5280798.73 3437048.00 4910068.57 370730.16
27 5629404.85 5629404.85 4468845.00 6384064.29 754659.43
28 6515860.45 6515860.45 5517520.00 7882171.43 1366310.97
29 66447845.93 8921545.87 8921545.87 8472844.00 12104062.86 3182516.99
30 70652428.40 8120499.78 8120499.78 7722623.00 11032318.57 2911818.79
31 7493768.38 7493768.38 6557458.00 9367797.14 1874028.76
32 6734773.89 6734773.89 5385505.00 7693578.57 958804.68
33 6061355.56 6061355.56 4219139.00 6027341.43 34014.13
34 5453736.51 5453736.51 3080335.00 4400478.57 1053257.94
35 4868246.73 4868246.73 1959080.00 2798685.71 2069561.02
36 4301883.06 4301883.06 847729.00 1211041.43 3090841.64
37 3585746.40 3585746.40 197862.00 282660.00 3303086.40
38 3824345.32 3824345.32 452422.00 646317.14 3178028.18
39 4556031.47 4556031.47 1094427.00 1563467.14 2992564.33
40 5291981.05 5291981.05 1717334.00 2453334.29 2838646.76
41 5935724.96 5935724.96 2313254.00 3304648.57 2631076.39
42 6460066.93 6460066.93 2892829.00 4132612.86 2327454.07
43 27770712.90 6630699.50 6630699.50 3286798.00 4695425.71 1935273.78
44 27613570.04 3152776.61 3152776.61 0.00 0.00 0.00
Joint
b. Perencanaan jarak tulangan (S) dan diameter tulangan
Data perencanaan (contoh perhitungan pada joint 15):
f
c
= 60 MPa
f
y
= 400 MPa
b
w
= 4400 mm
d = 2000 150 = 1.850 mm

Dalam perencanaan jarak tulangan yaitu dengan syarat V
s
tidak
boleh melebihi nilai berikut :
V
s
d b
f
w
c

3
'
2 (SNI T-12-2004. Pers. 6.8-15)
2.917.617 N 1850 4400
3
60
2 N
2.917.617 N 42.034.779 N

Jarak maksimum sengkang pada beton prategang adalah:
S
1
= 0,75h
= 0,75 2000 = 1500 mm
Atau:
S
2
= 600 mm (SNI 2847 Ps.13.5.4.1)

Pada perencanaan kali ini akan dipasang tulangan geser sejarak
S = 200 mm.

V
s
=
s
d f A
y v

(SNI T-12-2004. Persamaan 6.8-15)
Dimana A
v
= luas tulangan geser yang diperlukan untuk menahan
geser.
A
v perlu
=
d f
s V
y
s

=
1850 400
200 617 . 917 . 2


= 788,545 mm
2


Sedangkan nilai A
v
minimum adalah sebagai berikut :
A
v min

y
w
f
s b

3
(mm) (SNI T-12-2004. Persamaan 6.8-17)
A
v min

400 3
200 400 . 4


= 733,33 mm
2
< A
v perlu
= 788,545 mm
2

Maka dipakai A
v
= 1256 mm
2
.
Dipakai tulangan geser 4 D20-200

5.10 Kontrol Kekuatan dan Stabilitas Struktur
5.10.1 Kontrol Momen Retak
Momen yang menghasilkan retak-retak rambut pertama pada
balok pratekan dihitung dengan teori elastik, dengan menganggap
bahwa retak mulai terjadi saat tegangan tarik pada serat terluar
beton mencapai modulus keruntuhannya. Harus diperhatikan
fakta bahwa modulus keruntuhan hanyalah merupakan ukuran
permulaan retak-retak rambut yang sering kali tidak terlihat oleh
mata telanjang. Tegangan tarik yang lebih tinggi dari modulus ini
sangat diperlukan untuk menghasilkan retak-retak yang terlihat.
Sebaliknya, jika beton telah retak sebelumnya oleh beban
berlebihan, susut, atau sebab-sebab lain, retak-retak dapat terlihat
kembali pada tegangan tarik terkecil.


Gambar V.23 Retak rambut pada struktur

Dengan menggunakan analisa elastik beton prategang, perumusan
tegangan pada saat jacking tahap service untuk daerah tarik serat
bawah adalah :
f
r
=
I
y M
I
y e F
A
F
b
b eff
c
eff

+


Dengan memindahkan suku-suku pada persamaan di atas, maka
diperoleh momen retak :
M
cr
= ( )
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|

+
b
r
b c
eff
eff
y
I f
y A
I F
e F
=
(


+
(

|
|
.
|

\
|

+
b
r
b c
eff
y
I f
y A
I
e F
= ( ) | | | |
b r a eff
W f k e F + +
= M
1
+ M
2

Dimana
b
r
y
I f
memberikan momen perlawanan akibat modulus
keruntuhan beton, e F
eff
momen perlawanan akibat eksentrisitas
gaya prategang, dan
b c
eff
y A
I F

akibat tekanan langsung gaya


prategang.
Sedangkan pada tahap pemasangan tendon kantilefer,
perumusan momen retak untuk daerah tarik serat atas adalah
sebagai berikut :
f
r
=
I
y M
I
y e F
A
F
a
a eff
c
eff

+


M
cr
= ( )
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|

+
a
r
a c
eff
eff
y
I f
y A
I F
e F
=
(


+
(

|
|
.
|

\
|

+
a
r
a c
eff
y
I f
y A
I
e F
= ( ) | | | |
a r b eff
W f k e F + +
= M
1
+ M
2

Keterangan :
M
1
= momen akibat eksentrisitas gaya prategang
M
2
= momen tahanan dari beton sendiri
F
eff
= Gaya prategang efektif
f
r
= modulus retak = ' 62 , 0
c
f

Perhitungnan kontrol momen retak dilakukan pada saat
pelaksanaan dan pada saat bentang jembatan sudah tersusun
keseluruhan yang dikontrol pada daerah tumpuan dan lapangan.

1) Kontrol momen retak pada saat pemasangan tendon kantilefer.
Untuk kontrol pada tahap kantilefer dilakukan pada joint yang
mengalami momen terbesar, dalam hal ini adalah joint 15. Berikut
adalah contoh perhitungannya :
F
eff
= 41.809.126 N
M
u
= 22.510.481.600 Nmm
e = 578 mm
W
a
= 3,816 10
9
mm
3

k
b
= 707,6 mm
f
r
= 60 62 , 0 = 4,8 MPa
Sehingga :
M
cr
= ( ) | | | |
a r b eff
W f k e F + +
M
cr
= ( ) | | | |
9
10 3,816 8 , 4 6 , 707 578 41.809.126 + +
= 72.066.612.390 Nmm
Syarat :
M
cr
> M
u

72.066.612.390 Nmm > 22.510.481.600 Nmm . OK




2) Kontrol momen retak pada saat service dan telah menjadi
struktur statis tak tentu.
Untuk kontrol pada tahap service yang dilakukan pada daerah
tumpuan, yang mengalami momen terbesar adalah pada joint 29.
Berikut adalah contoh perhitungannya :
F
eff
= 32.278.816 N
M
u
= 11.024.934.450 Nmm
e = 570 mm
W
b
= 2,184 10
9
mm
3

k
a
= 405 mm
f
r
= 60 62 , 0 = 4,8 MPa

Sehingga :
M
cr
= ( ) | | | |
b r a eff
W f k e F + +
M
cr
= ( ) | | | |
9
10 2,184 8 , 4 405 570 32.278.816 + +
= 41.955.045.600 Nmm
Syarat :
M
cr
> M
u

41.955.045.600 Nmm > 11.024.934.450 Nmm . OK

Sedangkan untuk kontrol pada tahap service yang dilakukan pada
daerah lapangan, yang mengalami momen terbesar adalah pada
tengah bentang yaitu joint 7.
Berikut adalah contoh perhitungannya :
F
eff
= 19.210.220 N
M
u
= 26.071.748.100 Nmm
e = 1120 mm
W
b
= 2,184 10
9
mm
3

k
a
= 405 mm
f
r
= 60 62 , 0 = 4,8 MPa
Sehingga :
M
cr
= ( ) | | | |
b r a eff
W f k e F + +
M
cr
= ( ) | | | |
9
10 2,184 8 , 4 405 570 220 . 210 . 9 1 + +
= 29.213.164.500 Nmm
Syarat :
M
cr
> M
u

29.213.164.500 Nmm > 26.071.748.100 Nmm . OK

5.10.2 Kontrol Torsi
Karena kekuatan geser beton yang tinggi digabungkan
dengan kekuatan tarik yang rendah, kehancuran balok beton
akibat puntir jarang disebabkan oleh tegangan geser, melainkan
lebih disebabkan oleh tegangan tarik utama yang diakibatkan oleh
tegangan geser. Pada waktu tegangan tarik utama mencapai
kekuatan tarik batas beton, retak mulai terjadi dan penampang
dapat runtuh seketika tanpa banyak peringatan. Penambahan
senngkang tertutup dan tulangan longitudinal dapat menambah
kekuatan dan daktilitas, tetapi bentuk retak akibat puntir secara
drastis mempengaruhi respons balok terhadap setiap penambahan
momen puntir.
Bertentangan dengan ragam kehancuran akibat puntir, balok
beton prategang di bawah pengaruh lentur umumnya runtuh
secara perlahan-lahan dan memiliki kekuatan cadangan serta
daktilitas setelah retak-retak pertama terlihat. Hal ini menjadi
jelas bila disadari bahwa kehancuran akibat lentur tergantung
pada tegangan tarik dan regangan baja, bersamaan dengan
tegangan tekan dan regangan beton. Sedangkan kekuatan puntir
sebuah balok tanpa tulangan badan untuk puntir akan lenyap bila
batas tarik beton dicapai dan tidak ada daktilitas beton akibat
tegangan tarik.
Kontrol torsi digunakan untuk menganalisa kemampuan box
girder saat menerima beban eksentrisitas. Berikut ini langkah-
langkah perhitungannya :





1) Perhitungan momen penyebab torsi

Gambar V.24 Skema beban kereta yang menyebabkan torsi

Dari gambar diatas maka dapat diketahui momen total yang dapat
menyebabkan torsi adalah sebagai berikut :
a. Momen akibat beban kereta
P
LL
= 140 kN
M
LL
= P
LL
L
= 140 1,9
= 266 kN.m

b. Momen akibat beban angin
Beban angin yang bekerja pada tegak lurus secara horizontal
pada struktur jembatan. Adapun perhitungannya adalah
sebagai berikut :
T
ew
= 3 kN/m
2
P.T
ew
= 3

2,2
2
35

= 115.5 kN
M. T
ew
= P.T
ew
h
= 115,5 1,1
= 127,05 kN.m

Jadi, M.total yang dapat menimbulkan torsi :
T
u
= 1,8 M
LL
+ 1,3M.T
ew

= 1,8 266 + 1,3 127,05
= 643,965 kN.m = 643.965.000 N.mm

2) Perhitungan torsi ijin
a. Perhitungan konstanta torsi
Pelat atas
(

|
|
.
|

\
|
+
=
1
1
1
75 , 0
35 , 0
y
x
q

dimana, x
1
= tebal pelat atas = 250 mm
y
1
= lebar pelat atas = 9.400 mm
maka,
1
q = 0,45
Pelat badan
dimana, x
1
= tebal badan = 400 mm
y
1
= lebar badan = 1550 mm
maka,
1
q = 0,3472
Pelat bawah
dimana, x
1
= tebal pelat bawah = 250 mm
y
1
= lebar pelat bawah = 4.400 mm
maka,
1
q = 0,433

Konstanta torsi :
1
2
1 1
y x Eq = (0,45250
2
9.400) = 264.375.000
= (0,3472400
2
1.550) = 86.105.600
= (0,433 250
2
4.400) = 119.075.000
+
= 469.555.600

T
cr
=
( )
1 1 1
'
10
1 ' 6 y x
f
f
c
A
F
c
E

+ q

=
( )
600 . 555 . 469
60
10
1 60 6
400 . 393 . 5
24500000

+
= 28.927.567.430 Nmm

b. Torsi ijin
Tulangan puntir tidak diperlukan apabila :
25 , 0 <
cr
u
T
T
|
(SNI T-12-2002 persamaan.5.4-2)
T
u
ijin = 25 , 0
cr
T |
= 0,7 28.927.567.430 0,25
= 5.062.324.301 N.mm
Syarat :
T
u
ijin < T
u

5.062.324.301 N.mm < 643.965.000 N.mm OK
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak
diperlukan adanya tulangan torsi.

5.10.3 Kontrol Lendutan
Lendutan yang tejadi pada kombinasi jembatan tidak boleh lebih
dari y =
800
L
dimana L adalah panjang bentang jembatan yang
ditinjau. Kontrol lendutan dilakukan pada saat transfer dimana
beban luar belum bekerja, dan juga pada saat service setelah
beban luar bekerja. Lendutan yang terjadi pada struktur jembatan
diakibatkan oleh antara lain :
- Beban mati (berat sendiri, beban mati tambahan)
- Beban hidup (kereta)
- Gaya prategang
Dari hasill analisa dengan program SAP didapat lendutan
maximum pada saat service yaitu sebesar 25,38 mm.
service
A <
ijin
A
service
A <
800
L

25,38 mm <
800
000 . 35

25,38 mm < 43,75 mm . OK

5.10.4 Perencanaan shear key pada joint antar segmen
Perencanaan joint pada balok segmental diambil sebagai
contoh adalah pada joint 12 yang menghubungkan segmen 10
dan11. Data-data penampang dan perhitungan kontrol tegangan
geser adalah sebagai berikut :
H = 2000 mm
ya = 728 mm
yb = 1272 mm
A = 5393400 mm
2

I = 2,778 10
12
mm
4


Dimensi masing-masing bidang geser adalah sebagai berikut :
Pada sayap = 170 cm 15 cm
Pada badan atas = 390 cm 15 cm
Pada badan bawah= 315 cm 15 cm
Luasan beton yang memikul geser (Ac) pada sambungan :
Ac =(35cm20cm12)+ (170152)+(39015)+(31515)
= 24.075 cm
2
= 2.407.500 mm
2


Gambar V.25 Letak pengunci joint antar segemen



Gambar V.26 Potongan A-A

- Gaya geser (Vu) yang bekerja pada joint 7 pada saat service
adalah :
Vu = 2.678.599 N
Vn = 2.678.599 / 0,7 = 3.826.570 N

- Momen (Mu) yang terjadi pada joint 7 pada saat service
adalah:
Mu = 26.071.748.100 Nmm
Mn = 26.071.748.100 / 0,8 = 32.589.685.125 Nmm
- Gaya Prategang (F) yang bekerja pada joint 7 adalah :
F = 19.210.220,5 N
Dengan mengikuti pendekatan kesetimbangan beban
(Balance Load), akibat gaya prategang tersebut
mengakibatkan terjadinya tambahan gaya geser sebesar:

2
8
L
F e
v
p

=
=
2
7
35000
10 921 , 1 8 1120

= 140,509 N
- Tegangan geser

Vc = V
n
+ v
p
= 3.826.570 + 140,509 = 3.826.710,5 N
= = =
2.407.500
5 3.826.710,
c
c
A
V
1,589 MPa

- Perhitungan tegangan geser ijin :
MPa f
c tarik ijin
873 , 3 60 5 , 0 ' 5 , 0 = = = o
MPa f
c tekan ijin
27 60 45 , 0 ' 45 , 0 = = = o

- Letak titik 1 dan 2 terhadap c.g.c :
y1 = 600 mm
y2 = 850 mm
- Perhitungan tegangan di titik 1 :
12
1
10 778 , 2
600 .125 32.589.685
5393400
5 , 220 . 210 . 19

=
I
y M
A
F
a n
o

= 3,5618 7,038
= 10,6 MPa (tekan)
Tegangan di titik 2 :
12
2
10 778 , 2
850 .125 32.589.685
5393400
5 , 220 . 210 . 19

=
I
y M
A
F
a n
o

= 3,5168 9,971
= 13,48 MPa (tekan)

Kontrol tegangan geser :
Titik 1 :
( )
2
2
1 1 1
5 , 0 5 , 0 t o o o + =
t

( ) ( )
2
2
589 , 1 6 , 10 5 , 0 6 , 10 5 , 0 + =
533 , 5 3 , 5 =
=
1 . 1 t
o 5,3 + 5,533 = 0,233 MPa < 3,873 MPaOK
=
2 1 t
o 5,3 5,533 = 10,633 MPa < 27 MPa . OK

Titik 2 :
( )
2
2
2 2 2
5 , 0 5 , 0 t o o o + =
t

( ) ( )
2
2
589 , 1 48 , 13 5 , 0 48 , 13 5 , 0 + =
924 , 6 74 , 6 =
=
1 . 2 t
o 6,74 + 6,924 = 0,185 MPa < 3,873 MPOK
=
2 2 t
o 6,74 6,924 = 13,664 MPa < 27 MPa OK











Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB VI
PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH

6.1 Analisa Beban Gempa
6.1.1 Menentukan Nilai Spektra Percepatan Ss dan S


Ss = 0.6 0.7 g S
1
= 0.25 0.3 g
0.65 g 0.25 g
Gambar VI.1 Zona gempa di wilayah jawa barat pada 0.2 detik
dan 1 detik
Sumber: RSNI 03-1726-20XX [6]
Lokasi pembangunan jembatan berada di kota Jakarta
yang memiliki nilai spektra percepatan pada 0.2 detik, Ss 0.65g
dan spectra percepatan pada 1 detik, S 0.25g

6.1.2 Menentukan Kategori Resiko (Risk Category) Bangunan
& Faktor Keutamaan I e

Tabel VI.1 Kategori Resiko, Ie
Kategori Risiko
Faktor Keutamaan
Gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Berdasarkan jenis pemanfaatan bangunan yaitu jembatan maka
masuk dalam kategori resiko IV dan memiliki Faktor keutamaan
Ie = 1,5

6.1.3 Menentukan Koefisien Situs (Site Coefficent), Fa dan Fv
Mencari nilai N dengan menggunakan data tanah (data tanah
terlampir)
59 , 17
50
4
50
4
45
4
7
4
13
4
4 4 4 4 4
=
+ + + +
+ + + +
= N

N = 15 < 17,59 < 50
Sehingga Kelas Situs adalah SD (Tanah Sedang)

Tabel VI.2 Koefisien situs, Fa
Kelas
situs

Parameter respons spektral
percepatan gempa MCER terpetakan
pada perioda pendek, T=0,2 detik, Ss

Ss
0,25
Ss =
0,5
Ss =
0,75
Ss =
1
Ss
1,25
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0
SD 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0
SE 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9
SF SSb
Kelas situs = SD
Respons spektra percepatan pada 0.2 detik (Ss) = 0.65 g
Didapatkan nilai Fa = 1.28

x
n t a
h C T =
Tabel VI.3 Koefisien situs, Fv
Kelas
situs
Parameter respons spektral percepatan gempa
MCER terpetakan pada perioda 1 detik, S
S 0,1 S= 0,2 S= 0,3 S= 0,4 S 0,5
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3
SD 2.4 2 1.8 1.6 1.5
SE 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4
SF SSb

Kelas situs = SD
Respons spektra percepatan pada 0.2 detik (S) = 0.25 g
Didapatkan nilai Fv = 1.9

6.1.4 Menentukan Spektral Respons Percepatan (Spectral
Response Acceleration) SDs dan SD
Dari hasil interpolasi diperoleh koefisien situs Fa dan Fv sebagai
berikut:
Kelas situ Fa (Ss = 0.65 g) Fv (S = 0.25 g)
SE-Tanah sedang 1.28 1.9

Sehingga Nilai SDs dan SD
Kelas situ
SDs =
2/3(Fa.Ss)
SD = 2/3(Fa.Ss)
SE-Tanah sedang 0.555 0.316

6.1.5 Periode Waktu Getar Alami Fundamental (T)

T = Ta . Cu
(RSNI 03-1726-20XXpasal 7.8.2.1)

Ta = periode fundamental pendekatan

Koefisien Ct dan x ditentukan pada:
(RSNI 03-1726-20XX Tabel 7.8-2di Tabel 15). Diperoleh:
Ct = 0,0488
a

x = 0,75.
Untuk koefisien batas atas dari periode yang di hitung, diperoleh
Cu = 1,4
sehingga,
Tax = 0,0488 (42 m)
0,75
= 0,81 s
Tay = 0,0488 (42 m)
0,75
= 0,81 s

Untuk batasan perioda struktur, menurut RSNI 03-1726-20XX

a u
T C T <

Nilai T didapat dari pemodilan di SAP dengan memasukkan gaya
gempa dinamik.
T yang didapat dari hasil analisis SAP= 1.12, maka

a u
T C < 12 . 1

1.12< 1,4 x 0,81
1.12 <1.134 ( OK )

6.1.6 Koefisien Respon Seismik (C
s
)
Koefisien respons seismik, C
s
, harus ditentukan sesuai
dengan RSNI 03-1726-20XX pasal 7.8.1.1.
|
|
.
|

\
|
=
e
DS
s
I
R
S
C

Dengan :
S
DS
= 0.6
I
e
= 1
R = 7
Nilai R yang dipakai yaitu R untuk Sistem Rangka Gedung
dengan dinding geser beton bertulang khusus = 7,0. (RSNI 03-
1726-20XX Tabel 9)
|
.
|

\
|
=
1
7
6 , 0
s
C

s
C
= 0,11
Dan nilai Cs tidak lebih dari
|
.
|

\
|
=
I
R
T
S
C
D
S
1

1 , 0
12 , 1
1
7
64 , 0
=

|
.
|

\
|
=
S
C

Dan nilai Cs tidak kurang dari
01 . 0 044 . 0 > =
e DS s
I S C
01 . 0 25 . 1 65 . 0 044 . 0 > =
S
C

01 . 0 035 . 0 > =
S
C

Maka nilai Cs diambil 0,1

6.1.7 Perhitungan Gaya Geser Dasar
Gaya geser yang telah didapatkan dari perhitungan di atas
akan didistribusikan secara vertikal ke masing-masing lantai
sesuai dengan RSNI 03-1726-20XX.
V = C
s
W
di mana:
C
s
= 0.1
W = 14271420
V = Cs W
V = 0,1 x 14271420 = 1427142 kg

Jika kombinasi respons untuk geser dasar ragam (V
t
) lebih
kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung (V) menggunakan
prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan
0,85V/V
t
(RSNI 03-1726-20XX Pasal 7.9.4.1).
Dari hasil analisa struktur menggunakan program bantu
SAP didapatkan gaya geser dasar ragam (V
t
) sebagai berikut :
TABLE: Base Reactions
OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY
Text Text Text Kgf Kgf
1.2D+1L+1Ex Combination Max 1014964.76 313014.33
1.2D+1L+1Ey Combination Max 307389.33 1033537.87

V = 0.85 1427142 = 1213070.7 kg
Vx
t
= 1014964.76 kg
Vy
t
= 1033537.87 kg
Maka untuk arah x,
Vx
t
> 0,85V
1014964.76 kg < 1213070.7 kg Not OK
Maka untuk arah y,
Vy
t
>0,85V
1033537.87 kg < 1213070.7 kg Not OK

Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan RSNI 03-
1726-20 Pasal 7.9.4.1, maka gaya geser tingkat nominal akibat
gempa rencana struktur gedung hasil analisis harus dikalikan
dengan faktor skala 0,85V/V
t

Arah x :
=
xt
V
0,85.V
1.25 1,19
1014964.76
1213070.7
~ =

Arah y :
=
xt
V
0,85.V
1.2 1,17
1033537.87
1213070.7
~ =


Setelah didapatkan factor skala untuk masing-masing arah
pembebanan, selanjutnya dilakukan analisa ulang struktur dengan
mengalikan skala faktor yang diperoleh di atas pada scale factor
untuk Define Respons Spectra. Kemudian dilakukan running
ulang pada program analisis. Hasil dari running ulang tersebut
adalah:
TABLE: Base Reactions
OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY
Text Text Text Kgf Kgf
1.2D+1L+1Ex Combination Max 1253436.67 385766.84
1.2D+1L+1Ey Combination Max 364427.76 1222808.09
V = 0.85 1427142 = 1213070.7 kg
Vx
t
= 1253436.67 kg
Vy
t
= 1222808.09 kg
Maka untuk arah x,
Vx
t
>0,85V
1253436.67 kg > 1213070.7 kg ...OK
Maka untuk arah y,
Vy
t
>0,85V
1222808.09 kg > 1213070.7 kg ...OK
Ternyata hasil dari running ulang tersebut sudah memenuhi
persyaratan RSNI 03-1726-20 Pasal 7.9.4.1. Selanjutnya geser
dasar ragam hasil running ulang tersebut akan digunakan sebagai
beban gempa desain.

6.1.8 Gaya Seismik Lateral
Gaya gempa lateral (F
x
) (kN) yang timbul di semua tingkat
harus ditentukan dari persamaan berikut:
F
x
= C
vx
V (RSNI 03-1726-20XX Persamaan7.8-10)
dan

=
=
n
i
k
i i
k
x x
vx
h w
h w
C
1
(RSNI 03-1726-20XX Persamaan 7.8-11)
di mana:
C
vx
= faktor distribusi vertikal,
V = gaya lateral disain total atau geser di dasar struktur
(kN)
w
i
and w
x
= bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan pada Tingkat i atau x
h
i
and h
x
= tinggi (m) dari dasar sampai Tingkat i atau x
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur
sebagai berikut:


Untuk T < 0,5 s; maka nilai k = 1
T> 2,5 s; maka nilai k = 2
0,5 s < T < 2,5 s; maka nilai k diperoleh dengan cara
interpolasi dari kedua nilai k di atas.
T = 1.12 s; maka nilai k adalah sebagai berikut:
( ) 74 . 0 1 2
5 , 0 5 , 2
5 , 0 12 . 1
1 = |
.
|

\
|

+ = k

6.1.9 Kontrol Drift
Untuk kontrol drift pada RSNI 03-1726-20XX, dirumuskan
sebagai berikut:
I
C
xe d
x
o
o

=
Dimana:

x
= defleksi pada lantai ke-x
C
d
= faktor pembesaran defleksi ( = 5,5) (RSNI tabel 9)
I = faktor keutamaan gedung ( = 1,25 )
Untuk struktur Sistem Ganda (Dual System), drift dibatasi
sebesar:
= 0,015h
sx

= 0,015 4200
= 63 mm (untuk tingkat 2 10)
Sedangkan untuk tingkat 1,
= 0,015h
sx

= 0,015 4200
= 63 mm

6.2 Perencanaan Pier

BAB VII
PERENCANAAN PONDASI

7.1 Data Perencanaan Pondasi Kolom
Pondasi gedung rusunawa ini menggunakan pondasi tiang
pancang produksi PT Wika dengan spesifikasi sebagai berikut:
Diameter = 600 mm
Tebal = 100 mm
Kelas = A1
Allowable axial = 235.4 ton
Bending momen crack = 17 tm
Bending momen ultimate = 25.5 tm

7.2 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Daya dukung tanah dihitung berdasarkan hasil Standart
Penetration Test (SPT). Hasil pengetesan terlampir. Daya dukung
pada pondasi tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya
dukung perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Q
p
) dan
daya dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (Q
S
).
Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano
Decourt :
Q
L
= Q
P
+ Q
S

dimana :
Q
L
= daya dukung tanah maksimum pada pondasi
Q
P
= resistance ultimate di dasar tiang
Q
S
= resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp x Ap = (Np x K) x Ap
Qs = qs x As = (Ns/3 +1) x As
dengan :
Np = harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di
atasnya.
K = koefisien karakteristik tanah
= 12 t/m
2
, untuk tanah lempung
= 20 t/m
2
, untuk tanah lanau berlempung
= 25 t/m
2
, untuk tanah lanau berpasir
= 40 t/m
2
, untuk tanah pasir
Ap = luas penampang dasar tiang
Ns = rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3s
Ns 50
As = keliling x panjang tiang yang terbenam

Bila direncanakan menggunakan tiang pancang diameter 60 cm
yang dipancang sampai kedalaman 10 m, diperoleh:
Ns = 5,5
Np = 23,2
K = 25 t/m
2

As = ( x D) x (10-2) = ( x 0,6) x 8 = 15,072 m
2
Ap = 0,25 x x D
2
= 0,25 x x 0,6
2
= 0,2829 m
2

Maka :
Q
P
= Np x K x Ap = 46,8 x 25 x 0,2829 = 131,19 ton
Q
S
= (Ns/3 +1) x As = (8/3 + 1) x 15,072 = 42,5 ton
Q
L
= Q
P
+ Q
S
= 131,19 + 42,5 = 173,69 ton
Sehingga P
ijin 1 tiang
berdasarkan daya dukung tanah adalah:
P
ijin 1 tiang
= Q
L
/ SF = 173,69 / 3 = 57,9 ton.
Dari tabel spesifikasi tiang pancang yang diproduksi PT.
Wika diketahui kapasitas tiang pancang tunggal berdasarkan
kekuatan bahan adalah 235.4 ton. Dengan demikian maka
kapasitas tiang pancang tunggal diambil berdasarkan berdasarkan
pada daya dukung tanah yaitu P
ijin 1 tiang
= 57,9 ton.
Hasil perhitungan kapasitas tiang pancang tunggal
berdasarkan daya dukung tanah secara lengkap disajikan dalam
Tabel VII.1:

Tabel VII.1 Perhitungan daya dukung 1 piang pancang

7.3 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Beban beban maksimum yang bekerja pada pondasi ini
dengan adalah sebagai berikut:
P = 111397.7 kg
Mx = 3269.7 kgm
My = 11613.1 kgm
Vx = 3537.45 kg
Vy = 543.2 kg
Jarak antar tiang pancang dalam satu kelompok
direncanakan sebagai berikut:
Untuk jarak ke tepi pondasi
1.5 D S1 2 D
1.5 x 60 S1 2 x 60
90 S1 120
Pakai S1 = 90 cm
DEPTH K Q
P
Q
S
Q
L
P ijin
( m )
( t / m
2
)
( ton ) ( ton ) ( ton ) ( ton )
0 0.0 0.0 12.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
1 0.0 0.0 12.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
2 0.0 0.0 12.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
3 5.0 5.0 12.0 1.3 0.4 16.96 2.67 19.63 6.54
4 13.0 5.6 12.0 3.6 1.2 19.00 8.29 27.29 9.10
5 7.0 6.0 12.0 4.2 1.4 20.36 13.51 33.87 11.29
6 3.0 6.4 12.0 4.0 1.3 21.71 17.59 39.31 13.10
7 2.0 5.6 12.0 3.8 1.3 19.00 21.21 40.21 13.40
8 7.0 7.0 20.0 4.1 1.4 39.58 26.81 66.39 22.13
9 9.0 10.0 20.0 4.6 1.5 56.55 33.43 89.98 29.99
10 14.0 23.2 20.0 5.5 1.8 131.19 42.50 173.69 57.90
11 41.0 31.4 20.0 8.4 2.8 177.56 64.56 242.12 80.71
12 45.0 39.6 25.0 11.2 3.7 279.92 89.41 369.33 123.11
13 48.0 46.8 25.0 13.9 4.6 330.81 116.51 447.32 149.11
14 50.0 48.6 25.0 16.3 5.4 343.53 145.27 488.80 162.93
15 50.0 50.0 25.0 18.4 6.1 353.43 174.59 528.02 176.01
16 50.0 50.0 25.0 20.2 6.7 353.43 204.39 557.82 185.94
17 50.0 50.0 25.0 21.9 7.3 353.43 234.57 588.00 196.00
18 50.0 50.0 25.0 23.4 7.8 353.43 265.08 618.51 206.17
19 50.0 44.6 25.0 24.7 8.2 315.26 295.88 611.13 203.71
20 50.0 43.3 25.0 25.9 8.6 305.72 326.91 632.62 210.87
21 23.0 41.0 25.0 25.8 8.6 289.81 343.49 633.30 211.10
Jenis
Tanah
N
SPT
Sandy
Clay

P

S
S
/
3
Silt
Silty
Clay
Untuk jarak antar tiang pancang :
2.5 D S 3 D
2.560 S 360
150 S 180
Pakai S = 150 cm

Gambar VII.1 Denah pondasi tiang

Dimensi poer: 330 cm x 330 cm x 125 cm
Ql
group
= P
ijin 1 tiang
x n x Ce
Untuk menghitung nilai efisiensi tiang pancang kelompok
dihitung berdasarkan perumusan Converse Labarre :
( )
|
.
|

\
|
=
n m
S
D
Ce
1 1
2
90
arctan
1
0

Dimana :
D = diameter tiang pancang = 60 cm
S = jarak antar tiang pancang = 150 cm
m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 2
n = jumlah baris tiang pancang = 3





Sehingga :
( )
717 . 0
3
1
2
1
2
90
150
60
arctan
1
0
=
|
.
|

\
|
= Ce
Maka :
Ql
group
= P
ijin 1 tiang
x n x Ce
= 57900 x 4 x 0.717
= 166057,2 kg

Perhitungan beban aksial maksimum pada pondasi kelompok
a. Reaksi kolom = 111397,7 kg
b. Berat Poer = 3,3 x 3,3 x 1,25 x 2400 = 32670 kg +
Berat total = 144067,7 kg

Ql
group
= 166057,2 kg > 144067,7 kg ...... Ok

7.4 Repartisi Beban-Beban Diatas Tiang Kelompok
Bila diatas tiang-tiang dalam kelompok yang disatukan
oleh sebuah kepala tiang (poer) bekerja beban-beban vertikal (V),
horizontal (H), dan momen (M), maka besarnya beban vertikal
ekivalen (P
v
) yang bekerja pada sebuah tiang adalah:
2
max
2
max
y
y M
x
x M
n
V
P
x
y
v

=
Dimana :
P

= Beban vertikal ekivalen
V = Beban vertikal dari kolom
n = banyaknya tiang dalam group
M
x
= momen terhadap sumbu x
M
y
= momen terhadap sumbu y
x
max
= absis terjauh terhadap titik berat kelompok tiang
y
max
= ordinat terjauh terhadap titik berat kelompok tiang
x
2
= jumlah dari kuadrat absis tiap tiang terhadap garis
netral group
y
2
= jumlah dari kuadrat ordinat tiap tiang terhadap garis
netral group


Gambar VII.2 Gaya-gaya yang terjadi pada pondasi

Diperoleh gaya gaya yang bekerja sebagai berikut:
V = 111397.7 kg
Mx = 3269.7 + (543.2 x 1.25) = 3948.7 kgm
My = 11613.1 + (3537.45 x 1.25) = 16034.9 kgm
n = 4
Xmax = 0.75 m
Ymax = 0.75 m
X
2
= 4 x 0.75
2
= 2.25 m
2
Y
2
= 4 x 0.75
2
= 2.25 m
2


Maka :
25 . 2
75 . 0 7 . 3948
25 . 2
75 . 0 9 . 16034
4
111397.7

= Pv
Pmin = 27849.42 5344.97 1316.23
= 21188.22 kg > 0 kg Ok
Pmax = 27849.42 + 5344.97 + 1316.23
= 34510.62 kg
= 34.51 ton < P
ijin 1 tiang
= 223.15 ton .. Ok

7.5 Perencanaan Poer
Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari struktur atas ke
pondasi tiang pancang. Oleh karena itu poer harus memiliki
kekuatan yang cukup terhadap geser pons dan lentur.
Data perancangan poe :
Dimensi kolom = 1000 x 800 mm
2

Mutu beton (fc) = 40 Mpa
Mutu baja (fy) = 400 Mpa
Diameter tulangan = 28 mm
Selimut beton = 75 mm
Tinggi efektif (d) :
d = 1250 75 28 - x 28 = 1133 mm

7.6 Kontrol Geser Pons Pada Poer
Dalam merencanakan poer harus dipenuhi persyaratan
kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari
geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI
03-2847-2002 pasal 13.12.2. Kuat geser diambil nilai terkecil
dari:
6
'
2
1 1
d b fc
c
Vc
o
|
|
.
|

\
|
+ =
|
| |

12
'
2 2
d b f c
b
d
Vc
o
o
s
|
|
.
|

\
|
+ =
o
| |

d b fc Vc
o
'
3
1
3 | | =

dimana :
c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari
daerah beban terpusat atau reaksi
b
o
= keliling dari penampang kritis pada poer
b
o
= 2 (b
k
+ d) + 2(h
k
+ d)
dimana : b
k
= lebar penampang kolom
h
k
= tinggi penampang kolom
d = tebal efektif poer

Data data perencanaa untuk poer adalah sebagai berikut:
P
u
= 34510.62 kg
P
max
(1 tiang) = 223150 kg
tiang pancang tiap group = 4
Dimensi poer1 = 3.3 x 3.3 x 1.25 m
3


7.6.1 Akibat kolom


Gambar VII.3 Area geser ponds akibat kolom
`
c = 25 . 1
800
1000
=
b
o
= 2 (1000 + 1133) + 2 (800 + 1133) = 8132 mm
Maka batas geser pons :
t N Vc 06 . 1515 6 . 15150627
6
1133 8132 40
25 . 1
2
1 6 . 0 1 = =

|
.
|

\
|
+ = |
t N Vc 68 . 2226 06 . 22266849
12
1133 8132 40
2
8132
1133 40
6 . 0 2 = =

|
.
|

\
|
+

= |
t N Vc 43 . 1165 92 . 11654328 1133 8132 40
3
1
6 . 0 3 = = = |
Diambil nilai terkecil = 43 . 1165 ton
Pu = 223.15 ton < | Vc = 1165.43 ton . Ok

7.6.2 Akibat tiang pancang


Gambar VII.4 Area geser ponds akibat tiang pancang

c = 1
600
600
=
b
o
= (0.25 x x 1133) + (2 x 1000) = 2889.86 mm

Maka batas geser pons :
t N
x
Vc 23 . 621 3 . 6212379
6
1133 86 . 2889 40
1
2
1 6 . 0 1 = =

|
.
|

\
|
+ = |
t N Vc 83 . 1830 18308317
12
1133 86 . 2889 40
2
86 . 2889
1133 40
6 . 0 2 = =

|
.
|

\
|
+

= |
t N x Vc 15 . 414 2 . 4141586 1133 86 . 2889 40
3
1
6 . 0 3 = = = |

Diambil nilai terkecil = 414.15 ton

Pu = 34.5 ton < | Vc = 414.15 ton . Ok

Jadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser
ponds.

7.7 Penulangan Poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok
kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban
yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang
menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer.


Gambar VII.5 Analisa poer sebagai blok kantilever

Penulangan lentur :
Pu = 1.4 x 223.15 = 312.41 ton
qu = 1.4 x 3.3 x 1.25 x 1.65 = 9.53 ton/m
Momen yang bekerja :
Mu = (2 x 312.41 x 0.75) (1/2 x 9.53 x 1.65
2
)
= 572.79 tm
= 572.79 x 10
7
Nmm

= 0.779 SNI 03-2847 psl 12.2.7.3

Berdasarkan SNI 2847 psl 10.4.3

= 0.041

= 0.031

= 0.002

= 11.76








d = hf - d' - -(0.5 . ) = 1250-75-28-(0.5 x 28) =1133 mm

Faktor reuksi lentur = 0.8 (SNI 03-2847 psl 11.3.2.1)

= 716 KNm


= 0.56 N/mm
2



= 0.0014


= 0.031 > = 0.00289 > = 0.002
7
0) 0.05(fc'-3
85 . 0
1
= |
|
Mu
Mn =
2
dx x b
Mn
Rn =
|
|
.
|

\
|
=
f y
xRn m x
m
perlu
2
1 1
1

perlu

min

max

|
|
.
|

\
|
+
=
fy fy
fc
b
600
600 ' 85 . 0
1
|

b
75 . 0
max
=
min

' 85 . 0 fc
fy
m =
125cm d
min

maka rasio tulangan () yang dipakai = = 0.002



As perlu = .b.dx = 0.002 x 1000 x 1133 = 2266 mm
2

Jumlah tul. = As perlu / (1/4 x ) = 3.6 4 buah
Jarak tulangan = b/jml tulangan = 1000/4= 250 mm
Ambil jarak 250 mm

Jadi dipasang tulangan D 28 - 250 mm











Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan
1. Tegangan yang terjadi dikontrol sesuai urutan erection yaitu
kontrol tegangan akibat tahap kantilefer yang semuanya telah
sesuai dengan syarat tegangan saat transfer yaitu <
tekan
o 23,4
MPa dan >
tarik
o 0 MPa. Kemudian dilakukan kontrol
tegangan akibat beban mati tambahan dan beban lalu lintas
pada semua kombinasi pembebanan, serta akibat kehilangan
pratekan, yang semuanya sesuai dengan syarat tegangan saat
service yaitu <
tekan
o 27 MPa dan >
tarik
o 0 MPa.
2. Perhitungan kekuatan dan stabilitas yaitu kontrol momen
retak dan kontrol lendutan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Untuk kontrol torsi tidak diperlukan tulangan
torsi.
3. Lendutan yang terjadi dikontrol pada dua kondisi yaitu saat
transfer pada saat beban yang berpengaruh adalah beban mati
dan gaya pratekan tendon kantilefer, serta pada saat service
yaitu saat beban yang berpengaruh adalah beban mati
tambahan, beban hidup, dan gaya pratekan tendon kantilefer
dan tendon menerus, serta kehilangan pratekan telah terjadi
pada struktur jembatan.
4. Perhitungan geser didasarkan pada retak geser badan (V
cw
)
dan retak geser miring (V
ci
). Hasil perhitungan V
cw
dan V
ci

dibandingkan yang paling menentukan untuk perencanaan
tulangan geser.

8.2 Saran
1. Penggunaan metode pelaksanaan dengan alat launching
gantry sebaiknya dicek pengaruhnya terhadap struktur
jembatan. Besarnya pengaruh tersebut dalam memberikan
tambahan beban pada struktur jembatan perlu diketahui
secara pasti.
2. Kontrol tegangan dan analisa yang didapatkan sebaiknya
dicek terhadap berbagai jenis kombinasi pembebanan yang
sesuai dengan kenyataan di lapangan.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................... 3
1.3 TUJUAN ................................................................................ 3
1.4 BATASAN MASALAH ............................................................ 3
1.5 MANFAAT ............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 5
2.1 BETON PRATEKAN ............................................................... 5
2.2 GAYA PRATEGANG .............................................................. 5
2.2.1 Kehilangan gaya prategang ......................................... 5
2.3 PRECAST SEGMENTAL BOX GIRDER .................................... 6
2.3.1 Elemen Struktural Jembatan Segmental Box Girder .... 6
2.3.2 Desain Elemen Sambungan .......................................... 9
2.4 BALOK PRATEKAN MENERUS STATIS TAK TENTU ............. 9
2.5 METODE KONSTRUKSI ....................................................... 10
2.5.1 Metode Falsework ...................................................... 11
2.5.2 Metode Peluncuran (Incremental Launching) ........... 11
2.5.3 Metode Kantilever (Balanced Cantilever) .................. 12
BAB III METODOLOGI ............................................................ 17
3.1 PENGUMPULAN DATA DAN LITERATUR ............................ 19
3.2 PRELIMINARI DESIGN ......................................................... 19
3.3 PERHITUNGAN MOMEN STATIS TAK TENTU ..................... 22
3.4 PERHITUNGAN GAYA PRATEGANG AWAL ......................... 22
3.5 KEHILANGAN GAYA PRATEGANG ...................................... 23
3.6 PEMBEBANAN PADA STRUKTUR UTAMA JEMBATAN ........ 29
3.6.1 Beban Mati ................................................................. 29
3.6.2 Beban Hidup ............................................................... 30
3.6.3 Pengaruh Pra-tegang (Ps) ......................................... 31
3.6.4 Pengaruh Susut (S
H
) dan Rangkak (C
R
) Beton ........... 31
3.6.5 Beban Lingkungan ...................................................... 31
3.6.6 Menuangkan hasil perhitungan ke dalam gambar ..... 33
BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER .......... 35
4.1 PERENCANAAN SOUND BARRIER ...................................... 35
4.2 KONTROL TERHADAP GESER PONS.................................... 37
BAB V PERENCANAAN STRUKTUR ATAS ....................... 39
5.1 DATA PERENCANAAN ........................................................ 39
5.2 DATA-DATA BAHAN .......................................................... 40
5.2.1 Beton ........................................................................... 40
5.2.2 Baja ............................................................................ 40
5.3 TEGANGAN IJIN BAHAN ..................................................... 40
5.3.1 Beton Prategang (Pasal 4.4.1.2) ................................ 40
5.3.2 Baja Prategang (Pasal 4.4.3) ..................................... 41
5.4 PRELIMINARI DESIGN ........................................................ 42
5.5 ANALISA PEMBEBANAN..................................................... 45
5.5.1 Analisa Beban Mati .................................................... 45
5.5.2 Analisa Beban Hidup .................................................. 47
5.5.3 Beban angin ................................................................ 47
5.6 PERHITUNGAN MOMEN DAN PERENCANAAN TENDON
PRATEGANG ............................................................................. 47
5.6.1 Perencanaan Tendon Kantilefer (Tahap 1) ................ 48
5.6.2 Perencanaan Tendon Bentang Menerus (Tahap 2) .... 58
5.7 PERHITUNGAN KEHILANGAN GAYA PRATEGANG ............. 75
5.7.1 Perhitungan kehilangan gaya prategang langsung.... 75
5.7.2 Perhitungan kehilangan gaya prategang berdasarkan
fungsi waktu ......................................................................... 81
5.7.3 Perhitungan kehilangan gaya prategang total ........... 84
5.7.4 Kontrol tegangan setelah terjadi kehilangan gaya
prategang ............................................................................ 85
5.8 PERHITUNGAN PENULANGAN BOX GIRDER ...................... 90
5.8.1 Perhitungan penulangan pelat atas ............................ 90
5.8.2 Perhitungan penulangan pelat badan ........................ 92
5.8.3 Perhitungan penulangan pelat bawah ........................ 93
5.9 PERENCANAAN TULANGAN GESER ................................... 95
5.9.1 Perhitungan gaya geser .............................................. 99
5.9.2 Perhitungan kemampuan retak geser pada badan di
dekat tumpuan (V
cw
). ......................................................... 102
5.9.3 Perhitungan kemampuan retak geser terlentur pada
tengah bentang (V
ci
). ......................................................... 103
5.9.4 Perhitungan Tulangan Geser ................................... 107
5.10 KONTROL KEKUATAN DAN STABILITAS STRUKTUR ..... 109
5.10.1 Kontrol Momen Retak ............................................ 109
5.10.2 Kontrol Torsi .......................................................... 113
5.10.3 Kontrol Lendutan ................................................... 116
5.10.4 Perencanaan shear key pada joint antar segmen ... 117
BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH ............... 123
6.1 ANALISA BEBAN GEMPA ................................................. 123
6.1.1 Menentukan Nilai Spektra Percepatan Ss dan S ..... 123
6.1.2 Menentukan Kategori Resiko (Risk Category)
Bangunan & Faktor Keutamaan Ie ................................... 123
6.1.3 Menentukan Koefisien Situs (Site Coefficent), Fa dan
Fv ....................................................................................... 124
6.1.4 Menentukan Spektral Respons Percepatan (Spectral
Response Acceleration) SDs dan SD ............................... 125
6.1.5 Periode Waktu Getar Alami Fundamental (T) ......... 125
6.1.6 Koefisien Respon Seismik (C
s
) .................................. 126
6.1.7 Perhitungan Gaya Geser Dasar ............................... 127
6.1.8 Gaya Seismik Lateral ............................................... 129
6.1.9 Kontrol Drift ............................................................. 130
6.2 PERENCANAAN PIER ........................................................ 130
BAB VII PERENCANAAN PONDASI ................................... 131
7.1 DATA PERENCANAAN PONDASI KOLOM ......................... 131
7.2 DAYA DUKUNG TIANG PANCANG TUNGGAL .................. 131
7.3 DAYA DUKUNG TIANG PANCANG KELOMPOK ................ 133
7.4 REPARTISI BEBAN-BEBAN DIATAS TIANG KELOMPOK ... 135
7.5 PERENCANAAN POER ....................................................... 137
7.6 KONTROL GESER PONS PADA POER ................................ 137
7.6.1 Akibat kolom ............................................................. 138
7.6.2 Akibat tiang pancang ................................................ 139
7.7 PENULANGAN POER ......................................................... 140
BAB VIII PENUTUP ................................................................. 144
8.1 KESIMPULAN ................................................................... 144
8.2 SARAN .............................................................................. 144


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR I.1 POTONGAN MELINTANG............................................ 2
GAMBAR I.2 POTONGAN MEMANJANG .......................................... 3
GAMBAR II.1 TIPE SEGMEN BOX GIRDER ..................................... 7
GAMBAR II.2 LONGITUDINAL PROFILE FOR SEGMENTAL BRIDGES. . 8
GAMBAR II.3 DETAIL SAMBUNGAN PADA SEGMENTAL BOX GIRDER
............................................................................................... 9
GAMBAR II.4 TENDON LAYOUT ................................................... 10
GAMBAR II.5 FALSEWORK METHOD ............................................. 11
GAMBAR II.6 INCREMENTAL LAUNCHING METHOD ...................... 12
GAMBAR II.7 BALACED CANTILEVER USING LAUNCHING GANTRY 13
GAMBAR II.8 BALACED CANTILEVER USING LIFTING FRAME ....... 14
GAMBAR II.9 BALACED CANTILEVER USING CRANE ..................... 14
GAMBAR II.10 BALANCED CANTILEVER USING FORM TRAVELER . 15
GAMBAR III.1 FLOWCHART METODOLOGI PENGERJAAN ............ 18
GAMBAR III.2 GEOMETRY OF SIDE CANTILEVER .......................... 20
GAMBAR III.3 TOP SLAB CONFIGURATION ................................... 20
GAMBAR III.4 THICKNESS OF WEBS FOR BOX SECTIONS .............. 21
GAMBAR III.5 BOTTOM SLAB CONFIGURATION ............................ 22
GAMBAR III.6 SKEMA BEBAN KERETA ....................................... 30
GAMBAR IV.1 TIANG SOUND BARRIER ........................................ 35
GAMBAR IV.2 PENYEBARAN BEBAN PADA PELAT LANTAI ........ 37
GAMBAR V.1 POTONGAN MEMANJANG ...................................... 39
GAMBAR V.2 DIMENSI PENAMPANG BOX GIRDER ...................... 42
GAMBAR V.3 SKEMA BEBAN GANDAR ....................................... 47
GAMBAR V.4 PEMBAGIAN TAHAP PEMASANGAN TENDON
KANTILEVER ........................................................................ 48
GAMBAR V.5 PERMODELAN BEBAN SAAT PEMASANGAN SEGMEN
KANTILEVER ........................................................................ 48
GAMBAR V.6 BIDANG MOMEN AKIBAT BERAT SENDIRI PADA
KANTILEFER ......................................................................... 49
GAMBAR V.7 DIAGRAM TEGANGAN JOINT 19 PADA TAHAP
KANTILEFER ......................................................................... 52
GAMBAR V.8 PEMASANGAN SEGMEN 13 DAN 15 ........................ 54
GAMBAR V.9 PEMASANGAN SEGMEN 12 DAN 16 ........................ 55
GAMBAR V.10 PEMASANGAN SEGMEN 11 DAN 17 ...................... 55
GAMBAR V.11 PEMASANGAN SEGMEN 10 DAN 18 ...................... 56
GAMBAR V.12 PEMASANGAN SEGMEN 9 DAN 19 ........................ 57
GAMBAR V.13 PEMASANGAN SEGMEN 8 DAN 20 ........................ 57
GAMBAR V.14 BENTANG MENERUS ............................................ 58
GAMBAR V.15 GRAFIK MOMEN AKIBAT BEBAN MATI ................ 59
GAMBAR V.16 PERMODELAN KOMBINASI BEBAN HIDUP .......... 60
GAMBAR V.17 GRAFIK MOMEN ENVELOPE 1 .............................. 61
GAMBAR V.18 GRAFIK MOMEN ENVELOPE 2 .............................. 62
GAMBAR V.19 GRAFIK MOMEN ENVELOPE 3 .............................. 63
GAMBAR V.20 GRAFIK MOMEN ENVELOPE 4 .............................. 64
GAMBAR V.21 GRAFIK MOMEN ENVELOPE KOMBINASI .............. 65
GAMBAR V.22 RETAK AKIBAT TEGANGN GESER ........................ 96
GAMBAR V.23 RETAK RAMBUT PADA STRUKTUR ..................... 109
GAMBAR V.24 SKEMA BEBAN KERETA YANG MENYEBABKAN
TORSI ................................................................................. 114
GAMBAR V.25 LETAK PENGUNCI JOINT ANTAR SEGEMEN ........ 118
GAMBAR V.26 POTONGAN A-A ................................................ 118
GAMBAR VI.1 ZONA GEMPA DI WILAYAH JAWA BARAT PADA 0.2
DETIK DAN 1 DETIK ............................................................ 123
GAMBAR VII.1 DENAH PONDASI TIANG .................................... 134
GAMBAR VII.2 GAYA-GAYA YANG TERJADI PADA PONDASI .... 136
GAMBAR VII.3 AREA GESER PONDS AKIBAT KOLOM ................ 138
GAMBAR VII.4 AREA GESER PONDS AKIBAT TIANG PANCANG . 139
GAMBAR VII.5 ANALISA POER SEBAGAI BLOK KANTILEVER .... 140


DAFTAR TABEL

TABEL III.1 KOEFISIEN-KOEFISIEN GESEKAN UNTUK TENDON
PASCA-TARIK ....................................................................... 25
TABEL III.2 NILAI K
SH
UNTUK KOMPONEN STRUKTUR PASCA-
TARIK ................................................................................... 27
TABEL III.3 NILAI-NILAI K
RE
DAN J ............................................. 28
TABEL III.4 NILAI C .................................................................... 28
TABEL III.5 BEBAN KERUMUNAN ............................................... 31
TABEL V.1 PERHITUNGAN EFISIENSI BOX GIRDER ...................... 43
TABEL V.2 PERHITUNGAN TEGANGAN TENDON KANTILEFER ..... 53
TABEL V.3 KONTROL TEGANGAN SAAT PEMASANGAN SEGMEN 13
DAN 15 ................................................................................. 54
TABEL V.4 PERHITUNGAN F
TENPORARY TENDON
DAN KONTROL
TEGANGAN SETELAH PEMASANGANNYA ............................. 54
TABEL V.5 KONTROL TEGANGAN SAAT PEMASANGAN SEGMEN 12
DAN 16 ................................................................................. 55
TABEL V.6 PERHITUNGAN F
TENPORARY TENDON
DAN KONTROL
TEGANGAN SETELAH PEMASANGANNYA ............................. 55
TABEL V.7 KONTROL TEGANGAN SAAT PEMASANGAN SEGMEN 11
DAN 17 ................................................................................. 55
TABEL V.8 PERHITUNGAN F
TENPORARY TENDON
DAN KONTROL
TEGANGAN SETELAH PEMASANGANNYA ............................. 56
TABEL V.9 KONTROL TEGANGAN SAAT PEMASANGAN SEGMEN 10
DAN 18 ................................................................................. 56
TABEL V.10 PERHITUNGAN F
TENPORARY TENDON
DAN KONTROL
TEGANGAN SETELAH PEMASANGANNYA ............................. 56
TABEL V.11 KONTROL TEGANGAN SAAT PEMASANGAN SEGMEN 9
DAN 19 ................................................................................. 57
TABEL V.12 KONTROL TEGANGAN SAAT PEMASANGAN SEGMEN 8
DAN 20 ................................................................................. 57
TABEL V.13 PERHITUNGAN TEGANGAN PADA TAHAP SERVICE .. 72
TABEL V.14 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT PERPENDEKAN ELASTIS PADA TAHAP
KANTILEFER ......................................................................... 77
TABEL V.15 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT PERPENDEKAN ELASTIS PADA TAHAP
SERVICE ............................................................................... 77
TABEL V.16 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT GESEKAN KABEL DAN WOOBLE EFFECT
PADA TAHAP KANTILEFER ................................................... 78
TABEL V.17 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT GESEKAN KABEL DAN WOOBLE EFFECT
PADA TAHAP SERVICE .......................................................... 78
TABEL V.18 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT SLIP ANGKUR PADA TAHAP
KANTILEFER ......................................................................... 80
TABEL V.19 PERHITUNGAN KEHILANGAN GAYA PRATEGANG
AKIBAT SLIP ANGKUR PADA TAHAP SERVICE ...................... 80
TABEL V.20 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT RANGKAK BETON PADA TAHAP
KANTILEFER ......................................................................... 82
TABEL V.21 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT RANGKAK BETON PADA TAHAP
SERVICE ............................................................................... 82
TABEL V.22 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT RELAKSASI BAJA PADA TAHAP
KANTILEFER ......................................................................... 84
TABEL V.23 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG AKIBAT RELAKSASI BAJA PADA TAHAP SERVICE
............................................................................................. 84
TABEL V.24 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG TOTAL PADA TAHAP KANTILEFER ................... 85
TABEL V.25 PERHITUNGAN PERSENTASE KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG TOTAL PADA TAHAP SERVICE ......................... 85
TABEL V.26 PERHITUNGAN TEGANGAN PADA TAHAP
KANTILEVER SETELAH TERJADI KEHILANGAN GAYA
PRATEGANG ......................................................................... 87
TABEL V.27 PERHITUNGAN TEGANGAN PADA TAHAP SERVICE
SETELAH TERJADI KEHILANGAN GAYA PRATEGANG ........... 88
TABEL V.28 GAYA GESER PADA TAHAP PELAKSANAAN
KANTILEFER ....................................................................... 100
TABEL V.29 GAYA GESER PADA TAHAP SERVICE ..................... 101
TABEL V.30 PERHITUNGAN RETAK GESER PADA BADAN DI DEKAT
TUMPUAN (V
CW
) ................................................................. 102
TABEL V.31 PERHITUNGAN KEMAMPUAN RETAK GESER
TERLENTUR PADA TENGAH BENTANG (V
CI
) ....................... 105
TABEL V.32 PERHITUNGAN GAYA GESER YANG DIPIKUL OLEH
TULANGAN GESER .............................................................. 107
TABEL VI.1 KATEGORI RESIKO, IE ............................................ 123
TABEL VI.2 KOEFISIEN SITUS, FA ............................................. 124
TABEL VI.3 KOEFISIEN SITUS, FV ............................................. 125
TABEL VII.1 PERHITUNGAN DAYA DUKUNG 1 PIANG PANCANG
........................................................................................... 133












Halaman ini sengaja dikosongkan

PERENCANAAN STUKTUR JALAN LAYANG MASS
RAPID TRANSIT (MRT) JAKARTA

Nama Mahasiswa : SIBGHATULLAH MULSY
NRP : 3109 100 043
Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka
ABSTRAK
ABSTRAK

Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta merupakan
transportasi massal bermoda kereta yang dibangun dari koridor
utara-selatan dan terdiri dari 21 stasiun, dimana trase dari
stasiun lebak bulus sampai stasiun sisingamangaraja
merupakan jalan layang. Dalam tugas akhir ini direncanakan
stuktur jalan layang yang mampu menopang kereta dengan track
ganda. Jalan layang ini didesign sebagai jembatan dan
menggunakan box girder sebagai struktur utama landasan kereta.
Perencanaan menggunakan konstruksi statis tak tentu diatas tiga
perletakan dengan panjang bentang masing-masing 35 m.
Perencanaan jembatan ini dimulai dengan pengumpulan
data dan literatur yang diperlukan dalam perencanaan.
Perencanaan akan mengacu pada SNI T-12-2004 dan Standar
Teknis Kereta Api Indonesia. Pada tahap awal perencanaan
dilakukan preliminary desain untuk menentukan dimensi struktur
utama penampang box girder berdasarkan bentang jembatan.
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap struktur sekunder
jembatan seperti: pagar pembatas (sound barrier) yang nantinya
akan berpengaruh terhadap pembebanan struktur utama
jembatan. Analisa pembebanan yang terjadi diantaranya akibat:
berat sendiri, beban mati tambahan, beban kereta, serta
mempertimbangkan pengaruh terhadap waktu seperti creep dan
kehilangan gaya prategang. Kemudian dari hasil analisa tersebut
dilakukan kontrol tegangan akhir yang terjadi pada struktur box
girder, perhitungan penulangan box, serta perhitungan kekuatan
dan stabilitas box. Beban-beban dari struktur atas akan
ditransfer ke struktur bawah sehingga desian dimensi pier dan
pondasi akan mengikuti beban yang diterima. Setelah melakukan
perhitungan penulangan pada pier dan pondasi dilakukan kontrol
stabilitas stuktur.
Hasil akhir dari perencanaan ini didapatkan bentuk dan
dimensi penampang box girder, pier, dan pondasi yang sesuai
beserta detail penulangannya. Serta menentukan letak tendon
pada penampang yang kemudian digambarkan menggunakan
program bantu Autocad. Sehingga struktur utama jembatan
mampu menahan beban-beban yang bekerja pada jembatan dan
didapatkan suatu struktur jembatan yang aman.

Kata kunci : Beton pratekan, box girder, precast, segmental

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
dengan judul Perencanaan Stuktur Jalan Layang Mass Rapid
Transit (MRT) Jakarta tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini
disusun penulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat
kelulusan di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan ITS.
Selama proses penyusunan Tugas Akhir ini, penulis
mendapat banyak bimbingan, dukungan, dan pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Budi Suswanto, ST., MT., Ph.D. selaku Ketua Jurusan
Teknik Sipil, FTSP ITS Surabaya.
2. Bapak Cahyono Bintang Nurcahyo, ST., MT sebagai dosen
wali yang selalu memberi arahan dan motivasi selama masa
studi penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka sebagai dosen
pembimbing yang selalu memberi arahan dan motivasi serta
membagikan ilmu yang bermanfaat dalam pengerjaan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tugas
akhir ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, Januari 2014

Sibghatullah Mulsy









Halaman ini sengaja dikosongkan


DAFTAR PUSTAKA

Badan Badan Standardisasi Nasional. SNI T-12-2004.
Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan.

Departemen Perhubungan Direktorat Jendral
Perkeretaapian. 2006. Standar Teknis Kereta Api
Indonesia untuk Stuktur Beton dan Pondasi.

Lin, T.Y., dan Ned H.Burns. 1988. Desain Struktur Beton
Prategang. Edisi ke 3. Jilid 1. Diterjemahkan oleh: Daniel
Indrawan M.C.E. Jakarta: Erlangga.

Podolny JR, Walter, dan Muller, Jean.M. 1982.
Construction and Design of Prestressed Concrete
Segmental Bridges. United States: John Wiley and Sons,
Inc.

Raju, N. Krishna. 1989. Beton Prategang. Edisi ke 2.
Diterjemahkan oleh: Ir. Suryadi. Jakarta: Erlangga.

Robert Benaim. 2008. The Design of Prestessed Concrete
Bridge Concepts and Principles. London: Taylor &
Francis Group

Rombach, Prof. Dr.-Ing. G. 2002. Precast segmental box
girder bridges with external prestressing: Design and
Construction. Technical University, Hamburg - Harburg,
Germany (Feb)

Das könnte Ihnen auch gefallen